Empat Besar (bahasa Inggris: The Big Four) adalah kelompok empat firma jasa profesional
terbesar di seluruh dunia, yang menawarkan jasa terkait akuntansi, seperti audit, penjaminan
(assurance), perpajakan, konsultasi manajemen, advisori, aktuaria, dan keuangan korporasi
(corporate finance). Firma Empat Besar adalah sebagai berikut, dengan data terakhirnya:
Rasio
Tahun Kantor
Firma Pendapatan Karyawan pendapatan Sumber
fiskal pusat
per karyawan
Britania [1]
Deloitte $36.8 milyar 244,400 $150,573 2016
Raya
Britania [2]
PricewaterhouseCoopers $35.9 milyar 223,468 $160,649 2016
Raya
Britania [3]
Ernst & Young $29.6 milyar 231,000 $128,139 2016
Raya
[4]
KPMG $25.9 milyar 188,982 $134,510 2016 Belanda
Kelompok ini sempat dikenal sebagai "Delapan Besar", dan berkurang menjadi "Lima Besar"
melalui serangkaian kegiatan merger. Lima Besar menjadi Empat Besar setelah keruntuhan
Arthur Andersen pada 2002, karena keterlibatannya dalam Skandal Enron.
Daftar isi
1 Merger dan Auditor Besar
o 1.1 8 Besar (sampai 1989)
o 1.2 6 Besar (1989 - 1998)
o 1.3 5 Besar (1998-2002)
o 1.4 4 Besar (sejak 2002)
o 1.5 Merger dan perkembangan
2 Lihat pula
3 Referensi
4 Pranala luar
1. Arthur Andersen
2. Arthur Young & Co.
3. Coopers & Lybrand (aslinya Lybrand, Ross Bros., & Montgomery)
4. Ernst & Whinney (hingga 1979 Ernst & Ernst di AS dan Whinney Murray di Britania
Raya)
5. Deloitte Haskins & Sells (hingga 1978 Haskins & Sells di AS dan Deloitte & Co. di
Britania Raya)
6. Peat Marwick Mitchell (selanjutnya menjadi Peat Marwick, kemudian KPMG)
7. Price Waterhouse
8. Touche Ross
8 Besar berubah menjadi 6 Besar pada tahun 1989 pada saat Ernst & Whinney bergabung
dengan Arthur Young membentuk Ernst & Young di bulan Juni dan Deloitte, Haskins & Sells
bergabung dengan Touche Ross membentuk Deloitte & Touche di bulan Agustus.
5 Besar (1998-2002)
6 Besar berubah menjadi 5 Besar di bulan Juli 1998 pada saat Price Waterhouse bergabung
dengan Coopers & Lybrand membentuk PricewaterhouseCoopers.
Kantor akuntan Arthur Andersen didakwa melawan hukum karena menghancurkan dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan pengauditan Enron, dan menutup-nutupi kerugian jutaan dolar
dalam Skandal Enron yang meledak pada tahun 2001. Hasil keputusan hukum secara efektif
menyebabkan kebangkrutan global dari bisnis Arthur Andersen. Kantor-kantor koleganya di
seluruh dunia yang berada di bawah bendera Arthur Andersen seluruhnya dijual dan kebanyakan
menjadi anggota kantor akuntan internasional lainnya. Di Britania Raya, para partner Arthur
Andersen setempat kebanyakan bergabung dengan Ernst & Young dan Deloitte Touche
Tohmatsu. Di Indonesia, para partner Arthur Andersen pada akhirnya bergabung dengan Ernst &
Young.
PwC (2010)
o PricewaterhouseCoopers (1998)
Coopers & Lybrand (1973)
Cooper Brothers (Britania Raya)
Lybrand, Ross Bros, Montgomery (AS)
Price Waterhouse
KPMG (1987)
o Peat Marwick Mitchell (1925)
William Barclay Peat (Britania Raya)
Marwick Mitchell (AS)
o KMG
Klynveld Main Goerdeler
Klynveld Kraayenhof (Belanda)
Thomson McLintock (Britania Raya)
Main Lafrentz (AS)
Deutsche Treuhand Gesellschaft (Jerman)
Yup ini dia.Ini adalah Big four yang sering dibicarakan di profesi ini. ada 4 Accounting firm
yang terbesar di dunia ini. inilah 4 perusahaan tersebut.
1. PWC
2. Deloitte
3. Ernst & Young
4. KPMG
PWC
PricewaterhouseCoopers atau sering disingkat PWC. perusahaan jasa akuntan ini lahir di tahun
1998. Dimana PWC merupakan gabungan dari perusahaan jasa Cooper & Lybrand (1854) dan
Price Waterhouse (1849). kantor pusatnya terletak di London, Inggris.
PWC merupakan KAP terbesar diantara Big-4 lainya dengan pendapatan di tahun 2011 sebesar
$29,2 Milyar. PWC terdapat di 771 kota di 158 negara. karyawanya Mencapai 169.000 orang.
terdapat 3 jasa yang diberikan oleh perusahaan ini.
Jasa Astestasi
Pajak
Advisory (Manajemen Konsultan)
Deloitte Tohce Tomatsu Limited, atau sering disingkat dengan Deloitte, merupakan salah satu
anggota dari big-4, dan berada di posisi kedua diantara big-4 jika dilihat berdasarkan pendapatan.
Deloitte berkantor pusat di New York, USA. pendapatan di tahun 2011 adalah $ 28,8 Milyar,
terdapat 150 negara dan karyawanya berjumlah 182.000.Deloitte merupakan gabungan dari
beberapa KAP. dimana tahun 1952 Deloitte melakukan merger dengan Haskin & Sells untuk
membentuk Deloitte, Haskin & Sells.
Sedangkan 1968 Nobozu Tohmatsu Membentuk Tohmatsu Awoki & Co. dan tahun 1975
bergabung menjadi bagian Touche & Ross Network.
Dan pada akhirnya di tahun 1989 Deloitte, Haskin & Sells melakukan merger dengan Touche &
Ross di USA. dan Deloitte Toche Tohmatsu lahir.
Patut diingat bahwa tidak semua perusahaan Haskin & Sells mau melakukan merger tersebut. Di
UK, Haskin & Sells malah melakukan merger dengan Coopers & Lybrand (Dimana nanti
mejadi PWC)
Site : http://www.deloitte.com/id
Ernst & Young (EY), merupakan salah satu anggota dari big-4, dan berada di posisi ketiga
diantara big-4 jika dilihat berdasarkan pendapatan.
Ernst & Young berkantor pusat di London, UK. pendapatan di tahun 2011 adalah $ 22,9 Milyar,
terdapat 140 negara dan karyawanya berjumlah 152.000.
Sejarah Ernst & Young dimulai di tahun 1903, dimana Alwin C. Ernst dan saudaranya Theodore
membentuk Ernst & Ernst. Dan di tahun 1906, Arthur Young mendirikan Arthur Young &
Co. di tahun 1924 Perusahaan amerika membentuk aliansi dengan perusahaan di Inggris.
Di pihak Amerika, Young dengan Broads Peterson & Co. sedangkan di pihak Inggris, adalah
Ernst dengan Whinney Smith & Whinney.
Dan di tahun 1989, Ernst & Whiney bergabun dengan Arthur Young untuk membentuk
perusahaan bernama Ernst & Young.
Assurance Service
Tax Service
Advisory Service
Transaction Advisory Service
Di Indonesia, Ernst & Young Berafiliasi dengan KAP Purwantono, Suherman & Surja.
Alamat :
INDONESIA STOCK EXCHANGE BUILDING
TOWER 2, 7TH FLOOR
JL. JEND. SUDIRMAN KAV. 52-53
Jakarta
12190
Indonesia
Phone: +62 21 5289 5000
Site : http://www.ey.com/ID/en/Home
KPMG
KPMG, merupakan salah satu anggota dari big-4, dan berada di posisi Keempat diantara big-4
jika dilihat berdasarkan pendapatan.
KPMG berkantor pusat di Amstelveen, Amsterdam. pendapatan di tahun 2012 (Fiscal) adalah $
22,7 Milyar, karyawanya berjumlah 145.000.
Sejarah KPMG dimulai di tahun 1807, dimana William Barclay Peat membentuk Kantor
Akuntan Publik. Sedangkan di tahun 1877, Thomson Mclintock membangun perusahaanya di
Glasgow.
Dimulai dengan Mergernya William Barclay Peat dan Marwick Mitchell & Co di tahun 1911
yang kemudian melahirkan Peat Marwick.
Di tahun 1917 Piet Klijnveld Membuka Kantor Akuntan di Amsterdam yang nantinya akan
melakukan merger dengan Kraayenhof untuk menciptakan Klynveld Kraayenhof & Co.
Di tahun 1979, Klynveld Kraayenhof & Co, Thomson Mclintock dan Deutsche
Treuhandgesellschaft membentuk KMG (Klynveld Main Goerdeler) dan pada tahun 1987, Peat
Marwick bergabung untuk membentuk KPMG.
KPMG adalah arti berdasarkan nama Patner yang melakukan merger
Audit
Tax
Advisory
Others (Global China Practice, IT risk Advisory)
Auditor bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang berkualitas tinggi yang
bermanfaat bagi pengambilan keputusan. KAP bigfour cenderung akan menerbitkan opini audit going
concern jika klien terdapat masalah berkaitan going concern perusahaan (Junaidi dan Hartono, 2010:7).
DeAngelo (1981) secara teoritis telah menganalis hubungan antara kualitas audit dan ukuran Kantor
Akuntan Publik (KAP). Dia berargumen bahwa auditor besar akan memiliki lebih banyak klien dan fee
total akan dialokasikan diantara para kliennya. DeAngelo (1981) berpendapat bahwa auditor besar akan
lebih independen, dan karenanya, akan memberikan kualitas yang lebih tinggi atas audit. Ukuran auditor
berhubungan dengan kualitas audit. Economics of scale KAP yang besarakan memberikan insentif yang
kuat untuk mematuhi aturan SEC sebagai cara pengembangan dan pemasaran keahlian KAP tersebut
(Dewayanto, 2011:90).
Kualitas auditor merupakan salah satu pertimbangan penting bagi investor untuk menilai
kewajaran suatu laporan keuangan (Pradita, 2010). Kualitas auditor dipandang sebagai kemampuan
untuk mempertinggi kualitas suatu laporan keuangan bagi perusahaan. Oleh karena itu, auditor yang
berkualitas tinggi diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan investor. Watts dan Zimmerman,
DeAngelo dalam Rusmin (2010) menyatakan bahwa kualitas auditor tergantung pada relevansi laporan
auditor dalam memeriksa hubungan kontraktual dan dalam melaporkan pelanggaran. Temuan
pelanggaran mengukur kualitas audit berkenaan dengan pengetahuan dan kemampuan auditor.
Sedangkan pelaporan pelanggaran tergantung kepada dorongan auditor untuk menggambarkan variabel
kualitas auditor, yaitu auditor spesialis industri (non Big Four) dan auditor big four. Auditor big four
adalah auditor yang memiliki keahlian dan reputasi tinggi di banding dengan auditor non big four. Oleh
karena itu, auditor big four akan berusaha secara sungguh-sungguh mempertahankan pangsa pasar,
kepercayaan masyarakat, dan reputasinya dengan cara memberi perlindungan kepada publik (Sanjaya,
2008). Untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berfungsi sebagai penilai independen, maka di Indonesia
terdapat beberapa kantor penilai yang berafiliasi dengan KAP internasional, sesuai dengan tabel berikut
:
32 dengan
afiliasi Safril Nahar & Rekan
Kantor Maclntyre
Akuntan Publik internasionallah yangStrater International
memiliki Limited
kualitas yang lebih tinggi
33 Salaki & Salaki Jeffreys Henry International Association
karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti
34 Santoso Harsokusomo, Irwan & Rekan Horwath International
pelatihan, pengakuan internasional, serta adanya peer review. DeAngelo (1981) dalam Nuswantari
35 Soejatna, Mulyana & Rekan Padilia & Company LLP
Publik yang juga akan berpengaruh pada klien dalam memilih Kantor Akuntan Publik. Ukuran
auditor berhubungan positif dengan kualitas auditor. Economies of scale KAP yang besar akan
memberikan insentif yang kuat untuk mematuhi aturan SEC sebagai cara pengembangan dan
pemasaran keahlian KAP tersebut. Sharma dan Sidhu (2001) dalam Fanny dan Saputra (2005)
menggolongkan reputasi Kantor Akuntan Publik ke dalam skala big six firms dan non big six firms
untuk melihat tingkat independensi serta kecenderungan sebuah Kantor Akuntan Publik terhadap
besarnya biaya audit yang diterimanya. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, proksi yang
sering digunakan untuk menilai Kualitas Audit adalah dengan menggunakan skala Kantor Akuntan
Publik. McKinley et al. (1985) dalam Fanny dan Saputra (2005) menyatakan, ketika sebuah Kantor
Akuntan Publik mengklaim dirinya sebagai KAP besar seperti yang dilakukan oleh big four firms,
maka mereka akan berusaha keras untuk menjaga nama besar tersebut, mereka menghindari
Sebagaimana dijelaskan oleh De Angelo sebagaimana dikutip oleh Mulyadi (2002), bahwa kualitas
audit adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu
pelanggaran dalam sistem akuntansi auditenya. Dalam penelitiannya, Watkins dkk. (2004) telah
mengidentifikasi empat buah definisi kualitas audit dari beberapa ahli, yaitu sebagai berikut.
a. Kualitas audit adalah probabilitas nilaian-pasar bahwa laporan keuangan mengandung kekeliruan
material dan auditor akan menemukan dan melaporkan kekeliruan material tersebut.
b. Kualitas audit merupakan probabilitas bahwa auditor tidak akan melaporkan laporan audit dengan opini
wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan yang mengandung kekeliruan material.
c. Kualitas audit diukur dari akurasi informasi yang dilaporkan oleh auditor.
d. Kualitas audit ditentukan dari kemampuan audit untuk mengurangi noise dan bias dan meningkatkan
kemurnian pada data akuntansi.
Selanjutnya, istilah kualitas audit mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang. Para
pengguna laporan keuangan berpendapat bahwa kualitas audit yang dimaksud terjadi jika auditor dapat
memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji yang material (no material misstatements) atau
kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan audit.
Sulitnya mengukur kualitas audit, banyak penelitian empiris yang menggunakan beberapa dimensi atau
proksi sebagai wakil dari kualitas audit tersebut. Beberapa proksi yang lazim digunakan dalam penelitian
mengenai kualitas audit adalah ukuran KAP (Krishnan, 2002; Choi dkk., 2007; Riyatno, 2007; Yuniarti,
2007; Sundgren dan Svanstrom, 2011).
Ukuran KAP dapat diukur berdasarkan jumlah klien dan presentase dari audit fees dalam usaha
mempertahankan kliennya untuk tidak berpindah pada perusahaan audit yang lain. Beberapa penelitian
yang menggunakan ukuran KAP sebagai pengukur kualitas audit berhasil membuktikan secara empiris
bahwa terdapat perbedaan kualitas antara KAP berukuran besar (Big four accounting firms) dengan KAP
berukuran kecil (non big four accounting firms). Ada hubungan positif antara ukuran KAP dan kualitas
audit, yaitu alasan reputasi dan deep pocket yang dimiliki oleh KAP besar. Penelitian Lennox telah
membuktikan kesesuaian dengan hipotesis reputasi yang berargumen bahwa KAP besar mempunyai
insentif lebih besar untuk mengaudit lebih akurat karena mereka memiliki lebih banyak hubungan
spesifik dengan klien (client specific rents) yang akan hilang jika mereka memberikan laporan yang tidak
akurat (Riyatno,2007). Selain itu karena karena KAP besar memiliki sumber daya atau kekayaan yang
lebih besar daripada KAP besar, maka mereka terancam (exposed) oleh tuntutan hukum pihak ketiga
yang lebih besar bila menghasilkan laporan audit yang tidak akurat.
Dalam penelitian tentang Akuntan publik, banyak peneliti memakai dikotomi bigfirm-non big firm untuk
memudahkan penggunaan proksi besar kecilnya ukuran KAP (Carpenter dan Strawser, 1971; Shockley
dan Holt, 1983; Francis dan Wilson, 1988; Wong, 1993 dalam Mardiyah, 2002).
Hasil penelitian Eichenseher dan Shieds, 1983 (dalam Mardiyah, 2002) menemukan bahwa
persepsi expensive (mahalnya) KAP menentukan kesuksesan klien, di mana expensive dan expertise KAP
merupakan atribut dalamservis big eight atau big firm (Shockley dan Holt, 1983 dalam Mardiyah, 2002).
Faktor expertise KAP mendorong klien untuk memilih big firm (Eichenseher dan Danos,1983 dan
William, 1988 dalam Mardiyah, 2002).
Goetz, Joe F. et al (1991) dan John, 1991 (dalam Mayangsari, 2002) menunjukan bahwa kualitas auditor
meningkat sejalan dengan besaraya kantor akuntan tersebut. Penelitian. Craswell, et al, 1995 (dalam
Mayangsari, 2002) menyimpulkan bahwa reputasi KAP terbentuk sejalan dengan pengembangan
keahlian spesifik industri, pengembangan spesialisasi itu sendiri costly, akibatnya dapat
meningkatkan^ee audit. Selanjutnya dengan memiliki keahlian tertentu berarti kualitas audit yang
diberikan pada klien akan meningkat.
Menurut Francis dan Wilson, 1988 (dalam Mardiyah, 2002) kualitas audit mendukung brand name
auditor big firm, sesuai dengan hasil penelitian Teoh dan Wong, 1993 (dalam Mayangsari, 2002) yang
menunjukkan adanya hubungan positif antara kualitas audit dengan brand name auditor big firm
KAP di Indonesia - Berikut beberapa kantor akuntan publik atau yang biasa disingkat KAP yang
bisa dibilang salah sekian terbaik dan terbesar yang aktif dan melayani perusahaan perusahaan
besar di Indonesia.
Sepuluh KAP yang saya kira yang bagus menurut saya.. urutan berdasar alfabet ya. juga link
kantor akuntan publik nya saya sertakan.
1. BKD
2. BDO USA
3. CBIZ (Mayer Hoffman McCann)
4. Crowe Horwath
5. Deloitte KAP Osman Bing Satrio
6. Ernst & Young KAP Purwantono, Sarwoko, Sandjaja
7. Grant Thornton
8. KPMG KAP Sidharta, Sidharta, Widjaja
9. PwC (Pricewaterhouse Coopers) KAP Haryanto Sahari
10. RSM (McGladrey & Pullen)
Silahkan langsung klik link untuk menuju ke website masing masing kantor akuntan publik
tersebut untuk lebih mengetahui profil dan detail lainnya.
Banyak juga kok, bahkan sangat banyak terutama di kota kota besar pasti ada KAP lokal skala
low-middle.
Bisa di cari di google dengan kata kunci kantor akuntan publik plus nama kotanya. Auditor di
dalamnya juga saya kira sama saja.
Tujuan pengauditan umum atas laporan keuangan oleh auditor independen merupakan pemberian
opini atas kewajaran di mana laporan tersebut telah disajikan secara wajar, dalam segala hal yang
material , posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas, sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlak umum di Indonesia.
Berikut Langkah-langkah Mengembangkan Tujuan Audit :
Jika auditor yakin bahwa laporan tidak disajikan secara wajar atau tidak mampu menarik
kesimpulan dikarenakan bahan bukti yang tidak memadai, maka auditor bertanggung jawab
untuk menginformasikan kepada para pengguna laporan keuangan melaui laporan auditnya.
Tanggung jawab manajemen atas kewajaran dalam representasi (asersi) pada laporan keuangan
memberikan kebebasan bagi manajemen untuk menentukan penyajian dan pengungkapan apa
saja yang dianggap penting. Jika manajemen berkeras terhadap pengungkapan laporan keuangan
yang dianggap oleh auditor tidak dapat diterima, maka auditor dapat menerbitkan opini tidak
wajar (adverse) atau opini wajar dengan pengecualian (qualified) atau menarik diri dengan
kontak kerja.
Peraturan Bapepam-LK meningkatkan tanggung jawab manajemen terhadap laporan keuangan
dengan mengharuskan presiden direktur atau chief executive officer (CEO) dan manajer
keuangan ( chief financial officer CFO) perusahaan publik untuk mengesahkan laporan
keuangan yang dilaporkan kepada Bapepam LK. Dalam menandatangani pernyataan tersebut,
manajemen mengesahkan bahwa laporan keuangan sepenuhnya telah sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, bahwa semua informasi yang diungkapkan
dalam laporan keuangan adalah lengkap dan benar, dan bahwa manajemen sepenuhnya
bertanggung jawab atas pengendalian internal.
Paragraf ini membahas mengenai tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kesalahan penyajian
yang sifatnya material dalam laporan keuangan serta diskusi terkait dalam standar mengenai
tanggung jawab auditor untuk mendeteksi salah saji yang material memasukkan beberapa istilah
dan kalimat penting.
Salah Saji Material versus Tidak Material. Kesalahan saji biasanya dianggap material jika
gabungan dari kesalahan-kesalahan yang belum dikoreksi dan kecurangan dalam laporan
keuangan akan mengubah atau memengaruhi keputusan orang-orang yang menggunakan
laporan keuangan tersebut. Akan menjadi sangat mahal (tidak mungkin) jika auditor harus
bertanggung jawab dalam menemukan semua kesalahan maupun kecurangan yang sifatnya tidak
material.
Kesalahan versus Kecurangan. PSA 70 (SA 316) membedakan dua jenis salah saji yaitu,
kesalahan (errors) dan kecurangan (fraud). Suatu kesalahan merupakan salah saji dalam
pelaporan keuangan yang tidak disengaja, sedangkan kecurangan merupakan salah saji
dalam saji yang disengaja.contoh kesalahan diantaranya lupa memperhitungkan harga
bahan baku lama dalam menentukan biaya persediaan dengan metode lebih rendah antara
biaya dan harga pasar.
Untuk kecurangan, terdapat perbedaan antara penyalahgunaan aset, yang sering disebut
juga sebagai kecurangan karyawan, dan kecurangan dalam pelaporan keuangan, yang
sering disebut juga dengan kecurangan manajemen.
Tindakan Ilegal Berdampak Langsung. Tanggung jawab auditor yaitu setiap melakukan audit,
auditor biasanya akan mengevaluasi apakah terdapat bahan bukti yang tersedia yang
mengindikasikan adanya pelanggaran yang signifikan terhadap peraturan perpajakan pemerintah.
Untuk melakukan evaluasi ini, audtor dapat melakukan diskusi dengan personel klien dan
memeriksa laporan yang diterbitkan oleh kantor pajak setelah selesai memeriksa pajak
penghasilan klien.
Tindakan Ilegal Berdampak Tidak Langsung. Denda potensial yang besarnya signifikan dan
sanksi yang diberikan berdampak tidak langsung terhadap laporan keuangan dengan
menciptakan kebutuhan untuk mengungkapkan liabilitas kontinjensi sejumlah denda yang
mungkin harus dibayarkan. Contoh tindakan ilegal ini diantaranya pelanggaran
peraturan insider trading, hukum hak sipil, dan peraturan keselamatan karyawan.
Standar audit menyatakan bahwa auditor tidak memberikan keyakinan bahwa tindakan-
tindakan ilegal berdampak tidak langsung dapat dideteksi.
Akumulasi Bukti Ketika Tidak Ada Alasan untuk Meyakini Adanya Tindakan ilegal
Berdampak Tidak Langsung. Auditor juga harus menanyakan pada manajemen mengenai
kebijakan yang mereka terapkan untuk mencegah tindakan ilegal dan apakah manajemen
mengetahui adanya hukum dan peraturan yang mungkin telah dilanggar perusahaan. Selain itu
auditor tidak diharuskan untuk mencari tindakan ilegal berdampak tidak langsung kecuali ada
alasan yang memadai untuk meyakini bahwa telah terjadi tindakan pelanggaran hukum.
Akumulasi Bukti Ketika Ada Alasan Untuk Meyakini Adanya Tindakan Ilegal Berdampak
Langsung atau Tidak Langsung yang Mungkin Timbul. Ketika auditor yakin bahwa suatu
tindakan ilegal telah terjadi, beberapa tindakan diperlukan untuk menentukan apakah
tindakan ilegal yang dicurigai tersebut memang benar-benar terjadi. Tindakan-tindakan
itu sebagai berikut :
1. Auditor pertama kali harus menanyakan pada manajemen yang tingkatnya lebih tinggi
dari pihak yang dicurigai terlibat dalam tindakan ilegal yang potensial.
2. Auditor harus berkonsultasi dengan penasehat hukum klien atau ahli lainnya memiliki
pengetahuan mengenai potensial tindakan ilegal.
3. Auditor harus mempertimbangkan untuk menambah akumulasi bahan bukti audit
untuk menentukan apakah benar-benar terjadi tindakan ilegal.
Tindakan Ketika Auditor Mengetahui Adanya Tindakan Ilegal. Tindakan pertama yang
dilakukan ketika tindakan ilegal teridentifikasi adalah mempertimbangkan dampaknya terhadap
laporan keuangan, termasuk kecukupan pengungkapannya. Dampak dari tindakan ilegal ini
mungkin sangat kompleks dan sulit untuk diselesaikan. Auditor juga harus mempertimbangkan
dampak dari tindakan ilegal tersebut terhadap hubungan KAP dengan manajemen. Auditor juga
harus mengkomunikasikan dengan komite audit atau otoritas lainnya yang setara untuk
meyakinkan bahwa mereka mengetahui adanya tindakan ilegal tersebut. Komunikasi dapat
dilakukan secara lisan maupun tertulis. Jika dilakukan secara lisan, sifat komunikasi dan diskusi
yang dilakukan harus didokumentasikan dalam arsip pengauditan. Jika klien menolak untuk
menerima laporan audit yang dimodifikasi, atau tidak melakukan tindakan yang segera untuk
menangani tindakan tersebut, maka dirasa penting bagi auditor untuk menarik diri dari kontrak
kerja tersebut.
Terdapat beberapa cara dalam mengelompokkana audit. Salah satu pendekatan yang digunakan
adalah dengan memperlakukan setiap saldo akun dalam laporan keuangan sebagai kelompok
yang terpisah. Pengelompokkan dengan menggunakan cara tersebut biasanya tidak efisien.
Pengelompokkan semacam itu akan mengakibatkan audit yang terpisah atas akun-akun yang
hubungannya sangat dekat, misalnya seperti persediaan dan beban pokok penjualan.
ASERSI MANAJEMEN
Asersi manajemen adalah pernyatan yang tersirat atau tertulis oleh manajemen mengenai
kelompok-kelompok transaksi dan akun-akun terkait serta pengungkapan dalam laporan
keuangan. Asersi manajemen secara langsung terkait dengan standar akuntansi (PABU), karena
asersi ini merupakan bagian dari kriteria bahwa manajemen telah mencatat dan mengungkapkan
informasi akuntansi dalam laporan keuangan.
PSA 07 (SA 326) mengelompokkan asersi ke dalam tiga kategori, sebagai berikut :
1. Asersi mengenai kelompok-kelompok transaksi dan kejadian-kejadian selama periode yang
diaudit
2. Asersi mengenai saldo akun di akhir periode pembukuan
3. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan.
Keterjadian (occurence). Asersi atas keterjadian menekankan apakah transaksi yang telah
tercatat dan telah dilaporkan dalam laporan keuangan benar-benar telah terjadi selama
periode pembukuan.
Kelengkapan (completeness). Asersi ini menekankan apakah semua transaksi yang seharusnya
dimasukkan dalam laporan keuangan sudah dicatat dengan lengkap. Asersi kelengkapan
menekankan pada kemungkinan hilangnya transaksi-transaksi yang seharusnya dicatat dalam
laporan keuangan. Pelanggaran terhadap asersi kelengkapan terkait dengan kurang saji akun.
Akurasi (accuracy). Asersi akurasi membahas apakah transaksi telah dicatat dengan
jumlah yang benar. Menggunakan harga yang salah untuk mencatat transaksi pembelian
dan kesalahan dalam perhitungan harga dikalikan dengan kuantitas merupakan contoh
pelanggara akurasi.
Klasifikasi (classification) asersi klasifikasi menekankan apakah transaksi telah dicatat dengan
nama akun yang tepat.
Pisah Batas (cut off). Asersi pisah batas membahas apakah transaksi telah dicatat pada
periode pembukuan yang tepat.
Keberadaan (existence). Aseri keberadaan terkait dengan apakah aset,liabilitas dan ekuitas yang
dimasukkan dalam neraca memang benar-benar ada di tanggal neraca tersebut.
Kelengkapan (completeness). Asersi kelengkapan terkait dengan apakah semua akun yang
seharusnya disajikan dalam laporan keuangan benar-benar telah dimasukkan dalam
laporan keuangan. Tidak mencatat piutang dari pelanggan merupakan pelanggaran asersi
kelengkapan.
Penilaian dan Alokasi ( valuation and allocation). Asersi penilaian dan alokasi terkait dengan
apakah aset, liabilita, dan ekuitas telah dimasukkan dalam laporan keuangan dengan jumlah yang
tepat, termasuk setiap penyesuaian yang menggambarkan nilai aset pada nilai realisasi bersihnya.
Hak dan Kewajiban (Rights and obligations). Asersi ini menekankan pada apakah aset
merupakan hak entitas tersebut dan apakah liabilitas merupakan kewajiban dari entitas
tersebut pada suatu tanggal tertentu.
Keterjadian dan Hak dan Kewajiban (occurence and Rights and obligation). Asersi ini
membahas apakah kejadian-kejadian yang diungkapkan telah benar-benar terjadi dan merupakan
hak dan kewajiban dari entitas tersebut.
Kelengkapan (completeness). Asersi ini terkait dengan apakah semua pengungkapan yang
diharuskan telah dimasukkan dalam laporan keuangan.
Akurasi dan Penilaian (Accuracy and Valuation). Asersi akurasi dan penilaian dan alokasi
terkait dengan apakah informasi keuangan telah diungkapkan dengan wajar dan dengan jumlah
yang tepat.
Klasifikasi dan Pemahaman (Classification and Understandability). Asersi ini terkait dengan
apakah jumlah-jumlah telah diklasifikasikan dengan tepat dalam laporan keuangan dan catatan-
catatan kaki, dan apakah penjelasan saldo dan pengungkapan terkait dapat dipahami.Setiap
kelompok transaksi, saldo akun, dan penyajian dan pengungkapan yang penting. Asersi yang
relevan memiliki pengaruh yang berarti terhadap apakah akun-akun telah disajikan secara
wajar dan digunakan untuk menilai resiko salah saji material serta didesain dan kinerja
prosedur audit.
Kelengkapan-Transaksi yang Ada Telah Dicatat. Tujuan ini terkait dengan semua transaksi
yang harus dimasukkan dalam jurnal telah benar-benar dimasukkan. Tujuan ini merupakan
penyeimbang dari asersi manajemen mengenai kelengkapan untuk kelompok-kelompok
transaksi.
Akurasi-Transaksi yang Dicatat Disajikan dalam Jumlah yang Benar. Tujuan terkait dengan
akurasi informasi atas transaksi-transaksi dan merupakan salah satu bagian dari asersi
manajemen untuk kelompok-kelompok transaksi. Untuk transaksi penjualan, tujuan ini akan
dilanggar jika kuantitas dari barang yang dikirimkan ternyata berbeda dengan kuantitas barang
yang ditagih dalam faktur penjualan.
Pemindahbukuan dan Pengikhtisaran- Transaksi yang Dicatat Telah Dimasukkan dalam Arsip
Utama dengan Tepat dan Telah Diikhtisarkan dengan Benar. Tujuan ini terkait dengan
akurasi pemindahan informasi dari transaksi yang dicatat di jurnal ke buku besar utama
dan buku pembantu. Karena pemindahbukuan transaksi dari jurnal ke buku pembantu,
buku bear, dan arsip utama lainnya biasanya dilakukan secara otomatis oleh sistem
akuntansi terkomputerisasi, risiko acak atas kesalahan manusia dalam pemindahbukuan
menjadi sangat minimal.
Penetapan Waktu-Transaksi Dicatat pada Tanggal yang Benar. Tujuan penetapan waktu
transaksi merupakan penyeimbang asersi pisah batas manajemen.
Tujuan audit ini juga mengikuti dari asersi manajemen dan memberikan kerangka kerja
untuk membantu auditor untuk mengumpulkan bahan bukti yang memadai terkait saldo
akun. Tujuan audit terkait saldo ada yang bersifat umum dan ada juga yang bersifat
khusus.
Ada dua perbedaan antara tujuan audit terkait saldo dan terkait transaksi, yaitu :
1. Dilihat dari istilahnya, tujuan terkait saldo diterapkan untuk saldo akun seperti piutang
dagang atau persediaan dan bukan pada kelas-kelas transaksi seperti transaksi penjualan
dan pembelian persediaan.
2. Ada delapan tujuan audit terkait saldo, dibandingkan dengan enam tujuan audit terkait
transaksi.
Ketika menggunakan tujuan audit terkait saldo terhadap audit saldo akun, auditor
mengumpulkan bahan bukti untuk menguji rincian yang mendukung saldo akun, daripada
menguji saldo akun itu sendiri.
Delapan tujuan umum audit terkait saldo mengacu pada daftar yang disediakan klien atau
data elektronik. Berikut merupakan tujuan umum audit terkait saldo .
Keberadaan-Jumlah yang Dicatat Memang Benar-Benar Ada. Tujuan ini terkait dengan
apakah jumlah yang dimasukkan dalam laporan keuangan memang semestinya dimasukkan ke
dalam laporan keuangan tersebut. Tujuan ini merupakan pelengkap dari asersi manajemen
terhadap keberadaan untuk saldo akun.
Kelengkapan-Jumlah yang Ada Telah Dicatat. Tujuan ini terkait dengan apakah semua
jumlah yang semestinya dimasukkan, sudah benar-benar dimasukkan. Tujuan ini
merupakan pelengkap dari asersi manajemen terhadap kelengkapan untuk saldo akun.
Akurasi-Jumlah yang Dimasukkan Dinyatakan dalam Jumlah yang Benar. Tujuan akurasi
mengacu pada jumlah yang dimasukkan pada perhitungan matematis yang benar. Akurasi
adalah salah satu bagian dari asersi penilaian dan alokasi untuk saldo akun.
Klasifikasi-Jumlah yang Dimasukkan pada Daftar Milik Klien Telah Diklasifikasikan dengan
Benar. Klasifikasi melibatkan penentuan apakah yang dimasukkan pada daftar milik klien
dimasukkan dengan benar ke dalam akun buku besar. Klasifikasi juga bagian dari asersi
penilaian dan alokasi klasifikasi tujuan audit terkait saldo terkait era dengan tujuan audit terkait
penyajian dan pengungkapan, tapi berhubungan dengan bagaimana saldo-saldo diklasifikasikan
di dalam buku besar sehingga mereka bisa disajikan dan diungkapkan dengan benar dalam
laporan keuangan.
Pisah Batas-Transaksi Mendekati Tanggal Neraca Dicatat dalam Periode yang Benar. Untuk
menguji pisah batas saldo akun, tujuan auditor adalah menentukan apakah transaksi dicatat dan
dimasukkan ke dalam saldo akun pada periode yang benar. Uji pisah batas dapat dianggap
sebagai bagian dari pengujian akun-akun neraca atau transaksi terkait lainnya, namun untuk
tujuan kemudahan, auditor biasanya melakukan hal itu sebagai bagian dari pengauditan atas
akun-akun neraca. Tujuan penetapan waktu untuk transaksi terkait dengan waktu yang tepat
dalam pencatatan transaksi di sepanjang tahun, sedangkan tujuan pisah batas untuk tujuan audit
terkait saldo hanya berhubungan dengan transaksi-transaksi yang mendekati akhir tahun.
Keterikatan Perincian Saldo Akun Sesuai dengan Jumlah di Arsip Utama yang Tekait,
Sesuai dengan Jumlah Total Saldo Akun dan Sesuai dengan Jumlah Total di Buku Besar.
Tujuan keterikatan rincian menekankan bahwa rincian dalam daftar telah disusun secara
akurat, dijumlahkan dengan benar, dan sama dengan buku besar. Keterikatan rincian adalah
juga bagian dari asersi penilaian dan alokasi untuk saldo akun.
Nilai Terealisasi-Aset Dicatat pada Estimasi Jumlah yang Dapat Terealisasi. Tujuan ini
menekankan apakah saldo akun sudah dikurangi dengan penurunan biaya historis ke nilai
terealisasi bersih. Tujuan ini hanya diterapkan pada akun-akun aset dan juga menjadi bagian
dari asersi penilaian dan alokasi untuk saldo akun.
Hak dan Kewajiban. Selain eksistensi, kebanyakan aset harus dimiliki sebelum dapat diterima
untuk dimasukkan ke dalam laporan keuangan. Demikian pula, liabilitas harus merupakan
kewajiban entitas. Hak selalu dihubungkan dengan aset dan kewajiban dengan liabilitas. Tujuan
ini adalah pelengkap asersi manajemen tentang hak dan kewajiban untuk saldo akun.
Sekurangnya satu tujuan khusus audit terkait saldo dimasukkan ke dalam setiap tujuan umum
audit terkait saldo, kecuali jika auditor yakin bahwa tujuan umum audit terkait saldo tidak
relevan atau tidak penting untuk saldo akun yang sedang dinilai. Ada lebih dari satu tujuan
khusus terkait saldo untuk sebuah tujuan umum audit terkait saldo.
Penilaian dan asersi lokal memiliki tujuan ganda karena masalah kompleksitas dari penilaian
dan kebutuhan untuk menyediakan paduan tambahan untuk menguji penilaian bagi auditor.
Berikut merupakan tabel Asersi Manajemen dan Tujuan Audit yang Terkait yang Diterapkan
untuk Persediaan
Nilai Terealisasikan
Hak dan Kewajiban Pisah batas pembelian di akhir tahun sudah benar.
Pisah batas penjualan pisah batas di akhir tahun sudah benar.
Hak dan kewajiban adalah sat-satunya asersi terkait saldo tanpa kesamaan dengan asersi
terkait transaksi. Penyajian dan tujuan audit terkait pengungkapan terkait era dengan tujuan
audit terkait saldo. Auditor harus menentukan tujuan-tujuan audit yang tepat dan bahan bukti
yang dikumpulkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut setiap kali melakukan pengauditan.
Untuk melakukan ini, auditor menjalankan sebuah proses audit, yang mana merupakan sebuah
metodologi yang sangat jelas untuk pengorganisasian sebuah audit untuk meyakinkan
bahwa`bukti yang dikumpulkan memadai dan tepat serta semua tujuan audit yang diperlukan
telah dinyatakan dengan jelas dan terpenuhi. Dalam US PCAOB Auditing Standard 2
menyatakan agar pengauditan atas efektivitas pengendalian internal diintegrasikan dengan
audit atas laporan keuangan.
Untuk setiap pengauditan, terdapat banyak cara yang dapat dilakukan auditor untuk
mengumpulkan bahan bukti untuk mencapai tujuan audit keseluruhan dalam rangka pemberian
opini atas laporan keuangan.
Asersi Manajemen dan Tujuan Audit Penyajian dan Pengungkapan Diterapkan untuk Wesel
Bayar
Asersi Manajemen Tentang Penyajian dan Pengungkapan Tujuan Umum Audit Terkait
Penyajian dan Pengungkapan Tujuan Khusus Audit Terkait Penyajian dan Pengungkapan yang
Diterapkan pada Wesel Bayar.
Keterjadian dan Hak dan Kewajiban Keterjadian dan Hak dan Kewajiban Wesel bayar
sebagaimana dijelaskan dalam catatan kaki benar-benar ada dan merupakan kewajiban
perusahaan.
Kelengkapan Kelengkapan Semua pengungkapan yang diharuskan terkait dengan wesel bayar
telah dimasukkan dalam catatan kaki laporan keuangan.
Penilaian dan Alokasi Penilaian dan Alokasi Catatan kaki pengungkapan terkait wesel bayar
adalah akurat.
Klasifikasi dan Pemahaman Klasifikasi dan Pemahaman Wesel bayar diklasifikasikan dengan
benar ke dalam kewajiban jangka pendek dan panjang dan pengungkapan laporan keuangan
terkait dengan wesel bayar tersebut dapat dipahami.
Ada dua pertimbangan penting yang memengaruhi pendekatan yang dipilih auditor, yaitu :
1. Bukti memadai dalam jumlah yang cukup harus dikumpulkan untuk memenuhi tanggung
jawab profesional dari auditor.
2. Biaya pengumpulan bahan bukti sebaiknya dapat diminimalisasi.
Perhatian terhadap bahan bukti yang tepat dan memadai serta pengendalian biaya
membutuhkan adanya rencana kontrak kerja. Rencana itu haruslah menghasilkan sebuah
pendekatan audit yang efektif dan biaya yang masuk akal.
Mendapatkan Pemahaman atas Entitas Klien dan Lingkungannya. Untuk menilai resiko salah
saji dalam laporan keuangan secara memadai dan untuk menginterpretasikan informasi yang
didapat selama melaksanakan audit,auditor harus memiliki pemahaman menyeluruh atas bisnis
klien dan lingkungan terkait, termasuk pengetahuan terhadap strategi dan proses.
Empat Fase Pengauditan Laporan Keuangan
Memahami Pengendalian Internal dan Menilai Risiko Pengendalian. Risiko salah saji dalam
laporan keuangan dapat dikurangi jika klien memiliki pengendalian internal yang efektif
terhadap operasi komputer dan proses transaksi. Ketika auditor mengidentifikasi pengendalian
internal dan mengevaluasi efektivitasnya, proses ini dinamakan penilaian resiko pengendalian.
Jika pengendalian internal dinilai efektif, penilaian resiko pengendalian yang direncanakan
dapat dikurangi dan jumlah bukti audit yang akan dikumpulkan dapat berkurang signifikan
dibandingkan ketika pengendalian internal tidak memadai.
Menilai Resiko Salah Saji Material. Auditor menggunakan pemahaman atas industri dan strategi
bisnis klien serta efektivitas atas pengendalian internal, untuk menguji resiko salah saji dalam
laporan keuangan. Pengujian ini akan berdampak pada rencana audit serta jenis, waktu, dan
keluasan prosedur audit.
Melakukan Prosedur Analitis dan Pengujian atas Rincian Saldo (Fase III)
Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan keterkaitan untuk menilai apakah saldo akun
atau data lain disajikan secara wajar. Menguji rincian saldo merupakan prosedur khusus yang
dimaksudkan untuk menguji salah saji nilai nominal saldo akun di laporan keuangan.
Pengujian terinci atas saldo akhir merupakan hal-hal yang penting dilakukan dalam
pengauditan karena hampir semua bahan bukti didapatkan dari narasumber klien yang
independen sehingga bahan bukti ini dianggap memiliki kualitas yang tinggi.
Menyelesaikan Audit dan Menerbitkan Laporan Audit (Fase IV)
Setelah auditor menyelesaikan seluruh prosedur untuk masing-masing tujuan audit dan laporan
keuangan serta pengungkapan yang terkait, sangat penting untuk menggabungkan informasi
yang didapatkan untuk mencapai kesimpulan menyeluruh mengenai apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar. Proses penarikan kesimpulan ini merupakan hal yang sangat
subjektif karena sangat bergantung pada penilaian profesional auditor.
F. ASERSI MANAJEMEN
Adalah sebuah pernyataan yang tersirat ataupun tertulis oleh manajemen terkait kelompok
kelompok transaksi dan akun0akun terkait serta pengungkapannya dalam sebuah laporan
keuangan.
ASERSI ASERSI SALDO ASERSI
KELOMPOK AKUN PENYAJIAN DAN
TRANSAKSI DAN PENGUNGKAPAN
KEJADIAN
KETERJADIAN Transaksi & Aset, liabilitas dan Transaksi &
kejadian yang ekuitas benar-benar kejadian yang
dicatat benar terjadi ada dicatat benar terjadi
dan terkait dengan dan terkait dengan
entitas baru entitas baru
KELENGKAPAN Semua transaksi Semua Aset, Seluruh
dan kejadian yang liabilitas dan ekuitas pengungkapan yang
harusnya di catat yang harusnya di seharusnya
telah di catat catat telah di catat dimasukkan dalam
lap keuangan telah
di masukkan
AKURASI Jumlah dan data Aset, liabilitas dan Informasi keuangan
lain terkait dengan ekuitas telah dan lainnya telah di
transaksi telah dimasukkan dalam ungkapkan dengan
dicatat dengan tepat lap keuangan tepat dan jumlah
dengan jumlah yg yang tepat
teat
KLASIFIKASI Transaksi telah di Informasi keuangan
catat di akun yang dan lainnya telah
tepat disajikan dengan
tepat dan dijelaskan
dengan tepat dan
jelas
PISAH BATAS Transaksi telah di
catat di periode
pembukuan yang
benar
HAK DAN Asset ayng dimiliki
KEWAJIBAN merupakan hak
entitas merupakan
hakdari entitas
tersebut,danliabilitas
merupakan
kewajiban dari
entitas tersebut.
f. Kerahasiaan
Seorang akuntan profesional harus menghormati kerhasiaanin formasi yang diperolehnya
sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnis serta tidak boleh mengungapkan informasi
apa pun kepada pihak ketiga tanpa izin yang benar dan spesifik, kecuali terdapat kewajiban
hukum atau terdapat hak profesional untuk mengungkapkannya. Kewajiban kerahasiaan
berlanjut bahkan setelah hubungan antara anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
g. Perilaku Profesional
Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum dan perundang-undangan yang relevan
dan harus menghindari tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
h. Standar Teknis
Sebagai profesional setiap anggota dalam melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan
berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa
selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Oleh karena itu, menurut aturan etika IAI-KASP, ada tiga kebutuhan mendasar yang harus
dipenuhi, yaitu:
a. Kredibilitas akan informasi dan sistem informasi.
b. Kualitas layanan yang didasarkan pada standar kinerja yang tinggi.
c. Keyakinan pengguna layanan bahwa adanya kerangka etika profesional dan standar teknis yang
mengatur persyaratan-persyaratan layanan yang tidak dapat dikompromikan.
B. KEWAJIBAN HUKUM AUDITOR
1. Tanggung Jawab Auditor
Dalam hal terjadinya pelangaran yang dilakukan oleh seorang Akuntan Publik dalam
memberikan jasanya, baik atas temuan-temuan bukti pelanggaran apapun yang bersifat
pelanggaran ringan hingga yang bersifat pelanggaran berat, berdasarkan PMK No.
17/PMK.01/2008 hanya dikenakan sanksi administratif, berupa: sanksi peringatan, sanksi
pembekuan ijin dan sanksi pencabutan ijin.
Penghukuman dalam pemberian sanksi hingga pencabutan izin baru dilakukan dalam hal
seorang Akuntan Publik tersebut telah melanggar ketentuan-ketentuan yang diatur dalam SPAP
dan termasuk juga pelanggaran kode etik yang ditetapkan oleh IAPI, serta juga melakukan
pelanggaran peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berhubungan dengan bidang jasa
yang diberikan, atau juga akibat dari pelanggaran yang terus dilakukan walaupun telah
mendapatkan sanksi pembekuan izin sebelumya, ataupun tindakan-tindakan yang menentang
langkah pemeriksaan sehubungan dengan adanya dugaan pelanggaran profesionalisme akuntan
publik.
Akan tetapi, hukuman yang bersifat administratif tersebut walaupun diakui merupakan suatu
hukuman yang cukup berat bagi eksistensi dan masa depan dari seorang Akuntan Publik ,
ternyata masih belum menjawab penyelesaian permasalahan ataupun resiko kerugian yang telah
diderita oleh anggota masyarakat, sebagai akibat dari penggunaan hasil audit dari Akuntan
Publik tersebut.
Selama melakukan audit, auditor juga bertanggungjawab (Boynton,2003,h.68):
a. Mendeteksi kecurangan
1) Tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan ataupun kesalahan-kesalahan yang tidak
disengaja, diwujudkan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit untuk mendapatkan keyakinan
yang memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material yang disebabkan
oleh kesalahan ataupun kecurangan.
2) Tanggung jawab untuk melaporkan kecurangan jika terdapat bukti adanya kecurangan. Laporan
ini dilaporkan oleh auditor kepada pihak manajemen, komite audit, dewan direksi
b. Tindakan pelanggaran hukum oleh klien
1) Tanggung jawab untuk mendeteksi pelanggaran hukum yang dilakukan oleh klien. Auditor
bertanggung jawab atas salah saji yang berasal dari tindakan melanggar hukum yang memiliki
pengaruh langsung dan material pada penentuan jumlah laporan keuangan. Untuk itu auditor
harus merencanakan suatu audit untuk mendeteksi adanya tindakan melanggar hukum serta
mengimplementasikan rencana tersebut dengan kemahiran yang cermat dan seksama.
2) Tanggungjawab untuk melaporkan tindakan melanggar hukum. Apabila suatu tindakan
melanggar hukum berpengaruh material terhadap laporan keuangan, auditor harus mendesak
manajemen untuk melakukan revisi atas laporan keuangan tersebut. Apabila revisi atas laporan
keuangan tersebut kurang tepat, auditor bertanggung jawab untuk menginformasikannya kepada
para pengguna laporan keuangan melalui suatu pendapat wajar dengan pengecualian atau
pendapat tidak wajar bahwa laporan keuangan disajikan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum.
Lebih jauh Soedarjono dalam Sarsiti (2003) mengungkapkan bahwa auditor memiliki
beberapa tanggung jawab yaitu:
a. Tanggung jawab terhadap opini yang diberikan.
Tanggung jawab ini hanya sebatas opini yang diberikan, sedangkan laporan keuangan
merupakan tanggung jawab manajemen. Hal ini disebabkan pengetahuan auditor terbatas pada
apa yang diperolehnya melalui audit. Oleh karena itu penyajian yang wajar posisi keuangan,
hasil usaha dan arus kas sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum, menyiratkan
bagian terpadu tanggung jawab manajemen.
Bila di dalam melaksanakan audit, akuntan publik telah gagal mematuhi standar profesinya,
maka besar kemungkinannya bahwa business failure juga dibarengi oleh audit failure. Dalam hal
yang terakhir ini, akuntan publik harus bertanggung jawab. Sementara, dalam menjalankan
tugasnya, akuntan publik tidak luput dari kesalahan. Kegagalan audit yang dilakukan dapat
dikelompokkam menjadi ordinary negligence, gross negligence, dan fraud (Toruan,2001,h.28).
Ordinary negligence merupakan kesalah yang dilakukan akuntan publik, ketika menjalankan
tugas audit, dia tidak mengikuti pikiran sehat (reasonable care). Dengan kata lain setelah
mematuhi standar yang berlaku ada kalanya auditor menghadapi situasi yang belum diatur
standar. Dalam hal ini auditor harus menggunakan common sense dan mengambil keputusan
yang sama seperti seorang (typical) akuntan publik bertindak.
Sedangkan gross negligence merupakan kegagalan akuntan publik mematuhi standar
profesional dan standar etika. Standar ini minimal yang harus dipenuhi. Bila akuntan publik
gagal mematuhi standar minimal (gross negligence) dan pikiran sehat dalam situasi tertentu
(ordinary negligence), yang dilakukan dengan sengaja demi motif tertentu maka akuntan publik
dianggap telah melakukan fraud yang mengakibatkan akuntan publik dapat dituntut baik secara
perdata maupun pidana.
Sebagian besar profesional akuntan setuju bahwa bila suatu audit gagal mengungkapkan
kesalahan yang material dan oleh karenanya dikeluarkan jenis pendapat yang salah, maka kantor
akuntan publik yang bersangkutan harus diminta mempertahankan kualitas auditnya. Jika auditor
gagal menggunakan keahliannya dalam pelaksanaan auditnya, berarti terjadi kegagalan audit,
dan kantor akuntan publik tersebut atau perusahaan asuransinya harus membayar kepada mereka
yang menderita kerugian akibat kelalaian auditor tersebut.
Kesulitan timbul bila terjadi kegagalan bisnis, tetapi bukan kegagalan audit. Sebagai contoh,
jika sebuah perusahaan bangkrut, atau tidak dapat membayar hutangnya, maka umumnya
pemakai laporan keuangan akan mengklaim bahwa telah terjadi kegagalan audit, khususnya bila
laporan audit paling akhir menunjukkan bahwa laporan itu dinyatakan secara wajar. Lebih buruk
jika terdapat kegagalan bisnis dan laporan keuangan yang kemudian diterbitkan salah saji, para
pemakai akan mengklaim auditor telah lalai sekalipun telah melaksanakannya sesuai dengan
standar auditing yang berlaku umum.
Akuntan publik bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya, termasuk audit, pajak,
konsultasi manajemen, dan pelayanan akuntansi, sehingga jika benar-benar terjadi kesalahan
yang diakibatkan oleh pihak akuntan publik dapat diminta pertanggungjawabannya secara
hukum. Beberapa faktor utama yang menimbulkan kewajiban hukum bagi profesi audit
diantaranya adalah (Loebbecke dan Arens,1999,h.786):
a. Meningkatnya kesadaran pemakai laporan keuangan akan tanggung jawab akuntan public
b. Meningkatnya perhatian pihak-pihak yang terkait dengan pasar modal sehubungan dengan
tanggung jawab untuk melindungi kepentingan investor
c. Bertambahnya kompleksitas audit yang disebabkan adanya perubahan lingkungan yang begitu
pesat diberbagai sektor bisnis, sistem informasi, dsb
d. Kesediaan kantor akuntan publik untuk menyelesaikan masalah hukum diluar pengadilan, untuk
menghindari biaya yang tinggi.
Kasus 1
Auditor memperoleh kontrak untuk mengawasi kantor klien, menandatangani bukti kas keluar
untuk pembayaran dan menyusun laporan operasional berkala, sedangkan pada saat yang
bersamaan dia juga melakukan penugasan audit atas laporan keuangan klien tersebut
Seorang auditor yang mengaudit perusahaan dan ia juga memberi jasa lain selain jasa audit
kepada perusahaan yang diauditnya tersebut, meskipun ia telah melakukan keahliannya dengan
jujur, namun sulit untuk mengharapkan masyarakat mempercayainya sebagai orang yang
independen. Masyarakat akan menduga bahwa kesimpulan dan langkah yang diambil oleh
auditor independen selama auditnya dipengaruhi oleh kedudukannya di perusahaan tersebut.
Demikian juga halnya, seorang auditor yang mempunyai kepentingan keuangan yang cukup
besar dalam perusahaan yang diauditnya, mungkin ia benar-benar tidak memihak dalam
menyatakan pendapatnya atas laporan keuangan tersebut. Namun bagaimanapun juga masyarakat
tidak akan percaya, bahwa ia bersikap jujur dan tidak memihak. Auditor independen tidak hanya
berkewajiban mempertahankan fakta bahwa ia independen, namun ia harus pula menghindari
keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar meragukan sikap independennya.
Standar Profesi Akuntan Publik mengatur secara khusus mengenai independensi akuntan publik
dalam standard umum kedua (SA.220) yang berbunyi: Dalam semua hal yang berkaitan dengan
penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
Pemberian jasa lain selain jasa audit kemungkinan dapat berakibat akuntan publik kehilangan
independensinya. Hal ini mungkin disebabkan beberapa alasan sebagai berikut:
1. Kantor akuntan yang memberikan saran-saran kepada klien cenderung memihak kepada klien
cenderung memihak pada kepentingan kliennya sehingga dapat kehilangan independensi di
dalam melaksanakan pekerjaan audit.
2. Kantor akuntan merasa bahwa dengan pemberian jasa selain jasa audit tersebut, harga dirinya
dipertaruhkan untuk keberhasilan kliennya, sehingga cenderung tidak independen di dalam
melaksanakan audit.
3. Pemberian jasa lain selain jasa audit mungkin mengharuskan kantor akuntan membuat
keputusan tertentu untuk kliennya sehingga posisi akuntan publik menjadi tidak independen
dalam melaksanakan jasa audit.
4. Kantor akuntan yang melaksanakan pemberian jasa lain selain jasa audit mungkin mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan manajemen klien sehingga kemungkinan kurang independen
di dalam melaksanakan audit.
Terdapat tiga persyaratan penting yang harus dipenuhi auditor sebelum diterima melaksanakan
jasa pembukuan dan audit bagi klien
1. Klien harus menerima tanggungjawab penuh atas laporan keuangan tersebut. Klien harus
cukup mempunyai pengetahuan tentang aktivitas perusahaannya dan posisi keuangan serta
prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan sehingga ia dapat menerima tanggung jawab tersebut
dengan baik, termasuk secara kewajaran penilaian dan penyajian serta kecukupan
pengungkapannya. Jika diperlukan, akuntan publik yang bersangkutan harus membicarakan
masalah-masalah akuntansi dengan klien untuk memastikan bahwa kliennya sudah memiliki
tingkat pemahaman yang dibutuhkan.
2. Akuntan public harus tidak memegang peranan sebagai pegawai atau manajemen yang
menjalankan operasi perusahaan. Sebagai contoh, akuntan publik tidak boleh melakukan
transaksi, penanganan aktiva, atau menjalankan wewenang atas nama klien. Klien tersebut harus
menyiapkan dokumen sumber semua transaksi dengan rincian yang cukup guna
mengidentifikasikan pengendalian akuntansi atas data yang diproses oleh akuntan public, seperti
pengendalian terhadap total dan perhitungan di dalam dokumen.
3. Dalam pemeriksaan atas laporan keuangan yang disiapkan dari catatan dan buku klien yang
sebagian atau seluruhnya dibuat oleh akuntan public, harus sesuai dengan standar auditing yang
berlaku umum. Kenyataan bahwa akuntan publik tersebut yang memproses atau menyusun
catatan-catatan itu tidak boleh mengurangi kebutuhan melakukan pengujian audit yang memadai.
Kasus 2
JAMBI, KOMPAS.com Seorang akuntan publik yang membuat laporan keuangan perusahaan
Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52 miliar dari BRI Cabang Jambi
pada 2009, diduga terlibat kasus korupsi dalam kredit macet. Hal ini terungkap setelah pihak
Kejati Jambi mengungkap kasus dugaan korupsi tersebut pada kredit macet untuk pengembangan
usaha di bidang otomotif tersebut.
Fitri Susanti, kuasa hukum tersangka Effendi Syam, pegawai BRI yang terlibat kasus itu, Selasa
(18/5/2010) mengatakan, setelah kliennya diperiksa dan dikonfrontir keterangannya dengan para
saksi, terungkap ada dugaan kuat keterlibatan dari Biasa Sitepu sebagai akuntan publik dalam
kasus ini.
Hasil pemeriksaan dan konfrontir keterangan tersangka dengan saksi Biasa Sitepu terungkap ada
kesalahan dalam laporan keuangan perusahaan Raden Motor dalam mengajukan pinjaman ke
BRI.
Ada empat kegiatan data laporan keuangan yang tidak dibuat dalam laporan tersebut oleh
akuntan publik, sehingga terjadilah kesalahan dalam proses kredit dan ditemukan dugaan
korupsinya.
Ada empat kegiatan laporan keuangan milik Raden Motor yang tidak masuk dalam laporan
keuangan yang diajukan ke BRI, sehingga menjadi temuan dan kejanggalan pihak kejaksaan
dalam mengungkap kasus kredit macet tersebut, tegas Fitri.
Keterangan dan fakta tersebut terungkap setelah tersangka Effendi Syam diperiksa dan
dikonfrontir keterangannya dengan saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik dalam kasus
tersebut di Kejati Jambi. Semestinya data laporan keuangan Raden Motor yang diajukan ke BRI
saat itu harus lengkap, namun dalam laporan keuangan yang diberikan tersangka Zein Muhamad
sebagai pimpinan Raden Motor ada data yang diduga tidak dibuat semestinya dan tidak lengkap
oleh akuntan publik.
Tersangka Effendi Syam melalui kuasa hukumnya berharap pihak penyidik Kejati Jambi dapat
menjalankan pemeriksaan dan mengungkap kasus dengan adil dan menetapkan siapa saja yang
juga terlibat dalam kasus kredit macet senilai Rp 52 miliar, sehingga terungkap kasus
korupsinya. Sementara itu pihak penyidik Kejaksaan yang memeriksa kasus ini belum mau
memberikan komentar banyak atas temuan keterangan hasil konfrontir tersangka Effendi Syam
dengan saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik tersebut.
Kasus kredit macet yang menjadi perkara tindak pidana korupsi itu terungkap setelah kejaksaan
mendapatkan laporan adanya penyalahgunaan kredit yang diajukan tersangka Zein Muhamad
sebagai pimpinan Raden Motor. Dalam kasus ini pihak Kejati Jambi baru menetapkan dua orang
tersangka, pertama Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor yang mengajukan pinjaman
dan tersangka Effedi Syam dari BRI yang saat itu menjabat sebagai pejabat penilai pengajuan
kredit.
Pembahasan Diskusi :
Dalam berita ini, akuntan publik (Biasa Sitepu) diduga kuat terlibat dalam kasus korupsi dalam
kredit macet untuk pengembangan usaha Perusahaan Raden Motor. Keterlibatan itu karena Biasa
Sitepu tidak membuat empat kegiatan data laporan keuangan milik Raden Motor yang
seharusnya ada dalam laporan keuangan yang diajukan ke BRI sebagai pihak pemberi pinjaman.
Empat kegiatan data laporan keuangan tersebut tidak disebutkan apa saja akan tetapi hal itu telah
membuat adanya kesalahan dalam laporan keuangan perusahaan tersebut. Sehingga dalam hal ini
terjadilah kesalahan dalam proses kredit dan ditemukan dugaan korupsi.
Jika dugaan keterlibatan akuntan publik di atas benar, maka sebagai seorang akuntan publik,
Biasa Sitepu seharusnya menjalankan tugas dengan berdasar pada etika profesi yang ada. Ada
lima aturan etika yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan
Publik (IAI-KAP). Lima aturan etika itu adalah :
1. Independensi, integritas, dan obyektivitas
2. Standar umum dan prinsip akuntansi
3. Tanggung jawab kepada klien
4. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
5. Tanggung jawab dan praktik lain
Aturan-aturan etika ini harus diterapkan oleh anggota IAI-KAP dan staf professional (baik yang
anggota IAI-KAP maupun yang bukan anggota IAI-KAP) yang bekerja pada satu Kantor
Akuntan Publik (KAP).
Biasa Sitepu dalam menjalankan tugasnya harus mempertahankan integritas dan obyektivitas,
harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor
salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan
pertimbangannya kepada pihak lain.
Kasus 3
SABTU, 20 OKTOBER 2012
Tugas softskill etika profesi akuntansi (contoh kasus bribery)
Defenisi Bribery
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi II, Tahun 1991, tidak dapat ditemukan defenisi kata
ini, tetapi kita dapat menemukan sinonimnya yaitu sogok yang defenisinya adalah dana yang
sangat besar yang digunakan untuk menyogok para petugas. Kadang timbul dalam pemikiran
saya, mungkinkah karena tidak ada defenisi kata suap di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
sehingga sebagian besar masyarakat Indonesia melakukan hal ini dan para pelakunya tidak
merasa bersalah?
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Inggris (Webster) halaman 120, yang saya gabungkan dengan
Buku Ensiklopedi Dunia halaman 487, menyatakan bahwa Suap (Bribe) adalah suatu tindakan
dengan memberikan sejumlah uang atau barang atau perjanjian khusus kepada seseorang yang
mempunyai otoritas atau yang dipercaya, contoh, para pejabat, dan membujuknya untuk merubah
otoritasnya demi keuntungan orang yang memberikan uang atau barang atau perjanjian lainnya
sebagai kompensasi sesuatu yang dia inginkan untuk menutupi tuntutan lainnya yang masih
kurang.
Berdasarkan defenisi di atas jelaslah bahwa suatu tindakan baru dikatagorikan suap apabila: (1)
Seseorang itu menawarkan sejumlah uang, barang dan lain-lain karena ingin mendapatkan
sesuatu padahal persyaratannya kurang; (2) Seseorang yang menawarkan sejumlah uang, barang
dan lain-lain karena ingin mendapatkan sesuatu padahal dia tidak layak (tidak memenuhi syarat)
untuk mendapatkan hal itu. Tetapi hal yang ketiga ini memang tidak tertera di dalam defenisi di
atas namun termasuk juga suap yaitu (3) Seseorang yang ingin mendapatkan sesuatu dan telah
melengkapi semua persyaratan untuk hal yang dimaksud tetapi menawarkan sejumlah uang,
barang dan lain-lain agar permohonannya dikabulkan. Katagori inilah yang sering disepelekan
oleh masyarakat umum dan melakukannya.
Kasus 4
Sejumlah kasus suap yang terungkap baru-baru ini diantaranya melibatkan pegawai direktorat
jendral pajak dan juga mantan pejabat Pertamina.
Kasus pegawai ditjen pajak Gayus Tambunan yang disebutkan memiliki rekening sekitar 25
milyar rupiah dan rumah mewah itu terungkap berdasarkan kesaksian mantan Kabareskrim
Mabes Polri Susno Duaji. Susno menyebutkan ada sejumlah perwira polisi terlibat makelar kasus
yang melibatkan nama Gayus.
Tim satgas pemberantasan mafia hukum yang dibentuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
mengatakan khawatir praktek suap yang melibatkan pegawai pajak sudah sering terjadi.
Di Inggris, dalam pengadilan perusahaan multinasional Innospec, pejabat-pejabat Indonesia
disebutkan menerima suap sekitar US$ 8 juta, terkait pembelian bensin bertimbal.
Hakim di pengadilan Southwark, London secara khusus menyebut mantan Dirjen Migas dan
Kepala BP Migas Rahcmat Sudibjo dan juga mantan Direktur Pengolahan Pertamina, Suroso
Atmo Martoyo.
Badan anti korupsi Inggris, Serious Fraud Office, mengatakan dalam dakwaannya uang suap itu
membuat penghapusan bensin bertimbal di Indonesia menjadi tertunda.
Penghapusan penggunaan bensin bertimbal semula dijadwalkan tahun 1999, namun baru dapat
diterapkan tahun 2006.
Komisi Pemberantasan Korupsi, melalui juru bicaranya Johan Budi, mengatakan KPK dapat
menindaklanjuti kasus ini.
Apakah KPK dapat melakukan penyidikan? Bisa saja, di KPK ada ketentuan dalam undang-
undang yang menyangkut tindak pidana korupsi yang menyangkut penyelenggara negara, kata
Johan Budi.
kasus 5
Contoh Kasus Pelanggaran Etika Profesi Akuntansi
1. Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI
Transparansi serta kejujuran dalam pengelolaan lembaga yang merupakan salah satu derivasi
amanah reformasi ternyata belum sepenuhnya dilaksanakan oleh salah satu badan usaha milik
negara, yakni PT Kereta Api Indonesia. Dalam laporan kinerja keuangan tahunan yang
diterbitkannya pada tahun 2005, ia mengumumkan bahwa keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar
telah diraihnya. Padahal, apabila dicermati, sebenarnya ia harus dinyatakan menderita kerugian
sebesar Rp. 63 milyar.
Kerugian ini terjadi karena PT Kereta Api Indonesia telah tiga tahun tidak dapat menagih pajak
pihak ketiga. Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak ketiga dinyatakan sebagai
pendapatan. Padahal, berdasarkan standar akuntansi keuangan, ia tidak dapat dikelompokkan
dalam bentuk pendapatan atau asset. Dengan demikian, kekeliruan dalam pencatatan transaksi
atau perubahan keuangan telah terjadi di sini.
Di lain pihak, PT Kereta Api Indonesia memandang bahwa kekeliruan pencatatan tersebut hanya
terjadi karena perbedaan persepsi mengenai pencatatan piutang yang tidak tertagih. Terdapat
pihak yang menilai bahwa piutang pada pihak ketiga yang tidak tertagih itu bukan pendapatan.
Sehingga, sebagai konsekuensinya PT Kereta Api Indonesia seharusnya mengakui menderita
kerugian sebesar Rp. 63 milyar. Sebaliknya, ada pula pihak lain yang berpendapat bahwa piutang
yang tidak tertagih tetap dapat dimasukkan sebagai pendapatan PT Kereta Api Indonesia
sehingga keuntungan sebesar Rp. 6,90 milyar dapat diraih pada tahun tersebut. Diduga,
manipulasi laporan keuangan PT Kereta Api Indonesia telah terjadi pada tahun-tahun
sebelumnya. Sehingga, akumulasi permasalahan terjadi disini.
Sumber :http://mulydelavega.blogspot.com/2009/06/pentingnya-laporan-kinerja-keuangan.html
Komentar : PT Kereta Api Indonesia tidak boleh mengabaikan dimensi organisasional
penyusunan laporan keuangan dan proses audit. Setiap bagian lembaga yang ada di dalamnya
hendaknya diberi pemahaman masalah esensial akuntansi dan keuangan yang ada agar tidak
terjadi kesalahan dalam menangani akuntansi serta keuangan secara khusus. Upaya ini penting
untuk dilakukan guna membangun kesepahaman (understanding) diantara seluruh unsur
lembaga. Selanjutnya, soliditas kelembagaan diharapkan tercipta sehingga mempermudah
penerapan sistem pengendalian manajemen di dalamnya..
2. Kasus KAP Anderson dan Enron
Kasus KAP Anderson dan Enron terungkap saat Enron mendaftarkan kebangkrutannya ke
pengadilan pada tanggal 2 Desember 2001. Saat itu terungkap, terdapat hutang perusahaan yang
tidak dilaporkan, yang menyebabkan nilai investasi dan laba yang ditahan berkurang dalam
jumlah yang sama. Sebelum kebangkrutan Enron terungkap, KAP Anderson mempertahankan
Enron sebagai klien perusahaan dengan memanipulasi laporan keuangan dan penghancuran
dokumen atas kebangkrutan Enron, dimana sebelumnya Enron menyatakan bahwa periode
pelaporan keuangan yang bersangkutan tersebut, perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar $
393, padahal pada periode tersebut perusahaan mengalami kerugian sebesar $ 644 juta yang
disebabkan oleh transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh
Enron.
Sumber : http://www.scribd.com/doc/40228705/KASUS-ENRON
http://tulisan-amalia.blogspot.com/2011/11/contoh-kasus-prinsip-etika-profesi.html
Komentar : Kecurangan yang dilakukan oleh Arthur Andersen telah banyak melanggar prinsip
etika profesi akuntan diantaranya yaitu melanggar prinsip integritas dan perilaku profesional.
KAP Arthur Andersen tidak dapat memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik sebagai
KAP yang masuk kategoti The Big Five dan tidak berperilaku profesional serta konsisten dengan
reputasi profesi dalam mengaudit laporan keuangan dengan melakukan penyamaran data. Selain
itu Arthur Andesen juga melanggar prinsip standar teknis karena tidak melaksanakan jasa
profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.
3. Kasus Mulyana W Kusuma.
Kasus ini terjadi sekitar tahun 2004. Mulyana W Kusuma sebagai seorang anggota KPU diduga
menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan dengan
pengadaan logistic pemilu. Logistic untuk pemilu yang dimaksud yaitu kotak suara, surat suara,
amplop suara, tinta, dan teknologi informasi. Setelah dilakukan pemeriksaan, badan dan BPK
meminta dilakukan penyempurnaan laporan. Setelah dilakukan penyempurnaan laporan, BPK
sepakat bahwa laporan tersebut lebih baik daripada sebelumnya, kecuali untuk teknologi
informasi. Untuk itu, maka disepakati bahwa laporan akan diperiksa kembali satu bulan
setelahnya.
Setelah lewat satu bulan, ternyata laporan tersebut belum selesai dan disepakati pemberian waktu
tambahan. Di saat inilah terdengar kabar penangkapan Mulyana W Kusuma. Mulyana ditangkap
karena dituduh hendak melakukan penyuapan kepada anggota tim auditor BPK, yakni Salman
Khairiansyah. Dalam penangkapan tersebut, tim intelijen KPK bekerja sama dengan auditor
BPK. Menurut versi Khairiansyah ia bekerja sama dengan KPK memerangkap upaya penyuapan
oleh saudara Mulyana dengan menggunakan alat perekam gambar pada dua kali pertemuan
mereka.
Penangkapan ini menimbulkan pro dan kontra. Salah satu pihak berpendapat auditor yang
bersangkutan, yakni Salman telah berjasa mengungkap kasus ini, sedangkan pihak lain
berpendapat bahwa Salman tidak seharusnya melakukan perbuatan tersebut karena hal tersebut
telah melanggar kode etik akuntan.
Sumber : http://keluarmaenmaen.blogspot.com/2010/11/beberapa-contoh-kasus-pelanggaran-
etika.html
Komentar : Hal yang dilakukan oleh Khairiansyah tidak dibenarkan karena melanggar kode etik
akuntan. Seorang auditor telah melanggar prinsip objektivitas karena telah memihak kepada
salah satu pihak dengan berpendapat adanya kecurangan. Lalu auditor juga melanggar prinsip
kompetensi dan kehati-hatian profesional karena auditor tidak mampu mempertahankan
pengetahuan dan keterampilan profesional dalam melakukan audit keuangan terkait dengan
pengadaan logistic pemilu.
Iklan
Share this:
Twitter
Facebook3
Terkait
Tandai permalink.
Navigasi pos
EXPRESSING ABILITY, POLITE QUESTION AND EXERCISE
Perilaku Etika Dalam Bisnis
Tinggalkan Balasan
Cari
Tulisan Terakhir
kaligrafi.jpeg
Sistem Akuntansi Negara China dan Taiwan
etika audit eksternal
etika sebagai tinjauan
ETIKA GOVERNMENT
Arsip
Mei 2013
April 2013
Januari 2013
Mei 2012
Kategori
Uncategorized
Meta
Daftar
Masuk
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
Blog di WordPress.com.
sanksi yang diberikan pada pelanggaran kode etik, khususnya pelanggaran-pelanggaran yang
mungkin terjadi pada dunia sosial. Masih teringat jelas akan kasus Prita yang sempat menjadi
headline news di beberapa media elektronik. Prita, seorang ibu rumah tangga yang curhat
mengenai perlakuan sebuah RS ternama tersebut, digugat oleh RS itu dikarenakan alasan
pencemaran nama baik di sebuah akun pribadi miliknya. Hal ini menjadi salah satu contoh kasus
di mana kegiatan kita di dunia sosial begitu berpengaruh jika sudah menyangkut atau membawa
nama instansi pihak lain. Banyak pihak pun menyayangkan dijatuhkannya hukuman terhadap
Prita dikarenakan ia hanya mengungkapkan cerita agar tidak ada pihak lain lagi yang menjadi
korban seperti dirinya. Namun, juga ada pihak yang menyebutkan bahwa seharusnya ia tidak
terlalu terbuka berbicara di dunia sosial.
Berikut adalah kemungkinan sanksi yang akan dijatuhkan kepada pelaku pelanggaran kode etik :
Mendapat peringatan
Pada tahap ini, si pelaku akan mendapatkan peringatan halus, misal jika seseorang menyebutkan
suatu instansi terkait (namun belum parah tingkatannya) bisa saja ia akan menerima email yang
berisi peringatan, jika tidak diklarifikasi kemungkinan untuk berlanjut ke tingkat selanjutnya,
seperti peringatan keras ataupun lainnya
Pemblokiran
Mengupdate status yang berisi SARA, mengupload data yang mengandung unsur pornografi baik
berupa image maupun .gif, seorang programmer yang mendistribusikan malware. Hal tersebut
adalah contoh pelanggaran dalam kasus yang sangat berbeda-beda, kemungkinan untuk kasus
tersebut adalah pemblokiran akun di mana si pelaku melakukan aksinya. Misal, sebuah akun
pribadi sosial yang dengan sengaja membentuk grup yang melecehkan agama, dan ada pihak lain
yang merasa tersinggung karenanya, ada kemungkinan akun tersebut akan dideactivated oleh
server. Atau dalam web/blog yang terdapat konten porno yang mengakibatkan pemblokiran
web/blog tersebut
Hukum Pidana/Perdata
Setiap penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, atau masyarakat yang dirugikan karena
penggunaan Nama Domain secara tanpa hak oleh Orang lain, berhak mengajukan gugatan
pembatalan Nama Domain dimaksud (Pasal 23 ayat 3)
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan tindakan apa pun
yang berakibat terganggunya Sistem Elektronik dan/atau mengakibatkan Sistem Elektronik
menjadi tidak bekerja sebagaimana mestinya (Pasal 33)
Gugatan perdata dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan (Pasal 39)
Adalah sebagian dari UUD RI No.11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik (UU
ITE) yang terdiri dari 54 pasal. Sudah sangat jelas adanya hukum yang mengatur tentang
informasi dan transaksi yang terjadi di dunia maya, sama halnya jika kita mengendarai motor
lalu melakukan pelanggaran misal dengan tidak memiliki SIM jelas akan mendapat sanksinya,
begitu pun pelanggaran yang terjadi dalam dunia maya yang telah dijelaskan dimulai dari
ketentuan umum, perbuatan yang dilarang, penyelesaian sengketa, hingga ke penyidikan dan
ketentuan pidananya telah diatur dalam UU ITE ini
Jakarta-Akuntan Online:
Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Praktek Akuntan Publik yang tengah digodok di
Kementerian Keuangan memuat 7 jenis sanksi administratif yang bakal dikenakan kepada
akuntan publik(AP),kantor akuntan publik (KAP) serta cabang KAP.
Menurut Kepala PPAJP (Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai) Kementerian Keuangan,
Langgeng Subur, adanya sanksi administratif pada RPP tsb mengacu pada UU no 5 tahun 2011
tentang Akuntan Publik. Ketujuh sanksi tsb, paling ringan berupa rekomendasi untuk
menjalankan kewajiban tertentu hingga yang berbentuk denda.
Rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu, kata Langgeng, Jumat (5/04/2013), jika
AP melakukan pelanggaran ringan sebagaimana ketentuan Pasal 13,17, 19 ,25,27,32,34,35 UU
No. 5 tahun 2011 dan melakukan pelanggaran terhadap SPAP (Standar Profesi Akuntan Publik)
dan kode etik yang tidak berpengaruh terhadap laporan keuangan yang diterbitkan.
Sanksi berikutnya berupa sanksi tertulis yang dikenakan pada pelanggaran sedang. AP dan KAP
tsb melanggar ketentuan Pasal 4, 30 ayat (1) huruf a,b,f, Pasal 31 dan melakukan pelanggaran
SPAP serta kode etik yang berpengaruh terhadap laporan yang diterbitkan namun tidak
signifikan.
Sanksi Pembatasan Pemberian Jasa kepada suatu jenis entitas tertentu, seperti bank, pasar modal
jika AP dan KAP melakukan pelanggaran cukup berat. Pelanggaran yang dimaksud, jika AP dan
KAP melanggar SPAP dan kode etik yang berpengaruh terhadap laporan yang diterbitkan.
Jenis sanksi keempat, pembatasan pemberian jasa tertentu. AP atau KAP tersebut tidak
diperbolehkan memberikan jasa tertentu, seperti jasa audit umum atas laporan keuangan selama
24 bulan. Bila dalam kurun waktu 3 tahun melakukan tindakan yang sama, AP dan KAP tsb akan
digolongkan melakukan pelanggaran cukup berat.
Sanksi kelima pembekuan ijin. AP atau KAP yang dikenakan sanksi ini jika melakukan
pelanggaran berat berupa pelanggaran ketentuan Pasal 9,28, 29,30, ayat (1) huruf c,e,g,h ,i UU
no 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik dan melakukan pelanggaran terhadap SPAP serta kode
etik yang berpengaruh signifikan terhadap laporan keuangan. Sanksi pembekuan izin diberikan
paling banyak 2 kali dalam waktu 48 bulan, namun jika masih melakukan hal yang sama maka
akan dikenakan sanksi pelanggaran berat, ijinnya akan dicabut.
Jenis sanksi ke enam berupa pencabutan izin jika AP atau KAP melakukan pelanggaran sangat
berat yaitu melanggar Pasal 30 ayat (1) huruf d, j UU Akuntan Publik dan melakukan
pelanggaran SPAP serta kode etik yang berpengaruh sangat signifikan terhadap laporan yang di
terbitkan.
Adapun sanksi denda telah berlaku lebih dahulu dengan di keluarkannya PP no 1 tahun 2013
tentan PNBP (pendapatan Negara bukan pajak) di lingkungan Kementerian Keuangan. (Zis)***
referensi :
http://akuntanonline.com/showdetail.php?mod=art&id=401&t=Tujuh%20Sanksi%20Administrat
if%20%20Siap%20Ancam%20AP%20&%20KAP&kat=Organisasi
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/05/sanksi-terhadap-pelanggaran-kode-etik/
Auditor BPI diharapkan menerapkan dan menegakkan prinsip-prinsip etika sebagai berikut:
1. Integritas
Integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga
memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran.
Integritas auditor internal BPI membangun kepercayaan dan dengan demikian memberikan dasar
untuk kepercayaan dalam pertimbangannya. Integritas tidak hanya menyatakan kejujuran, namun
juga hubungan wajar dan keadaan yang sebenarnya.
2. Objektivitas
Objektivitas adalah sikap jujur yang tidak dipengaruhi pendapat dan pertimbangan pribadi atau
golongan dalam mengambil putusan atau tindakan. Auditor internal BPI menunjukkan
objektivitas profesional tingkat tertinggi dalam mengumpulkan, mengevaluasi, dan
mengkomunikasikan informasi tentang kegiatan atau proses yang sedang di audit. Auditor
internal BPI membuat penilaian berimbang dari semua keadaan yang relevan dan tidak
dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingannya sendiri ataupun orang lain dalam membuat
penilaian. Prinsip objektivitas menentukan kewajiban bagi auditor internal BPI untuk berterus
terang, jujur secara intelektual dan bebas dari konflik kepentingan.
3. Kerahasiaan
Kerahasiaan adalah sifat sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang agar tidak diceritakan
kepada orang lain yang tidak berwenang mengetahuinya. Auditor internal pemerintah
menghormati nilai dan kepemilikan informasi yang diterima dan tidak mengungkapkan informasi
tanpa kewenangan yang tepat, kecuali ada ketentuan perundang-undangan atau kewajiban
profesional untuk melakukannya.
4. Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seseorang, berupa
pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
jabatannya. Auditor internal pemerintah menerapkan pengetahuan, keahlian dan keterampilan,
serta pengalaman yang diperlukan dalam pelaksanaan layanan pengawasan internal.
5. Akuntabel
Perilaku profesional adalah tindak tanduk yang merupakan ciri, mutu, dan kualitas suatu profesi
atau orang yang profesional di mana memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya.
Auditor internal pemerintah sebaiknya bertindak dalam sikap konsisten dengan reputasi profesi
yang baik dan menahan diri dari segala perilaku yang mungkin menghilangkan kepercayaan
kepada profesi pengawasan internal atau organisasi.
Aturan Perilaku
3.2.4. Larangan
1. Melakukan pengawasan di luar ruang lingkup yang ditetapkan dalam surat tugas;
2. Menggunakan data/informasi yang sifatnya rahasia untuk kepentingan pribadi atau
golongan yang mungkin akan merusak nama baik organisasi;
3. Menerima suatu pemberian dari auditan yang terkait dengan keputusan maupun
pertimbangan profesionalnya; dan
4. Berafiliasi dengan partai politik/golongan tertentu yang dapat mengganggu integritas,
obyektivitas, dan keharmonisan dalam pelaksanaan tugas.
Pelanggaran
1. Auditor internal pemerintah yang terbukti melanggar KE-AIPI akan dikenakan sanksi
oleh pimpinan APIP atas rekomendasi dari Komite Kode Etik.
2. Bentuk-bentuk sanksi yang direkomendasikan oleh Komite Kode Etik, antara lain berupa:
teguran tertulis, usulan pemberhentian dari tim pengawasan, dan tidak diberi penugasan
pengawasan selama jangka waktu tertentu.
3. Pelanggaran terhadap KE-AIPI dapat dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
4. Pelanggaran KE-AIPI terdiri atas 3 (tiga) kategori pelanggaran, yaitu:
1. Pelanggaran ringan,
2. Pelanggaran sedang, dan
3. Pelanggaran berat.
5. Keputusan pengenaan sanksi untuk auditor internal pemerintah yang disangka melanggar
kode etik berupa rekomendasi kepada instansi auditor internal pemerintah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.