Anda di halaman 1dari 10

Pelajaran dari James Fazio dan Deloitte

dalam Kasus Ligand Pharmaceuticals


Permasalahan/tujuan - Artikel ini membahas tentang contoh kasus nyata yang menjelaskan
tentang permasalahan profesional yang dihadapi auditor di lapangan. Tujuan dari paper ini
adalah memberi pemahaman dan pelajaran kepada calon auditor agar selalu menjaga dan
bersikap profesional serta berhati-hati dalam menjalankan audit di setiap perikatan. Kasus ini
diambil dari bukunya Knapp yang juga merupakan tugas yang harus dibahas penulis dalam
perkuliahan.

Pembahasan - Hasil analisis menyimpulkan bahwa masalah profesional yang terjadi dalam
kasus ini dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu ketidakmampuan auditor dalam mendeteksi
risiko perikatan dan lemahnya standar pengendalian mutu yang diterapkan oleh kantor
akuntan publik. Ada dua pelajaran berharga yang perlu diambil dari kasus ini.

Pelajaran pertama bahwa pertimbangan KAP atas risiko perikatan mencerminkan sikap
skeptisisme profesional auditor, sehingga di setiap perikatan hendaknya KAP menetapkan
tingkat risiko yang rendah, sehingga apabila di kemudian hari timbul masalah risiko yang
dihadapi tidak terlalu besar. Pelajaran kedua bahwa pertimbangan penerimaan klien yang
dipengaruhi oleh adaptasi risiko sebaiknya dipertimbangkan sebaik-baiknya, apabila risiko
perikatan bisa diatasi melalui luas pemeriksaan atau pun penggunaan tenaga ahli maka
kebijakan menaikkan fee adalah alternatif yang sesuai, tetapi apabila risiko perikatan tidak
dapat ditanggulangi melalui adaptasi risiko sebaiknya KAP tidak menerima perikatan.

Kata Kunci-- Masalah Profesional, James Fazio, Deloitte, Ligand Pharmaceuticals.

I. Pendahuluan

Kepercayaan masyarakat terhadap auditor atau akuntan publik sebagai pihak yang
independen dalam mengaudit laporan keuangan sangatlah besar. Kepercayaan besar yang
diberikan oleh pemakai laporan keuangan tersebut mengharuskan auditor untuk
memperhatikan kualitas audit yang diberikannya. Salah satu cara yang bisa ditempuh auditor
agar dapat tetap memberikan jasanya dengan taraf kemampuan profesionalisma yang tinggi
adalah dengan menjamin bahwa setiap pemberian jasa profesinya, terutama yang menyangkut
jasa atestasi telah dilakukan sesuai dengan standar auditing internasional atau International
Standar on Auditing(ISA).

Semakin banyaknya tuntutan masyarakat terhadap profesionalisma auditor menunjukkan


semakin besarnya kesenjangan harapan. Kesenjangan terjadi ketika ada perbedaan persepsi
antara apa yang diharapkan dari auditor oleh masyarakat atau pemakai laporan keuangan,
dengan apa yang sebenarnya telah dilakukan oleh auditor. Publik beranggapan bahwa auditor
memainkan peran penting sebagai anjing pelacak untuk melindungi pemakai laporan
keuangan dari kemungkinan kecurangan-kecurangan dalam pelaporan keuangan. Akibat
praktik kecurangan tersebut, di Amerika Serikat pada tahun 2002, banyak perusahaan publik
harus melakukan restatementterhadap laporan keuangan mereka yang telah diterbitkan, kasus
tersebut belum termasuk kasus Enron, WorldCom, dan lain-lain yang terungkap melakukan
manipulasi akuntansi.

Terbongkarnya skandal akuntansi pada Enron, WorldCom, dan beberapa perusahaan publik
di Amerika Serikat pada tahun 2001 dan 2002 telah membuat profesi auditor kehilangan
kepercayaan dari masyarakat dunia usaha. Bankrutnya dua perusahaan besar tersebut
mendorong terjadinya perubahan dalam memperbaiki aturan pengendalian yang lebih baik
melalui fungsi pelaporan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan publik. Respon pemerintah
federal akibat terganggunya situasi tersebut bersifat kompleks dan penuh tekanan terhadap
peran profesional auditor dan kantor akuntannya. Peristiwa ini memberi kesadaran baru
bahwa regulasi, standar auditing, dan standar akuntansi yang sudah ditata dengan canggih
pun belum mampu mencegah terjadinya kecurangan dalam pelaporan keuangan.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis bermaksud memamparkan sebuah kasus yang
berhubungan dengan masalah profesional auditor kemudian akan dianalisis dari sisi peran
profesi auditor dan kantor akuntan publik yang dimilikinya. Dari hasil pembahasan nanti bisa
diambil hikmah dan pelajaran berharga agar kejadian itu tidak akan terulang kembali. Kasus
ini penulis ambil dari Knap (2004) yang merupakan tugas kuliah penulis dan diceritakan
kembali dengan bahasa sederhana agar mudah dicerna bagi siapa yang ingin membacanya.

II. Profil Singkat

2.1. Perusahaan Farmasi Ligand

Ligand Pharmaceuticals Incorporated atau Farmasitis Ligand, Inc, atau perusahaan farmasi
Ligand adalah sebuah perusahaan publik obat-obatan, yang bergerak di bidang R&D dan
royalti yang dijalankan dengan bioteknoloji. Ligand didirikan pada tahun 1987 oleh
pendirinya Brook Byers dan sejak 2007 sampai dengan sekarang dipimpin oleh CEO yang
bernama John Higgins dan Matthew Korenberg sebagai CFO (www.ligand.com).

Ligand merupakan perusahaan yang masih dalam tahap pengembangan yang memproduksi
biofarmasi dan memiliki produk utama yaitu obat penawar rasa sakit dan beberapa obat
pembasmi kanker. Model busines Ligand adalah perusahaan yang berfokus pada
pengembangan atau perolehan teknoloji yang membantu perusahaan farmasi menemukan dan
mengembangkan obat-obatan. Tujuan perusahaan adalah penemuan obat, pengembangan obat
tahap awal, perumusan produk dan kemitraan. Ligand juga merupakan
perusahaan partnership yang memiliki jaringan kurang lebih 120 perusahaan farmasi di
seluruh dunia, salah satunya yang berkolaborasi dengannya adalah Merck & Co.

Ligand berkantor di San Diego, California, Amerika Serikat. Sahamnya terdaftar dan
diperdagangkan pada Bursa Efek Nasdaq dengan koda LGND. Walaupun masih dalam tahap
pengembangan, peningkatan ekspektasi terhadap prospek masa depan perusahaan telah
menyebabkan harga sahamnya melonjak dari mulai $4 per lembar di awal tahun 2003
menjadi $24 per lembar pada awal tahun 2004.
Sistem pemasaran obat yang telah diproduksi menggunakan sistem kanal distribusi. Kanal
distribusi terdiri dari 3 grosir obat besar utama. Grosir ini membeli produk Ligand kemudian
memasarkannya ke apotik/toko obat dan fasilitas kesehatan/rumah sakit lainnya di seluruh
Amerika Serikat dengan memperoleh pendapatan sebesar $48,1 milyar pada tahun 2000
(www.wikipedia.com).

2.2. James Fazio

Bernama lengkap James Louis Fazio, CPA. Pria 46 tahun, adalah seorang akuntan publik
bersertifikat yang izinnya dikeluarkan oleh California Board of Accountancy dengan
sertifikat nomor: CPA 51182 (www.wikipedia.com). Dia adalah partner akuntan publik di
kantor San Diego, California dan di akhir tahun 1990-an telah terdaftar sebagai Kantor
akuntan publik Deloitte & Touche, LLP (Deloitte).

Puncak kesuksesan James Fazio dalam profesi akuntansinya sebagai akuntan publik dengan
menjadi Partner di KAP Big 4 Deloitte ini, mengantarkan dia ditunjuk sebagai auditor yang
mengaudit laporan keuangan perusahaan farmasi Ligand untuk tahun 2003.

Sepuluh tahun menjalani tugasnya sebagai partner auditor pada Deloitte & Touche di kantor
praktik perusahaannya di San Diego, California, kehidupan profesional Fazio terganggu oleh
bencana Enron dan Worldcom yang juga serupa dengan yang dialami koleganya di Deloitte
dan KAP utama.

2.3. Deloitte & Touche, LLP

Deloitte Touche Tohmatsu, LLP atau yang dikenal Deloitte adalah salah satu anggota
kelompok the big four kantor akuntan internasional terbesar di dunia dalam bidang jasa
profesional bersama dengan PWC, EY, dan KPMG. Markas besarnya terletak di Amerika
Serikat dan merupakan KAP urutan kedua terbesar setelah PWC. Deloitte menyediakan jasa
audit, pajak, konsultasi manajemen, risiko perusahaan, dan jasa penasihat keuangan
(www.wikipedia.com).

KAP ini memiliki total pendapatan (2013) secara global tertinggi yang mencapai $32,4
milyar. Pertumbuhan Deloitte mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun ke tahun dan
juga bersaing ketat dengan PWC. Deloitte memiliki lebih dari 200.000 ribu profesional di
lebih dari 150 negara (www.wikipedia.com).

Deloitte adalah auditor independen Ligand dari tanggal 31 Oktober 2000 sampai tanggal
efektif 5 Agustus 2004. Deloitte melakukan audit laporan keuangan Ligand sampai kuartal
tersebut dan berakhir pada tanggal 31 Maret 2004. Dalam laporan audit tertanggal 10 Maret
2004, Deloitte menngeluarkan opini wajar tanpa pengecualian atas neraca konsolidasi Ligand
pada tanggal 31 Desember 2003 dan 2002, serta laporan laba rugi konsolidasi, laporan
perubahan ekuitas konsolidasi untuk tahun yang sama.

2.4. SEC dan PCAOB


Securities and Exchange Commission (SEC) atau Bursa Efek Amerika adalah badan
pemerintah federal yang membantu menyediakan informasi yang andal bagi investor untuk
membuat keputusan investasi. SEC adalah regulator utama di bidang pasar modal dan
mengatur pasar perdagangan di Amerika Serikat. SEC merupakan produk dari undang-
undang SOX yaitu undang-undang federal Amerika Serikat yang ditetapkan sebagai
tanggapan terhadap sejumlah skandal akuntansi perusahaan besar termasuk di dalamnya
melibatkan Enron (www.wikipedia.com).

SEC memiliki wewenang menetapkan aturan bagi setiap akuntan publik yang terkait dengan
laporan keuangan yang telah diaudit dan diserahkan kepada komisi ini. SEC kemudian
menetapkan dan membentuk sebuah lembaga semi pemerintah yang bertugas mengawasi,
mengatur, memeriksa, dan mendisiplinkan kantor-kantor akuntan publik sebagai auditor
perusahaan publik yang bernama Badan Pengatur Akuntansi Perusahaan Publik atau Public
Company Accounting Oversight Board (PCAOB).

Berkantor di Washington DC, PCAOB secara umum ditunjuk sebagai "peek a boo" oleh para
praktisi audit melalui peratusan khusus dari Bursa Efek Amerika. Operasi PCAOB diawasi
oleh 5 anggota dewan yang ditunjuk oleh SEC, memiliki beberapa ratus karyawan dan
anggaran operasi tahunan kurang lebih 100 juta dolar.

Peran dari Dewan Standar Akuntansi Perusahaan Publik (PCAOB) secara umum adalah
untuk memperbaik fungsi audit independen bagi perusahaan publik agar dapat meminimalkan
kemungkinan kegagalan audit (audit failure).Tanggungjawab badan pengatur standar tersebut
meliputi mendaftar dan mengawasi kantor akuntan publik yang mengaudit perusahaan publik
yang disyaratkan sebagai file laporan keuangan periodik untuk SEC. Selain itu
tanggungjawab PCAOB adalah menerbitkan standar audit, standar etis, dan standar
pengendalian internal, serta melakukan investigasi secara disiplin.

III. Ringkasan Kasus

Pada musim panas 2002, Kongres Amerika dengan cepat bersikap menerbitkan Sarbanes
Oxley Act (SOX) sebagai tindak lanjut kasus Enron dan Worldcom. Undang-undang SOX ini
berisi tentang pencapaian reformasi tercepat terhadap pelaporan keuangan di tingkat federal
yang berisi persyaratan bahwa perusahaan publik harus memiliki pengendalian internal
melalui pelaporan keuangan yang diaudit oleh kantor akuntan publik independen.

Pada tahun 2003, Undang-undang SOX membawa hikmah bagi Deloitte dan anggota KAP
Big Four lainnya sejak perusahaan itu dituntut untuk menyediakan ribuan audit pengendalian
internal yang diperintahkan oleh SOX. Untuk mengambil keuntungan penuh dari aliran
pendapatan besar ini, KAP ini mendesain kembali proses auditnya, melengkapi kembali
struktur organisasinya, dan merekrut sejumlah besar karyawan baru. Lahirnya SOX kemudian
disusul dengan terbentuknya SEC dan PCAOB yang mengubah wajah akuntansi
dan auditing Amerika mulai saat itu.

Pada akhir tahun 2003, James Fazio mendapat tugas melalui partner perikatan audit dengan
Deloitte dan diberi kepercayaan untuk memimpin dan mengawasi audit perusahaan farmasi
Ligand untuk tahun buku 2003.
Pada awal tahun 2004, pada saat Deloitte telah mengaudit laporan keuangan Ligand tahun
buku 2003, perusahaan Ligand telah memasarkan produk utamanya hanya dalam perioda
jangka pendek., yang artinya bahwa akuntan Ligand memiliki keterbatasan pengalaman
historis terhadap dasar estimasi retur penjualan di masa depan. Masalah yang komplit ini
merupakan kesulitan Ligand dalam merinci data penjualan dan sediaan dari 3 grosirnya.

Pada awal bulan Maret 2004, segera sebelum Deloitte menyelesaikan audit Ligand tahun
buku 2003, Ligand menerima tambahan informasi dari grosirnya mengenai tingkat
pengembalian yang dialami oleh produk utamanya. Dalam audit ini ditemukan indikasi
bahwa pada 31 Desember 2003 cadangan retur penjualan masa depan adalah memadai.
Dalam beberapa kasus, retur yang diterima di awal 2004 untuk produk yang terjual di 2003
melewati total provisi produk tersebut pada akhir tahun 2003 untuk retur penjualan.
Meskipun ini diketahuinya, Fazio tetap mengeluarkan opinin WTP terhadap laporan
keuangan Ligand tahun 2003 di tanggal 01 Maret 2004.

Masih pada bulan Maret 2004, Fazio disupervisi oleh Dewan Reviu Interim Deloitte tentang
laporan keuangan Ligand triwulan pertama 2004. Selama perikatan, Fazio dan bawahannya,
memperoleh data retur penjualan untuk 2 bulan pertama tahun fiskal 2004. Data tersebut
didemontrasikan sendiri oleh Tim Reviu Deloitte dan ditemukan bahwa cadangan akhir tahun
untuk retur penjualan secara signifikan terlalu rendah. Fazio dianggap gagal
merekomendasikan kepada perusahaan untuk menarik dan menyajikan kembali laporan
keuangannya tahun 2003.

Pada awal bulan April 2004, Fazio meminta untuk bertemu dengannya dan segera
menghadap atasannya, Partner in Charge untuk Praktik Audit Wilayah San Diego. Selama
pertemuan itu, Fazio menceritakan tentang kinerja pekerjaannya. Hasil pertemuam itu
menghasilkan fakta dari anggota manajemen Deloitte yang menyarankan supaya Fazio jangan
tidak dibolehkan untuk mengawasi audit perusahaan publik.

Pada akhir bulan April 2004, selama rangkaian audit Ligand tahun buku 2003, Fazio segera
bertemu atasannya sekali lagi. Selama pertemuan, Fazio bercerita bahwa dia merasakan telah
terjadi risiko kualitas terhadap auditnya dan telah disarankan untuk keluar dari jaringan KAP
Deloiite. Beberapa pimpinan partner Deloitte telah mencapai keputusan untuk meminta
pengunduran diri Fazio. Partner ini terdiri dari Direktur Program Manajemen Risiko Deloitte,
Partner Manajer Audit Regional untuk wilayah Pasifik Selatan, dan Partner Manager Audit
Nasional Deloitte.

Pada 5 Agustus 2004, Deloitte mengundurkan diri sebagai auditor independen Ligand. Harga
saham Ligand turun tajam menyusul pengunduran diri Deloitte yang tidak diharapkan ini.
Dari pengumumannya, harga saham Ligand yang sebelumnya mendekati $24 dolar per
lembar pada April 2004, dengan cepat jatuh di bawah angka $1,50 per lembar sampai akhir
tahun 2008.

Pada Mei 2005, manajemen Ligand mengumumkan bahwa perusahaan akan menyajikan
kembali laporan keuangannya dari tahun 2002, 2003, dan tiga triwulan pertama tahun 2004.
Manajemen melaporkan bahwa telah dibentuk investigasi bersama oleh komite audit
perusahan dan KAP baru BDO Seidman dan mereka telah menyatakan adanya kesalahan
material dalam laporan keuangan itu. Kesalahan itu secara umum dihasilkan dari
ketidaksesuain pengakuan pendapatan untuk pengiriman produk ke distributor yang
diproduksi Ligand akhir tahun 2005 dengan mengurani pelaporan pendapatan perusahaan ke
depan untuk tahun 2003 sebesar 53% atau $59 juta secara keseluruhan. Perusahaan juga
meningkatkan pelaporan rugi operasinya untuk tahun 2003 sebesa 250%.

Pada 10 Desember 2007, PCAOB mengeluarkan pengumuman bersama tentang sanksi


disiplin terhadap James Fazio dan Deloitte & Touche atas keterlibatan Fazio pada audit
Ligand 2003. PCAOB melarang James Fazio untuk masuk dalam pendaftaran PCAOB
sebagai KAP selama dua tahun. Dalam pengumuman PCAOB yang dikeluarkan pada 10
Desember 2007 itu, jurubicara PCAOB melaporkan bahwa Fazio telah melanggar beberapa
standar profesional auditing selama mengaudit Ligand 2003.

IV. Latar Belakang Kasus

Berdasarkan data pada kasus yang disebutkan, maka yang menjadi latar belakang terjadinya
kasus adalah berikut ini.

1. Sesuai dengan standar PCAOB, auditor dapat mengungkapkan sebuah opini wajar tanpa
pengecualian atas laporan keuangan emiten hanya jika telah terbentuk pendapat semacam itu
berdasarkan audit yang dilakukan sesuai dengan standar PCAOB. Standar ini mengharuskan
agar auditor melakukan pekerjaan audit secara profesional, bersikap skeptis profesional, dan
berdasarkan bukti yang cukup kompeten untuk mendapatkan dasar memadai mengenai opini
laporan keuangan, evaluasi kejadian selanjutnya, dan supervisi asisten. Laporan keuangan
Ligand pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa mereka mengakui pendapatan pada saat
pengiriman produk, setelah dikurangi kos yang seharusnya dikeluarkan. Dalam pengakuan itu
auditor Fazio menemukan bahwa secara signifikan jumlah retur penjualan disajikan terlalu
rendah sehingga pendapatan Ligand meningkat drastis. Hal ini disebabkan karena staf
akuntan Ligand tidak memiliki kemampuan untuk mengestimasi jumlah pengembalian
produk untuk disajikan sebagai retur penjualan. Hal itu diketahui oleh Fazio tetapi Fazio tidak
melakukan reviu malah justru menerbitkan opini WTP atas laporan keuangan Ligand tahun
2003.
2. Pada saat audit Ligand tahun buku 2003, kebijakan dan prosedur tertulis Deloitte
mensyaratkan bahwa risiko perikatan harus dinilai setiap tahun, yaitu harus lebih besar dari
normal atau jauh lebih besar dari biasanya. Tim perikatan menilai bahwa risiko perikatan
untuk audit Ligand tahun 2003 ternyata lebih besar dari biasanya seperti yang
didokumentasikan di kertas kerja audit. Penilaian risiko ini meningkat karena kejadian yang
berkaitan dengan penjualan produk dan hasil penjualan. Menanggapi risiko yang tinggi ini,
mengharuskan tim perikatan untuk lebih fokus dan meningkatkan skeptisisme profesional
mereka untuk menangani secara spesifik dan mengidentifikasi risiko yang terkait dengan
estimasi Ligand tentang pendapatan di masa depan. Dalam hal ini, James Fazio tidak cukup
menilai apakah Ligand memiliki kemampuan untuk memperkirakan adanya pengembalian
produk yang lebih baik.

V. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka menurut penulis dapat diidentifikasi dua
permasalahan dalam kasus ini, yaitu:

1. Bagaimana bisa James Fazio selaku partner auditor tidak dapat mendeteksi adanya risiko
perikatan sehingga ketika opini auditor telah diterbitkan ternyata terdapat kesalahan
perhitungan retur penjualan yang dilaporkan terlalu rendah oleh Ligand?
2. Mengapa sistem pengendalian mutu KAP milik James Fazio gagal melakukan prosedur audit
yang diperlukan secara memadai untuk memastikan bahwa stafnya disupervisi oleh orang
lain di bawah pengawasannya?

VI. Analisis Kasus

Terdapat banyak alasan untuk melakukan audit atas laporan keuangan. Salah satunya SEC
mewajibkan perusahaan publik untuk diaudit oleh auditor independen. Selain itu suatu audit
dapat diminta untuk dilakukan sebagai syarat atas persetujuan pinjaman atau pembiayaan
pemerintah. Apa pun alasan untuk dilakukan audit, seyogyanya seorang auditor harus
melakukan tahapan-tahapan yang disyaratkan baik oleh standar maupun oleh standar
pengendalian mutu. Tahapan tersebut meliputi menerima dan mempertahankan klien,
merencanakan audit, melaksanakan pengujian, dan melaporkan audit.

Tujuan dilakukannya tahapan tersebut di atas tentunya untuk meningkatkan kualitas audit.
Suatu audit dikatakan berkualitas apabila proses pemeriksaannya dilaksanakan sepenuhnya
sesuai dengan standar audit untuk memastikan bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
yang material. Jika audit yang dijalankan gagal menemukan salah saji, maka audit tersebut
dianggap gagal (audit failure). Kegalan audit ini merupakan salah satu hal yang wajib
dimitigasi oleh auditor. Oleh karena itu dalam melakukan audit kita perlu memperhatikan
risiko perikatan sebelum menerima klien sebagai auditee.

Kedua permasalahan dalam kasus ini menurut analisis penulis merupakan masalah
profesional yang dihadapi oleh James Fazio selaku auditor. Masalah profesional yang
dihadapinya meliputi ketidakmampuan James Fazio mendeteksi risiko perikatan dan
lemahnya sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik yang dipimpinnya.

6.1. Ketidakmampuan mendeteksi risiko perikatan audit

Dalam profesi akuntan publik, terdapat persaingan yang ketat antarkantor akuntan untuk
mendapatkan klien. Klien tersebut bisa termasuk klien yang meminta audit untuk pertama
kali maupun klien yang meminta penggantian auditor. Seorang auditor tidak diwajibkan
untuk melaksanakan audit laporan keuangan untuk setiap entitas yang memintanya. Dalam
menerima suatu perikatan seorang auditor memiliki tanggungjawab profesional terhadap
masyarakat, klien, dan anggotra seprofesi lainnya. Auditor harus menjaga kepercayaan
masyarakat terhadap profesi akuntan dengan mempertahankan independensi, kompetensi,
integritas, dan objektivitas. Kepentingan klien harus dipenuhi dengan kompetensi dan kehati-
hatian profesional. Kepada anggota profesi lainnya auditor juga bertanggungjawab untuk
meningkatkan reputasi profesi dan kemampuannya melayani masyarakat. Oleh karena itu
keputusan auditor James Fazio dalam menerima Ligand sebagai klien tidak boleh dianggap
remeh.
Ketidakmampuan mendeteksi risiko perikatan oleh James Fazio menurut penulis adalah
kegagalan mengelola risiko businesnya sendiri. Risiko busines auditornya muncul dari
keputusan dalam merencanakan audit setelah menerima Ligand sebagai kliennya. Tahapan
dalam keputusan menerima atau menolak klien sebenarnya sudah dilakukan oleh Fazio
namun perencanaan auditnya kurang matang. Salah dua dari beberapa tahapan perencanaan
audit yang kurang matang dimaksud adalah tidak maksimal dalam memperoleh pemahaman
tentang busines dan industri Ligand serta melaksanakan prosedur analitis yang kurang
lengkap.

Dalam memperoleh pemahaman tentang klien, seorang auditor diharuskan untuk melakukan
sejumlah prosedur dan harus waspada terhadap prinsip dan kebijakan akuntansi khusus yang
diterapkan oleh klien. Hal yang paling penting untuk menjadi perhatian auditor adalah
menilai risiko busines klien yang ditujukan pada risiko salah saji yang material yang
dipengaruhi oleh risiko busins klien. Dalam kasus ini, Fazio sebenarnya belum memiliki
pengetahuan tentang pemahaman stratejis busines Ligand terutama tentang obat-obatan.
Akibat ketidaktahuan ini, Fazio tidak dapat mereviu hasil estimasi perhitungan jumlah
pengembalian produk obat-obatan Ligand yang dikembalikan dari grosirnya. Di sinilah
sebenarnya risiko busines auditor yang dihadapi Fazio sehingga menyebabkan
dikeluarkannya opini WTP kepada Ligand, padahal laporan keuangan tersebut mengandung
salah saji yang sangat material.

Untuk mengatasi salah satu masalah risiko busines akibat ketidaktahuannya tersebut,
sebenarnya Fazio bisa berkonsultasi dan memanfaatkan tenaga ahli di bidang farmasi untuk
menghitung estimasi jumlah pengembalian obat dari grosirnya untuk keperluan penyajian
akun retur penjualan di neraca karena kondisi industri Ligand di bidang farmasi terutama
mengenai persediaan obat-obatan, penanganannya sangat kompleks akibat banyak jenis dan
merek obat yang membutuhkan pengetahuan khusus di bidang farmasi. Menurut penulis,
dalam mempertimbangkan untuk menerima Ligand sebagai klien, sebaiknya sebelum
menerima perikatan di awal, Fazio harus mempertimbangkan apakah akan menggunakan jasa
konsultan dan spesialis untuk membantu tim perikatan dalam melakukan audit.

Hal ini karena elemen pengendalian mutu mengenai konsultasi menyatakan bahwa
perusahaan seharusnya mengadopsi kebijakan dan prosedur untuk menyediakan keyakinan
yang memadai bahwa personil KAP akan mencari bantuan sampai sejauh yang diperlukan
dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompotensi, pertimbangan, dan wewenang
yang sesuai. Hal ini sebenarnya masuk akal karena seorang auditor tidak diharapkan untuk
memiliki keahlian dari seorang yang terlatih untuk memenuhi kualifikasi di luar profesi atau
pekerjaan lain yang bukan bidangnya.

Dalam melaksanakan prosedur analitis, standar audit juga telah mengharuskan auditor untuk
melakukan evaluasi informasi keuangan dengan mempelajari hubungan yang masuk akal
antardata yang diaudit. Prosedur analitis dapat membantu auditor dalam perencanaan audit
untuk meningkatkan pemahaman auditor tentang busines klien dan adanya fluktuasi yang
tidak diharapkan dalam data yang mungkin mengindikasikan akun yang memiliki risiko salah
saji yang sangat material.

Dalam kasus ini, Fazio sebenarnya sudah melakukan prosedur analitis, namun analitis ini
tidak sempurna. Hal ini karena menurut penulis ada beberapa tahapan yang tidak dilakukan
oleh Fazio ketika melakukan prosedur ini yaitu Fazio tidak mengembangkan ekspektasinya
dalam mereviu hasil estimasi, dan Fazio tidak menyelidiki lebih lanjut perbedaan signifikan
yang tidak diharapkan terkait retur penjualan Ligand. Alasannya adalah dalam
mengembangkan ekspektasi itu sebenarnya data untuk melakukan estimasi seperti data
historis, data internal, dan data ramalan tahun depan, telah diediakan sebagian besar oleh
Ligand.

Seperti diketahui dalam melakukan estimasi dalam kasus ini terdapat perbedaan antara
jumlah obat yang dikembalikan dengan jumlah retur penjualan yang disajikan Ligand
sehingga menyebabkan total retur penjualan disajikan terlalu rendah di neraca. Ini
sebenarnya bagian yang penting dan perlu ditelusuri oleh Fazio, yaitu mengidentifikasi
fluktuasi dalam data yang tidak diharapkan atau tidak adanya fluktuasi yang memberikan
signal adanya peningkatan risiko salah saji.

Fazio seharusnya waspada bahwa persentase perubahan yang kecil sekali pun antara jumlah
tahun lalu dengan jumlah tahun berjalan dari akun retur penjualan terhadap suatu saldo yang
besar dalam akun penjualan dapat menghasilkan perubahan persentase yang lebih besar
dalam laba bersih. Ini juga merupakan kesalahan Fazio Tapi sayang, Fazio justru tidak
melakukan prosedur ini sehingga pada akhirnya proses untuk menentukan kapan suatu
perbedaan dianggap signifikan melibatkan pertimbangan prosesional Fazio dan konsep
materialitas yang harus dia lakukan tidak dapat dipastikan dengan wajar.

6.2. Lemahnya sistem pengendalian mutu kantor akuntan publik

Setiap kantor akuntan publik diwajibkan memiliki standar pengendalian mutu. Standar
pengendalian mutu bertujuan untuk memastikan bahwa KAP memenuhi tanggungjawab
profesionalnya kepada klien dan pihak lain. Salah satu komponen pengendalian mutu adalah
komponen kinerja perikatan.

Dalam komponen tersebut KAP diwajibkan merencanakan, meleksanakan, mensupervisi,


mereviu, dan mengkomunikasikan hasil audit, serta memastikan bahwa personil akan
berkomunikasi dengan profesional lain dan mencari bantuan dari orang-orang yang memiliki
keahlian, pertimbangan, dan wewenang yang tepat, dalam waktu yang tepat. Menurut penulis,
komponen ini tidak dilakukan oleh Fazio walaupun tidak ada kewajiban untuk
melaksanakannya tetapi mengingat kemampuan Fazio selaku auditot yang terbatas, maka
perlu dipertimbangan juga.

Dari lemahnya standar pengendalian mutu ini, KAP Fazio terlihat jelas bahwa dalam
perikatan jasa profesionalnya tidak bertanggungjawab untuk mematuhinya. Seharusnya
dalam pemenuhan tanggungjawabnya Fazio wajib mempertimbangkan kompetensi staf yang
dipimpinnya termasuk dalam menentukan hubungan profesionalnya, bahwa KAP dan stafnya
akan independen dan kompoten secara profesional, objektif, dan akan menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

VII. Simpulan
Dari kasus tersebut di atas, dapatlah disimpulkan dan diambil beberapa pelajaran yang bisa
kita jadikan pedoman di masa mendatang agar kejadian serupa tidak akan terulang lagi.

1. Masalah profesional yang terjadi dalam kasus ini dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu
ketidakmampuan auditor dalam mendeteksi risiko perikatan dan lemahnya standar
pengendalian mutu yang diterapkan oleh kantor akuntan publik.
2. Risiko perikatan dan penerapan standar pengendalian mutu yang baik berpengaruh terhadap
reputasi KAP, hal ini menunjukkan sikap kehati-hatian auditor ketika menerima klien
tercermin dalam perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan. Pemeriksaan yang baik
diharapkan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan yang telah diaudit, karena
semakin tinggi kualitas laporan keuangan yang telah diaudit dapat meningkatkan
kepercayaan. Pengaruhnya yang paling kecil menggambarkan untuk meningkatkan reputasi,
sikap berhati-hati auditor sebaiknya memberikan kontribusi positif kepada klien berupa saran
menuju perbaikan.
3. Pertimbangan penerimaan klien yang dipengaruhi oleh adaptasi risiko sebaiknya
dipertimbangkan sebaik-baiknya, apabila risiko perikatan bisa diatasi melalui luas
pemeriksaan ataupun penggunaan tenaga ahli maka kebijakan menaikkan fee adalah alternatif
yang sesuai, tetapi apabila risiko perikatan tidak dapat ditanggulangi melalui adaptasi risiko
sebaiknya KAP tidak menerima perikatan.
4. Pertimbangan KAP atas risiko perikatan mencerminkan sikap skeptisisme profesional
auditor, sehingga setiap penugasan hendaknya KAP menetapkan tingkat risiko yang rendah,
sehingga apabila di kemudian hari timbul masalah risiko yang dihadapi tidak terlalu besar.
Untuk meningkatkan reputasi hal terpenting dari analisa risiko perikatan terutama berkaitan
dengan risiko bisnis klien adalah bagaimana KAP dapat memberikan saran dan masukan
kepada klien melalui management letter.

01.34 wib..

https://www.kompasiana.com/mrhemerha/masalah-profesional-auditorpelajaran-dari-james-fazio-
dan-deloitte-dalam-kasus-ligand-pharmaceuticals_5978c76b70dad91895164132

Anda mungkin juga menyukai