Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK) DI INDONESIA


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah SAK ETAP
Dosen Pengampu : Fatchur Rohman, SE. M.Pd. M.Si., CADE., CAAT

Disusun Oleh : Kelompok III


RITRA SANYA SELSABILA (201120002371)
VENA HAWINATUL ROIFA (201120002402)
PUTRI MAWARDIKA (201120002409)
TARISA ALFIANA FARIH (201120002431)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA JEPARA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
Topik 1
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia

Pendahuluan

Standar Akuntansi merupakan hal penting dalam penyusunan laporan keuangan. Oleh
karena itu, mekdanisme penyusunan standar akuntansi harus diatur sedemikian rupa sehingga
dapat memenuhi kebutuhan semua pihak yang berkepentingan. Standar akuntansi akan terus
berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat. Standar
akuntansi secara umum diterima sebagai aturan baku, yang didukung oleh sanksi- sanksi
untuk setiap ketidakpatuhan ( Belkaoui dalam Mulyani, 2015).

Kompetensi Dasar
Mampu memahami dan menjelaskan Standar Akuntansi di Indonesia

Kemampuan Akhir yang di Harapkan


Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai, sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Konsep Standar Akuntansi
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Pentingnya Standar Akuntansi
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan perkembangan Standar Akuntansi di
Indonesia
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Public Hearing

Kegiatan Belajar
Dalam praktik bisnis sering dijumpai bahwa laporan keuangan harus disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum (PABU) di Indonesia atau Generally Accepted
Accounting Principles (GAAP) di USA. Prinsip tersebut pada dasarnya akan menentukan
kualitas informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Meskipun GAAP sering dipakai
dalam praktik akuntansi, namun istilah GAAP atau PABU ini hendaknya dapat didefinisikan
secara jelas.

Ketidakjelasan definisi tersebut dapat dilihat dari berbagai pendapat. Misalnya, Grady
(1965) dalam Godzali dan Chariri (2003, 82) menunjukkan bahwa berbagai metoda akuntansi
banyak digunakan pada laporan keuangan yang dipublikasikan. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan bebas menggunakan metoda akuntansi selama metoda tersebut dapat diterima
dalam praktik bisnis. Namun demikian, melihat substansi dari perdebatan yang selama ini
muncul, GAAP didefinisikan sebagai sekumpulan konsep, standar, prosedur, metoda,
konvensi, kebiasaan dan praktik yang dipilih dan dianggap dapat diterima secara umum
dalam menyusun, menyajikan dan mengiterpretasikan laporan keuangan dalam lingkungan
tertentu.

Sumber-sumber GAAP tersebut dipandang sebagai suatu hirarki yang sering


dinamakan ̳The House of GAAP‖. Otoritas dari pedoman akuntansi terletak pada berbagai
posisi resmi dari profesi dan komisi pasar modal. Tingkat pertama merupakan sumber utama
acuan sebagai dasar dalam memecahkan berbagai masalah dalam praktik akuntansi. Apabila
pada tingkat pertama tidak ditemui dan atau belum mampu digunakan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi maka dapat dicapai pada tingkat kedua dan seterusnya.

Pengertian Standar Akuntansi


Menurut Paul Grady (1965), menyatakan bahwa berbagai metoda akuntansi banyak
digunakan pada laporan keuangan yang dipublikasikan. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan bebas menggunakan metoda akuntansi selama metoda tersebut dapat diterima dan
disahkan dalam praktik bisnis. Namun demikian, sebagai acuan GAAP telah merumuskan
bahwa standar akuntansi merupakan sekumpulan konsep, standar, prosedur, metoda,
konvensi, kebiasaan dan praktik yang dipilih dan dianggap dapat berterima umum dalam
menyusun, menyajikan dan menginterpretasikan laporan keuangan dalam lingkungan
tertentu, (Godzali, 2003, 120).

Untuk dapat mendefiniskan istilah berterima umum adalah dengan menggambarkan


kondisi yang mendasari praktik akuntansi keuangan sehingga dapat berterima umum
(generally accepted). Misalnya suatu standar tidak lagi dipermasalahkan bila pengguna telah
mengimplementasikan standar tersebut dalam penyajian laporan keuangannya. Kecuali
standar tersebut dinilai tidak mampu untuk mengakomodasi perkembangan dan kemajuan
teknologi informasi dan bisnis, maka perlu evaluasi dan penyesuaian sesuai dengan
perkembangan tersebut. Menurut Skinner (1972), bahwa untuk memilih dan menentukan
metoda akuntansi mana yang harus dipakai atau dipilih maka sebaiknya harus memenuhi
kondisi berikut.

1) Metoda tersebut dapat diterapkan sesuai dengan kondisi lingkungan.


2) Metoda tersebut dibuat dalam bentuk pengumuman (pronouncement) dari komunitas
akuntansi profesional.
3) Metoda tersebut didukung oleh para pemikir dan akademisi di bidang akuntansi dalam
bentuk tertulis.

Sejarah perkembangan akuntansi menunjukkan bahwa berbagai referensi yang


berkaitan dengan GAAP makin berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari berbagai
pernyataan, opini, dan pengumuman resmi yang dikeluarkan oleh badan berwenang.
Misalnya FASB mengeluarkan Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) dan
interpretasinya. Selain itu terdapat juga opini dari APB Opinion dan penelitian akuntansi
yang dikeluarkan AICPA (American Institute Certified Public Accountant). Sedangkan
sumber lainnya dari GAAP seperti:

1) Pedoman akuntansi dan audit industri serta interpretasi akuntansi yang dikeluarkan oleh
AICPA.
2) Publikasi FASB lainnya seperti buletin teknis dan pernyataan yang dikeluarkan
(misalnya: APB Opinion No. 4).
3) Publikasi-publikasi komisi pasar modal seperti Accounting Series Release (ASR).
4) Praktik-praktik yang diakui seperti yang ditunjukkan dalam publikasi AICPA tahunan
yang dinamakan Accounting Trends and Techniques (ATT).
5) Makalah atau tulisan yang membahas isu-isu tertentu yang dikeluarkan oleh AICPA,
pernyataan konsep-konsep FASB, buku ajar (text book) atau artikel ilmiah lainnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa standar akuntansi adalah sebagai pedoman umum
dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan secara wajar dan merupakan pernyataan
resmi berkaitan dengan masalah akuntansi tertentu. Standar ini dikeluarkan oleh badan
berwenang pembuat standar (standard setting body) dan berlaku mengikat untuk lingkungan
entitas tertentu. Standar akuntansi umumnya berisi tentang, definisi, pengukuran atau
penilaian, pengakuan, dan pengungkapan elemen laporan keuangan. Oleh karena itu, standar
akuntansi merupakan pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh badan berwenang yang
mengikat maka ia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari prinsip akuntansi berterima
umum. Sebab standar akuntansi akan memberikan aturan-aturan umum dan sebagai pedoman
yang bersifat praktis untuk membantu pekerjaan akuntan dan manajemen perusahaan dalam
merumuskan dan melaporkan kinerjanya dan sebagai bagian dari:

1. Pemerian tentang masalah yang dihadapi.


2. Diskusi makul (kemungkinan menghasilkan teori mendasar) atau cara-cara memecahkan
masalah.
3. Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan atau teori maka diajukan suatu
simpulan.

Edey (1977), menyatakan berkaitan dengan subyek standar, membagi standar ke


dalam empat tipe utama, yaitu:

1. Tipe 1 menyatakan bahwa akuntan harus memberitahukan kepada pemakai (users)


tentang apa yang mereka kerjakan, dengan cara apa mengungkapkan metoda dan asumsi
yang dipakai.
2. Tipe 2 membantu pencapaian beberapa keseragaman penyajian tentang pernyataan
akuntansi tertentu.
3. Tipe 3 menghendaki pengungkapan hal-hal khusus yang mungkin akan dapat
berpengaruh pada pertimbangan (judgment) pemakai.
4. Tipe 4 menghendaki keputusan implisit atau eksplisit yang harus dibuat tentang penilaian
aset dan penentuan laba yang disetujui.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya terdapat tiga istilah atau
konsep penting yang sangat berbeda maknanya, yaitu prinsip akuntansi (accounting
principles), standar akuntansi (accounting standard), dan PABU (GAAP). Prinsip akuntansi
adalah segala ideologi, gagasan, asumsi, konsep, postulat, kaidah, prosedur, metoda, dan
teknik akuntansi yang tersedia baik secara teoritis maupun praktis yang berfungsi sebagai
pengetahuan. Prinsip tersebut masih dalam bentuk gagasan yang mungkin belum
dipraktikkan, (Suwarjono, 2005; 121-122).

Standar akuntansi merupakan prinsip, metoda dan teknik akuntansi yang dipakai
sebagai acuan atas dasar Kerangka konseptual dan disusun oleh badan penyusun standar,
yang dituangkan dalam dokumen resmi di dalam suatu negara atau lingkungan tertentu.
Standar akuntansi ini dipakai sebagai pdemon utama dalam memperlakukan laporan
keuangan secara wajar. Misalnya: PSAK No.1-59 di Indonesia untuk sektor bisnis
konvensional, PSAK 100-109 untuk entitas bisnis syariah, PSAP No. 1-11 untuk organsasi
pemerintahan. Sedangkan PABU adalah sebagai bingkai pedoman yang terdiri atas standar
akuntansi dan sumber lain yang berlaku secara resmi. PABU tidak sama dengan standar
akutansi dan berbeda pula pula dengan prinsip akuntansi. Namun ketiga hal tersebut
mempunyai kaitan yang sangat erat yang membentuk bingkai PABU sebagai suatu acuan

Standar Akuntansi Keuangan (SAK)


Standar akuntansi keuangan merupakan pedoman umum dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Karena standar akuntansi merupakan pernyataan resmi berkaitan
dengan masalah akuntansi tertentu, yang dikeluarkan oleh badan berwenang (standard setting
body). Standar akuntansi ini berisi tentang pernyataan-pernyataan yang mengatur tentang
perlakukan akuntansi (penyajian dan pengungkapan) kejadian/event/transaksi ekonomi
tertentu secara konsisten dan wajar. SAK ini berlaku mengikat untuk lingkungan entitas
tertentu. Standar akuntansi umumnya berisi tentang, definisi, pengukuran atau penilaian,
pengakuan, dan pengungkapan elemen laporan keuangan.

Oleh karena itu, standar akuntansi keuangan merupakan pernyataan resmi yang
dikeluarkan oleh badan berwenang yang mengikat dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari prinsip akuntansi berterima umum. Karena dalam pernyataan standar
akuntansi keuangan tersebut berisi aturan-aturan umum dan mendasar sebagai pedoman yang
bersifat praktis untuk membantu pekerjaan akuntan dan manajemen perusahaan dalam
merumuskan dan melaporkan kinerjanya melalui laporan keuangan yang dibuat dan sebagai
bagian dari:

1. Deskrispi tentang masalah yang dihadapi.


2. Diskusi logis (kemungkinan menghasilkan teori mendasar) atau cara-cara memecahkan
masalah.
3. Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan atau teori maka diajukan suatu solusi.

Peranan Standar Akuntansi Keuangan


Ada beberapa alasan yang menyebabkan penentuan standar akuntansi keuangan
memiliki peranan yang penting dalam penyajian laporan keuangan. Alasan tersebut ialah:

1. Memberi informasi akuntansi kepada pemakai tentang posisi keuangan, hasil usaha
(laba), dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan. Informasi tersebut
diasumsikan jelas, konsisten, dan dapat dipercaya (andal), dan mempunyai daya banding
(comparability).
2. Memberi pedoman dan aturan bagi akuntan publik (khususnya) untuk melaksanakan
kegiatan audit dan menguji validitas laporan keuangan.
3. Memberi data dasar bagi pemerintah tentang berbagai variabel yang dipandang penting
untuk mendukung pengenaan pajak, pembuatan regulasi (aturan), perencanaan ekonomi,
dan peningkatan efisiensi dan tujuan sosial lainnya.
4. Menghasilkan prinsip-prinsip dan teori bagi mereka yang tertarik dengan disiplin
akuntansi, (Gadzali, 2003).

Jadi, standar akuntansi keuangan diharapkan dapat menjadi pedoman bagi entitas
bisnis atau pihak lain dalam penyusunan laporan keuangan (bagi manajer), pemakai laporan
keuangan dan auditor dalam memahami dan menverifikasi informasi yang tersaji dalam
laporan keuangan tersebut. Dengan mengunakan standar akuntansi yang seragam dan
konsisten, diharapkan berbagai phak yang berkepentingan tersebut dapat memahami laporan
keuangan dari sudut pandang yang sama. Sehingga tujuan laporan keuangan dapat tercapai
dan sesuai dengan keinginan para pemakai. Terutama untuk pengambilan keputusan
ekonomi. Secara umum pemakai laporan keuangan dapat dikelompokkan sebagai berikut.

- Pemakai langsung: pemilik perusahaan (stackholder), kreditur atau pemasok, manajemen


(pengelola), pemerintah (kantor pajak), karyawan perusahaan, dan pelanggan (customer).
- Pemakai tidak langsung: analisis dan konsultan keuangan, pasar modal, pengacara, badan
pembuat peraturan/undang-undang, agen pelaporan, asosiasi perdagangan dan profesi,
serikat pekerja, pesaing, masyarakat umum, departemen dalam pemerintah terkait, dan
organisasi non pemerintahan (LSM, organisasi keagamaan, yayasan, maupun organisasi
sektor publik lainnya).

Para pemakai laporan keuangan memiliki tujuan atau kepentingan yang berbeda-beda
dan bahkan bertentangan. Sehingga sebagai konsekunesinya, kedua kelompok pemakai
laporan keuangan tersebut layaknya memerlukan informasi yang berbeda pula sesuai dengan
tujuan dan kebutuhan informasi relevan yang dibutuhkannya. Namun demikian, standar
akuntansi yang selama ini dibuat umumnya ditujukan untuk menyusun laporan keuangan
yang bertujuan umum (general purpose financial statement). Oleh karena adanya perbedaan
kebutuhan informasi. Belkoui (1998), menyebutkan bahwa kemungkinan ada tiga jenis
laporan keuangan, yaitu:

1. Laporan keuangan bertujuan umum (general purpose financial statement) yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan umum pamakai laporan keuangan.
2. Laporan keuangan bertujuan khusus (specific purpose financial statement), untuk
memenuhi pemakai laporan keuangan tertentu.
3. Pengungkapan berbeda untuk tujuan yang berbeda pula dalam menyajikan angka-angka
atau gambaran yang berbeda agar menungkinkan pemakai memiliki informasi yang
relevan.
Apapun bentuk laporan keuangan yang digunakan, beberapa pemakai laporan
keuangan bertindak sebagai kelompok yang dominan. Para pemakai berusaha untuk
memengaruhi badan penyusun standar agar mengembangkan standar akuntansi yang
memenuhi tujuan atau kepentingan mereka. Kondisi ini dipandang logis karena penentuan
standar akuntansi merupakan proses politik yang melibatkan arena, pelaku, dan bargaining
power. Seperti halnya dalam penetapan standar akuntansi sektor publik (SAKSP) menjalani
proses yang cukup panjang, dan terjadi ―perebutan‖ standard setting body misalnya, antara
organisasi profesi (IAI) dan pemerintah (BAKUN; akhirnya dibubarkan, BPK).

Sehingga konsensus akhirnya menjadi pilihan dalam menentukan standar akuntansi


yang akan dipublikasikan. Misalnya dalam merumuskan standar akuntansi pemerintahan
(SAP), pemerintah telah membentuk Tim Pokja Evaluasi Pembiayaan dan Informasi
Keuangan Daerah (Depkeu, BPKP dan Depdagri) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
(KMK. No. 355/KMK.07/2001). Tim ini telah berhasil dalam menyusun 11 SAP yang
berlaku untuk seluruh instansi pemerintah dari pusat dan daerah dan berlaku efektif sejak
tahun 2003, khusus untuk DKI Jakarta. Sedangkan untuk seluruh Indonesia (Pemerintah
Propinsi dan Kabupaten) diberlakukan mulai tahun 2004 (melalui INPRES dan Kepmendagri
No. 13 tahun 2006 diganti dengan No. 59 tahun 2007), sehingga dalam laporan
pertanggungjawaban pemerintahan daerah harus membuat dan melampirkan:

1. Laporan Perhitungan APBD (provinsi/kabupaten/kota/instansi/SKPD) atau Laporan


Surplus/Defisit.
2. Laporan Neraca.
3. Laporan Arus Kas.
4. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK).

Proses Penyusunan Standar Akuntansi Di Indonesia


Penyusunan standar akuntansi di Indonesia pada dasarnya mengacu pada model
Amerika Serikat (Anglo Saxon) dengan melakukan proses adaptasi (modifikasi). Sejak
didirikan pada tanggal 23 Desember 1957, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah
menyelenggarakan sebanyak 8 (delapan) kali kongres. Kongres ini merupakan pemegang
kadaulatan tertinggi, karena kongres memiliki kewenangan sebagai berikut.

a) Menetapkan anggaran dasar/rumah tangga, pedoman pokok garis besar haluan dan
program kerja IAI.
b) Memberikan penilaian atas setuju tidaknya pertanggungjawaban pengurus pusat, dewan
pertimbangan profesi dan dewan penasehat tentang amanat yang diberikan oleh kongres
sebelumnya.
c) Menetapkan kebijakan maupun metoda akuntansi yang dipakai.

Secara umum dapat dipahami bahwa standar akuntansi selama ini mendominasi
pekerjaan akuntan. Standar tersebut akan terus berkembang secara dinamis, terus berubah,
dihapus (write off), maupun ditambah atau disempurnakan. Dalam praktik, standar akuntansi
dapat diterima secara umum sebagai aturan pokok bagi perusahaan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan. Karena standar akuntansi tersebut bersifat mengikat dan
didukung oleh adanya sanksi bagi mereka yang tidak mematuhi atau melaksanakan
pernyataan standar akuntansi keuangan tersebut.

Baxter (1979), standar akuntansi umumnya terdiri dari tiga proses, yaitu:

a. Memilih dan mengangkat ketua umum pengurus pusat.


b. Mengangkat seluruh anggota dewan pertimbangan profesi dan dewan penasehat.
c. Menetapkan auditor independen untuk mengaudit laporan keuangan kepengurusan
periode berikutnya.

IAI selama ini sudah menjalin hubungan kejasama dengan organisasi dunia, misalnya
menjadi anggota Asean Federation of Accountants (AFA), Confederation Asian Pasific of
Accountants (CAPA), International Federation of Accountant (IFA) dan International
Accountants Standard Committee (IASC). Namun, kerjasama ini hanya terbatas untuk
masalah tertentu saja, bersifat insidentil, sehingga tidak dapat memberikan kontribusi optimal
terhadap pengembangan standar akuntansi di Indonesia. Penyusunan standar akuntansi
keuangan di Indonesia dapat dikategorikan ke dalam dua periode, yaitu periode sebelum
kongres VIII IAI (September 1998) dan periode sesudah kongres diputuskan perubahan
mendasar dalam proses penyusunan standar akuntansi.

Secara kronologis PSAK yang telah dihasilkan oleh IAI adalah sebagai berikut.

- Tahun 1984 telah dikeluarkan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) berisi konsep dasap
laporan keuangan dan karakteristik kualitatif informasi.
- September 1994 telah ditetapkan disahkan 35 PSAK yang berlaku untuk seluruh
perusahaan yang berorientasi laba (swasta).
- Oktober 1996, telah ditetapkan 37 PSAK.
- April 1999, telah ditetapkan 55 jenis PSAK dan 4 ISAK.
- April 2002 telah ditetapkan dan disahkan sejumlah 58 PSAK/2002.
- Maret 2003 telah disahkan PSAK No. 59/2003 tentang Akuntansi Perbankan Syariah,
yang dilengkapi dengan PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia) dan
Fatwa MUI dalam bentuk 25 Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN).
- Sedangkan khusus untuk Organisasi Sektor Publik (OSP) telah ditetapkan dan disahkan
pula 3 PSAK (berlaku untuk organisasi pemerintah, yayasan, rumah sakit, LSM, lembaga
pendidikan, maupun lembaga non profit lainnya).
- Juli 2002 telah ditetapkan dan diterbitkan 11 Pernyataan untuk Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) berlaku efektif mulai tahun 2014, untuk yang bebasis akrual.
- Tanggal 01 September 2007 telah ditetapkan dan diterbitkan kembali PSAK, terdiri dari
59 PSAK. Yaitu 58 PSAK untuk entitas bisnis konvensional dan satu PSAK (No. 59)
tentang Bank Syariah diganti dengan PSAK No. 100 tentang KDPPLKS; dilengkapi
dengan 9 (sembilan) pernyataan khusus:
1. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS).
2. PSAK No. 101 Penyajian Laporan Keuangan Syariah
3. PSAK No. 102 Akuntansi Murabahah
4. PSAK No. 103 Akuntansi Salam
5. PSAK No. 104 Akuntansi Istishna‘
6. PSAK No. 105 Akuntansi Mudharabah
7. PSAK No. 106 Akuntansi Musyarakah
8. PSAK No. 107 Akuntansi Ijarah
9. PSAK No. 108 Asuransi Syariah (9 Juli 2009)
10. PSAK No. 109 Zakat, Infaq dan Shadaqah

Selain itu, dalam edisi September 2007 ini dilengkapi pula dengan 7 (tujuh)
Interpretasi atas Standar Akuntansi (ISAK), yaitu:

1. ISAK No. 01 Interpretasi atas paragraf 23 Nomor 21 tentang Penentuan Harga Pasar
Dividen Pasar
2. ISAK No. 02 Interpretasi atas PSAK No. 21; Pasal 25 tentang Penyajian Modal dalam
Neraca dan Pasal 31 tentang Piutang pada Pemesan Saham tentang Penentuan Harga
Pasar Dividen Pasar.
3. ISAK No. 03 Interpretasi tentang Perlakuan Akuntansi atas Pemberian Sumbangan atau
Bantuan (reformat 2007).
4. ISAK No. 04 Interpretasi atas paragraf 20 PSAK 10 (reformat 2007) tentang Alternatif
Perlakuan yang Diizinkan atas Selisih Kurs (reformat 2007).
5. ISAK No. 05 Interpretasi atas paragraf 14 PSAK 50 (1998) tentang Pelaporan Perubahan
Nilai Wajar Investasi Efek dalam Kelompok Tersedia untuk Dijual.
6. ISAK No. 06 Interpretasi tentang Instrumen Derivatif Melekat pada Kontrak Dalam Mata
Uang Asing
7. ISAK No. 07 Interpretasi atas paragraf 5 dan 19 PSAK 4 (reformat 2007) tentang
Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus.

Jadi secara keseluruhan sekarang terdapat 2 Kerangka Dasar Penyajian dan


Penyusunan Laporan Keuangan (konvensional dan syariah) 65 PSAK (58 PSAK untuk
entitas bisnis konvensional dan 9 PSAK untuk entitas bisnis syariah) dan 7 ISAK

Perkembangan Akuntansi di Indonesia


Sejarah perkembangan akuntansi di Indonesia tidak lepas dari sejarah Indonesia baik
secara politik maupun perkembangan perdagangan yang terjadi di Indonesia. Indonesia yang
memiliki sejarah panjang dalam perniagaan yang dilakukan sejak zaman Kerajaan Hindu
sampai dengan dekade Kerajaan Islam. Arus lalu lintas perniagaan yang terjadi saat itu
melahirkan ketertarikan negara-negara lain yang memasuki wilayah Indonesia.

Semula mereka mengadakan hubungan perniagaan. Namun, lama- kelamaan


perniagaan yang semula saling menguntungkan kedua belah pihak, tetapi akhirnya
melahirkan keuntungan yang sepihak, yaitu yang memiliki tawar-menawar lebih kuat yang
pada gilirannya melahirkan kolonialisme. Kolonial tersebut mulai dari bangsa Portugis,
Spanyol, Inggris, Belanda, dan Jepang sehingga dalam perkembangan akuntansi yang
sekarang ada sangat kental pengaruh perjalanan panjang sebagai negara yang pernah dijajah
oleh Belanda selama 350 tahun. Akibatnya yang paling memberikan warna dalam akuntansi
di Indonesia adalah pengaruh Belanda. Untuk itu dalam uraian perkembangan akuntansi di
Indonesia dibagi menjadi beberapa dekade berdasarkan sejarah yang dapat memberikan
warna akuntansi di Indonesia.

Standar akuntansi merupakan pedoman utama bagi akuntan dalam rangka melakukan
penyusunan laporan keuangan. Standar akuntansi keuangan adalah metode dan format baku
yang digunakan dalam penyajian informasi laporan keuangan. Standar akuntansi di Indonesia
mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan perkembangan dunia bisnis global,
peraturan yang berlaku dan lain – lain. Standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia
antara lain PSAK-IFRS, SAK-ETAP, PSAK Syariah, SAP, dan SAK EMKM.

Standar akuntansi keuangan di Indonesia telah dimulai pada saat zaman penjajahan,
tahun 1602 – 1799 saat zaman kolonial telah dilakukan pencatatan sederhana, pada tahun
1800 – 1942 saat zaman penjajahan Belanda telah dilakukan pencatatan debit dan kredit,
tahun 1942 – 1945 pencatataan tetap menggunakan debit dan kredit dan belum terdapat
banyak perubahan dalam pencatatan akuntansi sedangkan pada tahun 1945 sampai dengan
sekarang dilakukan harmonisasi terhadap standar keuangan salah satunya harmonisasi pada
standar IFRS. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang berdiri sejak tahun 1957 merupakan
wadah profesi akuntansi di Indonesia yang terus melakukan pengembangan standar untuk
menyesuaikan dengan dunia usaha dan profesi akuntansi dan merupakan anggota dari
International Federation of Accountants (IFAC). Pada tahun 1973 dibentuknya panitia
penghimpunan bahan – bahan dan struktur GAAP dan GAAS yang Selanjutnya pada tahun
1974 dibentuk komite prinsip akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas menyusun dan
mengembangkan Standar Akuntansi Keuangan. Pada tahun 1994 komite PAI diubah menjadi
komite standar akuntansi keuangan yang kemudian pada tahun 1998 berubah menjadi Dewan
Standar Akuntansi Keuangan.

IAI sebagai anggota dari IFAC memiliki komitmen untuk melaksanakan semua
Standar Internasional yang ditetapkan demi kualitas tinggi dan penguatan profesi akuntan di
Indonesia. IAI memutuskan untuk melakukan harmonisasi terhadap Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) kepada International Financial Reporting Standard (IFRS) yang
kemudian dilanjutkan dengan konvergensi terhadap IFRS. PSAK adalah aturan baku yang
mengatur pencatatan, penyusunan, perlakuan, dan penyajian laporan keuangan sedangkan
IFRS merupakan Standar Akuntansi Internasional. Tahun 2012 mencatatkan satu momen
penting, dimana pada tahun ini dilakukan pengimplementasian PSAK berbasis IFRS di
Indonesia. Sehubungan dengan pengimplementasian IFRS tersebut, maka terdapat beberapa
perubahan dalam PSAK yang kemudian disesuaikan dengan pengaturan dalam IFRS. PSAK-
IFRS ini biasanya digunakan pada bisnis dan organisasi yang berskala publik dan bersifat
umum.

Semetara itu adanya perkembangan industri syariah di Indonesia yang sangat pesat
mengharuskan suatu keberadaan standar akuntansi yang sesuai dengan kebutuhan syariah.
Adanya kebutuhan tersebut melahirkan Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAK) yang
berada dibawah naungan IAI yang bertugas untuk menyusun Standarisasi laporan keuangan
syariah. PSAK Syariah disahkan pada tahun 2002. PSAK Syariah terdiri atas kerangka
konseptual penyusunan dan pengungkapan laporan, standar penyajian laporan keuangan dan
standar khusus transaksi syariah seperti mudharabah, murabahah, salam, ijarah dan istishna.

Selain standar akuntansi yang harus dijalankan oleh industri bisnis dan syariah di atas,
Instansi Pemerintahan juga memiliki kewajiban dalam menjalankan standar akuntansi dalam
menyusun laporan keuangannya. Laporan keuangan yang dibuat oleh instansi pemerintahan
harus sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Standar akuntansi yang digunakan oleh
Instansi Pemerintahan dalam menyusun laporan keuangan menggunakan Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP). SAP ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 dan
digunakan sebagai acuan dalam menyusun laporan keuangan Pemerintah, baik Pemerintah
Pusat maupun Pemerintah Daerah, dengan adanya SAP diharapkan dapat menjamin
transparansi, partisipasi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara sehingga
terwujudnya pemerintah yang baik dan bersih.

Banyaknya unit bisnis yang tergolong masih kecil di Indonesia membutuhkan standar
akuntansi yang sesuai dengan bisnis tersebut, maka pada 17 Juli 2009 IAI menerbitkan
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) dan telah
disahkan oleh DSAK IAI pada tanggal 19 Mei 2009. SAK-ETAP digunakan oleh entitas yang
tidak memiliki akuntabilitas publik seperti usaha – usaha yang tergolong masih kecil. SAK-
ETAP memiliki bentuk pengaturan yang lebih sederhana dalam hal perlakuan akuntansi
sehingga dapat menciptakan fleksibilitas dalam penerapannya dan diharapkan dapat memberi
kemudahan dalam hal pendanaan dari perbankan. SAK-ETAP memiliki beberapa persyaratan
akuntansi yang tidak atau belum mampu dipenuhi oleh Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM), maka pada tanggal 18 Mei 2016 Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK)
telah mengesahkan Ekposure Draft Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan
Menengah (“ED SAK EMKM). SAK EMKM ini mulai berlaku efektif pada tanggal 1 Januari
2018. SAK EMKM adalah standar akuntansi yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
pelaporan keuangan entitas mikro, kecil, dan menengah. Laporan Keuangan pada SAK
EMKM hanya meliputi Laporan Laba Rugi, Laporan Posisi Keuangan, dan Cataan Atas
Laporan Keuangan. Pada praktiknya standar akuntansi keuangan di Indonesia dari dulu
sampai dengan sekarang terus – menerus mengalami perubahan sesuai dengan kondisi dunia
usaha, profesi akuntansi, dan peraturan yang berlaku. Perkembangan tersebut mengharuskan
para pelaku usaha dan instansi/lembaga untuk mampu menyusun laporan keuangan sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku, sehingga laporan keuangan yang disusun berfungsi
sebagaimana wajarnya.

Pentingnya Standar Akuntansi


Standar akuntansi disusun dengan tujuan agar laporan keuangan menjadi lebih
Objektif, jelas dan dimengerti oleh semua pihak. Standar akuntansi adalah aturan baku yang
disusun oleh Lembaga yang berwenang, untuk itu (di Indonesia oleh Dewan standar
akuntansi Keuangan IAI) sebagai pedoman yang harus diikuti oleh penyusun laporan
keuangan jika laporan keuangan tersebut ditujukan untuk pihak eksternal perusahaan. Di
samping konsep yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan, laporan keuangan
juga harus menganut aturan-aturan yang disusun oleh otoritas akuntansi tersebut. Aturan-
aturan ini disebut accounting standard, yang memberikan pedoman khusus untuk Menyusun
laporan keuangan secara terinci, Standar akuntansi ini akan selalu berkembang (bisa berubah,
bertambah, atau berkurang) yang disesuaikan dengan perubahan lingkungan yang mengglobal
saat int baik kondisi bisnis maupun perekonomian serta standar akuntansi yang berlaku di
negara lain. Hal ini berarti standar akuntansi akan berkembang sejalan dengan perkembangan
dunia usaha A.C.
(Littleton, 1953) mengatakan bahwa perdagangan dan industri merupakan landasan
terpenting bagi perkembangan akuntansi, sehingga dapat dikatakan bahwa akuntansi pada
hakikatnya merupakan fungsi dari business. Dengan melihat uraian di atas dapatlah dikatakan
bahwa peranan standar akuntansi keuangan sangatlah besar. Dengan standar akuntansi yang
konsisten, praktisi mempunyai pegangan yang kuat, dan auditor mempunyai basis untuk
memecahkan masalah pelaporan. Standar akuntansi merupakan acuan penyusunan laporan
keuangan yang akan disajikan oleh manajemen kepada berbagai pihak yang berkepentingan,
yaitu investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan
kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga- lembaganya, dan masyarakat
(Ikatan Akuntan Indonesia (1999, hal. 2).

Beberapa alasan yang menyebabkan penentuan standar memiliki peranan penting


dalam penyajian laporan keuangan:

1. Memberi informasi kepada pemakai tentang posisi keuangan, hasil usaha dan hal-hal
yang berkaitan dengan perusahaan. Informasi tersebut diasumsikan jelas, konsisten,
dapat dipercaya, dan dapat diperbandingkan.
2. Memberi pedoman dn aturan bagi akuntan public untuls melaksanakan kegiatan audit
dan menguji validitas laporan keuangan.
3. Memberi data dasar bagi pemerintah tentang berbagai variable yang dipandang
penting dalam mendukung pengenaan pajak, pembuatan regulasi, perencanaan
ekonomi, dan peningkatan efisiensi dan tujuan social lainnya.
4. Menghasilkan prinsip-prinsip dan teori bagi mereka yang tertarik dengan disiplin.

Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia


Indonesia telah memiliki sendiri standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Prinsip atau standar akuntansi yang secara umum dipakai di Indonesia disusun dan
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia sendiri adalah
organisasi profesi akuntan yang ada di Indonesia. IAI yang didirikan pada tahun 1957 selain
mewadahi para akuntan juga memiliki peran yang lebih besar dalam dunia akuntansi di
Indonesia. Peran tersebut seperti yang telah disebutkan sebelumnya adalah peran dalam
rangka penyusunan standar akuntansi. Standar akuntansi tersebut merupakan seperangkat
standar yang mengatur tentang pelaksanaan akuntansi di dunia bisnis di Indonesia.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan


Indonesia tersebut mengatur perlakuan akuntansi secara menyeluruh untuk berbagai aktivitas
bisnis perusahaan di Indonesia. Standar-standar tersebut selain ditujukan untuk mengatur
perlakuan akuntansi dari awal sampai tujuan akhirnya yaitu untuk pelaporan terhadap
pengguna, standar- standar tersebut juga meliputi pedoman perlakuan akuntansi mulai dari
perolehan, penggunaan, sampai dengan saat penghapusan untuk setiap elemen-elemen
akuntansi. Standar-standar tersebut juga mengatur tentang pengakuan, pengukuran, penyajian
dan pelaporan atas keuangan perusahaan. Tonggak sejarah perkembangan IAI pertama kali
terjadi menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun 1973. Pada tahun ini,
dibentuk cikal bakal badan penyusun standar akuntansi, yaitu Panitia Penghimpun Bahan-
Bahan dan Struktur dari GAAP dan GARS. Panitia ini, akhirnya dapat menghasilkan
kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku Prinsip
Akuntansi Indonesia (PAI).

Pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (Komite PAI)
menggantikan Panitia Penghimpun Bahan-Bahan dan Struktur dari GAAP dan GARS.
Komite PAI ini bertugas menyusun dan mengembangkan SAK. Komite PAI melakukan
revisi secara mendasar PAI 1973 untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan
perkembangan dunia usaha. Hasil revisi dikodifikasikan dalam buku Prinsip Akuntansi
Indonesia 1984. Selanjutnya tahun 1984 dijadikan tonggak kedua penyusunan SAK di
Indonesia. Tonggak ketiga sejarah standar akuntansi Indonesia terjadi pada tahun 1994.
Komite PAI yang dibentuk tahun 1974 terus melakukan kegiatannya sampai dengan tahun
1994. Namun, personil anggota Komite PAI terus diperbarui. Pada tahun 1994 ini, Komite
PAI juga melakukan revisi total terhadap PAI 1984. Hasil revisi dikodifikasikan dalam buku
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994.

Kepengurusan IAI 1994-1998, nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar
Akuntansi Keuangan (Komite SAK). Dan mulai tahun 1994, IAI juga memutuskan untuk
melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam mengembangkan
standarnya. Pada kepengurusan Komite SAK ini, buku SAK tahun 1994 telah mengalami dua
kali revisi, yaitu pada 1 Oktober 1995 dan 1 Juni 1996. Kemudian, pada Kongres VIII IAI,
tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK diubah menjadi Dewan Standar
Akuntansi Keuangan (DSAK). DSAK diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan
PASK dan ISAK. Sejak 1998, DSAK sudah memasuki periode kedua masa bakti DSAK,
yaitu masa bakti 1998-2002 dan 2002-2006. Pada masa bakti 1998- 2002, DSAK telah
melakukan dua kali revisi PSAK, yaitu revisi per 1 Juni 1999 dan 1 April 2002.

DSAK sampai saat ini telah mengembang- kan dan menyempurnakan SAK yang ada.
Hasil pengembangan SAK yang dilakukan oleh DSAK mulai April 2002 sampai dengan
Oktober 2004, terdiri dari empat hal, yaitu:

1. Menerbitkan satu Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan


(KDPPLK) Bank Syariah. KDPPLK ini merupakan peleng- kap dari KDPPLK yang
umum. KDPPLK ini juga merupakan landasan konseptual untuk pelaporan keuangan
perbankan Syariah.
2. Menerbitkan satu PSAK baru, PSAK No.59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah.
3. Menerbitkan lima PSAK revisi. Kelima PSAK revisi tersebut adalah:
- PSAK No. 58 (Revisi 2003) tentang Operasi Dalam Penghentian
- PSAK No. 8 (Revisi 2003) tentang Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca
- PSAK No. 51 (Revisi 2003) tentang Akuntansi Kuasi Reorganisasi
- PSAK No. 24 (Revisi 2004) tentang Imbalan Kerja.
- PSAK No. 38 (Revisi 2004) tentang Akuntansi Restrukturisasi Entitas pengendali.
4. Menerbitkan tiga Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK), yaitu:
- ISAK No.5 merupakan interpretasi atas Paragraf 14 PSAK No. 50 tentang Pelaporan
Perubahan Nilai Wajar Investasi Efek dalam Kelompok Tersedia untuk dijual.
- ISAK No. 6 adalah interpretasi atas Paragraf 12 dan 16 PSAK No. 55 (Revisi 1999)
tentang Instrumen Derivatif Melekat pada Kontrak dalam Mata Uang Asing.
- ISAK No. 7 yang merupakan interpretasi atas Paragraf 5 dan 19 PSAK No. 4 tentang
Konsolidasi Entitas Bertujuan Tertentu. ISAK No. 7 ini diadopsi dari Standing
Interpretations Committee (SIC) No. 12 tentang Consolidation Special Purposes
Entities.

SAK dan interpretasi yang dikembangkan oleh DSAK sampai dengan periode
Oktober 2004 telah dikodifikasikan dalam buku Standar Akuntansi Keuangan per 1 Oktober
2004. SAK yang dikodifikasikan tersebut terdiri dari KDPPLK, KDPPLK Bank Syariah, 59
PSAK, dan 7 ISAK. Untuk lebih meningkatkan transparansi informasi dunia usaha kepada
pihak-pihak yang berkepentingan dan masyarakat, DSAK berupaya memutakhirkan kembali
SAK. Pemutakhiran SAK didasarkan pada tiga hal:

1. Mendukung program harmonisasi dan konvergensi yang diprakarsai oleh International


Accounting Standards Board (IASB) dengan selalu menyelaraskan PSAK dengan
International Financial Reporting Standards (IFRS).
2. Perumusan SAK, di samping menggunakan IFRS sebagai acuan, juga
mempertimbangkan berbagai faktor lingkungan usaha yang ada di Indonesia.
3. Pengembangan SAK yang belum diatur dalam IFRS dilakukan dengan berpedoman
pada Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, kondisi
lingkungan usaha di Indonesia, dan Standar akuntansi yang berlaku di negara lain.

Revisi standar IAI yang berbentuk adopsi standar international menuju konvergensi
dengan IFRS tersebut dilakukan dengan revisi terakhir yang dilakukan pada tahun 2007.
Revisi pada tahun 2007 tersebut merupakan bagian dari rencana jangka panjang IAI yaitu
menuju konvergensi dengan IFRS sepenuhnya pada tahun 2012. Rencana menuju
konvergensi penuh dengan IFRS pada tahun 2012 dapat dijabarkan sebagai berikut:

 Pada akhir tahun 2010 diharapkan seluruh IFRS sudah diadopsi dalam PSAK;
 Tahun 2011 merupakan tahun penyiapan seluruh infrastruktur pendukung untuk
implementasi PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS;
 Tahun 2012 merupakan tahun implementasi dimana PSAK yang berbasis IFRS
wajib diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik.
Revisi tahun 2007 yang merupakan bagian dari rencana jangka panjang IAI tersebut
menghasilkan revisi 5 PSAK yang merupakan revisi yang ditujukan untuk konvergensi
PSAK dan IFRS serta reformat beberapa PSAK lain dan penerbitan PSAK baru. PSAK baru
yang diterbitkan oleh IAI tersebut merupakan PSAK yang mengatur mengenai transaksi
keuangan dan pencatatannya secara syariah. PSAK yang direvisi dan ditujukan dalam rangka
tujuan konvergensi PSAK terhadap IFRS adalah:

1. PSAK 16 tentang Properti Investasi


2. PSAK 16 tentang Aset Tetap
3. PSAK 30 tentang Sewa
4. PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan
5. PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran

PSAK-PSAK hasil revisi tahun 2007 tersebut dikumpulkan dalam buku yang disebut
dengan Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007 dan mulai berlaku sejak tanggal
1 Januari 2008.

Pada saat ini di Indonesia berlaku 4 (set) standar akuntansi untuk akuntansi keuangan:

1. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) untuk entitas berakuntabilitas publik secara


signifikan;
2. Standar Akuntansi Keuangan khusus untuk entitas tapa akuntabilitas public (ETAP);
3. Standar Akuntansi Syariah khusus untuk entitas dan transaksi syariah; dan
4. Standar Akuntansi Pemerintahan

SAK mum dan SAK ETAP diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK),
sedangkan Standar Akuntansi Syariah diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Syariah.
Kedua Dewan tersebut berada di bawah naungan IAI. Standar Akuntansi Pemerintahan
diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, yang berada di bawah Menteri
Keuangan.

Public Hearing
Salah satu due process DSAK IAI dalam penyusunan SAK adalah dengan melaksanakan
dengar pendapat publik atau public hearing. Public hearing dilakukan dalam rangka
mendapatkan masukan dan tanggapan dari preparers, praktisi, regulator, asosiasi, dan
masyarakat atas penerbitan Draf Eksposur.
Rangkaian kegiatan di bawah ini disusun berdasarkan urutan tanggal, dimulai dengan periode
tanggal kegiatan yang paling dekat.
No Tanggal Kegiatan Judul PH Lokasi
.
1 16-Jun-2016 ED SAK EMKM Mawar Room Lantai 3, Balai
Kartini, Jl. Jendral Gatot
Subroto Kav. 37 Jakarta
Selatan
2 22-Ags-2016 Public Hearing Exposure Draft Balai Kartini, Ruang Mawar
Jl. Jendral Gatot Subroto
Kav. 37 Jakarta Selatan
3 24-Okt-2016 Public Hearing Exposure Draft Grha Akuntan Lt. 2. Jl.
71: Instrumen Keuangan Sindanglaya No. 1 Menteng
Jakarta Pusat
4 16-Nov-2016 Exposure Draft Kode Etik Grha Akuntan IAI Lantai 2
Akuntan Profesional yang Jl. Sindanglaya No.1,
merupakan adopsi dari Menteng Jakarta
Handbook of the Code of
Ethics for Professional
Accountans edition 2016 yang
dikeluarkan oleh International
Federation of Accountants
(IFAC)
5 15-Des-2016 Undangan Public Hearing ED Balai Kartini, Ruang Mawar
PSAK 72, ED ISAK 32, dan Jl Jend. Gatot Subroto Kav.
ED Amandemen PSAK 62 | 15 37, Kuningan Timur
Desember 2016
6 08-Jun-2017 Undangan Dengar Pendapat Mawar Room, Balai kartini
Publik (Public Hearing) Draf
Eksposur Standar Akuntansi
Keuangan PSAK 73,
Amendemen PSAK 13, ISAK
33, dan Amendemen PSAK 53
7 03-Ags-2017 Undangan Public Hearing: ED Grha Akuntan, Ikatan
SPM 1: Pengendalian Mutu Akuntan Indonesia Jl.
bagi KJA yang Melaksanakan Sindanglaya No. 1 Menteng
Selain Perikatan Asurans Jakarta Pusat
8 16-Okt-2017 Draft Eksposur (DE) ISAK 34 Grha Akuntan, Jalan
Ketidakpastian dalam Sindanglaya No 1, Menteng,
Perlakuan Pajak Penghasilan Jakarta
dan Sosialisasi PSAK 73: Sewa
9 14-Nov-2017 Undangan Public Hearing: ED Grha Akuntan, Jalan
Standar Perikatan Jasa Sindanglaya No 1, Menteng,
Jakarta
10 08-Des-2017 Undangan dengar pendapat Grha Akuntan, Jalan
publik (public hearing) draf Sindanglaya No 1, Menteng,
eksposur (de) amendemen Jakarta
PSAK 71 dan de amendemen
PSAK 15

Rangkuman
Standar akuntansi yang diharapkan oleh masyarakat adalah yang netral, artinya tidak
memihak pada kepentingan suatu pihak. Walaupun laporan keuangan diharapkan mampu
menyajikan informasi yang berguna bagi yang membutuhkan informasi tersebut, namun
kepentingan pihak yang menggunakan informasi pada umumnya tidak sama bahkan
seringkali bertentangan. Dengan standar akuntansi yang baik diharapkan dapat menjembatani
kepentingan yang berlawanan ini. Anggota penyusun standar diharapkan mengikuti
perkembangan profesi akuntansi dunia dengan saksama dan ditambah penelitian para
akademisi, masukan dari praktisi dan seluruh anggota IAI, mudah-mudahan profesi akuntansi
Indonesia dapat "menyediakan" standar akuntansi keuangan yang secara terus-menerus dapat
menjawab tantangan berubahnya lingkungan bisnis yang mengglobal seperti yang kita
rasakan sekarang ini. Dengan semakin sadarnya lAI akan kebutuhan suatu organisasi yang
kuat dan maju terutama yang menangani satandar akuntansi, maka sudah saatnya IAI
merekrut secara purna waktu tenaga-tenaga profesional (seperti apa yang dilakukan oleh
FASB) yang ditugasi untuk memantau dan mengembangkan standar akuntansi yang tidak
hanya berkualitas, tetapi juga memuaskan semua pihak.
Latihan
1. Mengapa standar akuntansi merupakan hal yang penting dalam penyusunan laporan
keuangan?
 Karena saat laporan keuangan disusun sesuai dengan SAK, penggunaan laporan
keuangan akan menjadi lebih gampang untuk membandingkannya dengan laporan
yang sebelumnya atau yang lain. Maka dari itu, penyusunan laporan keuangan
perlu disesuaikan dengan SAK yang berlaku.
2. Di dalam konsep standar akuntansi itu kan menunjukkan kepentingan dan tujuan
menggunakan informasi keuangan oleh para stakeholders tidak selalu sama, malah
kadangkala dapat berlawanan, tolong berikan contohnya!
 Pemegang saham sebagai investor sangat berkepentingan atas laba usaha, dividen
yang dibagikan, dan kenaikan nilai saham. Sedangkan bagi kreditur yang lebih
penting adalah solvabilitas dan likuiditas perusahaan yaitu kemampuan
perusahaan untuk membayar kembali utangnya, baik pokok maupun bunga, tepat
pada waktunya. Bagi manajemen dan karyawan sangat berkepentingan atas gaji,
bonus dan kompensasi lainnya yang semuanya akan merupakan beban biaya yang
merupakan faktor pengurang atas laba usaha.

Tes Formatif
1. Pada saat ini di Indonesia ada berapakah standar akuntansi untuk akuntansi keuangan?
A. 3
B. 4 *
C. 5
D. 6
E. 7
2. SAK apa saja yang dikembangkan oleh DSAK sampai dengan periode Oktober 2004
dalam buku Standar Akuntansi Keuangan per 1 Oktober 2004?
A. KDPPLK, KDPPLK Bank Syariah, PSAK, dan ETAP
B. KDPPLK, PSAK, 7 ISAK, dan EMKM
C. PSAK, KDPPLK Bank Syariah, EMKM
D. KDPPLK, KDPPLK Bank Syariah, 59 PSAK, dan 7 ISAK *
E. PSAK, KDPPLK, 59 PSAK, dan KDPPLK Bank Syariah
3. Sejak tahun berapa ikatan akuntan Indonesia dinyatakan organisasi profesi yang
dipercayakan dan diberi wewenang untuk menyusun SAK?
A. 1980
B. 1979
C. 1977
D. 1975
E. 1973 *
4. SAK yang berdiri sendiri dan tidak mengacu pada SAK umum adalah...
A. PSAK
B. SAK-ETAP *
C. PSAK-IRFS
D. SAK-EMKM
E. PSAK-Syariah
5. Tujuan dari Standar Akuntansi adalah ...
A. Untuk menciptakan fleksibilitas.
B. Agar semua bentuk laporan keuangan menjadi seragam dan mudah dipahami oleh
siapa saja. *
C. Menjadikannya sebagai bahan evaluasi keuangan dari transaksi keuangan yang
berjalan selama satu bulan atau satu tahun baik transaksi yang menghasilkan kerugian.
D. Memberikan dukungan terhadap perkembangan dan pertumbuhan.
E. Mendapat informasi valid yang disajikan terkait pengeluaran dan penerimaan uang.
6. "Perdagangan dan industri merupakan landasan terpenting bagi perkembangan akuntansi,
sehingga dapat dikatakan bahwa akuntansi pada hakikatnya merupakan fungsi dari
business." Siapakah yang mengatakan kalimat diatas?
A. Alfred Nobel
B. Littleton *
C. Antonio Meuci
D. Artur Fischer
E. Mellita Bentz
7. Peran dalam rangka penyusunan standar akuntansi didirikan IAI pada tahun ...
A. Tahun 1957 *
B. Tahun 1978
C. Tahun 1955
D. Tahun 1964
E. Tahun 1986
8. PSAK No. 38 (Revisi 2004) yang dibahas adalah ...
A. Tentang Operasi Dalam Penghentian
B. Tentang Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal Neraca
C. Tentang Akuntansi Kuasi Reorganisasi
D. Tentang Imbalan Kerja.
E. Tentang Akuntansi Restrukturisasi Entitas pengendali. *
9. Tentang apa PSAK 50 yang direvisi dan ditujukan dalam rangka tujuan konvergensi
PSAK terhadap IFRS adalah ...
A. Tentang Properti Investasi.
B. Tentang Aset Tetap.
C. Tentang Sewa.
D. Tentang Instrumen Keuangan Penyajian dan Pengungkapan. *
E. Tentang Instrumen Keuangan Pengakuan dan Pengukuran.
10. Kapan mulai berlakunya PSAK-PSAK hasil revisi tahun 2007 yang dikumpulkan dalam
buku yang disebut dengan Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007 ?
A. 1 Januari 2008 *
B. 2 Januari 2008
C. 3 Januari 2008
D. 1 Februari 2006
E. 2 Februari 2006

Kuni Jawaban Tes Formatif

1. B
2. D
3. E
4. B
5. B
6. B
7. A
8. E
9. D
10. A
Daftar Pustaka

(Hans Kartikahadi, Sylvia Veronia Siregar, Rosita UII Sinaga, Meriana Syamsul, 2012)

http://karyailmiah.polnes.ac.id/images/Download-PDF/Arsip%20Jurnal/EKSIS-VOL.07-
NO.2-AGUSTUS-2011/NO-%20009%20-%20aris%20-%20META%20TEORI
%20STANDAR%20AKUNTANSI%20KEUANGAN%20DI%20%20INDONESIA%20-
%20Menuju%20Konvergensi%20SAK%20di%20Masa%20Globalisasi.pdf

"Aspek Perilaku Manusia dalam Dunia Akuntansi - Tjiptohadi S. - Google Buku"


https://books.google.co.id/books?
id=shrIDwAAQBAJ&pg=PA116&dq=pentingnya+standar+akuntansi&hl=id&sa=X&ved=2a
hUKEwjpzJmiyMf2AhUTlNgFHU9nByUQ6AF6BAgDEAM#v=onepage&q=pentingnya
%20standar%20akuntansi&f=false

Anda mungkin juga menyukai