Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rasio Financial (Rasio Keuangan) merupakan alat Analisis Perusahaan untuk
menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang
terdapat pada laporan pos keuangan (neraca, laporan/laba rugi, laporan arus kas).
Rasio merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk mengenalisis laporan
keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu
jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan menggunkan alat analisa berupa
rasio keuangan dapat menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisa
tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu
periode ke periode berikutnya.
Analisis rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan
neraca dan laporan laba rugi terhadap satu dengan lainnya, yang memberikan
gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap keadaan suatu
perusahaan tertentu. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan
meramalkan reaksi para calon investor dan kreditur serta dapat ditempuh untuk
memperoleh tambahan dana. (Zaki Baridwan, 1997 :17). Dalam mengadakan
interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisis
memerlukan adanya ukuran atau yardstick tertentu. Ukuran yang sering digunakan
dalam analisis keuangan adalah rasio. Pengertian rasio sebenarnya hanyalah alat yang
dinyatakan dalam aritmatical terms yang dapat digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara dua macam data keuangan. Macamnya rasio banyak sekali, karena
dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisis.
Rasio keuangan dapat digunakan untuk menjawab setidaknya 4 pertanyaan:
bagaimana tingkat likuiditas perusahaan, apakah manajemen efektif dalam
menghasilkan laba operasi atas aktiva yang dimiliki perusahaan, bagaimana
perusahaan didanai, apakah pemegang saham biasa mendapat tingkat pengembalian
yang cukup. Perhitungan rasio financial sebaiknya didasarkan pada data laporan

keuangan yang telah diaudit (diperiksa). Laporan keuangan yang belum diaudit masih
diragukan kebenarannya, sehingga rasio-rasio yang dihitung juga kurang akurat.
Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi yang
digunakan haruslah sama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian analisis ratio
2. Apa faktor-faktor perbedaan data keuangan dan hasil operasi dari berbagai
3.
4.
5.
6.
7.

perusahaan yang beroperasi.


Apa Langkah-langkah membuat standart ratio
Apa analisis ratio berdasarkan sumber datanya
Apa penggunaan analisis ratio
Analisa perbandingan ratio
Bagaimana penerapan analisis ratio

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian analisis ratio
2. Mengetahui faktor-faktor perbedaan data keuangan dan hasil operasi dari
3.
4.
5.
6.
7.

berbagai perusahaan.
Mengetahui langkah-langkah membuat standart ratio
Mengetahui analisis ratio berdasarkan sumber datanya
Mengetahui penggunaan analisis ratio
Mengetahui Analisa perbandingan ratio
Mengetahui cara menerapkan analisis ratio

BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisa Ratio

Ratio menggambarakan suatu hubungan atau pertimbangan (mathema tical


relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan
menggunakan alat analisa berupa ratio ini akan dapat menjelaskan atau memberi
gambaran kepada penganalisa tentang baik atau burukknya keadaaan atau posisi
keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka ratio tersebut dibandingkan
dengan angka ratio pembanding yang digunakan sebagai standart.
B. Faktor-faktor perbedaan data keuangan dan hasil operasi dalam berbagai
perusahaan
Perbedaan-perbedaan dalam data keuangan dan hasil operasi dari berbagai
perusahaan yang sejenis mungkin disebabkan oleh factor-faktor sebagai berikut:
a. Perbedaan letak perusahaan dengan tingkat harga dan biaya operasi yang
berbeda-beda, seperti besar kecilnya perusahaan.
b. Jumlah aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan yang
digunakan dalam operasi mungkin berbeda dengan perusahaan yang lain, ada
yang aktivanya atau alat-alat yang digunakan untuk operasi hanya menyewa
sehingga operating assetnya kecil.
c. Adanya perbedaan umur kekayaan yang dimiliki di antara perusahaanperusahaan tersebut.
Karena perbedaan angka ratio yang dihitung dengan angka ratio yang digunakan
sebagai standar. Yang disebabkan oleh factor-faktor tersebut, maka penganalisa harus
terlebih dahulu mereview atau menyusun kembali standard ratio yang sesuai dengan
kehendak penganalisa yang bersangkutan.

C. Jenis-jenis Rasio Keuangan


Dengan menggunakan rasio keuangan sebagai alat ukur untuk menilai kinerja
keuangan, Menurut Bambang Riyanto dalam bukunya Dasar-dasar Pembelanjaan
Perusahaan (BPFE Yogyakarta, 2001:331), pengelompokan rasio-rasio keuangan
yaitu sebagai berikut :
1.

Rasio Likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksud untuk mengukur


likuiditas perusahaan (Current ratio, Acid test ratio dan lain sebagainya ).

2.

Rasio Leverage/ solvabilitas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk


mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang (Debt
to total assets ratio, net worth to debt ratio dan lain sebaginya).

3.

Rasio-rasio Aktivitas, yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur


sampai berapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber
dananya (Inventory turnover, average collection period dan lain sebagainya).

4.

Rasio-rasio Profitabilitas/ Rentabilitas, yaitu rasio-rasio yang menunjukkan


hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit
margin on Sales, Return on total assets, Return on net worth dan lain
sebagainya).
Menurut Bambang Riyanto dalam bukunya Dasar-dasar Pembelanjaan

Perusahaan (BPFE Yogyakarta, 2001:331), pengelompokan rasio-rasio keuangan


yaitu sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas
Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan, Yaitu
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera
harus dipenuhi atau kemampuan suatu perusahaan untuk dapat menyediakan alat-alat
likuid sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya pada saat
ditagih. Rasio Untuk Mengukur kemampuan Perusahaan :
1)
2)
3)
4)

Memenuhi kewajiban tepat pada waktunya


Memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi normal
Membayar bunga & dividen yang dibutuhkan
Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan

2. Rasio Solvabilitas
Menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
panjangnya. Kondisi keuangan yang baik dalam jangka pendek tidak menjamin
adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam jangka panjang. Hal-hal yang
menguntungkan dalam jangka pendek dengan mudah dapat digoyahkan dengan pospos jangka panjang, Misalnya :
a. Adanya Understated (dicatat terlau kecil) atas penyusutan mengakibatkan laba
dalam tahun pertama besar, karena biaya depresiasi yang kecil, income
overstated, tetapi dalam jangka panjang perusahaan tidak dapat memperoleh
kembali aktiva tetapnya, kondisi ini merupakan penurunan kapasitas yang sangat
membahyakan kelangsungan usaha, karena aktiva belum habis disusut tetpai
sudah tidak dapat digunakan.
b. Jatuh tempo hutang jangka panjang tidak direncanakan dengan baik, sehingga
pada saat jatuh tempo perusahaan mengalami kesulitan keuangan.
c. Struktur modal yang tidak baik, misalnya jumlah hutang lebih besar daripada
modal sendiri.
d. Pada waktu terjadi tendensi inflasi perusahaan menggunakan perhitungan harga
pokok historis (dengan metode FIFO), sehingga harga pokok penjualan kelihatan
sangat rendah, padahal harga jual meningkat sehingga mengakibatkan profit
margin kelihatan tinggi. Hal ini menyebabkan aktiv alancar (terutama persediaan)
semakin turun karena dengan jumlah uang yang sama tidak dapat memperoleh
jumlah kuantitas persediaan yang sama seperti jumlah sebelumnya.
3. Rasio Aktivitas
Yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa besar
efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya (Inventory
turnover, average collection period dan lain sebagainya).

4. Rasio Profitabilitas/ Rentabilitas


Yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan
dan keputusan-keputusan (profit margin on Sales, Return on total assets, Return on
net worth dan lain sebagainya). Ratio-ratio yang dipelajari untuk mempelajari relatip
antara modal pinjaman yang diberikan oleh kreditor dan modal sendiri oleh
pemegang saham.
D. Langkah-langkah membuat standar ratio
Jika standard ratio ada dalam bentuk yang tetap maka penganalisa dapat
membuat standard ratio tersebut, dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengumpulan laporan keuangan dari perusahaan yang dapat diperbandingkan
(homogeny dalam operasi dan data yang seragam dalam arti keseragaman dalam
kebijaksanaan keuangan, penilaiann aktiva dan metode depresiasi, serta
menggambarkan atau mewakili kelompok yang homogeny dalam aktivitasnya
maupun jenis perusahaannya) dalam industri.
2. Menghitung angka ratio yang dipilih untuk tiap-tiap perusahaan dalam industri.
3. Menyusun ratio-ratio tersebut dari yang tertinggi sampai yang terendah dan
menghapuskan ratio yang extreme (terlalu tinggi atau terlalu rendah)
4. Menghitung rata-rata hitungnya atau menentukan medianya.
Pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua golongan atau dua kelompok.
Golongan yang pertaman adalah berdasarkan sumber data keuangan yang merupakan
unsure atau elemen dari angka ratio tersebut dan penggolongan yang kedua adalah
didasarkan pada tujuan dari penganalisa.
E. Angka Ratio berdasarkan sumber datanya
Berdasarkan sumber datanya maka angka ratio dapat dibedakan antara:
1. Ratio-ratio Neraca (Balance Sheet Ratios) yang tergolong dalam kategori ini
adalah semua ratio yang semua datanya diambil atau bersumber pada neraca,
misalnya current ratio, acid test ratio.
2. Ratio-ratio Laporan Rugi Laba (Income Statetment Ratios) yaitu angka-angka
ratio yang penyusunannya semua datanya diambil dari laporan laba rugi, misalnya
gross profit margin, net operating margin, operating ratio, dan sebagainya.
3. Ratio-ratio Antar Laporan (Interstatement Ratios) semua angka ratio yang
penyusunannya datanya berasal dari neraca dan data lainnya laporan rugi laba.

Misalnya tingkat perputaran persediaan (inventory turn over), tingkat perputaran


piutang (account receivable turn over), sales turn inventory, sales to fixed assets.
Penggolongan angka ratio yang didasarkan pada sumbernya sebenarnya
kurang bermanfaat bagi penganalisa, sebab penting bagi penganalisa bukan dari mana
data itu diperoleh tetapi apa arti atau gunanya dari data angka ratio tersebut atau
kesimpulan apa yang dapat diperoleh dari angka ratio tersebut. Rasio antar Iaporan,
adalah gabungan dari pos-pos yang terdapat dalam neraca dan rugi-Iaba.
a) Di samping penggolongan tersebut, rasio juga dibuat berdasarkan tujuan dari pihak
penganalisa daiam mengevaluasi kinerja suatu perusahaan berdasarkan Iaporan
keuangannya.
b) Bagi kreditur jangka pendek Iebih menekankan pada penilaian kemampuan
perusahaan untuk membayar hutang-hutang yang segera harus dilunasi.
Dalamjangka pendek jumlah aktiva Iancar yang dimiliki akan menentukan
kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang jangka pendeknya, atau dengan
kata lain analisa tingkat Iikuiditasnya (liquidity).
c) Sementara itu kreditur jangka panjang Iebih menekankan pada penilaian
kemampuan perusahaan dalam membayar bunga pinjaman dan kemampuan
membayar pokok pinjaman; jadi, di samping Iikuiditas maka tingkat profitabilitas
d)

(profitability) juga dinilai.


Para pemegang saham selain meniiai Iikuiditas dan profitabilitas, juga

memperhatikan tingkat pengembalian (return) terhadap investasi yang ditanamnya.


e)
Calon investor Iebih melihat pada rasio penilaiannya (valuation) untuk
menentukan Iayak atau tidaknya saham perusahaan tersebut dimiliki.
Ukuran baik tidaknya kinerja perusahaan dari segi manajemen keuangan
adalah sebagai berikut:
1) Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban (hutang) yang akan jatuh
tempo (liquidity).
2) Kemampuan perusahaan untuk menyusun struktur pendanaan yaitu perbandingan
antara hutang dan modal (leverage).
3) Kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan (proHtability).
4) Kemampuan untuk berkembang (growth).
5) Kemampuan perusahaan untuk mengelola asset secara maksima(activity).

F. Analisa Perbandingan Rasio


Analisa perbandingan rasio, dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Analisa Horizontal, yaitu membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari
satu periode dengan periode Iainnya. Misalnya, membandingkan rasioperusahaan
pada tahun 2005 dan rasio tahun 2006 sehingga dapat diambil suatu kesimpulan
apakah kinerja perusahaan mengalami peningkatan/peitumbuhan atau sebaliknya.
2. Analisa Vertikal, yaitu membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan
perusahaan sejenis atau industri dalam satu periode yang sama. Misalnya PT X
bergerak dibidang industri rokok, maka ratio PT X tahun 2006 dibandingkan
dengan ratio PT Y tahun 2006 yang juga bergerak dibidang industri rokok atau
membandingkan ratio PT X tahun 2006 dengan rata-rata industri rokok tahun 2006
sehingga dapat disimpulkan mengenai kinerja perusahaan.
Tujuan tiap penganalisa pada umumnya adalah untuk mengetahui tingkat rentabilitas,
solvabilitas dal likwiditas dari perusahaan yang bersangkutan, oleh karena itu angkaangka ratio pada dasarnya juga dapat digolonkgan antara
1. Ratio-ratio likuiditas (Jangka Pendek)
2. Ratio-ratio solvabilitas (Jangka Panjang)
3. Ratio-ratio rentabilitas dan ratio-ratio lain yang sesuai dengan kebutuhan
penganalisa misalnya ratio-ratio aktivitas.
G. Penggunaan Analisis Ratio
Sebagaimana diuraikan di muka bahwa dalam analisis ratio, maka angka ratio
keauangan yang diperoleh dapat dianalisa dengan memperbandingkan angka ratio
tersebut dengan:
a) Standard ratio atau ratio rata-rata dari seluruh industri semacam dimana
perusahaan yang ada keuangannya sedang dianalisa menjadi anggotanya.
b) Ratio-ratio yang semacam di waktu-waktu yang lalu (ratio historis) dari
perusahaan yang bersangkutan.
c) Ratio keuangan dari perusahaan lain yang sejenis yang merupakan pesaing
perusahaan yang dinilai cukup baik/berhasil dalam usahanya.
d) Ratio keuangan yang semacam di waktu-waktu yang lalu (ratio historis) dari
perusahaan yang bersangkutan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisis Rasio Keuangan merupakan bagian dari analisis keuangan. Analisis
rasio keuangan adalah analisis yang dilakukan dengan menghubungkan berbagai
perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan.
Rasio keuangan dibedakan beberapa jenis antara lain :

Rasio Likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksud untuk mengukur likuiditas

perusahaan (Current ratio, Acid test ratio dan lain sebagainya).


Rasio Leverage/ solvabilitas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk
mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang (Debt to

total assets ratio, net worth to debt ratio dan lain sebaginya).
Rasio-rasio Aktivitas, yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai
berapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya

(Inventory turnover, average collection period dan lain sebagainya).


Rasio-rasio Profitabilitas/ Rentabilitas , yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil
akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on
Sales, Return on total assets, Return on net worth dan lain sebagainya).
Dari jenis-jenis rasio tersebut kita dapat menggunakan Rasio keuangan untuk

mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya. Analisis Keuangan juga


mempunyai beberapa keunggulan salah satunya adalah rasio sebagai pengganti yang
sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan
rumit.dan Rasio mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. Kelemahan
Analisis keuangan salah satunya

adalah Perbedaan metode akuntansi akan

menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan


atau metode penilaian persediaan.

CONTOH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


Analisis Rasio
Analisis Laporan Keuangan PT. Eatertainment International Tbk.
menggunakan Analisis Ratio. Ada tujuh area penting analisis laporan keuangan :
1. Rasio Likuiditas
2. Rasio Solvabilitas
3. Rasio Profitabilitas
4. Rasio Posisi Aktifitas Perusahaan
5. Pemanfaatan Asset
6. Kinerja Operasi
7. Ukuran Pasar
1. Rasio Likuditas
NAMA
Rasio Lancar :

2011 (Rp)
= 541,68 %

2010 (Rp)
= 487,17 %

= 434,9 %

= 422,1 %

Rasio Cepat :
Jumlah Hari Untuk menjual persediaan :

24,2

2. Rasio Solvabilitas
Rumus

2011 (Rp)
= 197,95 %

2010 (Rp)
= 183,83 %

= 281,02%

= 275,12 %

ADR :
DER :

3. Rasio Profitabilitas
Rumus
Rentabilitas Ekonomi :
ROI :

2011 (Rp)
= -7,98 %

2010 (Rp)
= 5,87 %

= -3,21 %

= 2,35 %

4. Rasio Posisi Aktivitas Perusahaan


Rumus

2011 (Rp)

WTC :
CT :

= 3,07

= 2,61

= 4,74

= 3,31

= 181,03 %

ART :
IT

2010 (Rp)

= 23,03

= 23,13

5. Pemanfaatan Aset
Rumus
Perputaran kas

2011 (Rp)
:

= 40,23

Perputaran Piutang usaha :

= 9,15

Perputaran Persediaan

= 14,80

Perputaran Total Aset

= 1,56

6. Kinerja Operasi
Rumus
Margin Laba Kotor :
Margin Laba Bersih :

2011 (Rp)
= 37,63 %

2010 (Rp)
= 37,58 %

= 2,72 %

= -3,5 %

7. Ukuran Pasar
Rumus
Rasio Harga terhadap laba :

Hasil Laba :

2011 (Rp)
= 12,5
= -8 %

2010 (Rp)
= 17,86
= 5,6 %

Komentar terhadap hasil perhitungan Rasio :


1. Likuiditas
Likuiditas perusahaan adalah kemapuan perusahaan untuk mengembalikan
seluruh hutang lancarnya yang harus segera dilunasi dengan aktiva lancar yang lebih
likuid.
Hasil dari perhitungan pada tahun 2010 dan 2011 menunjukkan angka yang
sangat tinggi diatas 400% maka perusahaan dikatan likuid. Hal ini berarti aktiva
lancarnya 4 kali lipat dari hutang lancarnya atau setiap Rp 1 hutang lancar dijamin
oleh Rp 4 asset lancar. Sementara itu kemampuan perusahaan untuk membayar utang
lancarnya dengan menggunakan kas atau setara kas sangat besar, hal ini ditunjukkan
pada tingginya hasil perhitungan dari rasio cepat yaitu di atas 400%. Artinya hanya
menggunakan kas dan setara kas sudah dapat menjamin setiap Rp 1 utang lancer
dengan Rp 4 kas dan setara kas. Sementara itu kemampuan perusahaan untuk menjual
persediaan sangat tinggi. Untuk menjual persediaan sebesar Rp 989.182.885 hanya
membutuhkan kurang lebih 24 hari.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat likuiditas perusahaan atau


kemapuan perusahaan untuk mengembalikan hutang lancarnya dengan aktiva lancar
sangat tinggi yaitu sekitar 400% - 450 %.
2. Solvabilitas
Solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui sejauh mana perusahaan dibiayai
oleh hutang. Artinya berapa besar beban hutang yang ditanggung oleh perusahaan
dibandingkan dengan aktivanya.
Hasil perhitungan pada Debt to Asset Ratio menunjukkan angka yang sangat
tinggi di atas 100% dan dari tahun 2010 ke tahun 2011 menngkat dari 183,83%
menjadi 197,95 %. Angka ini menunjukkan bahwa pembiayaan perusahaan hamper
seluruhnya dibiayai dari hutang dan pinjaman, setiap Rp 200 pendanaan perusahaan
dibiayai oleh hutang Rp 197,95.
Demikian pula perhitungan pada Debt to Equity Ratio juga menunjukkan
angka yang sangat besar. Rasio ini pada tahun 2010 menunjukkan angka 275,12 %
artinya kreditur menyediakan Rp 275,12 untuk setiap Rp 300 yang disediakan
pemegang saham. Demikian pula pada tahun 2011 menunjukkan 281,02 % artinya
kreditur menyediakan Rp 281,02 untuk setiap Rp 300 yang disediakan pemegang
saham. Dari perhitungan diatas terlihat bahwa sebagaian besar pembiayaan
perusahaan bersumber dari kreditur Artinya kemungkinan perusahaan untuk
mendapatkan tambahan pinjaman semakin kecil karena dikhawatirkan perusahaan
tidak mampu untuk mengembalikan pinjaman.
3. Profitabilitas
Dari perhitungan ROI menunjukkan tingkat penurunan yang sangat besar
yaitu dari 2,35 % pada tahun 2010 menjadi -3,21 % pada tahun 2011 artinya
perusahaan tidak mampu dalam memanfaatkan aktiva untuk memperoleh ROI.
Dari perhitungan rentabilitas ekonomi terlihat bahwa pada tahun 2010
kemampuan perusahaan untuk mengasilkan laba dari modal usaha cukup tinggi yaitu
sebesar 5,87 % sedangkan menurun pada tahun 2011 hingga -7,98 % artinya
perusahaan tidak bisa mempertahankan tingkat pengembalian modal dan tidak
mampu memanfaatkan asset yang begitu besar.

4. Posisi Aktiva Perusahaan


Tingkat pengembalian modal, Kas, dan Persediaan terbilang relative stabil dan
mengalami peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 2011. Meskipun demikian tingkat
pengembalian tersebut terbilang cukup rendah dan dibawah standar. Artinya tingkat
pengembalian tersebut masih sangat rendah jika melihat dari standar normal untuk
Capital turnover, Cash Turnover dan Inventory Turnover. Sehingga perusahaan masih
harus berusaha untuk meningkatkan tingkat pengembalian tersebut.
Meskipun demikian tingkat pengembalian terhadap piutang menunjukkan
angka yang cukup tinggi yaitu sekitar 98,55%. Hal ini berarti bahwa tingkat
pengembalian dari piutang perusahaan mencapai angka 98,55% dari piutang
usaha.
5. Pemanfaatan Asset
Perputaran kas pada perusahaan ini menunjukkan angka yang besar yaitu 40,23
artinya kas tidak terlalu banyak yang menganggur dan pemanfaatannya cukup besar.
Meskipun demikian terdapat angka yang sangat kecil terhadap pemanfaatan Piutang
usaha, persediaan, dan total asset. Angka yang ditunjukkan terbilang sangat kecil
tidak sampai 20 %. Hal ini terbukti dengan adanya penurunan tingkat profitabilitas
perusahaan yang sangat besar.
6. Kinerja Operasi
Margin laba kotor menunjukkan angka yang cukup besar namun peningkatan
dari tahun 2010 ke tahun 2011 tidak terlalu berpengaruh. namun tingkat margin laba
kotor perusahaan tersebut yang menunjukkan angka yang cukup besar tidak diikuti
dengan peningkatan Margin Laba bersih, akan tetapi terjadi penurunan yang sangat
besar yaitu dari 2,72% turun menjadi -3,5%. Artinya perusahaan belum mampu
mengendalikan biaya dan memanfaatkan asset sebaik-baiknya.
7. Ukuran pasar
Rasio harga terhadap laba menunjukkan penurunan dari tahun 2010 ke tahun
2011. Hal ini dikarenakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan ROI sangat
rendah, sehinggah tidak terjadi peningkatan terhadap laba per lembar saham. Hasil
laba pun akhirnya ikut menurun sangat jauh. Hal ini tentu saja akan menjadi

pertimbangan yang sangat penting bagi para pemegang saham dalam mengambil
keputusan untuk berinvestasi bahkan ada kecenderungan untuk takut menanamkan
modalnya pada perusahaan seperti ini.

Anda mungkin juga menyukai