Anda di halaman 1dari 21

PEREKAYASAAN PELAPORAN

KEUANGAN

Kelompok 3
Dosen Pengampu :
RAHMAITA, S.E, M.SI
Anggota Kelompok
01 02
RINDY CHANDIKA ZAHRA RIHADATUL AISY
21110002 21110016
Pokok Pembahasan
1. maksud proses
perekayasaan? 4. prinsip akuntansi berterima umum

2. Konsep informasi akuntansi 5. pedoman tentang apa

3. kerangka konseptual 6. autoritas rerangka konseptual

7. struktur akuntansi
1. proses perekayasaan
Pelaporan keuangan adalah struktur dan proses akuntansi yang menggambarkan
bagaimana informasi keuangan disediakan dan dilaporkan untuk mencapai tujuan ekonomik
dan sosial negara. FASB mengartikan pelaporan keuangan sebagai sistem dan sarana
penyampaian informasi tentang segala kondisi dan kinerja perusahaan terutama dari segi
keuangan dan tidak terbatas pada apa yang dapat disampaikan melalui pernyataan
keuangan.
Pengertian proses akuntansi dalam pelaporan keuangan adalah mekanisme
tentang bagaimana pihak-pihak dan sarana-sarana pelaporan bekerja dan saling berinteraksi
sehingga menghasilkan informasi keuangan yang diwujudkan dalam bentuk laporan
keuangan termasuk mekanisme untuk menentukan kewajaran laporan keuangan
1) Perekayasaan sebagai Proses Deduktif
Sebagai penalaran deduktif-normatif, Hendriksen menguraikan
aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam proses perekayasaan
untuk menghasilkan rerangka teoritis akuntansi.

1. Aspek pernyataan postulat


2. Aspek pernyataan tentang tujuan pelaporan keuangan
3. Aspek evaluasi tentang kebutuhan informasi oleh pihak pemakai
4. Aspek penentuan dan pemilihan tentang apa yang harus dilaporkan
5. Aspek evaluasi tentang pengukuran dan proses penyajian informasi
6. Aspek penentuan dan evaluasi terhadap kendala-kendala pengukuran
7. Aspek pengembangan dan penyusunan pernyataan umum
8. Apek perancangbangunan struktur dan format sistem informasi
akuntansi
2) Siapa yang Merekayasa
3) Aspek Semantik Dalam Perekayasaan
4) Proses Seksama
2. KONSEP INFORMASI AKUNTANSI
Simbol-simbol atau elemen-elemen yang termuat dalam seperangkat statement
keuangan sebenarnya tidak mempunyai makna jika tiap elemen diinterpretasi sebagai objek
yang berdiri sendiri. Artinya, satu elemen dan jumlah rupiahnya belum memberi informasi
kalau tidak dihubungkan dengan elemen lainnya. Dalam teori komunikasi, informasi
semantik yang sebenarnya ingin disampaikan kepada pemakai sehingga akan terjadi suatu
pengaruh. Dalam akuntansi, pedoman yang dimaksud adalah prinsip akuntansi berterima
umum (PABU), terutama standar akuntansi.
3. KERANGKA KONSEPTUAL
Rerangka konseptual sebagai dokumen resmi hasil
perekayasaan sering disebut pula sebagai seperangkat
prinsip umum, seperangkat doktrin, atau suatu struktur
konsep-konsep yang saling berkaitan.
Sebagai suatu kesatuan konsep-konsep yang
koheren yang menetapkan sifat dan fungsi pelaporan
keuangan, adapun manfaat rerangka konseptual, yaitu:
• memberi pedoman kepada badan yang bertanggung
jawab dalam penyusunan standar akuntansi,
• menjadi acuan dalam memecahkan masalah akuntansi
yang dalam praktiknya perlakuannya belum diatur
secara spesifik dalam standar,
• menentukan batas-batas pertimbangan dalam
penyusunan laporan keuangan,
• meningkatkan pemahaman pemakai laporan
keuangan, dan
• meningkatkan keterbandingan laporan keuangan antar
perusahaan.
Fundasi (berupa konsep-konsep) dan penalaran-penalaran yang melekat
pada rerangka konseptual itulah yang sebenarnya membentuk teori akuntansi
sebagai penalaran logis. Penalaran ini dapat digunakan untuk mengevaluasi
standar dan praktik yang berjalan dan mengembangkan standar dan praktik di
masa yang akan datang.
1) Model
Salah satu model yang banyak dikenal saatg ini adalah rerangka
konseptual yang dikembangkan oleh FASB (Financial Accounting Standars
Board) yang membuat 4 komponen konsep penting, yaitu :
1)Tujuan pelaporan keuangan
2)Kriteria kualitas informasi
3)Elemen-elemen laporan keuangan
4)Pengukuran dan pengakuan
2) Aspek Kependidikan
Karena FASB mencanangkan agar rerangka konseptual mengandung
aspek kependidikan kepada pemakai, FASB memasukkan deskripsi, argumen,
dan penalaran yang cukup rinci dalam tiap uraian konsep. Dengan demikian,
penalaran dan argumen yang melekat dalam tiap penjelasan konsep-konsep
dalam rerangka konseptual versi FASB membentuk seperangkat pengetahuan
yang dapat dipandang sebagai suatu teori deduktif-normatif.
Sebagai alat, akuntansi dan rerangka konseptualnya bukan merupakan
sesuatu yang steril terhadap perubahan. Rerangka konseptual sebagai hasil
perekayasaan harus selalu dievaluasi keefektifannya sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu, perubahan dan modifikasi selalu harus
dilakukan bila perubahan tersebut memang menempatkan akuntansi menjadi
lebih efektif sebagai alat.
4. PRINSIP AKUNTANSI BERTERIMA UMUM
Rerangka konseptual yang berfungsi semacam “konstitusi” hanya
memuat konsep-konsep umum yang secara keseluruhan dapat dianggap
sebagai “konstitusi akuntansi” di suatu negara. Pedoman dapat ditentukan
secara resmi oleh badan yang berwenang dalam bentuk standar akuntansi
atau pedoman-pedoman yang baik dan telah banyak dipraktikkan yang dapat
digunakan sebagai acuan bila hal tersebut bertentangan dengan rerangka
konseptual.
Sebagai pedoman operasional, PABU akan menjadi kriteria untuk
menentukan apakah statement keuangan sebagai media pelaporan keuangan
telah menyajikan informasi keuangan dengan baik, benar, dan jujur yang
secara teknis disebut menyajikan secara wajar. Ada beberapa alasan
mengenai kriteria kewajaran penyajian statement keuangan berdasarkan versi
PABU dan bukan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan atau Financial
Accounting Standard yang seperti diterapkan di Amerika.
 Pertama, tidak semua ketentuan perlakuan akuntansi dapat atau telah
dituangkan dalam bentuk standar akuntansi. Kewajaran penyajian juga
harus dievaluasi secara luas atas dasar ketentuan-ketentuan lain yang
mengikat. Yang termasuk dalam ketentuan lain adala peraturan perundang-
undangan dan ketentuan-ketentuan oleh badan selain penyusun/penetap
standar, misalnya (BAPEPAM).
 Kedua, bila standar akuntansi secara eksplisit dijadikan kriteria dan
dinyatakan dalam laporan auditor, dikhawatirkan terjadi bahwa kewajaran
hanyalah bersifat formal bukan substantif. Artinya, standar akuntansi akan
dijadikan standar minimal dan ada kemungkinan auditor hanya memenuhi
standar minimal tersebut untuk menentukan kewajaran.
 Ketiga, untuk mencapai kualitas informasi yang tinggi, ukuran kewajaran
harus merupakan suatu rerangka pedoman yang cukup komprehensif,
meliputi aspek teknis dan konseptual. Pedoman semacam itu mirip dengan
apa yang terjadi dalam penentuan kriteria perbuatan etis. Rerangka
pedoman ini terdiri atas standar ideal, kaidah/aturan perbuatan, penjelasan
resmi, dan petunjuk teknis, yang keseluruhannya membentuk hirarki.
Isi PABU sebagai Rerangka Pedoman
 PABU versi APB memuat komponen-komponen rerangka konseptual yang disebut GAAP,
yaitu prinsip mendasar, prinsip operasi umum, dan prinsip terinci. Prinsip Mendasar berisi
prinsip tentang pengukuran dan pengakuan suatu elemen statement keuangan atau objek
pelaporan lainnya.
 PABU versi Rubin bukan merupakan satu buku atau dokumen tetapi lebih merupakan
rerangka pedoman yang terdiri atas berbagai sumber dengan berbagai tingkat keautoritatifan
yang membentuk suatu hierarki yang digambarkan dengan suatu bentuk bangunan tumah
(disebut The House of GAAP).
 PABU versi SAS No. 69 bahwa entitas bisnis dan non bisnis diacu sebagai entitas non
kepemerintahan. Karena tujuan, karakteristik, dan jurisdiksi operasi entitas kepemerintahan
yang berbeda, diperlukan pelaporan keuangan yang berbeda pula. GASB bertanggungjawab
untuk menentukan PABU untuk entitas kepemerintahan. Dengan kata lain, entitas non
kepemerintahan berada di bawah FASB dan entitas kepemerintahan berada di bawah GASB.
 PABU versi SPAP bahwa rerangka pedoman PABU Indonesia secara struktural diadopsi oleh
sumber SAS No. 69, tetapi hanya diambil untuk entitas non kepemerintahan. Rerangka ini
mungkin tidak akan berlaku lagi atau berubah jika profesi di Indonesia mengadopsi secara
penuh standar akuntansi internasional.
5. PEDOMAN TENTANG APA
1) Definisi
PABU memberikan batasan atau definisi berbagai elemn, pos, atau objek
statement keuangan atau istilah yang digunakan dalam pelaporan keuangan agar tidak
terjadi kesalahan klasifikasi oleh penyusun dan kesalahan interpretasi oleh pemakai.
Dengan pendefinisian elemen, pos, atau istilah dengan cermat, diharapkan pemakai
laporan mengartikan simbol-simbol tersebut sesuai dengan pengertian yang didefinisi
dalam standar akuntansi.
2) Pengukuran atau Penilaian
Pengukuran adalah penentuan jumlah rupiah yang melekat pada suatu objek yang
terlibat dalam suatu transaksi keuangan. Pengukuran lebih berhubungan dengan
masalah penentuan jumlah rupiah yang dicatat pada saat suatu transaksi terjadi.
Pengukuran sering pula disebut penilaian. Akan tetapi, penilaian lebih ditujukan untuk
penentuan jumlah rupiah yang melekat pada suatu elemen atau pos pada saat
dilaporkan dalam statement keuangan. Penilaian berkaitan dengan masalah apakah
persediaan yang dilaporkan sebesar harga pada saat pembelian atau menggunakan
harga pasar.
3) Pengakuan
Pengakuan adalah pencatatan suatu jumlah rupiah ke dalam sistem akuntansi
sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu pos dan terefleksi dalam laporan
keuangan. Jadi, pengakuan berhubungan dengan masalah apakah suatu transaksi
dijurnal atau tidak.

4) Penyajian dan Pengungkapan


Penyajian menetapkan tentang cara-cara melaporkan elemen atau pos dalam
seperangkat statement keuangan agar elemen atau pos tersebut cukup informatif
informatif yang dianggap penting dan bermanfaat bagi pemakai selain apa yang dapat
dinyatakan melalui statement keuangan utama.
F. AUTORITAS RERANGKA KONSEPTUAL
Sebelum dibentuk badan penyusun standar, AICPA banyak mengeluarkan
penerbitan yang dianggap dapat dijadikan sumber prinsip akuntansi. Karena
dirasakan perlunya standar, maka dibentuklah APB yang ada di bawah AICPA
untuk merumuskan standar akuntansi. Penerbitan APB sering dianggap
menguntungkan auditor dan kliennya karena tidak ada wakil dari pemakai laporan
yang duduk dalam keanggotaan APB
Kemudian badan tersebut diganti dengan FASB yang tidak berada di bawah
AICPA sehingga kedudukannya lebih netral. Karena rerangka konseptual
dirancang untuk perbaikan masa dean, penyusunannya tidak memperhatikan
standar akuntansi yang telah diberlakukan. Jadi, dapat diantisipasi bahwa akan
banyak standar akuntansi yang tidak sesuai lagi dengan diberlakukannya rerangka
konseptual.
Secara teoritis, rerangka konseptual seharusnya merupakan fundasi
rerangka pedoman PABU dan harus direkayasa dahulu sebelum standar. Oleh
karena itu, standar yang digunakan harus konsisten, baik dengan rerangka
konseptual maupun antarstandar. Penurunan standar tentunya harus dilakukan
oleh badan yang berwenang secara seksama. Konflik hanya terjadi jika standar
sudah terlanjut berkembang tanpa rerangka konseptual. Dalam hal ini, konflik
harus segera diselesaikan agar tercapai suatu situasi yang di dalamnya tidak lagi
ada konflik. Dalam situasi seperti itu, kedudukan rerangka konseptual dapat
dikuatkan menjadi fundasi atau landasan konseptual paling autoritatif.
G. STRUKTUR AKUNTANSI
Untuk praktik akuntansi dalam suatu negara, struktur tersebut harus
menggambarkan pihak-pihak dan sarana-sarana yang terlibat dan terpengaruh oleh
perekayasaan informasi keuangan dan saling berhubungan antara berbagai pihak dan
sarana tersebut. Struktur tersebut dapat dipandang menggambarkan pengertian
pelaporan keuangan sebagai mekanisme tentang bagaimana pihak-pihak dan sarana-
sarana pelaporan bekerja dan saling berinteraksi sehingga dihasilkan informasi
keuangan yang diwujudkan dalam bentuk statement keuangan, termasuk fungsi auditor
untuk menentukan kewajaran statement keuangan.Proses dan kegiatan yang dilukiskan
di atas PABU merupakan proses dan kegiatan perekayasaan yang melibatkan
pengetahuan teori akuntansi sebagai penalaran logis. Tentu saja proses ini tidak berhenti
bila rerangka konseptual telah tersusun.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai