1. Proses perekayasaan pelaporan keuangan dituntut untuk berpikir rasional dan melalui
tahapan yang menjelaskan bagaimana pelaporan tersebut bisa dicapai guna tujuan
ekonomik dan sosial negara yang meliputi struktur dan mekanisme sistem dalam suatu
negara. Adapun proses perekayasaan pelaporan keuangan sebagai berikut: Pihak dan
sarana yang dapat diandalkan untuk pertimbangan dalam mencapai tujuan ekonomik dan
sosial negara. Sistem nasional memperhatikan bahwa pelaporan keuangan menjadi output
dalam perekayasaan akuntansi dalam skala nasional pula. Perekayasaan melibatkan
berkepentingan memilih dan menerapkan hal terkait ideologi, teori, konsep dasar, dan
teknologi yang teoritis dan praktis. Perekayasaan pelaporan keuangan mematuhi proses
(nasional atau swasta). Hasil perekayasaan pelaporan keuangan bermacam-macam seperti
prinsip umum, doktrin, atau rerangka konseptual. Perekayasaan pelaporan keuangan
dilaksanakan dalam suatu wilayah negara. Demi terciptanya mekanisme skala nasional
baik bisnis, non bisnis, dan pemerintahan suatu negara. Dalam menyajikan data dan
informasi keuangan harus mencapai tujuan ekonomik dan sosial negara. Karena
perekayasaan harus direkayasa bersama untuk pengendalian sumber daya melalui sistem
ekonomi.
2. Proses seksama (due process) merupakan tahapan atau proses dimana penyusunan baik
rerangka konseptual maupun berstatus pernyataan yang dilakukan secara teliti untuk
menjelaskan dokumen yang dihasilkan menjadi pernyataan yang valid. Langkah-langkah
yang harus ditempuh yaitu:
● Mengevaluasi masalah. Masalah harus segera diidentifikasi baik akuntansi dan
pelaporan. Untuk selanjutnya ditindaklanjuti dalam bentuk standar. Masalah
diidentifikasi agar standar diterbitkan atas dasar masalah sebenarnya.
● Mendahulukan riset dan analisis. Pada langkah ini, biasanya dilakukan oleh
anggota teknis FASB dan satgas. Hasil analisisnya dalam bentuk Laporan Riset.
● Menyusun dan mendistribusi Memorandum Diskusi. Memorandum berisi analisis
yang lengkap dari semua aspek masalah yang telah disidangkan pada tingkat
awal.
● Mengadakan dengar pendapat umum.
● Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan publik atas Memorandum
Diskusi.
● Menerbitkan draf awal standar yang diusulkan dikenal sebagai Exposure Draft
(ED)
● Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan tertulis terhadap ED
● Memutuskan apakah jadi menerbitkan suatu pernyataan atau tidak.
● Menerbitkan statemen yang bersangkutan.
3. The House of GAAP merupakan rerangka yang terdiri dari terdiri atas fondasi dan empat
tingkatan yang hierarki dan memiliki pedoman semakin ke atas dan ke kanan tingkat
otoritatif semakin lemah. Berikut ini diuraikan secara ringkas isi dari fondasi dan tiap
tingkat bangunan GAAP tersebut: Dalam hal ini yang menjadi fondasi pada the house of
GAAP adalah konsep dasar dan prinsip-prinsip umum yang melandasi pelaporan
keuangan.
5. PABU merupakan sebuah pedoman dalam pelaporan keuangan yang didapatkan dari
proses perekayasaan terkait penalaran logis dari teori akuntansi. PABU terdiri dari
standar akuntansi, regulasi industri, dan ketentuan/praktik yang tidak diatur dalam
standar. Sedangkan StaPBU merupakan rerangka pedoman pelaksanaan audit yang
kegiatan dan praktiknya merupakan hasil dari perekayasaan PABU. StapBU berisikan
kriteria dan standar kualitas pengauditan. StapBU terdiri dari landasan konseptual dan
operasional yang di dalamnya memuat konsep independensi mental. (Heridiansyah dan
Sujadi, 2011)
6. Rerangka konseptual adalah hasil dokumentasi dari proses penalaran dan perekayasaan
akuntansi yang merupakan hasil dari pemilihan faktor-faktor dan konsep-konsep yang
dianggap relevan, terpadu, dan saling berkaitan, yang menjadi landasan dalam
memecahkan permasalahan akuntansi, yang diharapkan berlaku dalam lingkungan dan
kondisi tertentu. (Suwardjono, 2010).
Rerangka konseptual dideskripsikan oleh FASB sebagai suatu sistem yang koheren dari
tujuan dan fundamental yang mengarah pada standar yang konsisten, yang menentukan
sifat, fungsi, serta keterbatasan pada akuntansi keuangan dan statemen keuangan.
7. Manfaat rerangka konseptual:
● Sebagai arahan dan pedoman bagi badan yang memiliki tanggungjawab untuk
menyusun/menetapkan standar akuntansi dalam mempertimbangkan keunggulan
dan kelemahan alternatif pengembangan standar akuntansi
● Sebagai acuan untuk memecahkan masalah akuntansi yang praktiknya belum
diatur dalam standar.
● Untuk menentukan batasan pertimbangan ketika menyusun statemen keuangan
● Untuk meningkatkan pemahaman dan keyakinan pada statemen keuagan
● Untuk meningkatkan komparabilitas statemen keuangan antarperusahaan.
8. Revisi rerangka konseptual akan dilakukan dari waktu ke waktu berdasarkan pengalaman
DSAK IAI dalam penggunaan rerangka konseptual untuk menyesuaikan dengan
perkembangan ekonomi dan adopsi terhadap kondisi berjalan ataupun kondisi yang akan
datang. Revisi rerangka konseptual juga dilakukan sebagai bagian dari komitmen
konvergensi IFRS yang ada di Indonesia.
9. Mengacu pada PSAK No. 45, organisasi nirlaba / non bisnis merupakan suatu organisasi
yang terbentuk dan sumber daya nya berasal dari sumbangan dari para anggotanya.
Rerangka konseptual organisasi bisnis maupun non bisnis tentunya hampir sama.
Dengan menggunakan prinsip-prinsip pelaporan yang sesuai dan diisyaratkan dalam
PSAK. Namun, pada organisasi non bisnis atau nirlaba ada beberapa
pengurangan-pengurangan tertentu seperti di bagian ekuitas yang tidak mencerminkan
siapa saja penyumbang modal kepada organisasi. Serta prinsip-prinsip yang sifatnya
profit oriented tentunya dihilangkan pada Laporan Keuangan yang disusun berdasarkan
PSAK No.45.
10. Mengacu pada definisi kebijakan akuntansi menurut PSAK No. 25, Kebijakan akuntansi
adalah prinsip, dasar, konversi, peraturan dan praktik tertentu yang diterapkan oleh
entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Penggunaan kebijakan akuntansi oleh suatu entitas dapat dilakukan oleh entitas
tersebut dengan menggunakan manajemen sebagai orang representatif dari entitas
tersebut. Manajemen dalam memilih suatu kebijakan akuntansi dalam suatu entitas harus
mengikuti pedoman atau cara-cara yang telah diatur dan diterapkan oleh PSAK No.45.
Beberapa kebijakan-kebijakan akuntansi yang digunakan harus sesuai dan sejalan dengan
apa yang diatur oleh PSAK No.45. Sehingga tidak terdapat misleading atau kesalahan
yang sifatnya material pada saat penyusunan laporan keuangan entitas tersebut.
11. Mengacu pada definisi laba komprehensif menurut PSAK adalah kenaikan kekayaan dari
suatu entitas yang dipengaruhi oleh berbagai hal yang tidak berhubungan langsung
dengan kegiatan operasional normal dari suatu entitas. Laba Komprehensif sendiri
merupakan laba yang dihasilkan atau berhasil didapatkan oleh perusahaan yang tidak
berkaitan dengan kegiatan utama perusahaan. Laba komprehensif didapatkan dari anak
perusahaan atau keuntungan dari perusahaan yang didapatkan dari menjual aset tetap
perusahaan.
Perbedaan antara laba komprehensif dan laba adalah laba komprehensif dari
definisinya merupakan laba yang dihasilkan dari kegiatan-kegiatan yang tidak berkaitan
langsung dengan kegiatan operasional utama perusahaan seperti: keuntungan penjualan
aset tetap, keuntungan dari anak perusahaan. Laba merupakan keuntungan yang
dihasilkan berasal dari kegiatan utama operasional suatu entitas. Misalnya, perusahaan
dagang yang mendapat keuntungan dari penjualan barang dagangnya.
REFERENSI
Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2009). PSAK No. 25 (revisi 2009): Kebijakan
Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan. Jakarta: IAI.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2011). PSAK No. 45 (revisi 2011): Pelaporan
Keuangan Entitas Nirlaba. Jakarta: IAI.