Anda di halaman 1dari 48

Makalah Standar Akuntansi Keuangan

(Teori Akuntansi)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu sarana penunjang yang diperlukan oleh suatu perusahaan atau suatu
unit ekonomi adalah standar akuntansi yang memungkinkan terlaksananya
sistem informasi manajemen dengan baik. Standar akuntansi dapat
dipergunakan sebagai pedoman dalam menyusun laporan keuangan yang layak
serta memiliki daya banding sehingga dapat menyajikan informasi yang bernilai
bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Standar akuntansi merupakan landasan
atau petunjuk bagi mereka untuk melakukan praktek atau kegiatan di bidang
akuntansi, agar laporan keuangan lebih berguna dan tidak menyesatkan. Hal ini
diperjelas oleh Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) sebagai pedoman pokok penyusunan dan penyajian laporan keuangan
bagi perusahaan, dana pensiun dan unit ekonomi lainnya adalah sangat penting,
agar laporan keuangan lebih berguna, dapat dimengerti dan dapat
diperbandingkan serta tidak menyesatkan.

Oleh karena itu, maka standar akuntansi merupakan suatu pedoman yang wajib
ditaati bagi mereka yang melakukan kegiatan di bidang akuntansi, dalam rangka
penyusunan laporan keuangan. Tetapi perlu diingat bahwa Standar Akuntansi
Keuangan sebagai suatu pedoman yang diikuti kebiasaan tentulah bukan
merupakan pedoman yang sifatnya universal dan berlaku mutlak sesuai
keadaan, waktu dan tempat. Standar Akuntansi Keuangan dalam
perkembangannnya tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor lain, misalnya
pandangan para ahli di bidang akuntansi, perkembangan politik dan ekonomi,
peraturan pemerintah dan faktor-faktor lainnya.

Dengan demikian, maka yang perlu diketahui dari Standar Akuntansi tersebut
adalah pedoman dan petunjuk apakah yang dapat diberikan oleh Standar
Akuntansi tersebut? Standar Akuntansi dapat memberikan petunjuk tentang
bagaimanakah caranya sumber-sumber ekonomi yang ditimbulkannya dicatat
sebagai harta dan kewajiban. Jika terjadi perubahan atas harta dan
kewajiban itu bagaimanakah cara mencatatnya, kapan perubahan tersebut
dicatat serta bagaimanakah cara mengukurnya, informasi apa saja yang perlu
diungkapkan dan bagaimana cara mengungkapkannya dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan diatas, maka dapat diambil rumusan
permasalahan sebagai berikut :

1. PABU[Generally Accepted Accounting Principles (GAAP)]

2. Pengertian Dan Sumber Standar Akuntansi

3. Pendekatan Dalam Penentuan Standar

4. Standar Akuntansi Dan Penentuan Standar

5. Overload Standar Akuntansi

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut :

1. Untuk memaparkan pengertian dari Standar Akutansi.


2. Untuk memaparkan tentang poin-poin standar akuntansi sesuai dengan
rumusan masalah diatas.

3. Sebagai salah satu bentuk penyelesaian tugas selaku Mahasiswa Jurusan


Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau (FE-UR)

BAB II

PEMBAHASAN
STANDAR AKUNTANSI

A. Prinsip Akuntansi yang berlaku umum (PABU) [Generally Accepted


Accounting Principles (GAAP)]
Pengertian Prinsip Akuntansi yang berlaku umum (PABU):

1. Prinsip Akuntansi yang berlaku umum (PABU) adalah seperangkat prinsip


akuntansi, standar dan prosedur yang digunakan perusahaan untuk menyusun
laporan keuangan mereka. PABU adalah kombinasi standar otoritatif (yang
ditetapkan oleh dewan pembuat kebijakan) dan hanya cara yang diterima
secara umum pencatatan dan pelaporan informasi akuntansi.

2. Prinsip Akuntansi yang berlaku umum (PABU) adalah suatu rerangka


pedoman yang terdiri atas standar akuntansi dan sumber-sumber lain yang
yuridis, teoritis, dan praktis.

3. Prinsip Akuntansi yang berlaku umum (PABU) merupakan rerangka


pedoman untuk menentukan perlakuan akuntansi yang tepat atau wajar dalam
suatu lingkungan akuntansi (negara).

PABU ini dibentuk oleh 2 pedoman yaitu: pedoman yang ditentukan secara
resmi oleh badan yang berwenang dalam bentuk standar akuntansi atau juga
pedman-pedoman yang baik dan tengah banyak dipraktikkan dapat digunakan
sebagai acuan bila hal tersebut tidak bertentangan dengan rerangka konseptual
atau didukung berlakunya secara autoritatif.

PABU memberi batasan atau definisi berbagai elemen, pos, atau objek statemen
keuangan atau istilah yang digunakan dalam pelaporan keuangan agar tidak
terjadi kesalahan klasifikasi oleh penyusun dan kesalahan interpretasi oleh
pemakai.

Isi PABU Sebagai Rerangka Pedoman


Rerangka pedoman berisi komponen-komponen yang tersusun secara hierarkis
baik atas dasar tingkat konseptual maupun auotoritas. Rerangka pedoman ini
mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan praktik dan profesi,
sehingga memunculkan beragam versi mengenai PABU. Versi-versi PABU yang
muncul adalah PABU versi APB, versi Rubin, versi SAS No. 69 dan versi SPAP.
PABU Versi APB ( Accounting Principle Board).
PABU dalam versi ini terdiri dari landasan konseptual seperti dalam rerangka
konseptual versi FASB dan PABU yang disebut landasan operasional atau praktik
yang terdiri dari prinsip mendasar, prinsip operasi umum, dan prinsip terinci.

PABU menurut versi Rubin


PABU menurut versi Rubin menganalogi tingkat keautoratifan yang membentuk
suatu hirarki dengan suatu bentuk bangunan rumah. Ini menggambarkan PABU
sebagai rerangka pedoman yang dideskripsikan oleh AICPA dalam SAS No 43.
Hirarki dilukiskan sebagai lantai rumah bertingkat dengan fondasi berupa
landasan konseptual. Tiap lantai menggambarkan tingkat keautoritatifan dengan
landasan paling bawah berisi sumber yang paling autoritatif.

Pada PABU versi SAS No. 69.


menggambarkan PABU sebagai dua hierarki pararel, satu untuk entitas
nonkepemerintahan dan yang lain untuk entitas kepemerintahan. Sedangkan
PABU versi SPAP adalah PABU yang diambil dari SAS No.69 tetapi hanya diambil
untuk entitas nonkepemerintahan (bisnis dan nonbisnis
Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU) memberi pedoman tentang
akuntansi, yaitu:

Pengukuran

Pengukuran atau penilaian adalah penentuan jumlah rupiah sebagai unit


pengukur suatu objek yang terlibat dalam suatu transaksi keuangan.

Pengakuan

Pengakuan ialah suatu jumlah rupiah (kos) kedalam system akuntansi sehingga
jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu pos dan terefleksi dalam laporan
keuangan.

Penyajian

Pengungkapan berarti pembeberan hal hal informative yang di anggap penting


dan bermanfaat bagi pemakai selain apa yang dapat dinyatakan melalui laporan
keuangan utama dan cara cara penyampaiannya.

Pengauditan

Pengauditan ialah membahas prinsip, prosedur, dan teknik pengauditan laporan


keuangan untuk member pendapat tentang kewajaran penyajian laporan
keuangan.
PABU yang dikenakan pada perusahaan sehingga investor memiliki tingkat
minimum konsistensi dalam laporan keuangan yang mereka gunakan ketika
menganalisis perusahaan untuk tujuan investasi. Penutup PABU hal-hal seperti
pengakuan pendapatan, neraca klasifikasi barang dan pengukuran saham yang
beredar. Perusahaan diharapkan untuk mengikuti aturan PABU ketika
melaporkan data keuangan mereka melalui laporan keuangan. Jika laporan
keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip PABU, sangat waspada.

Perlu diingat bahwa PABU hanyalah satu set standar. Ada banyak ruang di dalam
PABU untuk akuntan yang tidak bermoral untuk mendistorsi angka. Jadi, bahkan
ketika sebuah perusahaan menggunakan PABU, Anda masih perlu untuk meneliti
laporan keuangannya.

B. Pengertian Dan Sumber Standar Akuntansi

Standar akuntansi keuangan merupakan aturan dan pedoman bagi manajemen


dalam menyusun laporan keuangan.

Dengan adanya Standar Akuntansi yang baik, laporan keuangan menjadi lebih
berguna, dapat diperbandingkan, tidak menyesatkan dan dapat menciptakan
transparansi bagi perusahaan.

Menurut Financial Accounting Standard Board (FASB) medefinisikan Standar


Akuntansi sebagai berikut: Standar Akuntansi adalah metode yang seragam
untuk menyajikan informasi, sehingga laporan keuangan dari berbagai
perusahaan yang berbeda dapat dibandingkan dengan lebih mudah kumpulan
konsep, standar, prosedur, metode, konvensi, kebiasaan dan praktik yang dipilih
dan dianggap berterima umum.

Akuntansi memiliki kerangka teori konseptual yang menjadi dasar pelaksanaan


teknik-tekniknya, kerangka dasar konseptual ini terdiri dari standar(teknik,
prinsip) dan praktik yang sudah diterima oleh umum karena kegunaannya dan
kelogisannya. Standar itu disebut standar akuntansi, di Indonesia berlaku Prinsip
Akuntansi Keuangan(SAK) Indonesia kemudian menjadi Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan(PSAK). Sedang di USA berlaku General Accepted
Accounting Principle(GAAP), kemudian Accounting Principle Board Statement
dan terakhir menjadi FASB Statements. SAK merupakan pedoman bagi siapa
saja dalam menyusun laporan keuangan yang akan diterima oleh umum.

Standar akuntansi mencakup konvensi, peraturan, dan prosedur yang sudah


disusun dan disahkan oleh lembaga resmi (Standard Setting Body) pada saat
tertentu. Standar ini merupakan consensus pada kala itu tentang pencatatan
sumber-sumber ekonomi, kewajiban, modal, hasil, biaya, dan perubahannya
dalam bentuk laporan keuangan. Dalam standar ini dijelaskan transaksi apa
yang harus dicatat; bagaimana mencatatnya, dan bagaimana
mengungkapkannya dalam laporan keuangan yang akan disajikan.

Standar akuntansi ini merupakan masalah penting dalam profesi dan semua
pemakai laporan yang memiliki kepentingan terhadapnya. Oleh karena itu,
mekanisme penyusunan standar akuntansi harus diatur sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan kepuasan kepada semua pihak yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan. Standar akuntansi ini akan terus-
menerus berubah dan berkembang sesuai perkembangan dan tuntutan
masyarakat. Belkaoui(1985) mengemukakan alasan pentingnya standar
akuntansi yang relevan sebagai berikut:

1. Dapat menyajikan informasi tentang posisi keuangan, prestasi, dan


kegiatan perusahaan. Informasi yang disusun berdasarkan standar akuntansi
yang lazim diharapkan mempunyai sifat jelas, konsisten, terpercaya, dan dapat
diperbandingkan.
2. Memberi pedoman dan peraturan bekerja bagi akuntan publik agar
mereka dapat melaksanakan tugas dengan hati-hati, independen, dan dapat
mengabdikan keahliannya dan kejujurannya melalui penyusunan laporan
akuntan setelah melalui pemeriksaan akuntan.

3. Memberikan data base kepada regulator tentang berbagai informasi yang


dianggap penting dalam perhitungan pajak, peraturan tentang perusahaan,
perencanaan dan pengaturan ekonomi, dan peningkatan efesiensi ekonomi, dan
peningkatan efesiensi ekonomi, dan tujuan-tujuan makro lainnya.

4. Dapat menarik perhatian para ahli dan praktisi di bidang teori dan standar
akuntansi. Semakin banyak standar yang dikeluarkan, semakin banyak
kontroversi dan semakin bergairah untuk berdebat, berpolemik, dan melakukan
penelitian.

Dalam penyusunan standar akuntansi ini ada tiga kemungkinan:

1. Diserahkan sepenuhnya kepada kekuatan atau mekanisme pasar;


2. Diserahkan kepada swasta/profesi; atau
3. Diserahkan kepada pemerintah.

Standar akuntansi saat ini umumnya disusun oleh lembaga resmi yang diakui
pemerintah, profesi, dan umum. Kalau di Indonesia yang berwenang menyusun
ini adalah Dewan Standar Akuntansi Keuangan yang berada di bawah naungan
IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia). Dewan Standar Akuntansi menyerahkan hasil
kerjanya kepada Komite Pensahan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia dan
akhirnya akan ditetapkan dan disahkan dalam kongres IAI. Sementara itu, di
USA sekarang lembaga yang berwenang mensahkan standar akuntansi(standard
setting body) adalah Financial Accounting Standard Board(FASB) yang bebas
dari pengaruh profesi secara langsung. Namun, pada mulanya standar akuntansi
dilahirkan oleh AICPA. FASB mengeluarkan Statement of Financial Accounting
Standards dan Interpretation bersama dengan Accounting Research Bulletin
yang dikeluarkan oleh AICPA.

Arti Penting Standar Akuntan


Beberapa alasan yang menyebabkan penentuan standar memiliki peranan
penting dalam penyajian laporan keuangan :

1. Memberi informasi kepada pemakai tentang posisi keuangan, hasil usaha,


dan hal-hal yang berkaitan dengan perusahaan. Informasi tersebut diasumsikan
jelas, konsisten, dapat dipercaya, dan dapat diperbandingkan

2. Memberi pedoman dn aturan bagi akuntan public untuk melaksanakan


kegiatan audit dan menguji validitas laporan keuangan

3. Memberi data dasar bagi pemerintah tentang berbagai variable yang


dipandang penting dalam mendukung pengenaan pajak, pembuatan regulasi,
perencanaan ekonomi, dan peningkatan efisiensi dan tujuan social lainnya

4. Menghasilkan prinsip-prinsip dan teori bagi mereka yang tertarik dengan


disiplin akuntansi,yaitu para:

Pemakai Laporan Keuangan Pemakai Langsung : Pemilik perusahaan


kreditor dan supplier manajemen kantor perpajakan karyawan perusahaan
pelanggan

Pemakai Tidak Langsung : Analis dan konsultan keuangan pasar modal


pengacara badan pembuat peraturan perundang-undangan agen
pelaporanasosiasi pedagang serikat pekerja pesaing masyarakat umum
departemen pemerintah

C. Pendekatan Dalam Penentuan Standar


Pendekatan Pasar Bebas

Dilandasi asumsi dasar bahwa informasi akuntansi merupakan komoditi ekonomi


serupa barang/jasa lain. atas dasar asumsi tersebut, jumlah informasi akuntansi
yang disajikan akan dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran.
permintaan muncul dari pemakai yang berkepentingan, sedangkan penawaran
dilakukan oleh perusahaan dalam bentuk laporan keuangan. Pihak yang
terlibat :
Permintaan = pihak yang menggunakan laporan keuangan

Penawaran = pihak yang membuat laporan keuangan

Pendekatan Regulasi

Adanya berbagai krisis dalam penentuan standar mendorong munculnya


kebijakan regulasi akuntansi. permintaan terhadap kebijakan atau standar
didorong oleh krisis yang muncul, pihak penentu standar akuntansi menanggapi
dengan car menyediakan kebijakan tersebut. kebijakan tersebut lebih
menitikberatkan pada kepentingan regulator/pemerintah sebagai penguasa.
Pihak yang terlibat :

Permintaan = pihak yang menggunakan laporan keuangan

Penawaran = pihak yang membuat laporan keuangan

Regulator = pemerintah
D. Standar Akuntansi Dan Penentuan Standar
Mengidentifikasi istilah standar akuntansi dan penentuan standar

Standar akuntansi

Standar akuntansi dapat dikatakan sebagai pedoman umum penyusunan


laporan keuangan yang merupakan pernyataan resmi tentang masalah
akuntansi tertentu yang dikeluarkan oleh badan berwenang dan berlaku dalam
lingkungan tertentu. Standar akuntansi biasanya terdiri dari:

1. Deskripsi tentang masalah yang dihadapi

2. Diskusi logis atau cara memecahkan masalah

3. Terkait dengan keputusan/ teori diajukan suatu solusi

Penentuan Standar

Penentuan standar merupakan pilihan sosial sehingga suatu standar mungkin


bermanfaat bagi pihak tertentu dan merugikan pihak lain. Kebanyakan isu-isu
yang berkaitan dengan akunyansi secara politik bersifat sensitif yang
disebabkan:

1. Kebutuhan terhadap standar akuntansi muncul bila terdapat pertentangan

2. Informasi akuntansi dapat mempengaruhi tingkat kemakmuran


penggunaannya

Dalam menentukan standar ada dua pendekatan, yaitu:

1. Rrepresentative Faithfulness, pendekatan ini menghendaki pelaporan


yang bersifat netral dan penyajian wajar laporan keuangan melalui proses
penentuan standar. Pendekatan ini menyamakan akuntansi dengan proses
pemetaan dimana peta harus dibuat akurat dengan menggambarkan keadaan
keuangan perusahaan secara wajar.

2. Economic Consequences, pendekatan ini menghendaki asopsi standar


yang memiliki konsekwensi ekonomi menguntungkan. Pendekatan ini cenderung
mengarah penentuan standar yang meemiliki pengaruh positif.

Proses penentuan standar

Biasanya proses penentuan standar dilakukan melalui proses terbuka (due-


procees). FASB sebagai contoh dalam proses ini mengikuti prosedur sebagai
berikut:

1. Identifikasi masalah dari masalah yang muncul di catat dalam agendanya.

2. Penunjukkan group yang anggotanya terdiri dari masyarakat akuntansi


dan bisnis.

3. Discussion Memrorandum (DM) di sebarkan kepublik untuk di evaluasi


selama satu periode paling lambat 60 hari.

4. Dengan pendapat dilakukan untuk membahas keunggulan dan kelemahan


berbagai alternatif yang diajukan FASB

5. Atas berbagai komnentar yang diterima, FASB mengeluarkan exposure


draft (ED) mengenai standaar akuntansi yang diajukan. ED menentukan posisi
yang pasti dari FASB tentang masalah yang dibahas.
6. ED disebar luaskan ke masyarakat untuk di evaluasi paling lambat 30 hari

7. Dengan pendapat untuk membahas kelemahan dan kebaikan berbagai


alternatif yang Diajukan FASB.

Atas dasar berbagai komentar yang diterima, maka FASB mengambil langkah
sebagai berikut:

(b) Mengadopsi standar tersebut sebagai pernyataan resmi

(c) Mengajukan revisi terhadap standar yang diusulkan melalui prosedur due
process.

(d) Menunda pengeluaran standar dan menyimpan masalah dalan agenda

(e) Tidak mengeluarkan standar dan menghapus isu dari agenda

Memahami Kenapa Praktek Akuntansi Berbeda Dengan Standar Yang


Ditentukan
Standar akuntansi adalah regulasi atau aturan (termasuk pula hukum dan
anggaran dasar) yang mengatur penyusunan laporan keuangan. Penetapan
standar adalah proses perumusan atau formulasi standar akuntansi. Standar
akuntansi merupakan hasil penetapan standar. Tetapi dalam praktiknya berbeda
dari yang ditentukan oleh standar. Ada empat alasan yang menjelaskan hal
tersebut, antara lain:

1. Di kebanyakan negara hukuman atas ketidakpatuhan dengan ketentuan


akuntansi cenderung lemah dan tidak efektif.
2. Secara suka rela perusahaan boleh melaporkan informasi lebih banyak
daripada yang diharuskan.

3. Beberapa negara memperbolehkan perusahaan untuk mengabaikan


standar akuntansi jika dengan melakukannnya operasi dan posisi keuangan
perusahaan akan tersajikan secara lebih baik hasilnya.

4. Di beberapa negara standar akuntansi hanya berlaku untuk laporan


keuangan secara tersendiri, dan bukan untuk laporan konsolidasi.

E. Overload Standar Akuntansi

Accounting Standards Overload umumnya berhubungan dengan pertumbuhan


standar akuntansi, yaitu: standar yang terlalu banyak, standar yang terlalu
rumit, tidak ada standar yang kaku, standar bertujuan umum yang gagal dalam
menyajikan perbedaan kebutuhan di antara para penyaji, pengguna, dan CPA,
standar bertujuan umum yang gagal dalam menyajikan perbedaan antara
entitas public dan nonpublic, laporan keuangan tahunan dan interim,
perusahaan besar dan kecil, dan laporan keuangan auditan dan non-auditan,
pengungkapan yang berlebihan, pengukuran yang terlalu kompleks.

Kondisi yang mencerminkan adanya overload antara lain (belkaoui, 1993) :

1. Terlalu banyak standar

2. Standar yang terlalu rinci

3. Tidak ada standar yang berjenjang, sehingga pilihan sulit dilakukan

4. Standar akuntansi bertujuan umum gagal membedakan kebutuhan


penyusun, pemakai dan akuntan publik
Dimana karena overload standar akuntansi ini, menyebabkan standar akuntansi
gagal membedakan antara :

1. Entitas public dan non public


2. Laporan keuangan tahuna dan interm
3. Perusahaan besar dan kecil
4. Laporan keuangan auditan dan non auditan
5. Pengungkapan yang berlebihan, pengukuran

Factor-faktor yang menyebabkan timbulnya overload standar akuntansi:

Dengan munculnya berbagai pertanyaan tentang apa yang harus


diungkapkan dan yang tidak perlu diungkapkan, akuntan mulai
mengeluarkan begitu banyak standar yang cenderung mengabaikan
pertimbangan dan mengurangi permasalahan yang melibatkan prinsip
akuntansi

Alasan untuk melindungi kepentingan public dan membantu investor


menghasilkan berbagai regulasi dan pengungkapan professional dan
pemerintahan

Keinginan untuk memuaskan kebutuhan berbagai pemakai yang


memerlukan standar yang lebih rinci.

Pengaruh Overload Standar Akuntansi

1. Akuntan = kehilangan pandangan tentang pekerjaan riil karena data yang


begitu banyak diperlukan untk menyesuaikan dengan standar yang ada.

2. Auditor = kegaglan audit karena kondisi dimana akuntan kehilangan focus


audit dan melupakan prosedur audit yang baku. Hal ini menyebabkan
terkikisnya profesi akuntan public karena ketidakpuasan klien yang terbebani
dengan standar tersebut

3. Pemakai = bingung menghadapi jumlah dan kompleksitas catatan yang


diperlukan untuk menjelaskan persyaratan seperti yang dikehendaki oleh
standar yang berlaku

4. Manajer = mengalami masalah yang berkaitan dengan jumlah dan


kompleksitas standar yang berlaku. Mungkin dapat tergoda meninjau kembali
kontrak dan mengubah praktik bisnis sehingga menyimpang dari standar
akuntansi yang ada.

Solusi Terhadap Masalah Overload Standar


AICPA melakukan evaluasi terhadap berbagai pendekatan yang berkaitan
dengan overload:

1. Tidak ada perubahan (mempertahnkan status quo)

2. Melakukan perubahan terhadap konsep gaap menjadi dua jenis gaap,


misalnya gaap khusus untuk pengusaha besar dan gaap khusus untuk
pengusaha kecil

3. Melakukan perubahan gaap untuk menyederhanakan penerapannya bagi


semua perusahaan

4. Menentukan pengungkapan dan pengukuran yang berbeda

5. Menentukan perubahan terhadap standar akuntansi public untuk


pelaporan informasi keuangan

6. Memberi alternative bagi gaap sebagai basis pilihan dalam penyajian


laporan keuangan
Akuntansi keuangan dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia digunakan. Setiap bangsa memiliki

sejarah, norma, budaya, serta sistem politik dan ekonomi yang berbeda, yang terdapat pada tingkatan

yang beragam dalam perkembangan ekonomi. Pengaruh-pengaruh ini berinteraksi satu sama lain dan

berdampak pada perkembangan dan aplikasi praktek akuntansi keuangan dan pelaporannya.

Perusahaan multinasional yang beroperasi di banyak negara dapat memperoleh lebih dari setengah

pendapatan mereka di luar Amerika Serikat. Karena perbedaan-perbedaan tersebut, standar akuntansi

keuangan yang diaplikasikan terhadap data akuntansi yang dilaporkan oleh perusahaan-perusahaan

multinasional ini bervariasi secara signifikan antara satu negara dengan negara yang lain.

Perusahaan-perusahaan menyiapkan laporan keuangan yang ditujukan langsung kepada pengguna

utama mereka. Dahulu, kebanyakan pengguna adalah penduduk dari negara yang sama dengan

negara perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan. Bagaimanapun juga, penyatuan perusahan

dan organisasi multinasional seperti European Union (EU), GATT, dan NAFTA telah membuat pelaporan

keuangan antarnegara/transnasional menjadi lebih terlihat biasa. Pelaporan keuangan antarnegara

menghendaki penggunanya untuk memahami praktek akuntansi yang diterapkan oleh sutu

perusahaan, bahasa negara di mana perusahaan tersebut berkedudukan, dan mata uang yang

digunakan perusahaan untuk menyiapkan laporan keuangannya. Jika investor dan kreditor tidak dapat

meperoleh informasi keuangan yang dapat dimengerti tentang perusahaan yang beroperasi di luar

negeri, mereka tidak akan tertarik untuk berinvestasi atau meminjamkan uang kepada perusahaan

tersebut. Sebagai hasilnya, dilakukan usaha untuk menyelaraskan standar akuntansi di antara negara-

negara tersebut.

Salah satu masalah utama yang saat ini sedang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan Amerika

Serikat adalah kemampuan mereka untuk bersaing dalam perekonomian global dengan pelaporan

keuangan antarnegara. Pada bagian berikutnya, kami menjelaskan beberapa isu yang harus

diperhatikan oleh perusahaan multinasional.

Isu Akuntansi Bisnis Internasional

Paparan pertama perusahaan terhadap akuntansi internasional sering terjadi sebagai hasil dari

pembelian atau penjualan barang dagangan dengan entitas asing. Perdagangan international ini

menimbulkan beberapa masalah yang unik. Pertama, terdapat kemungkinan timbulnya gain atau loss

dari kurs mata uang yang terjadi karena adanya perbedaan waktu pemesanan, penerimaan barang,

dan pelunasan pembayaran. Oleh karena itu, perubahan nilai relatif mata uang memberikan risiko
yang lebih tinggi terhadap timbulnya gain atau loss dari kurs mata uang. Kemudian, sangat sulit untuk

memperoleh informasi kredit internasional dan mengevaluasi likuiditas dan solvensi perusahaan dari

laporan keuangannya terlebih dengan penggunaan bahasa dan/atau prinsip akuntansi yang berbeda.

Meningkatnya perdagangan antar negara, penting bagi perusahaan menciptakan divisi internasional,

dan juga mengembangkan keahlian akuntansi internasional. Pada akhirnya, perusahaan berharap

dapat meningkatkan modal di pasar asing. Sehingga, perusahaan tersebut harus menyiapkan laporan

keuangannya dengan cara yang dapat diterima dan sesuai dengan perdagangan saham asing. Dalam

banyak kasus, laporan yang disiapkan sesuai dengan GAAP AS tidak dapat diterima dalam pendaftaran

dokumen perdagangan internasional, tetapi di lain kasus, seperti di Kanada dan Jepang, prinsip-

prinsip ini bisa diterima.

Perkembangan Sistem Akuntansi

Kebudayaan suatu negara memperngaruhi tidak hanya praktek bisnis tetapi juga prosedur

akuntansinya. Hofstede mengemukakan definisi yang diterima luas tentang kebudayaan sebagai

pemrograman pikiran yang kolektif yang membedakan satu kategori orang dengan yang lainnya. Dia

kemudian mengkategorisasikan delapan kebudayaan berbeda: Barat, Muslim, Jepang, Hindu,

Konfusius, Slavia, Afrika, dan Amerika Latin. Namun, klasifikasi praktek akuntansi berdasarkan

kebudayaan terlalu sederhana karena banyak negara memiliki lebih dari satu suku dan banyak sistem

akuntansi negara-negara tersebut yang dikembangkan selama hubungan dengan penjajahan

terdahulu.

Tingkat perkembangan sistem akuntansi sebuah negara juga dipengaruhi oleh dampak lingkungan

seperti tingkat pendidikan secara keseluruhan, jenis sistem politik, jenis sistem hukum, dan ukuran

perkembangan ekonomi. Misalnya, perkembangan standar akuntansi di Amerika Serikat dipengaruhi

oleh Revolusi Industri dan kebutuhan untuk memperoleh sumber modal pribadi. Sebagai hasilnya,

informasi akuntansi keuangan dibutuhkan untuk menyediakan informasi profitabilitas dan pelayanan

kepada investor dan kreditor. Di lain pihak, standar akuntansi di Rusia tidak terlalu berkembang.

Aslinya, ekonomi Rusia direncanakan secara terpusat dan sebagai hasilnya, diperlukan standar

akuntansi yang seragam. Sebagai negara dengan ekonomi pasar yang sedang berkembang, Rusia

menemukan bahwa standar-standar akuntansi ini tidak lagi berguna, dan standar baru sedang

dikembangkan.
1. Tingkat Pendidikan

Terdapat kecenderungan adanya korelasi langsung antara tingkat pendidikan yang dimiliki penduduk

suatu negara dengan perkembangan praktek pelaporan akuntansi keuangan di negara tersebut.

Karakteristik faktor-faktor lingkungan ini mencakup (1) tingkat melek huruf di negara tersebut; (2)

persentase populasi yang telah lulus sekolah dasar, sekolah menengah, dan pendidikan; (3) orientasi

sistem pendidikan (persiapan dunia kerja, profesional, dan lain-lain); dan (4) kesesuaian sistem

pendidikan dengan kebutuhan ekonomi dan sosial negara tersebut. Negara-negara dengan

masyarakat yang terdidik dengan lebih baik bisa diasosiasikan dengan sistem akuntansi keuangan

yang lebih maju.

2. Sistem Politik

Jenis sistem politik (sosialis, demokrasi, totaliter, dan lain-lain) dapat mempengaruhi perkembangan

standar dan prosedur akuntansi. Sistem akuntansi di sebuah negara dengan ekonomi terpusat akan

berbeda dengan sistem akuntansi dengan ekonomi berorientasi pasar. Sebagai contohnya,

perusahaan-perusahaan di negara sosialis akan diminta untuk menyediakan informasi mengenai

dampak sosial dan analisis manfaatbiaya di samping informasi tentang profitabilitas dan posisi

keuangan.

3. Sistem Hukum

Ukuran di mana hukum sebuah negara menetapkan praktek akuntansi dapat mempengaruhi kekuatan

profesi akuntansi negara tersebut. Ketika pemerintah memberlakukan prosedur dan praktek

akuntansi, otoritas profesi akuntansi biasanya bersifat lemah. Kebalikannya, penetapan kebijakan

akuntansi nonlegal oleh organisasi profesional adalah karakteristik negara-negara dengan common

law.

4. Perkembangan Ekonomi

Tingkat perkembangan ekonomi suatu negara mempengaruhi baik perkembangan maupun aplikasi

praktek pelaporan keuangan. Negara-negara dengan tingkat perkembangan ekonomi yang rendah

relatif akan memiliki kebutuhan yang lebih rendah untuk sistem akuntansi yang lebih rumit daripada

negara dengan tingkat perkembangan ekonomi yang tinggi.

Praktek Akuntansi Terkini


Klasifikasi praktek akuntansi menjadi kelompok-kelompok sudah diusahakan sejak tahun 1960. Skema

pengelompokan awal dikembangkan oleh Gerhard Mueller, yang mengklasifikasikan praktek

akuntansi negara berdasarkan dampak perbedaan lingkungan bisnis, adalah sebagai berikut.

1. Amerika Serikat/ Kanada/ Belanda

2. Persemakmuran Inggris (kecuali Kanada)

3. Jerman/ Jepang

4. Eropa Daratan (kecuali Jerman, Belanda, dan Skandinavia)

5. Skandinavia

6. Israel/ Meksiko

7. Amerika Selatan

8. Negara-negara berkembang di Timur Dekat dan Timur Jauh

9. Afrika (kecuali Afrika Selatan)

10. Komunis

Kemudian, komite American Accounting Association menyatakan bahwa praktek akuntansi di seluruh

dunia dapat dikelompokkan menurut jangkauan pengaruhnya. Komite ini mengindikasikan bahwa lima

zona pengaruh tersebut adalah:

1. Inggris

2. Prancis-Spanyol-Portugis

3. Jerman-Belanda

4. Amerika Serikat

5. Komunis
Perjanjian terkini seperti EU, GATT, NAFTA, dan perubahan sistem ekonomi di Eropa Timur telah

memodifikasi jangkauan pengaruh dan menghasilkan pengelompokan berikut.

1. Amerika Serikat

Standar akuntansi keuangan untuk kelompok ini sudah berkembang terutama di sektor privat, dan

hasilnya menjadi set standar akuntansi yang relatif bersifat membatasi. Jangkauan pengaruh di

Amerika Serikat meliputi Kanada, Meksiko, Venezuela, dan Amerika Tengah. Perjanjian dalam NAFTA

secara tidak terbantahkan akan menghasilkan standardisasi prinsip akuntansi di antara negara-negara

ini.

2. Inggris/ Belanda

Kelompok ini hampir menyerupai kelompok AS; bagaimanapun juga, kelompok ini disifati oleh standar

akuntansi yang relatif sedikit restriktif. Di samping Inggris dan Belanda, kelompok ini mencakup

Irlandia, Israel, dan koloni lama Inggris di India, Selandia Baru, dan Amerika Selatan.

3. Eropa Daratan/ Jepang

Perusahaan-perusahaan dalam kelompok ini bergantung pada bank untuk menyuplai kebanyakan

kebutuhan modal mereka; Sebagai hasilnya, praktek akuntansi konservatif sudah berkembang.

Negara-negara dalam kelompok ini adalah kebanyakan negara-negara Eropa Barat dan Jepang.

4. Amerika Selatan

Kecuali Brazil, negara-negara di kawasan ini memiliki bahasa dan warisan budaya yang sama. Sebagai

tambahan, pelaporan akuntansi dalam kelompok ini umumnya memasukkan informasi sebagai

dampak inflasi. Seluruh negara Amerika Selatan kecuali Venezuela, yang mengikuti GAAP AS,

termasuk dalam kelompok ini.

5. Negara-Negara Dunia Ketiga

Kelompok negara-negara yang dianggap kecil ini berbagi kebutuhan untuk mengembangkan standar

akuntansi untuk ekonomi yang sedang berkembang. Banyak negara ini yang dahulunya merupakan

jajahan negara-negara Eropa dan sekarang sedang mengembangkan standar akuntansi untuk
memenuhi kebutuhan sitem ekonomi mereka. Negara-negara yang tergolong dalam kelompok ini

adalah kebanyakan negara-negara Afrika (kecuali Afrika Selatan) dan negara-negara Timur Jauh.

6. Negara-Negara yang Mengalami Perubahan Ekonomi

Perubahan besar dari politik di Eropa Timur pada tahun 1980-an berdampak pada kebutuhan untuk

mengembangkan standar dan praktek akuntansi yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan sistem

ekonomi yang turut berubah. Negara-negara ini mengubah praktek akuntansi mereka dari ekonomi

terpusat menjadi ekonomi pasar. Mereka adalah hampir seluruh negara Eropa Timur yang dulunya

berada di bawah jangkauan pengaruh Uni Soviet sebelum disintegrasi berdasarkan Pakta Warsawa.

7. Komunis

Negara-negara komunis yang masih ada menggunakan sebuah sistem akuntansi yang didesain untuk

berperan dalam perencanaan sentral. Negara-negara dalam kelompok ini adalahChina, Korea Utara

dan Kuba.

Praktek-praktek akuntansi yang spesifik berbeda antarnegara sebagaimana antarkelompok. Tabel 3.2

mengilustrasikan beberapa area perbedaan di antara negara-negara tertentu.

Penyusunan Laporan Keuangan untuk Pengguna Asing

Sebuah perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan kepada pengguna di luar negeri bisa

memakai satu dari beberapa pendekatan untuk menyusun laporan keuangannya:

1. Laporan keuangan yang sama untuk semua pemakai laporan keuangan (domestik dan

luar negari).

2. Menerjemahkan bahasa yang digunakan dalam laporan keuangan yang dikirimkan ke

pemakai luar negeri, dalam bahasa yang digunakan di negara pemakai tersebut.

3. Melakukan translasi atas laporan keuangan yang dikirimkan ke pihak pemakai luar

negeri, sesuai dengan mata uang yang digunakan di negara pemakai laporan tersebut.

4. Mempersiapkan 2 laporan keuangan yang berbeda bahasa dan mata uangnya.


5. Menyiapkan Laporan keuangan berbasis prinsip-prinsip akuntansi yang disetujui kalangan

dunia luas.

Komite Standar Akuntansi Internasional (IASC)

Penyusunan laporan keuangan untuk pengguna di negara lain dengan menggunakan lima opsi yang

tersebut di atas semakin giat menyarankan pelaporan keuangan antarnegara. Komite Standar

Akuntansi Internasional (International Accounting Standards Committee/IASC) dibentuk pada tahun

1973 untuk mengembangkan standar akuntansi yang diterima secara luas di dunia. IASC adalah

badan sektor privat independen, yang tujuannya adalah untuk mencapai keseragaman prinsip

akuntansi yang digunakan dalam pelaporan keuangan yang diterima masyarakat dunia. Anggota asli

Dewan IASC adalah badan-badan akuntansi dari sembilan negara: Australia, Kanada, Prancis, Jepang,

Meksiko, Belanda, Inggris, Amerika Serikat, dan Jerman Barat. Sejak 1983, angota-anggota IASC

memasukkan seluruh badan akuntansi profesional yang menjadi anggota Federasi Akuntan

Internasional. Badan ini terdiri dari 134 organisasi pendukung di 104 negara. Kebanyakan organisasi

ini adalah asosiasi profesional akuntan publik yang berlisensi; Sebagai hasilnya, keanggotaan IASC

meliputi jangkauan organisasi yang lebih sempit daripada FASB.

IASC Agreement and Constitution memberikan otoritas untuk menyebarluaskan standar-standar untuk

penyampaian laporan keuangan yang diaudit oleh anggota dari organisasi tersebut. Konstitusi IASC

juga membentuk peraturan untuk menyebarluaskan penerimaan seluruh dunia terhadap standar-

standar IASC. Persyaratan ini muncul karena banyak negara tidak mempunyai program untuk

mengembangkan standar akuntansi dan karena terdapat kebutuhan untuk menyesuaikan perbedaan

di antara standar tiap-tiap negara. Banyak pengamat menetapkan penyesuaian yang diharapkan

karena adanya kebutuhan untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan asing. Pembuatan

keputusan yang telah dikembangkan akan terjadi karena tidak akan terlalu penting lagi untuk

menerjemahkan laporan keuangan asing dan karena perbandingan yang akan dikembangkan.

Walaupun banyak perbedaan praktek pelaporan keuangan dunia bisa dijelaskan oleh perbedaan

lingkungan antarnegara, beberapa perbedaan tidak demikian. IASC berupaya untuk menyesuaikan

perbedaan-perbedaan yang tidak bisa dijelaskan oleh perbedaan lingkungan. Tujuan IASC adalah

untuk memformulasikan dan mengumumkan standar-standar akuntansi dan untuk mempromosikan

penerimaan dan pengamatan yang diterima luas. Anggota IASC setuju untuk mendukung standar-

standar tersebut dan mengeluarkan kemampuan terbaik mereka untuk meyakinkan bahwa laporan

keuangan yang dipublikasikan sesuai dengan standar tersebut, untuk memastikan auditor
menegakkan standar tersebut, dan untuk melakukan pendekatan dengan pemerintah, bursa saham,

dan badan-badan lain untuk mendukung standar tersebut.

Tujuan asli IASC adalah untuk menghindari detail kompleks dan berkonsentrasi pada standar dasar.

Proses penyusunan standar IASC sama dengan yang diikuti oleh FASB dan mencakup enam tahap

berikut:

1. Dewan menyiapkan Steering Committee

2. Steering committee mengidentifikasi dan meriview isu akuntansi yang terkait dengan

topik yang akan dibuatkan standarnya. Menghasilkan point outline

3. Komentar dewan atas point outline dan direviu kembali oleh Steering Committee

menghasilkan Draft Statement of Principles

4. Steering Committee mereviu komentar atas draft dan menyiapkan Final Statement of

Principles

5. Steering Committee membuat draft Exposure Draft dan meminta persetujuan dewan

untuk dipublikasikan sebagai Exposure Draft

6. Steering Committee meriviu komentar selama 6 bulan and menyiapkan dan

mempublikasikan International Accounting Standard setelah disetujui dewan.

Sangat kontras dengan standar yang dikeluarkan oleh FASB, Standar Akuntansi Internasional (IASs)

kadang-kadang mengizinkan dua perlakuan akuntansi untuk kejadian dan transaksi akuntansi. Dalam

beberapa kasus, perlakuan yang lebih disukai diistilahkan sebagai perlakuan benchmark/standar,

sementara yang lain disebut sebagai perlakuan alternatif. Aslinya, IASC tidak menjelaskan perbedaan

di antara dua jenis perlakuan ini; meskipun demikian, pada Desember 1995 dikeluarkanlah IASC

Insight, yang penjelasannya sebagai berikut.

Dewan telah memutuskan bahwa seharusnya digunakan istilah BENCHMARK (standar) daripada

PREFERRED (lebih disukai) [yang diajukan dalam IAS No 32, p.2] dalam beberapa kasus di mana hal

ini berlanjut pada pembolehan pilihan perlakuan akuntansi untuk kejadian dan transaksi. Istilah

BENCHMARK merefleksikan tujuan Dewan untuk mengidentifikasikan titik referensi ketika membuat

pilihan di antara alternatif-alternatif tersebut.


Walaupun penjelasan ini mengimplikasikan bahwa IASC bermaksud mengurangi pilihan-pilihan yang

tersedia dalam standar, mengeliminasi perlakuan alternatif akan mengurangi tingkat komparasi

dengan GAAP AS, dalam kasus ini misalnya ketika perlakuan alternatif tersebut lebih mirip dengan

GAAP AS.

Perbedaan tambahan dalam penyusunan standar oleh IASC yaitu tidak diterbitkannya implementasi

atas standar yang mereka susun, dan IASC melarang stafnya memberikan pemaknaan dari standar

tersebut karena keterbatasan sumber daya. IASC telah dikritik atas hal tersebut, dan menyarankan

regulator dan badan profesi untuk membuat prosedur dalam penginterpretasian standar untuk

memudahkan harmonisasi. IASC menetapkan sistem dalam penerbitann interpretasi dengan

mempelajari:

1. Lingkup prosedur dari interpretasi (tingkat emergensinya)

2. Sifat dari badan yang membuat interpretasi (apakah badan atau komite)

3. Proses dari penerbitan interpretasi mencakup pertanyaan: apakah atas isu yang beredar

benar membutuhkan interpretasi? Apakah interpretasi membutuhkan persetujuan IASC?

Dan apakah interpretasi itu harus retroactive?

Kemudian dibentuklah Standing Interpretations Committee (SIC) yang terdiri dari 12 anggota dari

beberapa negara, yang sampai saat ini telah menghasilkan lebih dari 20 interpretasi.

Penggunaan Standar Akuntansi Internasional

Standar akuntansi internasional digunakan dalam berbagai cara. IASC memperhatikan bahwa standar-

standarnya digunakan:

1. Sebagai persyaratan nasional

2. Sebagai dasar dari sebagian atau seluruh persyaratan nasional

3. Sebagai benchmark bagi negara-negara yang menetapkan sendiri persyaratan

nasionalnya

4. Digunakan oleh pihak yang berwenang untuk mengatur perusahaan domestik dan

perusahaan asing
5. Digunakan oleh perusahaan-perusahaan itu sendiri

Sebagai tambahan, International Organization of Securities Commissions (IOSCO) menginginkan IASB

menyediakan IAS yang dapat digunakan dalam penawaran sekuritas multinasional. Baru-baru ini,

beberapa bursa saham di beberapa negara mensyaratkan atau memperbolehkan perusahaan yang

mengeluarkan saham untuk menyiapkan laporan keuangan yang sesuai dengan IAS.

IASC tidak mempunyai kekuasaan memaksa dan harus berlandaskan pada usaha terbaik dari

anggota-anggotanya. Bagaimanapun juga, pengaruh badan-badan akuntansi profesional dalam

pembentukan peraturan akuntansi bervariasi dari negara yang satu ke negara yang lain. Di beberapa

negara, seperti Prancis dan Jerman, kekuatan dan detil hukum perusahaan memberikan ruang bagi

pengaruh badan-badan akuntansi. Di negara lain, seperti Inggris, Kanada, dan Australia, standar

akuntansi diatur oleh badan profesional yang dimiliki IASC. Di AS, dua badan yang secara langsung

berkonsentrasi pada pengaturan standar, yaitu FASB dan SEC, bukanlah anggota IASC.

Perjanjian dan tindakan IASC tidak mengakomodasi perbedaan nasional. Oleh karena itu, setiap

negara memiliki kelompok pengguna informasi keuangan sendiri (pemilik, kreditor, debitor, pegawai,

pemerintah, dan lain-lain), semua yang beroperasi di dalam lingkungan budaya, sosial, hukum, politik,

dan ekonomi. Pengguna-pengguna tersebut juga mungkin memiliki kepentingan yang relatif berbeda

dari negara ke negara, menciptakan variasi peran akuntansi keuangan dari negara ke negara.

IASC mengeluarkan 41 standar dan IASB telah mengeluarkan 8 IFRS yang mencakup isu-isu seperti

pengungkapan kebijakan akuntansi, laporan arus kas, depresiasi, informasi yang harus di ungkapkan,

informasi perubahan posisi keuangan, unsusual item, prior period items dan perubahan kebijakan

akuntansi, penelitian dan pengembangan, pajak atas income, foreign exchange, kombinasi bisnis, dan

pengungkapan pihak-pihak yang terkait.

Isu Terbaru

Pada pertengahan 1990, IASC berpartner dengan IOSCO untuk bekerjasama dalam mendorong

transaksi saham di seluruh dunia agar menerima laporan keuangan yang disiapkan dengan

menggunakan standar dari IASB.Untuk meraih tujuan ini, IASB diminta untuk menyelesaikan sebuah

program kerja yang komprehensif dalam membuat atau memperbaiki IAS yang dapat diterima oleh

IOSCO. IOSCO mengindikasikan bahwa kesuksesan IASC dalam menyelesaikan program tersebut

dapat menyebabkan penyebarluasan suatu set inti standar yang komprehensif untuk pendaftaran

saham lintas batas. Hal itu juga dapat memungkinkan IOSCO untuk mempertimbangkan penggunaan
Standar Akuntansi Internasional untuk tujuan pendaftaran saham di semua pasar modal global.

IOSCO telah meresmikan penggunaan pernyataan IASC mengenai arus kas dan mengindikasikan

bahwa standar standar IASC yang lain sudah memadai, hal ini membuktikan standar inti yang lain

telah diselesaikan dengan sukses. Beberapa isu yang dibahas dalam program kerja adalah instrumen

keuangan, pajak penghasilan, aset tidak berwujud, laporan per segmen, laba per lembar saham

(earning per share), biaya keuntungan pegawai (employee benefit cost), laporan interim, operasi yang

tidak dilanjutkan (disontinued operation), hal yang mungkin terjadi (contingency), dan lease. Awalnya

program ini di targetkan selesai pada Desember 1999, namun pada tahun 1996 direksi IASC

memutuskan untuk mempercepatnya menjadi Maret 1999.

Pada saat penyelesaian proyek, IOSC menelaah standar yang telah direvisi untuk menentukan apakah

akan merekomendasikan penggunaannya pada para anggota IOSC untuk tujuan pencarian modal

secara lintas batas. IOSCO mengidentifikasi beberapa standar yang masih berpotensial untuk

dikembangkan; sebagai hasilnya, IASC mengadakan Proyek Pengembangan untuk mengurangi atau

menghilangkan alternatif, peraturan yang berlebihan (redundancy), dan konflik dengan standar yang

telah ada dan untuk melakukan pengembangan lain pada standar. Penyelesaian yang cepat dari

proyek ini terlihat krusial ketika negara anggota Uni Eropa (EU) mengadopsi standar internasional

pada awal 2005.

Pada tanggal 17 Desember 2003, IASB mempublikasikan 13 Standar Akuntansi Internasional (IAS)

yang telah direvisi, menerbitkan 2 standar baru, mengumumkan pemberitahuan mengenai penarikan

standarnya pada akuntansi level-harga (price-level accounting). Revisi dan standar baru yang

diterbitkan menandakan bahwa Proyek Pengembangan yang dilakukan oleh IASB tersebut hampir

selesai.Proyek tersebut membahas kecemasan, pertanyaan, dan kritik yang berasal dari otoritas

pengatur sekuritas dan pihak lain yang tertarik dengan IAS yang telah ada.

Proyek Pengembangan merupakan elemen utama dari strategi IASB untuk meningkatkan kualitas dan

konsistensi dari laporan keuangan secara umum dan IAS yang telah ada. Minat atas pelaporan yang

lebih baik melalui konvergensi membuat proyek tersebut menarik praktik terbaik dari seluruh dunia.

Proyek tersebut telah menghilangkan beberapa pilihan yang ada dalam IAS yang keberadaannya

menyebabkan ketidakpastian dan penurunan tingkat komparabilitas. Proyek ini diuntungkan dari

masukan yang berasal dari pelaku pasar secara luas, termasuk pembuat peraturan melalui Organisasi

Internasional untuk Komisi Sekuritas, pembuat standar nasional, Dewan Penasihat Standar IASB, dan

pihak lain. IASB juga menerbitkan 5 IFRS. Standar baru ini dan amandemen terhadap berbagai IAS

akan didiskusikan pada bab yang berhubungan dengan masing-masing isu. Kemudian, pada tahun
2005, Komite Tekhnik IASCO menegaskan kembali dukungannya terhadap pengembangan dan

penggunaan IFRS sebagai standar internasional berkualitas dalam pendaftaran dan penawaran lintas

batas. IASCO merekomendasikan anggotanya untuk memperbolehkan para penerbit multinasional

(multinational issuers) menggunakan IFRS dalam penawaran dan pendaftaran lintas batas,

sebagaimana ditambahkan dalam rekonsiliasi, pengungkapan, dan intepretasi bila dipandang perlu

untuk membahas isu dasar yang luar biasa pada tingkat nasional atau regional.

Sesuai keputusan yang dibuat oleh berbagai negara dan organisasi untuk mengadopsi IFRS, lebih dari

19 negara akan mengharuskan atau mengijinkan penggunaan penggunaan IFRS dalam beberapa

tahun mendatang. Sebagai contoh, seperti dibahas diatas, sejak Januari 2005, semua perusahaan EU

yang terdaftar dalam pasar EU diharuskan menggunakan IFRS sebagai dasar penyusunan pelaporan

keuangannya. Sebagai tambahan, banyak negara yang bukan anggota EU, seperti Australia, Cina,

Israel, dan Selandia Baru, mengkonvergensi standar nasionalnya baik sebagian maupun seluruhnya

dengan IFRS. Pada Januari 2006, Dewan Standar Akuntansi Kanada meratifikasi rencana selama 5

tahun untuk mengkonvergensi PABU Kanada dengan IFRS, dan Cina juga mengumumkan rencana

konvergensi, banyak perusahaan di seluruh dunia akan mengadakan peralihan dalam laporan

keuangan dengan mengubah praktik akuntansi nasional menuju penggunaan standar akuntansi yang

dikeluarkan oleh IASB.

Untuk membantu proses implementasi, pada tahun 2006 IASB mengumumkan bahwa IASB tidak

mewajibkan penerapan IFRS yang sedang dikembangkan atau yang sebagian besarnya sedang

diamandemen ke dalam IFRS yang telah berlaku sebelum tanggal 1 Januari 2009. Penundaan standar

baru hingga 2009 akan memberikan waktu selama 4 tahun untuk stablitas bagi perusahaan yang

mengadopsi IFRS di tahun 2005. Sebagai tambahan, penetapan tanggal 1 Januari 2009 sebagai

standar baru akan memberikan target yang jelas bagi negara yang akan mengadopsi IFRS. Pada

tahun 2009 juga diharapkan usaha bersama antara FASB dan IASB akan meniadakan keharusan

rekonsiliasi bagi perusahaan non-AS yang menggunakan IFRS dan terdaftar di AS.

Untuk membantu perusahaan merubah standarnya ke IFRS, dan supaya pengguna laporan keuangan

perusahaan mengerti efek dari penerapan standar yang baru, IASB mengeluarkan IFRS No. 1 Adopsi

Standar Pelaporan Keuangan Internasional untuk yang Pertama Kalinya (didiskusikan lebih lanjut di

bab ini) yang menjelaskan apa yang harus dilakukan sebuah entitas dalam masa transisi ketika

merubah suatu basis akuntansi ke IFRS.

RESTRUKTURASI IASC
Pada tahun 1998 IASC mengarahkan upaya baru yang bertujuan untuk menempatkan standar. Pada

akhirnya, IASC Board membuat Strategy Working Party untuk mempertimbangkan apa seharusnya

strategi dan struktur IASC untuk menghadapi tantangan yang baru. Pada bulan Desember 1998,

kelompok ini menerbitkan Discussion Paper yang berjudul Shaping the IASB for the Future, yang

merupakan proposal untuk perubahan struktur IASC. Selama awal 1999, tanggapan terhadap proposal

diterima dan laporan final diterbitkan. Pada Maret 2000, IASB Board menyetujui konstitusi baru untuk

merestrukturisasi IASB. Berikut ini adalah rangkuman dari poin-poin yang ditulis dalam dokumen

tersebut.

Beberapa faktor yang telah memberi kontribusi pada kebutuhan terhadap pendekatan baru dalam

penetapan standar internasional :

1. Pertumbuhan pasar modal internasional yang cepat, dikombinasikan dengan peningkatan

dalam pendataan dan investasi lintas batas. Isu ini telah mengarahkan kepada usaha-usaha

badan regulator sekuritas untuk mengembangkan passport biasa untuk pendataan

sekuritas lintas batas dan untuk mencapai komparabilitas yang lebih besar dalam pelaporan

keuangan.

2. Upaya organisasi global (seperti WTO) dan badan regional (seperti EU, NAFTA,

MERCOSUR [ pasar bagi negara Argentina, Brazil, Paraguay, dan Uruguay], dan APEC)

untuk membuka hambatan perdagangan internasional.

3. Tren ke arah internasionalisasi regulasi bisnis.

4. Peningkatan pengaruh standar akuntansi internasional terhadap kebutuhan dan praktek

akuntansi nasional.

5. Percepatan inovasi dalam transaksi bisnis.

6. Peningkatan permintaan penggwuna akan jenis informasi keuangan dan kinerja lainnya

yang baru.

7. Perkembangan baru dalam distribusi elektronik informasi keuangan dan kinerja lainnya.
8. Pertumbuhan kebutuhan akan informasi keuangan dan kinerja lainnya yang relevan dan

dapat diandalkan, baik dalam negara yang dalam transisi dari ekonomi terencana ke

ekonomi pasar maupun dalam pengembangan industrialisasi ekonomi yang baru.

Sebagai hasilnya, permintaan terhadap standar akuntansi global yang berkualitas tinggi dan

menyediakan transparansi dan komparabilitas semakin meningkat. Dalam tahun-tahun pertamanya

IASC terutama bertindak sebagai penyelarasbadan yang memilih perlakuan akuntansi yang telah

ada pada tingkat nasional di beberapa negara dan meminta dukungan global dari perlakuan tersebut,

mungkin dengan beberapa perubahan. Kemudian IASC mulai menggabungkan peran tersebut dengan

peran sebagai katalisatorkoordinator prakarsa nasional dan pemrakarsa usaha baru tingkat nasional.

Ke depannya, peran IASC sebagai katalisator dan inisiator harus lebih menonjol dan penting bagi IASC

untuk memfokuskan tujuan dengan tepat, sebagaimana berikut :

1. Mengembangkan standar akuntansi internasional yang menghendaki informasi yang

berkualitas tinggi, transparan, dan dapat dibandingkan yang akan membantu pelaku pasar

modal dan lainnya untuk membuat keputusan ekonomi.

2. Meningkatkan penggunaan standar akuntansi internasional dengan bekerja bersama para

pembuat standar nasional.

IASC, bekerja sama dengan pembuat standar nasional, harus melakukan setiap usaha untuk

mempercepat konvergensi antara standar akuntansi nasional dan internasional. Sasaran konvergensi

bagi tiap negara di dunia untuk melaporkan informasi yang berkualitas tinggi, transparan, dan dapat

dibandingkan yang akan membantu pelaku pasar modal dan lainnya untuk membuat keputusan

ekonomi. Sampai tahap akhir ini, IASC harus terus menggunakan kerangka konseptual yang telah

disetujui (Kerangka Persiapan dan Penyajian Laporan Keuangan didiskusikan di bagian berikutnya).

Tujuan jangka pendek IASC adalah untuk membuat konvergensi standar akuntansi nasional dan

internasional dengan solusi berkualitas tinggi. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah

keseragaman global, yaitu perangkat tunggal standar akuntansi berkualitas tinggi untuk semua

perusahaan bisnis terdaftar dan yang signifikan secara ekonomis lainnya di seluruh dunia.

Perubahan-perubahan di dalam lingkungan IASC bermakna bahwa perubahan struktural juga

dibutuhkan sehingga IASC dapat mengantisipasi tantangan-tantangan baru yang menghadang dan

mengatasinya secara efektif. Berikut ini diidentifikasikan sebagai isu yang perlu diperhatikan:
1. Kerja sama dengan pembuat standar akuntansi nasional. IASC harus bekerja sama

dengan pembuat standar nasional sehingga IASC dapat bersinergi dengan badan tersebut

untuk mempercepat konvergensi antara standar akuntansi nasional dan internasional yang

solusinya membutuhkan informasi yang berkualitas tinggi, transparan, dan dapat

diperbandingkan sehingga dapat membantu partisipan di pasar modal dan pihak-pihak lain

dalam membuat keputusan ekonomi.

2. Partisipasi yang lebih luas dalam IASC Kelompok Negara dan organisasi yang lebih besar

harus mengambil peran dalam IASC Board tanpa mendilusi kualitas kerja IASC.

3. Penunjukan (appointment). Proses penunjukan IASC Board dan pedoman IASC

Committee harus menjadi tanggung jawab anggota yang beragam, sementara memastikan

penunjukan itu kompeten, independen, dan objektif.

Untuk memenuhi isu-isu tersebut, perubahan-perubahan berikut diajukan:

1. Steering Committee seharusnya digantikan oleh Standards Development Committee, di

mana pembuat standar nasional akan memainkan peranan besar dalam pengembangan

standar akuntansi internasional untuk disetujui IASC Komite ini juga bertanggung jawab

untuk menyetujui penerbitan Interpretasi SIC final yang dibuat oleh Standing

Interpretations Committee.

2. Standards Development Committee seharusnya didukung oleh Standards Development

Advisory Committee, yang bertindak sebagai saluran komunikasi dengan pembuat standar

nasional tersebut yang dapat berpartisipasi langsung dalam Standards Development

Committee karena keterbatasan lingkupnya.

3. IASC Board seharusnya diperluas dari 16 menjadi 25 negara dan organisasi, tanpa

menurunkan kualitas kerjanya.

4. Advisory Council yang sekarang seharusnya digantikan oleh 12 trustees (tiga ditunjuk

oleh International Federation of Accountant, tiga oleh organisasi internasional lain, dan

enam oleh trustees untuk merepresentasikan dunia secara luas). Trustees akan menunjuk

anggota Standards Development Committee, Board, dan Standing Interpretations


Committee, serta bertanggung jawab untuk memantau efektifitas IASC dan membiayai

kegiatan IASC.

FASB Reaction

The Financial Accounting Foundation (FAF) dan The Financial Accounting Standard Board (FASB)

dikelilingi oleh organisasi yang menerima undangan IASC untuk berkomentar pada Discussion Paper.

Posisi mereka agak kritis dan termasuk dalam poin-poin berikut ini.

Karena posisi IASC sekarang adalah sebagai organisasi pengatur standar international, kebutuhan

restrukturisasi proses dan struktur pengaturan standar akuntansi international memberikan peluang

kepada IASC untuk mendirikan pengatur standar akuntansi international yang berkualitas yang akan

sukses dalam jangka panjang. FAF dan FASB percaya proses restrukturisasi semestinya menghasilkan

proses dan struktur pengaturan standar yang mewujudkan delapan (8) fungsi dan lima (5) karakter.

Delapan fungsi inti dari standar international yang berkualitas yaitu leadership, innovation, relevance,

responsiveness, objectivity, acceptability and credibility, undertandability, dan accountability. Dan lima

karakter inti pengatur standar akuntansi internasional adalah badan pengambil keputusan yang

independen, proses yang memadai, memadai, staf yang qualified secara teknis, pendanaan yang

independen, pengawasan yang independen.

Struktur IASC yang ada belum memadai dalam mewujudkan hal tersebut diatas dalam mencapai

tujuan, terdapat beberapa are yang menjadi perhatian di dalam Discussion Paper yang seharusnya

diperkuat dan di modifikasi yaitu:

1. The Standards Development Committee (SDC) haruslah menjadi badan otonom yang dan

mengambil keputusan secara independen.

2. Dewan IASC seharusnya menerapkan strong avisory role dalam proses penyusunan

standar.

3. Dewan trustees harus bertanggung jawab atas (1) penunjukan (appointing) SDC dan

anggota dewan IASC, meriviu dan mengesahkan penunjukan dan memperbarui perwakilan

dalam IASC. (2) melatih, mengawasi dan mengevaluasi SDC dan dewan IASC (3)

meningkatkan pendanaan.

4. Staf IASC seharusnya dilengkapi dengan staf dari organisasi level nasional.
Sebagai tambahan, are yang harus di perbaiki dan diperkuat adalah:

1. Proses persetujuan standar

2. Aturan dan tanggung jawab dari dewan trustees

3. Pendanaan dan sumber daya yang lain

4. Issu lainnya seperti, komposisi dan area dari keanggotaan SDC dan IASC, rotasi anggota

dan kursi permanen dari SDC, IASC Board, dan dewan trustee dan koordinasi antar anggota

dari negara-negara dalam proses kerja IASC

Dalam menangani area ini, FASB mengindikasikan IASC harus mengemukaan dengan jelas rencana

jangka panjang dalam pencapaian struktur dan proses penyusunan standar akuntansi internasional

yang ideal. IASC harus mengakui bahwa proposalnya merupakan langkah awal dalam evolusi

akuntansi internasional. Isu ini disampaikan lebih lanjut oleh FASB dalam Position papernya

International Accounting Standards: a vision for the future.

Pengaruh Standar Akuntansi Internasional versus PABU AS

Pada Februari 2000, SEC meminta perusahaan AS untuk berkomentar tentang apakah perusahaan

asing dapat diperbolehkan untuk mendaftarkan sahamnya di pasar modal AS dengan menggunakan

standar akuntansi internasional. Sekarang, perusahaan asing yang ingin mendaftar di pasar modal AS

harus merubah pernyataan keuangannya sehingga merefleksikan PABU yang berlaku. Rekonsiliasi ini

dilakukan dengan mengisi Formulir 20-F dari SEC dalam jangka waktu enam bulan sejak akhir tahun

fiskal perusahaan. Pada saat ini, hanya sekitar 1000 perusahaan asing yang terdaftar di pasar modal

AS karena dibutuhkan biaya yang tinggi untuk merubah pernyataan keuangannya ke dalam PABU AS.

Saat ini, SEC secara konsisten mengambil posisi bahwa memperbolehkan perusahaan asing untuk

mendaftar menggunakan standar selain PABU AS menyebabkan hilangnya perlindungan investor dan

terjadinya sistem pengungkapan ganda, satu untuk pendaftar domestik, satu lagi untuk pendaftar

asing. Sejauh ini, hanya terdapat sedikit bukti empiris untuk mengevaluasi posisi SEC. Suatu

penelitian menemukan bukti campuran bahwa rekonsiliasi Formulir 20-F ditemukan mempunya nilai

relevansi dan jumlah laba dibawah IAS dan PABU AS dinilai secara berbeda oleh pasar. Bagaimanapun

juga, penelitian ini tidak menemukan perbedaan penilaian pasar terhadap laba per lembar saham.
Halaman Web buku ini untuk bab 3 berisi bagian dari rekonsiliasi Formulir 20-F untuk Cadbury

Schweppes. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan domestik di pasar Inggris yang memasarkan

dan memproduksi permen, minuman ringan, dan produk lainnya untuk dijual diseluruh dunia.

Produknya antara lain Dr Pepper, Schweppes, Canada Dry, A&W, dan Squirt Internationally, dan Seven

Up, dan minuman ringan Motts yang hanya dijual di pasar Amerika Serikat. Cadbury Schweppes ingin

menjual sekuritasnya di pasar Modal AS; konsekuensinya, Cadbury Schweppes harus menyiapkan

rekonsiliasi Formulir 20-F yang menyesuaikan pernyataan keuangannya agar sesuai dengan PABU AS.

Catatan kaki 40 dari pernyataan keuangan Cadbury Schweppes tahun fiskal 2006, mengungkapkan

Formulir 20-F perusahaan, berisi penjelasan mengenai efek terhadap laba dari perbedaan PABU

Inggris dan PABU AS. Penjelasan ini mengemukakan bahwa laba tahun 2006 yang dilaporkan

menggunakan PABU AS sebesar 1,034 juta atau 131 juta lebih kecil dari yang dilaporkan dengan

menggunakan PABU Inggris; laba tahun fiskal 2005 2006 yang dilaporkan menggunakan PABU AS

sebesar 585 juta atau 191 juta lebih kecil dari yang dilaporkan dengan menggunakan PABU Inggris.

SEC berada dibawah tekanan yang meningkat untuk menerima peraturan akuntansi internasional

karena investor diseluruh dunia membutuhkan bantuan dalam mengartikan pernyataan keuangan dari

berbagai perusahaan yang menggunakan aturan akuntansi yang berbeda. Rekonsiliasi Formulir 20-F

untuk Cadbury Schweppes mengilustrasikan masalah ini. Juga telah dilaporkan bahwa perusahaan

Jerman, Daimler-Benz AG, membutuhkan bertahun-tahun untuk mengkonversikan pembukuannya ke

PABU AS untuk menyelesaikan proses merger dengan Chrysaler. Pasar modal New York, yang akan

diuntungkan dengan tambahan pendaftar asing, mendukung usaha internasional. Penelitian terakhir

mengenai delapan perusahaan multinasional menemukan bahwa menggunakan aturan internasional

mengungkapkan esensi yang sama dengan menggunakan PABU AS.

Bagaimanapun juga, SEC sepertinya tidak akan mengijinkan penggunaan standar internasional dalam

waktu dekat. Mantan Sekretaris Bendahara Robert Rubin dan mantan Pemimpin Federal Reserve Alan

Greenspan mengkritik aturan akuntansi internasional yang sekarang sebagai akuntansi yang buruk,

dan mereka mengindikasikan bahwa kesulitan keuangan yang dialami Brasil dan Rusia pada akhir

1990 sebagian disebabkan oleh kebijakan pengungkapan akuntansi yang buruk. Juga sulit untuk

meramalkan bahwa perusahaan AS, akan mengijinkan aturan yang tidak begitu ketat untuk

perusahaan asing dalam berkompetisi untuk mendapatkan sumber modal yang tersedia di AS.

Terakhir, aturan akuntansi internasional tidak memiliki mekanisme penegakan standar seperti SEC,

dan investor akan lebih tersesat. Isu ini masih terus berkembang sebagaimana dibuktikan oleh Proyek

Peta Jalan IASB-FASB.


Kerangka Kerja untuk Persiapan dan Penyajian Laporan Keuangan

Pada tahun 1989, IASC menerbitkan kerangka kerja konseptual berjudul Framework for the

Preparation and Presentation of Financial Statements. IASC mengindikasikan bahwa penerbitan

kerangka kerja ini adalah untuk menetapkan konsep-konsep yang mendasari penyusunan dan

penyajian laporan keuangan untuk pengguna eksternal dengan:

1. Membantu IASC dalam mengembangkan standar di masa depan.

2. Mempromosikan harmonisasi standar akuntansi.

3. Membantu pembentuk standar nasional.

4. Membantu pembuat dalam menerapkan standar internasional.

5. Membantu auditor dalam mengeluarkan opini tentang apakah laporan keuangan sesuai

dengan standar internasional.

6. Membantu pengguna dalam mengintepretasikan laporan keuangan yang disiapkan sesuai

dengan standar internasional.

7. Menyediakan informasi mengenai pendekatan IASCuntuk pembentukan standar

akuntansi internasional kepada pihak yang berkepentingan.

Kerangka kerja ini menentukan:

1. Tujuan dari laporan keuangan.

2. Karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan.

3. Definisi, pengakuan, dan pengukuran unsur-unsur dari yang laporan keuangan yang

dibangun.

4. Konsep modal dan pemeliharaan modal.


Kerangka kerja ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan mempersiapkan tujuan umum

laporan keuangan yang diarahkan terhadap kebutuhan informasi dari berbagai pengguna termasuk

investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan perdagangan lainnya, kreditur, pelanggan,

pemerintah dan badan mereka, serta masyarakat umum.Kerangka kerja ini juga menunjukkan bahwa,

meskipun kebutuhan informasi dari pengguna tidak dapat dipenuhi hanya oleh penyajian laporan

keuangan, ada suatu kebutuhan yang umum dibutuhkan semua pengguna. Selain itu, karena investor

adalah penanggung risiko modal bagi perusahaan, penyusunan laporan keuangan yang memenuhi

kebutuhan investor juga akan memenuhi sebagian besar kebutuhan pengguna lainnya.

Tujuan Laporan Keuangan

Kerangka kerja IASC menunjukkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan

informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang

berguna untuk berbagai pengguna untuk membuat keputusan ekonomi. Hal ini juga menunjukkan

bahwa laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini akan memenuhi sebagian besar kebutuhan

pengguna, tetapi kerangka kerja tersebut tidak menyediakan semua informasi yang mungkin

diperlukan untuk membuat keputusan ekonomi karena laporan keuangan sebagian besar

menggambarkan informasi masa lalu dan tidak memberikan informasi non finansial.

Dalam diskusi mengenai tujuan umum laporan keuangan, kerangka kerja tersebut mengindikasikan

hal berikut:

1. Pengguna memerlukan suatu evaluasi dari kemampuan perusahaan menghasilkan kas

serta saat dan kepastian dari kas yang dihasilkan.

2. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya ekonomi yang dikendalikan,

struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas, dan kapasitasnya untuk beradaptasi dengan

perubahan lingkungannya.

3. Informasi tentang profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan dalam sumber daya

ekonomi yang dikendalikan perusahaan dimasa depan.

4. Informasi mengenai posisi keuangan dari suatu perusahaan berguna untuk mengetahui

nilai investasi perusahaan, pembiayaan, dan aktivitas operasi.


5. Informasi mengenai posisi keuangan yang terkandung dalam neraca, dan informasi

mengenai kinerja yang terkandung dalam laporan laba rugi.

Kerangka kerja ini juga menunjukkan bahwa dua asumsi mendasar untuk penyusunan laporan

keuangan adalah dasar akrual (accrual basis) dankelangsungan usaha (going concern).

Karakteristik Kualitatif

Kerangka kerja ini menggambarkan karakteristik kualitatif sebagai atribut yang membuat informasi

yang diberikan dalam laporan keuangan berguna.Empat karakter kualitatif tersebut didefinisikan

sebagai berikut.

Understandability

Informasi harus disediakan sehingga individu dengan pengetahuan yang cukup tentang bisnis dan

kegiatan ekonomi dan akuntansi dan bersedia mempelajari informasi tersebut dapat

menggunakannya.Namun demikian, informasi yang komlpeks tidak boleh dipotong hanya karena itu

terlalu sulit bagi beberapa pengguna untuk memahaminya.

Relevance

Informasi akan relevan ketika informasi tersebut mempengaruhi keputusan ekonomi dari pengguna

dengan membantu pengguna mengevaluasi masa lalu, masa sekarang, atau kejadian masa depan

atau dengan mengkonfirmasi atau mengkoreksi evaluasi masa lalu mereka. Relevansi juga

dipengaruhi oleh materialitas.

Reliability

Informasi dapat diandalkan ketika bebas dari kesalahan material dan bias dan ketika pengguna dapat

bergantung pada informasi tersebut dengan yakin. Sebagai konsekuensinya, setiap peristiwa harus

dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, bukan hanya bentuk hukumnya.

Comparability

Pengguna harus dapat membandingkan kinerja suatu perusahaan dari waktu ke waktu dan membuat

perbandingan dengan kinerja perusahaan lain.


Kerangka kerja ini juga mengakui bahwa ketepatan waktu dan keseimbangan antara manfaat dan

biaya adalah kendala pada penyediaan informasi yang relevan dan dapat diandalkan.

Unsur Laporan Keuangan

Kerangka kerja IASC menyatakan bahwa laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari

transaksi dan peristiwa lainnya dengan mengelompokkan mereka ke dalam kelas-kelas yang sesuai

dengan karakteristik ekonominya.Karakteristik ini merupakan unsur dari laporan keuangan.Hal ini

menunjukkan bahwa unsur-unsur yang terkait langsung dengan pengukuran posisi keuangan dalam

neraca adalah aset, liabilitas, dan ekuitas. Unsur-unsur tersebut didefinisikan sebagai berikut:

Aset: Sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan sebagai hasil dari peristiwa di masa

lalu yang diharapkan keuntungan ekonomi di masa depan akan mengalir ke perusahaan.

Liabilitas: Suatu kewajiban saat ini dalam perusahaan yang timbul dari peristiwa di masa

lalu, penyelesaian yang diharapkan menghasilkan arus sumber daya keluar (outflow) dari

perusahaan untuk memperoleh manfaat ekonomi.

Ekuitas: Nilai sisa pada aset perusahaan setelah menguranginya dengan semua

liabilitasnya.

Unsur-unsur yang terkait langsung dengan pengukuran kinerja dalamlaporan laba rugi

adalahpendapatan dan beban. Unsur-unsur tersebut didefinisikansebagai berikut:

Pendapatan: Peningkatan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalambentuk arus

masuk atau peningkatan aset atau penurunan liabilitasyang mengakibatkan kenaikan ekuitas,

selain yang berkaitan dengan kontribusidari peserta ekuitas.

Beban: Penurunan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus keluar

atau penurunan aset atau timbulnya liabilitasyang mengakibatkan penurunan ekuitas, selain

yang berkaitan dengan kontribusi daripeserta ekuitas.

Kerangka kerja iniselanjutnya juga menunjukkan bahwa pengakuan adalah proses memasukkan suatu

item dalam laporan keuangan yang memenuhi definisi elemen dan memenuhi kriteria pengakuan

berikut: (a) Besar kemungkinan bahwa setiap manfaat ekonomi di masa depan yang berhubungan
dengan item tersebut akan mengalir kedalam atau keluar perusahaan, dan (b) item tersebut memiliki

biaya atau nilai yang dapat diukur dengan keandalan (reliability).

Terakhir, sehubungan dengan pengakuan, kerangka kerja IASC mendefinisikan pengukuran sebagai

proses penentuan jumlah moneter dimana elemen dari laporan keuangan harus diakui dan dicatat. Hal

itujuga menunjukkan bahwa berbagai macam basis pengukuran berlaku dalam laporan keuangan,

termasuk biaya perolehan, biaya saat ini, nilai realisasi, dan nilai sekarang.

Konsep Modal dan Pemeliharaan Modal (Capital Maintenance)

Isu terakhir yang dibahas dalam kerangka kerja IASC adalah konsep modal.Didalam konsep keuangan

dari modal, modal didefinisikan sebagai sinonim dengan aset bersih atau ekuitas

perusahaan.Berdasarkan konsep fisik dari modal, modal dianggap sebagai kapasitas produksi suatu

perusahaan. Kerangka inimenunjukkan bahwa pemilihan konsep modal yang sesuai oleh perusahaan

harus didasarkan pada kebutuhan pengguna akanlaporan keuangan. Akibatnya, konsep keuangan

modal harus diadopsi jika pengguna memperhatikan pemeliharaan dari nominal modal yang

diinvestasikan atau dayabeli dari modal yang diinvestasikan.Namun, jika perhatian utama pengguna

adalah kapasitas operasi dari perusahaan, konsep fisik modal harus digunakan. Hasilnya, konsep

modal berikut dapat digunakan:

Pemeliharaan modal keuangan. Laba diperoleh hanya jika jumlah keuangan (atau uang)

dari aset bersih pada akhir periode melebihi aset bersih pada awal periode,tidak termasuk

distribusi kepada atau kontribusi dari pemilik

Pemeliharaan modal fisik. Laba diperoleh hanya jika kapasitas produkifitas fisik (atau

kapasitas operasi) dari perusahaan melebihi kapasitas produkifitas fisik pada awal periode.

Terakhir, kerangka kerja IASC menekankan bahwa pemilihan basis pengukuran dan konsep

pemeliharaan modal akan menentukan model akuntansi yang digunakan dalam penyusunanlaporan

keuangan. Juga, karena perbedaan model akuntansi berbeda memiliki relevansi dan keandalan yang

berlainan, manajemen harus mencari keseimbangan antara karakteristik kualitatifnya. Saat ini, IASC

tidak menetapkan model tertentu kecuali dalam keadaan tertentu, seperti pelaporan dalam mata uang

dalam keadaan hiperinflasi ekonomi (hyperinflationary economy).

IAS No 1
Dalam IAS No 1, Presentation of Financial Statements, IASCmembahas pertimbangan berikut

untukpenyusunan laporan keuangan:

1. Penyajian yang wajar dan sesuai dengan standar IASC

2. Kebijakan akuntansi

3. Keberlangsungan (going concern)

4. Akrual dasar akuntansi

5. Konsistensi penyajian

6. Materialitas dan agregasi

7. Offsetting

8. Perbandingan informasi

Pedoman untuk menerapkan pertimbangan ini agak kurang rincidari yang disediakan oleh GAAP

Amerika Serikat: namun, secara umum hal itu menghasilkan persyaratan yang mirip.

Dalam penilaiannya terhadap IAS No 1, staf FASB mencatat bahwa salah satu kemungkinan area

dariperbedaan tersebut adalah dalam penerapan konsep penyajian secara wajar. Meskipunkeduatubuh

penetapan-standar memungkinkan untuk beralih dari standar ketika dalam pengaplikasiannya akan

menghasilkan laporan keuangan yang menyesatkan, pendekatan IASCdipandang sebagai yang

memungkinkan lebih banyak fleksibilitas dalam peralihan dari standar. FASB selanjutnya mencatat

bahwa peralihan tersebut hampir tidak ada di AmerikaSerikat, sedangkan mereka lebih umum di

negara lain. Dengan demikian adakemungkinanlebih besardalam perbedaan penafsiran kriteria

penyajian secara wajar untuk pelaporan perusahaan secara IASC daripada pelaporan

perusahaansecara GAAP.

Conceptual Framework For Financial Reporting 2010

Kerangka kerja konseptual IASC tahun 1989, dalam perkembangannya diadopsi oleh IASB menjadi

kerangka kerja dari IFRS. Berikut sejarah dari kerangka kerja tersebut:
April 1989;IASC menyetujui the Preparation and Presentation of Financial Statements (the

Framework)

Juli 1989;Kerangka kerjadipublikasikan

April 2001;Kerangka kerja diadopsi IASB.

September2010; Conceptual Framework for Financial Reporting 2010 (the IFRSFramework)

disetujui oleh IASB

Dalam Conceptual Framework for Financial Reporting, selanjutnya disebut kerangka IFRS,

menyebutkan mengenai tujuan dari kerangka kerja ini yaitu:

Kerangka IFRS menjelaskan konsep-konsep dasar yang mendasari persiapan dan penyajian laporan

keuangan untuk pengguna eksternal. Kerangka IFRS berfungsi sebagai panduan untuk Dewan SAK

(the Board) dalam mengembangkan IFRS di masa depan dan sebagai panduan untuk menyelesaikan

isu-isu akuntansi yang tidak dijelaskan langsung dalam International Accounting Standard atau

International Financial Reporting Standard atau Interpretasi.

Ruang lingkup dari kerangka IFRS adalah sebagai berikut:

1. Tujuan pelaporan keuangan

2. Karakteristik kualitatif informasi keuangan yang berguna

3. Entitas pelaporan

4. Definisi, pengakuan dan pengukuran unsur-unsur dari laporan keuangan yang dibangun

5. Konsep modal dan pemeliharaan modal

Dalam kerangka IFRS, ditambahkan dua karakter kualitatif informasi keuangan yang berguna:

Verifiability

Verfikasi membantu untuk meyakinkan pengguna bahwa informasi menggambarkan dengan tepat

merupakan fenomena ekonomi yang dimaksud.Kemampuan verifikasi berarti bahwa pengetahuan


berbeda dan pengamat independen bisa mencapai konsensus, meskipun tidak selalu sampai pada

kesepakatan, bahwa penggambaran tertentu merupakan representasi yang tepat.

Timeliness

Ketepatan waktu berarti bahwa informasi tersedia bagi pengambil keputusan di waktu yang tepat

sehingga mampu mempengaruhi keputusan mereka.

Pengaturan Standar Akuntansi Internasional:Sebuah Visi untuk Masa Depan

Pada tahun 1998, FASB mengeluarkan laporan berjudul International Accounting Standard Setting: A

Vision for the Future. Pengantar laporan ini mencatat bahwa evolusi dari masyarakat secara

globaldisertai dengan banyak implikasi bahwa di masa lalutelah dipertimbangkan area otoritas

nasional atau tanggung jawab. Laporan keuangan dan penetapan standar berada di antara implikasi.

Laporan tersebut selanjutnyamembahas bagaimana peran FASB ini dapat terus berkembang dan

bagaimana struktur dan prosesnya dapat berubah dari waktu ke waktu sebagai responterhadap

kebutuhan dalam perubahan lingkungan internasional dalam konteks tujuan FASB tersebut. Termasuk

dalam laporan ini adalah (1) diskusi tentang tujuan FASB dantujuanyang terkait, (2) visi FASB

mengenai sistem akuntansi internasionalmasa depan, (3) pembahasan tentang karakteristik dari

standar akuntansi yang berkualitas tinggi, dan (4) diskusi tentang fluktuasi minimum dan karakteristik

dari kualitas pembentuk standar akuntansi internasional.

FASB menggambarkan standar internasional sebagai satu set standar akuntansiyang diakui secara

internasional yang dapat diterima melalui, misalnya, dukungan dari otoritas pasar modal yang relevan

dari tiap negaradan melalui penerimaan oleh pengguna laporan keuangan. FASB telah menyimpulkan

bahwa apa pun fungsi utama dari standar internasional, penggunaannya akan mempengaruhi

pelaporan keuangan di Amerika Serikat, dan, oleh karena itu,FASB harus berpartisipasi dalam proses

yang mengarah pada perkembangan mereka. Partisipasi FASB yang berarti dalam pengembangan

standar internasional diperlukan untuk memastikan bahwa standar internasional masa depan memiliki

kualitas yang cukup untuk dapat diterima di Amerika Serikat. Selain itu,FASB percaya bahwa, untuk

jangka panjang, jika sistem akuntansi internasional masa depan akan berhasil dan, akhirnya,

mengakibatkan penggunaan dari satu set standar akuntansi berkualitas tinggidi seluruh dunia baik

untuk domestik maupun pelaporan keuangan antar negara, pendirian pembuatstandar akuntansi

internasional yang berkualitas untuk mengkoordinasikan dan mengarahkan proses adalah kuncinya.
Untuk tujuan ini, FASB telah menetapkan dua tujuan terkait:

1. Untuk memastikan bahwa standar akuntansi internasional berada dalamkualitas

tertinggi, laporan keuangan berkualitas tinggi adalah laporan keuangan yang

menyediakaninformasi yang berguna bagi investor luar, kreditur, dan pengguna lainnya

yang membuatkeputusan yang sama tentang alokasi sumber daya dalam perekonomian.

FASB telah melakukan konsensus bahwa satu set standar internasional berkualitas tinggi

diinginkan karena penggunaannya akan meningkatkan komparabilitas internasional;

mengurangi biaya kepada pengguna laporan keuangan, pembuatnya, auditor,dan pengguna

lainnya, dan, akhirnya, mengoptimalkan efisiensi pasar modal.

2. Untuk mempercepat konvergensi standar akuntansi yang digunakan di negara-negara

yang berbeda. Konvergensi adalah sebuah tujuan dan proses. FASBmenjelaskan tujuan

darikonvergensi sebagai pembuat standar yang berbeda sampaipada standar nasional atau

internasional berkualitas tinggi pada topik yang sama semirip mungkin.

FASB percaya bahwa mengorbankan kualitas untuk konvergensi atau fokus pada konsensus dan bukan

pada solusi terbaik dalam situasinya akan merugikan konsumen laporan keuangan, yaitupengguna

laporan keuangan, dan merongrong kredibilitas dan efisiensidunia pasar modal. Meskipun sulit untuk

mendefinisikan kualitas tinggi,FASB percaya bahwa sejumlah atribut standar akuntansi berkualitas

tinggi dapat diidentifikasi. Satu set lengkap akuntansi yang tidak bias berisistandar yang

membutuhkan informasi relevan, dapat dipercaya yang berguna bagi investor luar, kreditur, dan lain-

lain yang membuat keputusan serupa akan membentuk satu set standar akuntansi berkualitas tinggi.

Setiap standar akuntansi ini harus:

1. Konsisten dengan panduan yang diberikan oleh kerangka konseptual yang mendasari.

2. Menghindari atau meminimalkan prosedur akuntansi alternatif, eksplisit atau

implisit,karena komparatif dan konsistensi meningkatkan kegunaan informasi.

3. Jelas dan dipahami sehingga standar dapat dimengerti oleh pembuat dan auditor yang

harus menerapkan standar, olehotoritas yang harus menegakkan standar, dan oleh

pengguna yang harus berurusandengan informasi yang dihasilkan oleh standar.


4. Mampu menginterpretasikan dan mengaplikasikansecara ketat agar peristiwa dan

transaksi yang samadiperlakukan sama di seluruh periode waktudan di antara perusahaan.

Secara keseluruhan, laporan keuangan di bawah standar tersebut harus menghasilkan informasi yang

transparan. Informasi yang transparan yaitu cukup dalam isi danmudah dipahami sehingga dapat

memberikan dasar yang berarti bagi pengambilan keputusan ekonomioleh pengguna laporan

keuangan. Informasi yang transparan tidak memberikan informasi tidak jelas (obscure information)

yang relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi. Dalam konteks tersebut, satu set standar

akuntansi berkualitas tinggi akan menghasilkan informasi akuntansiyang tidak relevan. Informasi yang

relevan mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan dengan membantu pengguna untuk

membentukpenilaian tentang hasilperistiwa masa lalu, sekarang dan masa depan atau untuk

mengkonfirmasi atau mengoreksi ekspektasi sebelumnya.Informasi tersebut juga harus dapat

diandalkan, netral, sebanding, dan konsistenseperti yang didefinisikan oleh FASB.

Reliable: Informasi yang dapat dipercaya (reliable) mewakilidengan tepat tujuan apa yang ingin

disampaikan, dan bahwa kualitas keyakinan representasional dapat diverifikasi menggunakan

ukuranindependen.

Netral: Informasi yang netral tidak bias terhadap hasil yang telah ditentukan.

Komparabel: Informasi yang komparabel dapat dibandingkandengan informasi serupa tentang

perusahaan lain. Informasi dapat dibandingkan jika transaksi dan peristiwa yang sama diperlakukan

sama, dan peristiwa dan transaksi yang berbedadicatat secara berbeda pula.

Konsisten: Informasi yang konsisiten dapat dibandingkan denganinformasi yang sama tentang

perusahaan yang sama untuk beberapa periode atau beberapatitik waktulain.

Dampak Pengembangan IAS pada Pasar Sekuritas Amerika Serikat

Pengembangan IAS juga akan berdampak padapasar sekuritas Amerika Serikat. Pada Februari 2000,

Securities andExchange Commission memilih untuk meminta perusahaan-perusahaan AS

untukmengomentari Apakah mereka harus mengijinkan perusahaan asing yangmendaftarkansekuritas

mereka di bursa saham AS berdasarkan aturan akuntansi internasional. Saat itu, perusahaan asing

yang terdaftar di bursa saham AS harus menyusun kembali laporan keuangan mereka sesuai dengan

GAAP. Rekonsiliasi ini dibuat dengan mengisi Formulir20-F dengan SEC dalam waktu enam bulan

setelah akhir tahun fiskal perusahaan. Padasaat itu, hanya sekitar 1000 perusahaan

asingyangterdaftar di bursa saham AS yang membuat kembali laporan keuangan sesuai GAAP AS
karena biaya yang tinggi. Sampai saat ini, SEC telah secara konsisten mengambil posisi bahwa

mengijinkan perusahaan asing terdaftar menggunakan selain GAAP AS akan mengakibatkan kerugian

terhadap perlindungan investor dan mengakibatkan sistem pengungkapan dua tingkat, satu

untukpendaftar domestik dan satu lagi untuk pendaftar asing. Sejauh ini, terdapatsedikit bukti empiris

untuk mengevaluasi posisi SEC. Suatupenelitian menemukan bukti bahwa dalam Form Rekonsiliasi20-

F ditemukan nilai yang relevan dalampendapatan IAS dan GAAP AS dinilai secara berbeda oleh pasar.

Namun, studi ini tidak menunjukkan bahwa pasar menilai laba per saham berbeda.

SEC berada di bawah tekanan untuk menerima aturan akuntansi internasionalkarena investor di

seluruh dunia memerlukan bantuan dalam menguraikan keuanganlaporan berbagai perusahaan

menggunakan aturan akuntansi yang berbeda di tiap negara.The New York Stock Exchange, yang

memperoleh keuntungan dari tambahan listing perusahaan asing, mendukung usaha internasional.

Sebuah penelitian terbaru dari delapan perusahaan multinasional menemukan bahwa menggunakan

pengungkapan sesuai aturan internasional pada dasarnya akan menghasilkan hasil keuangan yang

sama seperti diungkapkan oleh penggunaan GAAP AS.

Namun demikian, SEC tidak mungkin untuk menyetujui penggunaan standar internasionaldalam waktu

dekat. Kedua mantan Sekretaris Keuangan Robert Rubindan Ketua Federal Reserve Alan Greenspan

mengkritik saat iniaturan akuntansi internasional adalah akuntansi yang buruk, dan mereka telah

menunjukkan bahwakesulitan keuangan yang dialami di Brazil dan Rusia di akhir 1990an sebagian

disebabkan oleh kebijakan pengungkapan akuntansi yang buruk.

IFRS di Amerika Serikat

Selama tahun 2007-2009, SEC telah mengambil beberapa langkah untuk mengakui IFRS sebagai satu

set standar pelaporan keuanganberkualitas tinggi. Langkah-langkah ini termasuk penghapusan

rekonsiliasi dengan GAAP AS oleh penerbit swasta asing yang menggunakan IFRS dan penerbitan

sebuah roadmap yang diusulkan untuk penggunaan IFRS oleh pendaftar domestik AS. Selain itu,

SEC telah mendukung upaya konvergensi dari Standar Akuntansi Keuangan (FASB) dan IASB.

Pada bulan November 2007, SEC memilih untuk memungkinkan emiten swasta asing untuk

menggunakan IFRS dalam penyusunan laporan keuangan mereka tanpa merekonsiliasikannyadengan

GAAP AS. Aturan ini berlaku efektif pada tanggal 4 Maret 2008, untuk tahun fiskal yang berakhir

setelah November 15, 2007. Oleh karena itu, kalender-akhir tahun emiten swasta asing tidak harus

membuat rekonsiliasi pada laporan keuangan tahun 2007 mereka. SEC menyatakan bahwa, dengan
satu pengecualian, laporan keuangan sebuah emiten swasta asing sepenuhnya harus mematuhi versi

IASB dari IFRS.

Pada tanggal 14 November 2008, SEC mengeluarkan roadmap IFRS,sebuah tonggak menguraikan

bahwa, jika tercapai, dapat menyebabkan transisi wajib untuk IFRS dimulai pada tahun fiskal yang

berakhir pada atau setelah 15 Desember 2014. Roadmap ini juga berisi usulan perubahan aturan yang

akan memberikan emiten AS tertentu pilihan awal untuk menggunakan IFRS dalam laporan keuangan

untuk tahun fiskal yang berakhir pada atau setelah tanggal 15 Desember 2009. Surat komentar yang

diterima dariproposal roadmap umumnya mendukung tujuan SEC mengenai satuset standar

akuntansiberkualitas tinggi yang diterima secara luas, namun, terdapat pandangan berbeda tentang

cara untuk mencapai tujuan ini. Beberapa responden percaya bahwa penekanan lanjutan pada

konvergensi adalah tindakan terbaik, sementara yang lain telah meminta agarSEC menyediakan

tanggal tertentu untuk mengadopsi IFRS.

Pada tanggal 11 September 2008, FASB dan IASB mengeluarkan perbaruannota kesepahaman (MOU)

yang menggambarkan prioritas dan tonggak terkait dengan penyelesaian proyek besar bersama

mereka pada tahun 2011. Meskipun kemajuan yang cukup besar dalam konvergensi dari dua set

standar sejak awal MOU dikeluarkan pada tahun 2006, kemajuan dewan pada banyak proyek-proyek

besar telah dibatasi karena perbedaan pandangan tentang (1) ukuran agenda dan ruang lingkup

proyek, (2) pendekatan yang paling sesuai, dan (3) apakah dan bagaimana isu-isu serupa dalam

proyek aktif harus diselesaikan secara konsisten. Pada pertemuan mereka di Pittsburgh pada

September 2009, pemimpin negara G20 menyerukan badan akuntansi internasional untuk kembali

melipatgandakan usaha mereka untuk mencapai satu set berkualitas tinggi, standar akuntansi global

dalam konteks penetapan standar-proses independenmereka, dan menyelesaikan proyek konvergensi

mereka pada Juni 2011.Menanggapi para pemimpin G20., FASB dan IASB menegaskan kembali

komitmen mereka untuk meningkatkan standar masing-masing dan mencapai konvergensi.

(dikutip dari: SEC Comment Letters on Foreign Private Issuers Using IFRSs, December 2009)

IFRS di Indonesia

Indonesia, sebagai suatu negara berkembang pun tidak ketinggalan dalam mengadopsiIFRS. Adopsi

PSAK ke IFRS pun semakin menggaung ketika IAI mencanangkan konvergensi penuhIFRS ke PSAK

pada tahun 2012. Diharapkan, dengan adanya konvergensi ini dapat memudahanpemahaman

terhadap laporan keuangan yang dikenal secara internasional serta dapat meningkatkanarus investasi.

Proses konvergensi IFRS di Indonesia terbagi atas tiga tahap, yaitu:


1. Tahap adopsi (Tahun 2008-2010)

2. Tahap persiapan (Tahun 2011)

3. Tahap implementasi (2012)

Dalam tahap konvergensi ini terdapat beberapa kendala yang dihadapi seperti perlunya

penyesuaianstandar internasional terhadap aspek hukum di Indonesia, penyesuaian terhadap aturan

perpajakan,kesiapan sumber daya manusia yang belum matang, serta masalah keberadaan lembaga

standarakuntansi Indonesia yang belum independen.

PENERAPAN IFRS DI TAHUN 2011

Perubahan yang cukup besar terkait pelaporan keuangan tahun 2011 adalah berkaitan dengan penerapan standar

pelaporan keuangan International Financial Reporting Standard (IFRS).

Mengingat pelaporan keuangan di Telkom telah menerapkan pengendalian internal sebagaimana ketentuan SOX

Section 404, maka rancangan dan penerapan pengendalian internal atas pelaporan keuangan perlu mengalami

penyesuaian yang cukup besar agar sesuai dengan ketentuan standar akuntansi yang berlaku. Hal tersebut meliputi

kebijakan akuntansi, organisasi dan aplikasi TI, termasuk perubahan rancangan dan penerapan pengendalian

internal atas pelaporan keuangan yang diikuti dengan pengembangan kompetensi pengetahuan IFRS kepada

karyawan yang terlibat.

Komitmen untuk menerapkan IFRS merupakan keputusan manajemen, bahwa Telkom akan melakukan adopsi lebih

awal dari roadmap DSAK IAI atas Standar Pelaporan Keuangan IFRS. Untuk itu sejak tahun 2010 dibentuk tim

khusus disebut dengan Gugus Tugas IFRS yang bertanggung jawab mempersiapkan implementasi IFRS mulai dari

fase penilaian, desain, implementasi sampai tahap kestabilan yang direncanakan akan tercapai pada tahun 2012.

Untuk lebih detailnya berikut tahapan perancangan dan penerapan IFRS:

Tahun Fase Kegiatan

2010 Penilaian
Penilaian proses bisnis dan TI di Telkom
Penilaian accounting gap dan practical gap
Menentukan dan memilih opsi IFRS 1 untuk penerapan pertama IFRS
Penilaian TI dan proses bisnis yang terpengaruh implementasi IFRS
Pembuatan Mock-up laporan keuangan IFRS (31 Maret 2010)

Pembuatan kerangka dan detail Chart of Account (COA)


Pembuatan BRDs untuk aplikasi TI yang terpengaruh

Desain Pembuatan Mock-up laporan keuangan IFRS (30 Juni 2010)


2010-2011
Pembuatan position paper IFRS untuk topik-topik akuntansi penting
Pembuatan group reporting package IFRS
Penyusunan proses pengakuan dan pengukuran untuk transaksi transisional.

Akuntansi dan Pelaporan pembuatan panduan group reporting package, penyusunan


laporan keuangan IFRS , kebijakan akuntansi IFRS, dan blank template keuangan IFRS
Data danTeknologi implementasi aplikasi TI baru (modifikasi)
Proses dan Kontrol mengupdate dan menyesuaikan proses bisnis SOA & SOP
Implementasi
2011 Manajemen Perubahan melakukan sosialisasi dan pelatihan atas akuntansi dan
pelaporan
, data dan teknologi, serta proses dan kontrol
Overall Project Monitoring memonitor progres dari implementasi IFRS dan
mengidentifikasi
serta memitigasi risiko.

Membuat dan mengoperasikan sistem pendukung implementasi IFRS


Mengidentifikasi, memprioritisasi serta menyelesaikan masalah yang muncul dalam proses
bisnis, kontrol, serta aplikasi TI
Sustain Mengelola tes ulang dan aktivasi aplikasi TI dan perubahan proses bisnis
2012
Melakukan pengecekan proses dan kualitas data
Membuat daftar aktivitas dan roadmap untuk melakukan perbaikan
Menyusun proses transisi dari fase sustain ke fase bisnis sehari-hari

Bagi Telkom, implementasi IFRS memiliki tantangan tersendiri, selain harus menyampaikan Laporan Keuangan

dalam standar IFRS ke US SEC, Telkom pun harus menyampaikan Laporan Keuangannya dengan SAK Indonesia ke

Bapepam-LK dengan tetap memperhatikan norma-norma pengendalian internal.

Terkait dengan penerapan IFRS, Telkom juga berperan aktif mendukung implementasi IFRS di BUMN lainnya dan

terlibat sebagai narasumber, berikut beberapa kegiatan yang telah dilakukan:

Telkom terlibat aktif menjadi Tim Kerja Koordinasi BUMN untuk Antisipasi Penerapan IFRS ke dalam SAK
Indonesia, salah satu wujudnya adalah menjadi narasumber dan pengajar untuk workshop penerapan SAK
Indonesia Baru (IFRS) untuk BUMN;
Telkom memberikan jasa pendampingan konvergensi SAK Indonesia-IFRS kepada salah satu BUMN di
Indonesia dan ini merupakan langkah awal untuk membantu proses konvergensi di BUMN-BUMN lainnya;
Telkom menjadi pembicara utama dalam Seminar IFRS untuk Auditor dengan tema Internal Auditors Need
to Know IFRS Conversion pada tanggal 11-13 April 2011 di Bandung; dan
Secara rutin melakukan sosialisasi dan workshop atas implementasi IFRS ke Anak Perusahaan Telkom.

Anda mungkin juga menyukai