Anda di halaman 1dari 17

KONVERGENSI STANDAR AKUNTANSI DAN UNDANG UNDANG

PERPAJAKAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Pajak.

Dosen Pengampu : Hastanti Agustin Rahayu, SE, M.Acc, Ak, CA, BKP

Disusun Oleh :

Nabila Amaro Laila Rosyda


(G72217042)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

1
2019

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah akuntansi Pajak
dengan judul “Akuntansi Kas dan Bank dan Akuntansi Mata Uang Asing”. Penulis tentu
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi.

Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen pengampu kami Ibu Hastanti yang telah membimbing kami dalam menulis
makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Surabaya, 25 Agustus 2019

2
Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh standar
akuntansi internasional atau International Financial Reporting Standard. (IFRS). Standar
akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada US GAAP (United Stated
Generally Accepted Accounting Standard), namun pada beberapa pasal sudah mengadopsi
IFRS yang sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini sifatnya belum
menyeluruh. Era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional
yang dapat diberlakukan secara internasional di setiap negara, atau diperlukan adanya
harmonisasi terhadap standar akuntansi internasional, dengan tujuan agar dapat menghasilkan
informasi keuangan yang dapat diperbandingkan, mempermudah dalam melakukan analisis
kompetitif dan hubungan baik dengan pelanggan, supplier, investor, dan kreditor. Namun
proses harmonisasi ini memiliki hambatan antara lain nasionalisme dan budaya tiap-tiap
negara, perbedaan sistem pemerintahan pada tiap tiap negara
Perbedaan kepentingan antara perusahaan multinasional dengan perusahaan nasional
yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi antar negara, serta tingginya biaya untuk
merubah prinsip akuntansi. Teknologi informasi yang berkembang pesat membuat informasi
menjadi tersedia di seluruh dunia. Pesatnya teknologi informasi ini merupakan akses bagi
banyak investor untuk memasuki pasar modal di seluruh dunia, yang tidak terhalangi oleh
batasan negara, misalnya: Investor dari Belanda bisa dengan mudah berinvestasi di Jepang,
Amerika, Singapore, atau bahkan Indonesia. Kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi apabila
perusahaan-perusahaan masih memakai prinsip pelaporan keuangan yang berbeda-beda.
Hal tersebut melatarbelakangi perlunya adopsi IFRS saat ini. Pengadopsian standar
akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi domestik bertujuan menghasilkan laporan
keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi, persyaratan akan item-item
pengungkapan akan semakin tinggi sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi pula,
manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan perusahaan,
laporan keuangan perusahaan menghasilkan informasi yang lebih relevan dan akurat, dan

3
laporan keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi yang valid
untuk aktiva, hutang, ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan (Petreski, 2005).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia ?
2. Apa makna konvergergensi IFRS sehingga sangat berpengaruh bagi pihak pihak
tertentu ?
3. Bagaimana penerapan Laporan Keuangan berdasar PSAK ?
4. Bagaimana penerapan Laporan Keuangan berdasarkan SAK ETAP ?
5. Bagaimana perkembangan Undang Undang Perpajakan di Indonesia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
2. Agar dapat memahami apa makna konvergergensi IFRS sehingga sangat berpengaruh
bagi pihak pihak tertentu.
3. Untuk dapat menerapkan penyusunan laporan keuangan berdasar PSAK.
4. Untuk dapat menerapkan penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP.
5. Agar dapat memahami bagaimana perkembangan Undang Undang Perpajakan di
Indonesia.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia

Perkembangan standar akuntansi Indonesia diawali dengan lahirnya Prinsip Akuntansi


Indonesia (PAI) yang dilahirkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia sebagai organisasi profesi
Akuntansi. Akuntansi Indonesia juga tidak terlepas masa penjajahan kolonial belanda, sehingga
banyak praktisi profesi Akuntansi di Indonesia berlatar belakang pendidikan akuntansi belanda
yang mana Akuntansi belanda berpegang pada Goed Kopsman’s Gebruik.

PAI pada mulanya penyusunan standar Akuntansi Keuangan bersumber pada US-GAA P,
Namun dalam perkembangannya PAI mengalami revisi karena sumbernya sendiri US GAAP
juga mengalami revisi yang signifikan sebagai tindak lanjut Accounting Principle Board menjadi
Financial Accounting Standard Board (FASB). Hal tersebut mengilhami Komite Prinsip
Akuntansi Indonesia untuk menghasilkan standar Akuntansi yang khusus, sepertihalnya SAK
Koperasi, minyak, dan gas bumi, kehutanan, pertambangan umum, telekomunikasi dam lain
sebagainya.

Dengan berjalannya waktu KPAI berinisiatif untuk dapat mengembangkan standar


akuntansi keuangan Indonesia dengan berlandaskan pada International Accounting Standars
(IAS), Sehinga PAI diubah menjadi Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang mngadopsi penuh
kerangka dasar penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan

2.2 Konvergensi IFRS

Makna konvergensi yaitu membuat standar Akuntansi menjadi sama atau serupa dengan
mengadopsi penuh atau melakukan harmonsasi. Kegiatan konvergensi IFRS merupakan suatu
keharusan di era globalisasi. Fakta aktual menunjukkan bahwa SAK memiliki beberapa
perbedaan dengan IFRS dikarenakan IFRS telah berkembang pesat.Proses konvergensi ke IFRS
mengalami banyak tantangan, sehingga perlu adanya perhatian dengan tujuan agar
pengembangan SAK menjadi suatu kewajiban mengingat dinamika dan perkembangan
bisnis.yang mana di era globalisasi menunjukkan perubahan yang pesat.

5
Terbentuknya standar akuntansi yang telah dikonvergensi dengan IFRS sangat diperlukan
oleh beberapa pihak diantaranya : manajemen, perbankan, otoritas pjak, pasar modal dan lain
sebagainya. Dengan demikian SAK ini bertujuan agar dapat dijadikan acuan terkait laporan
keuangan yang memenuhi syarat relevan, handal, dapat dipahami, dan dapat diperbandingkan.
Sehingga jika aspek aspek tersebut dapat dicapai maka secara tidak langsung akan menunjang
pembangunan ekonomi Indonesia. IASB sebagai organisasi yang mengeluarkan IFRS sebagai
hasil kesepakatan yang dilakukan organisasi profesi akuntansi dari Austria, Kanada, Prancis,
Jerman, Jepang, Meksiko, Belanda, Inggris, Amerika Serikat, Irlandia. Misi IASB yakni
mengembangkan standar akuntansi dan pelaporan keuangan global. Di Indonesia standar
akuntansi dikenal dengan :

1. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)


2. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ETAP (Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik)
3. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Syariah (PSAK Syariah)

2.3 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

Standar Akuntansi sangat diperlukan bahkan menjadi konsekwensi di bidang akuntansi,


terutama dengan melihat semakin derasnya arus investasi asing ke Indonesia yang ditandai
dengan terbukanya Indonesia sebagai tempat investasi yang memungkinkan terbentuknya pasar
modal. Standar Akuntansi yaitu Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang berlaku tahun 1973
dengan diikuti perkebangan berikutnya yakni PAI pada tahun 1984 agar ketentuan akuntansi
dapat mengikuti perkembangan dunia usaha.

Tujuan standar akuntansi keuangan yakni melaporkan informasi keuangan yang relevan,
dapat diandalkan, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan. Keragaman perkembangan SAK
terbagi atas Tiga kategori, yaitu :

1. Kelompok Kontinental berasal dari prancis yang mewajibkan perusahaan dalam


menyusun neraca mengikuti aturan tertentu untuk menjamin adanya kewajaran penyajian
dan aturan penyusunan laporan keuangan tersebut menjadi comersial code. Akhirnya
aturan tersebut berlaku di Eropa yang menekankan biaya historis dan aturan metode
penyusutan yang harus diikuti dalam menyusun laporan keuangan fiscal.

6
2. Kelompok Angio Saham Model ini lahir dari Inggris, kelompok ini sering disebut
dengan cluster capital market yang penyusunan nya lebih mengedepankan kebutuhan
para pemangku kepentingan di pasar modal.

3. Kelompok Amerika Latin Kelompok atau kluster Amerika Latin diikuti Negara
Amerika Latin yang mana negara tersebut mempunyai tingkat inflasi yang tinggi. Dengan
perkembangan era globalisasi maka laporan keuangan pihak entitas pelaku global harus
disusun berdasarkan standar akuntansi yang dapat dimengerti, oleh karena itu
konvergensi IFRS menjadi suatu keharusan didalamnya.

2.4 Laporan Keuangan Berdasarkan PSAK

PSAK No. 1 (Revisi 2009) paragraph 9 menjelaskan tentang pengertian Laporan


Keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu
entitas. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggung jawaban manajemen atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada entitas, oleh karena itu laporan keuangan
menyajikan informasi entitas yang meliputi :

1. Aset
2. Liabilitas
3. Ekuitas
4. Pendapatan dan Beban termasuk keuntungan dan kerugian
5. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai penulis
6. Arus Kas
Disamping itu, Informasi tersebut juga dilengkapi dengan informasi lain yang terdapat
dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan tersebut berisi informasi tambahan atau apa
yang disajikan dalam laporan posisi keuangan berupa penjelasan atau rincian dari pos pos
yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi mengenai pos pos yang tidak
memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan. Dengan ini PSAK No. 1 (Revisi
2009), yaitu :
Komponen Laporan Keuangan terdiri atas 6 Aspek, diantaranya :
1. Neraca
2. Laba Rugi Komprehensif selama periode
7
3. Laporan Perubahan Ekuitas selama periode
4. Laporan Arus Kas selama periode
5. Catatan atas laporan keuangan (CALK)
6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas
menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian
kembali pos pos laporan keuangan atau ketika entitas mereklasifikasi pos pos dalam
laporan keuangan.

2.5 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik

Pembentukan SAK ETAP bertujuan untuk digunakan oleh entitas tanpa


akuntabilitas publik, yakni entitas yang :

a. Tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan


Akuntabilitas Publik yang signifikan adalah akuntabilitas terhadap pihak potensial
yang menyediakan sumber daya dan pihak ekternal lain yang membuat keputusan
ekonomi.
b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal.
Misal pengguna eksternal yakni pemilik yang tidak terlibat langsung dalam
pengelolaan usaha, kreditur, dan Lembaga pemeringkat kredit.

*Terhadap entitas yang memiliki akuntabilitas signifikan dimaksud dipersyaratkan yaitu :

a. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan


pernyataan pendaftaran pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan
penerbitan efek di pasar modal
b. Entitas menguasai dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarat seperti bank, entitas asuransi, bank investasi dll.

Dengan diberlakukannya SAK ETAP yang efektif sejak tanggal 1 Januari 2011,
penentuan kebijakan SAK menjadi sangat strategis karena mempunyai dampak berjangka
Panjang yang dapat arah di masa yang akan datang. Bagi perusahaan tanpa akuntabilitas publik
yang mana didominasi oleh usaha kecil menengah (UKM) yang mana didalamnya memiliki

8
keterbatasan sumber daya manusia maupun sumber daya keuangan, sehingga tidak diperlukan
lagi menerapkan PSAK Besar. Dengan SAK ETAP, maka entitan tanpa akuntabilitas publik
memiliki acuan tuntutan pelaporan yang lebih kompleks.

2.6 Laporan Keuangan Berdasar SAK ETAP

Dalam penerapan SAK ETAP pengungkapan tambahan akan menghasilkan Laporan


Keuangan yang wajar atau posisi kinerja keuangan dan arus kas entitas. Pengungkapan tambahan
yang dimaksud diperlukan saat kepatuhan atas persyaratan tertentu dalam SAK ETAP tidaklah
memadai bagi pemakai dalam memahami pengaruh dari transaksi tertentu.

Terhadap entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP diharuskan membuat
pernyataan eksplisit dan secara penuh atas kepatuhan yang dimaksud dalam catatan laporan
keuangan. Berikut adalah isi laporan keuangan entitas yang lengkap sesuai SAK ETAP meliputi :

1. Neraca
Meliputi :
a. Kas dan Setara Kas
b. Piutang Usaha dan Piutang Lainnya
c. Persediaan
d. Properti Investasi
e. Aset Tetap
f. Aset Tak Berwujud
g. Utang Usaha dan Utang lainnya
h. Aset dan Kewajiban Pajak
i. Kewajiban diestimasi
j. Ekuitas
2. Laporan Laba Rugi
Meliputi :
a. Pendapatan
b. Beban Kerugian
c. Bagian Laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas
d. Beban Pajak
e. Laba atau Rugi neto

9
3. Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba
Untuk laporan perubahan ekuitas dimaksudkan untuk menyajikan laba atau rugi
entitas suatu periode atas pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalam
ekuitas untuk periode tersebut, dengan ini pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan
koreksi kesalahan yang diakui dalam periode tersebut, dan jumlah investasi dan dividen
serta distribusi lain ke pemilik ekuitas selama periode tersebut.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas ini menyajikan informasi perubahan historis atau kas dan setara
kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama periode dari
aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan ini berisikan tentang informasi sebagai tambahan
yang disajikan dalam laporan keuangan. Informasi yang dicantumkan berupa penjelasan
naratif atau rincian jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan serta informasi pos
pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.

2.7 Pajak Penghasilan

Dalam bab 24 SAK ETAP mengatur masalah pajak penghasilan yang meliputi pajak
domestik maupun luar negeri sebagai dasar pengenaan pajak. Pajak penghasilan entitas harus
mengakui kewajiban atas seluruh pajak penghasilan periode berjalan dan periode sebelumnya
yang belum dibayar. Namun, apabila terjadi lebih bayar maka entitas harus mengakui sebagai
asset dan sebaliknya. Pelaporan atas pajak penghasilan tersebut bahwa entitas harus
mengungkapkan secara terpisah komponen komponen utama beban pajak penghasilan.

2.8 Transaksi Dalam Mata Uang Asing

Dengan mengacu pada SAK ETAP Bab 26 bahwa entitas harus mencatat transaksi mata
uang asing pada pengakuan awal dalam mata uang fungsional dengan menggunakan kurs tunai
pada tanggal transaksi antara mata uang asing. Pengakuan sesuai SAK ETAP yang praktisnya
kurs yang yang mendekati kurs yang sebenarnya pada tanggal transaksi sering digunakan.

Perlu dicermati bahwa SAK ETAP memberikan kriteria untuk kepentingan akuntansi
atau transaksi mata uang asing, diantara ransaksi yang timbul yakni :

10
- Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didedominasi dalam mata
uang asing.
- Meminjam atau meminjamkan dana atas sejumlah utang atau piutang yang
didenominasi dalam mata uang asing
- Memperoleh atau melepas asset atau terjadinya serta kewajiban yang didenominasi
dalam mata uang asing.

Hal tersebut dikondisikan pada pengakuan awal, sedangkan setiap akhir periode
pelaporan, pihak entitas diharuskan agar :

1. Melaporkan pos moneter dalam mata uang asing menggunakan kurs penutup.
2. Melaporkan pos Non moneter yang diukur dengan biaya perolehan historis dalam
mata uang asing .
3. Melaporkan pos nonmoneter yang diukur dengan nilai wajar dalam mata uang asing
dengan mnggunakan nilai tukar pada saat nilai wajar ditentukan.

2.9 Mata Uang Pencatatan dan Pelaporan Dalam SAK ETAP

Terhadap semua entitas yang akan menggunakan mata uang selain rupiah sebagai
mata uang pelaporan diatur sebagai berikut :

1. Mata uang pencatatan yaitu mata uang yang digunakan entitas membukukan
transaksi terhadap mata uang pencatatan haruslah sama dengan mata uang
pelaporan.
2. Mata uang Pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan
keuangan. Mata uang pelaporan yang digunakan oleh entitas di Indonesia adalah
rupiah. Pihak entitas dapat menggunakan mata uang selain rupiah sebagai mata uang
plaporan hanya apabila mata uang tersebut memenuhi kriteria mata uang fungsional.
3. Mata uang Fungsional adalah mata uang utama dalam arti substansi ekonominya
sebagai mata uang yang dicerminkan dalam kegiatan operasi entitas.
4. Laporan keuangan pada umumnya dilaporkan dalam uang local, tetapi bila entitas
menggunakan mata uang selain mata uang lokal seperti dollar Amerika maka mata
uang pelaporan harus merupakan mata uang fungsional . Fungsional dimaksud dapat

11
merupakan mata uang rupiah atau selain rupiah tergantung pada substansi
ekonominya yang memenuhi indikator indikator secara menyeluruh.
a. Indikator Arus Kas.
Arus kas yang berhubungan dengan kegiatan utama entitas didominasi mata
uang tertentu.
b. Indikator Harga Jual
Harga jual produk entitas dalam jangka pendek sangat dipengaruhi pergerakan
nilai tukar mata uang tertentu atau produkentitas secara dominan dipasarkan
untuk ekspor.
c. Indikator Biaya
Biaya biaya entitas secara dominan sangat dipengaruhi pergerakan mata uang
tertentu.

2.10 Undang Undang Perpajakan

Undang Undang perpajakan mengalami beberapa perubahan, Perubahan tersebut antara


lain yaitu dengan telah diundangkannya Undang Undang No. 7 Thun 1983 tentang pajak
penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang Undang N. 36 Tahun 2008 yang
berlaku efektif tanggal 1 Januari 2009. Dengan perubahan terakhir tersebut memang terdapat
banyak perbedaan antara PSAK dan SAK ETAP hasil konvergensi dengan undang undang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan dan Undang Undang Pajak Penghasilan adalah sebagai
berikut :

1. Mata Uang Pelaporan


a. Sesuai PSAK No. 10 bahwa pembukuan dilakukan dengan menggunakan mata
uang fungsional dan tidak mengatur mengenai mata uang pelaporan, tetapi
dianjurkan menggunakan mata uang rupiah.
b. Berbeda dalam SAK ETAP Bab 25 yang menyatakan uang pelaporan adalah
menggunakan mata uang rupiah dan mata uang pelaporan harus sama dengan
mata uang pencatatan.
c. Pasal 28 ayat 4 Undang Undang KUP bahwa mata uang pelaporan yaitu mata
uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan menggunakan satuan
mata uang rupiah.

12
d. Pasal 28 ayat 8 Undang Undang KUP menyatakan bahwa pembukuan
menggunakan mata uang selain rupiah dapat diselenggarakan oleh wajib pajak
setelah mendapat izin Menteri keuangan.
2. Dasar Pengukuran
a. PSAK No. 48 menyebutkan bahwa suatu asset mengalami penurunan nilai jumlah
tercatatnya (carrying amount) melebihi jumlah terpilihkan, maka entitas
diharuskan membuat estimasi formal jumlah terpulihkan
b. Bab 22 SAK ETAP Tentang penurunan nilai asset menyebutkan juga bahwa
entitas harus menilai pada setiap tanggal pelaporan apakah terdapat indicator
penurunan nilai asset. Apabila terjadi, entitas harus mengestimasi Nilai wajar
dikurangi dengan biaya untuk menjual asset tersebut.
c. Dalam Undang Undang Perpajakan yaitu pasal 10 ayat 1 Undang Undang PPH
bahwa cara penilaian harta dalam rangka menghitung penghasilan zehubungan
keuntungan atau kerugian bila terjadi penjualan atau pengalihan harta yang
dipengaruhi hubungan istimewa (Pasal 18 ayat 4) yaitu menggunakan nilai
perolehan. Nilai perolehan tersebut adalah jumlah yang seharusnya dibayar dan
bagi pihak penjual, nilai penjualannya (Jumlah yang seharusnya diterima).
Ketentuan dalam PSAK maupun SAK ETAP menganut estimasi sedangkan
Undang Undang Perpajakan menganut realisasi.
3. Revaluasi Aset
a. PSAK No. 16 (Revisi 2007) menyatakan model revaluasi yaitu setelah diakui
sebagai asset suatuaset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus
dicatat dalam jumlah revaluasian. Jumlah yang dimaksud yaitu Nilai wajar pada
tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan
nilai yang terjadi adalah tanggal revaluasi. Revaluasi asset dilakukan dengan
keteraturan yang regular.
b. Bab 15 SAK ETAP Paragrap 15.15 menyatakan revaluasi asset tetap pada
umumnta tidak diperkenankan karena SAK ETAP menganut penilaian asset
berdasrkan biaa perolehan atau harga pertukaran. Menyimpang dengan ketentuan
tersebut mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Laporan
keuangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep biaya

13
perolehan dalam penyajian asset tetap serta pengaruh dari penyimpangan tersebut
terhadap gambaran keuangan entitas.
c. Pasal 19 ayat 1 Undang Undang PPH memberikan kewenangan kepada menri
keuangan dalam menetapkan peraturan tentang penilaian kembali dan faktor
penyesuaian apabila terjadi ketidaksesuaian antara unsur unsur biaya dengan
penghasilan karena perkembangan harga.Sesuai peraturan Menteri keuangan No.
79 PMK.03/2008 bahwa perusahaan atau wajib pajak yang ingin mengajukan
revaluasi asset tetapnya diwajibkan mengajukan permohonan kepada Direktur
Jenderal Pajak. Terhadap asset tetap perusahaan yang telah di revaluasi tidak
dapat dilakukan revaluasi kembali sebelum lewat jangka waktu 5 tahun terhitung
sejak penilaian kembali asset perusahaan terakhir kali dilakukan berdasarkan
PMK No. 79/PMK.03/2008.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Perkembangan standar akuntansi Indonesia diawali dengan lahirnya Prinsip Akuntansi
Indonesia (PAI) yang dilahirkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia sebagai organisasi
profesi Akuntansi. penyusunan standar Akuntansi Keuangan bersumber pada US-GAAP
yang kemudian beralih sumber dari US GAAP menjadi FASB. Dengan berjalannya
waktu KPAI berinisiatif untuk dapat mengembangkan standar akuntansi keuangan
Indonesia dengan berlandaskan pada International Accounting Standars (IAS), Sehinga
PAI diubah menjadi Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang mngadopsi penuh
kerangka dasar penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan
2. Makna konvergensi yaitu membuat standar Akuntansi menjadi sama atau serupa
dengan mengadopsi penuh atau melakukan harmonsasi. Kegiatan konvergensi IFRS
merupakan suatu keharusan di era globalisasi.
3. PSAK No. 1 (Revisi 2009) paragraph 9 menjelaskan tentang pengertian Laporan
Keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan
suatu entitas. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggung jawaban
manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada entitas, oleh karena
itu laporan keuangan menyajikan informasi entitas yang meliputi :
i. Aset
ii. Liabilitas
iii. Ekuitas
iv. Pendapatan dan Beban termasuk keuntungan dan kerugian
v. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
penulis
vi. Arus Kas
4. Dalam penerapan SAK ETAP pengungkapan tambahan akan menghasilkan Laporan
Keuangan yang wajar atau posisi kinerja keuangan dan arus kas entitas. Pengungkapan
tambahan yang dimaksud diperlukan saat kepatuhan atas persyaratan tertentu dalam
SAK ETAP tidaklah memadai bagi pemakai dalam memahami pengaruh dari transaksi
tertentu.

15
Berikut adalah isi laporan keuangan entitas yang lengkap sesuai SAK ETAP meliputi
 Neraca
 Laporan Laba Rugi
 Laporan Perubahan Ekuitas
 Laporan Arus Kas
 Catatan Atas Laporan Keuangan
5. Undang Undang perpajakan mengalami beberapa perubahan, Perubahan tersebut antara
lain yaitu dengan telah diundangkannya Undang Undang No. 7 Thun 1983 tentang pajak
penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang Undang N. 36 Tahun
2008 yang berlaku efektif tanggal 1 Januari 2009. Dengan perubahan terakhir tersebut
memang terdapat banyak perbedaan antara PSAK dan SAK ETAP hasil konvergensi
dengan undang undang ketentuan umum dan tata cara perpajakan

16
DAFTAR PUSTAKA

Gamayuni, Rindu Rika.2009.Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia Menuju


International Financial Reporting Standard.Vol 14 No 2.

Waluyo.2017.Akuntansi Pajak Edisi 6.Jakarta. Salemba Empat

17

Anda mungkin juga menyukai