Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Pembahasan Teori Hasil Penelitian yang Relevan

2.1.1 Manajemen Keuangan

2.1.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan adalah cara seorang manajer keuangan dalam


menggabungkan ilmu menganalisis sumber daya yang dimiliki oleh suatu
perusahaan mulai dari mencari dana, mengelola dana, dan mengatur dana yang
diharapkan dapat mendatangkan profit/laba yang menggiurkan untuk para
pemegang saham dan guna mempertahankan keberlanjutan usaha perusahaan itu
sendiri (Fahmi, 2015:2).

Menurut Anwar (2019:5), mendefinisikan manajemen keuangan merupakan


ilmu pengelolaan keuangan perusahaan dengan memandang dari sisi pencairan
sumber dana, pengalokasian dana, maupun pembagian hasil keuntungan
perusahaan.

Sedangkan menurut Horne dalam Kasmir (2019:5), mendefinisikan


manajemen keuangan merupakan bagaimana kegiatan suatu perusahaan
memperoleh dana, mengelola dana dan aset yang dimiliki perusahaan sehingga
mencapai tujuan yang ditentukan.

Berdasarkan definisi para ahli di atas, maka peneliti menarik kesimpulan


bahwa manajemen keuangan merupakan ilmu yang dimiliki oleh manajer keuangan
dalam mengelola, mengalokasikan, dan menganalisis sumber dana atau aset yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan agar efektif dan efisien sesuai tujuan yang
diharapkan hingga mengambil keputusan kebijakan dividen yang dapat menambah
nilai dan keberlanjutan perusahaan.

8
2.1.1.2 Pentingnya Manajemen Keuangan

Pentingnya menggunakan ilmu manajemen keuangan dapat ditingkatkan


dengan cara melakukan penekanan, pendalaman, dan pembidangan sehingga
memunculkan variasi dari manajemen keuangan. Mengelola keuangan yang
dilakukan manajer atau organisasi telah mengalami perubahan dalam pengelolaan
keuangan bagi perusahaan yang memiliki tujuan menciptakan laba yang lebih
optimal menjadi lebih dinamis dan bertautan (Anwar, 2019:3).

Dalam Alexano (2016:89) berpendapat manajemen keuangan perusahaan


sangat penting, pengelolaan keuangan suatu perusahaan perlu dilakukan karena
dapat digunakan sebagai tolak ukur bagi hasil kinerja yang telah dijalankan oleh
organisasi dalam periode tertentu. Hal tersebut juga sebagai fakta aktual dari
kesehatan keuangan perusahaan, kelancaran manajemen, hingga bidang pemasaran
dan pendistribusian sumber-sumber dana.

2.1.1.3 Tujuan Manajemen Keuangan

Menurut Fahmi (2015:4) berpendapat ada beberapa tujuan dari manajemen


keuangan, diantaranya memaksimalkan nilai perusahaan, mengendalikan keuangan
perusahaan, dan meminimalisir hal-hal yang mungkin terjadi pada masa sekarang
dan masa yang akan datang.

Menurut Anwar (2019:5) berpendapat bahwa tujuan manajemen keuangan


adalah menghasilkan laba yang maksimal dan memaksimalkan tingkat
pengembalian atas investasi yang ditanamkan para pemegang saham dari hasil
pengelolaan sumber daya perusahaan khususnya dari aspek keuangan.

Sedangkan menurut Kasmir (2019:13) menjelaskan beberapa tujuan dalam


manajemen keuangan, diantaranya,

1) Profit Risk Approach atau bisa disebut Pendekatan Risiko Laba, artinya
seorang manajer keuangan perlu memperhatikan risiko yang kemungkinan
akan terjadi. Dengan tujuan perusahaan yang berorientasi memaksimalkan laba

9
jika tidak diiringi dengan manajemen risiko yang baik, bukan tidak mungkin
dapat menjadi salah satu penyebab perusahaan tidak dapat tercapai.
2) Liquidity and Profitability atau bisa disebut Likuiditas dan Profitabilitas,
artinya aktivitas yang dikelola oleh manajer keuangan yang berhubungan
dengan likuiditas dan profitabilitas perusahaan.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka peneliti menarik kesimpulan, tujuan
manajemen keuangan adalah bagaimana pegelolaan keuangan perusahaan untuk
mampu memaksimalkan keuntungan dari hasil usaha sebagai imbal jasa pada
pemegang saham, memaksimalkan nilai perusahaan dengan menjaga kestabilan dan
memperkecil risiko yang mungkin terjadi.

2.1.2 Laporan Keuangan

2.1.2.1 Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah kumpulan informasi yang digunakan sebagai


gambaran kinerja keuangan perusahaan yang digambarkan lebih jauh untuk
memperlihatkan kondisi keuangan suatu perusahaan (Fahmi, 2015:21).

Menurut Arief dan Edi (2016:1), laporan keuangan adalah hasil operasi
perusahaan yang dicerminkan untuk menunjukkan kondisi keuangan setelah
kegiatan akuntansi suatu perusahaan berakhir. Laporan keuangan ini dapat
digunakan sebagai alat mengkomunikasikan kepada pihak-pihak yang memiliki
keperluan yang ingin mengetahui informasi keuangan perusahaan, hal ini yang
sering disebut “language of business”.

Sedangkan menurut Kasmir (2019:66) menjelaskan secara umum bahwa


laporan keuangan merupakan suatu laporan yang diperlihatkan oleh perusahaan
tentang kondisi keuangan terkini atau pada periode tertentu.

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, maka peneliti menarik kesimpulan


bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan digunakan untuk beberapa
pihak yang memiliki kepentingan baik pihak internal ataupun pihak eksternal,

10
seperti manajemen perusahaan, investor, kreditor, pemerintah, dan atau karyawan
sebagai informasi hasil akhir kinerja keuangan perusahaan.

2.1.2.2 Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Fahmi (2015:14), tujuan dibuatnya laporan keuangan oleh


perusahaan untuk menginformasikan sudut angka-angka yang memiliki arti
mengenai kondisi suatu perusahaan bagi pihak yang memerlukan.

Menurut Kasmir (2016:10) mengemukakan bahwa tujuan laporan keuangan


diantaranya:

1. Perusahaan menginformasikan mengenai jenis dan total aset (aktiva) yang


dimiliki pada periode tertentu.
2. Perusahaan menginformasikan mengenai jenis dan total kewajiban (pasiva)
yang dihasilkan pada periode tertentu.
3. Perusahaan menginformasikan mengenai jenis dan total pendapatan yang
dihasilkan pada periode tertentu.
4. Perusahaan menginformasikan mengenai jenis dan total biaya yang dipakai
perusahan pada periode tertentu.
5. Perusahaan menginformasikan mengenai hasil kinerja manajemen keuangan
pada periode tertentu.
6. Perusahaan menginformasikan mengenai catatan atas laporan keuangan pada
periode tertentu.
7. Perusahaan memberikan informasi keuangan lainnya.

Sedangkan menurut Arief dan Edi (2016:10) menjelaskan pentingnya


laporan keuangan dianalisis dengan tujuan memperluas juga memperdalam
informasi-informasi yang tertuang dalam laporan keuangan, dan digali untuk
diungkapkan pos-pos yang tidak dijelaskan secara terbuka didalamnya. Tujuan
analisa laporan keuangan ini pun dipakai juga memberi penilaian atas kewajaran
dari laporan keuangan yang dibuat.

11
Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, maka peneliti menarik kesimpulan
bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk menginformasikan hasil aktivitas
keuangan suatu perusahaan dalam memberikan penilaian terhadap laporan
keuangan yang disajikan. Hal ini berguna untuk mngetahui secara mendalam dan
mendetail apa saja yang tertuang dan yang tersembunyi di dalam laporan keuangan
tersebut. Pada akhirnya informasi tersebut mencerminkan kondisi keuangan
perusahaan.

2.1.2.3 Jenis-jenis Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan Menurut Standar Akuntansi


Keuangan (2017), jenis-jenis laporan keuangan yang lengkap biasanya terdiri dari
sebagai berikut:

1) Laporan Posisi Keuangan Pada Akhir Periode


2) Laporan Laba Rugi
3) Laporan Perubahan Ekuitas Selama Periode
4) Laporan Arus Kas Selama Periode
5) Catatan Atas Laporan Keuangan
6) Laporan Posisi Keuangan Pada Awal Periode terdekat sebelumnya ketika
entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara restropektif atau
membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas
mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan.

Secara umum dijelaskan pula dalam Kasmir (2019:67-68) terdapat beberapa


jenis laporan keuangan yang dibuat perusahaan, diantaranya:

1) Neraca (Balance Sheet)

Neraca atau Balance Sheet adalah laporan posisi total dan jenis aset (aktiva)
dan kewajiban (pasiva) suatu perusahaan yang ditunjukkan perusahaan pada
periode tertentu

12
2) Laporan Laba Rugi (Income Statement)

Laporan Laba Rugi atau Income Statement adalah laporan keuangan yang
menginformasikan hasil usaha (laba atau rugi) perusahaan dan memperlihatkan
total biaya dan jenis biaya yang telah digunakan oleh perusahaan dalam
kegiatan usahanya pada periode tertentu.

3) Laporan Perubahan Modal

Laporan Perubahan Modal adalah laporan keuangan yang menggambarkan


keadaan total dan jenis modal yang diperoleh perusahaan selama periode
tertentu. Dalam laporan ini pun dijelaskan hal-hal yang menyebabkan
perubahan modal di perusahaan.

4) Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas adalah laporan keuangan yang menginformasikan hal-hal


yang berhubungan dengan aktivitas perusahaan, baik itu hal yang memiliki
pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kas.

5) Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan


Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan adalah laporan keuangan yang
menginformasikan apabila ada penjelesan tertentu hal-hal dalam laporan
keuangan.
Berdasarkan penjelasan jenis-jenis laporan keuangan di atas, maka peneliti
menyimpulkan terdapat 5 laporan keuangan yang secara umum disajikan oleh
perusahaan, yaitu Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Modal, Laporan
Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

2.1.3 Analisis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis)

2.1.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis laporan keuangan merupakan uraian dari aspek-aspek laporan


keuangan menjadi informasi yang lebih kecil dan dilihat keterkaitannya yang

13
signifikan atau yang memiliki artian antara satu dengan yang lain, baik itu data
kuantitatif ataupun data non-kuantitatif yang diharapkan sesuai dengan tujuan untuk
memahami kondisi keuangan lebih mendalam yang sangat penting di dalam proses
pengambilan keputusan (Harahap, 2015:190).

Menurut Anwar (2019:166) menjelaskan bahwa analisis laporan keuangan


setiap badan usaha disusun khususnya oleh perusahaan yang berorientasi laba perlu
untuk disediakan sebagai informasi dan alat pertanggungjawaban kepada pihak
yang memiliki kepentingan. Kemudian, Laporan keuangan bukan hanya untuk
mengkomunikasikan informasi dari manajemen, tapi juga dapat digunakan sebagai
potret perusahaan dan hasil kinerja perusahaan pada periode tertentu. Dengan
mengetahui informasi tersebut, maka para pihak yang berkepentingan bisa
menentukan kelanjutan kerja samanya dengan perusahaan.

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, maka peneliti menarik kesimpulan


bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu cara yang dilakukan oleh pihak
internal ataupun eksternal perusahaan yang memperlihatkan hasil observasi pos-
pos laporan keuangan sebagai potret hasil kinerja perusahaan yang dapat dijadikan
sebagai salah satu penilaian para pihak yang berkepentingan dalam pengambilan
keputusan.

2.1.3.2 Teknik Analisis Laporan Keuangan

Menurut Anwar (2019:166) menyebutkan terdapat beberapa teknik analisis


laporan keuangan disediakan oleh ilmu manajemen keuangan, yaitu sebagai
berikut:

1. Analisis Rasio Keuangan (Financial Ratio Analysis)


Analisis Rasio Keuangan merupakan analisis yang menghubungkan pos (akun)
yang satu dengan pos (akun) yang lain pada neraca dan laporan laba rugi. Rasio
keuangan ini membagi antara angka pada pos yang satu dan pos yang lain
dimana adengan angka tersebut akan diperoleh rasio (perbandingan) tertentu
sehingga dapat diinterpretasikan dengan mudah.

14
2. Analisis Common Size
Analisis Common Size merupakan analisis yang membandingkan laporan pada
periode berjalan dengan periode sebelumnya, antar sebuah perusahaan, atau
antar sebuah perusahaan dengan persentase industry.
3. Analisis DuPont System
Analisis DuPont System merupakan analisis yang mengurai hubungan atau
keterkaitan antar rasio keuangan. Dengan analisis ini dapat mencari berapa
rasio keuangan tertentu berdasarkan data rasio keuangan lain.

Menurut Kasmir (2019:96) menjelaskan terdapat beberapa jenis teknik


laporan keuangan yaitu diantaranya:
1. Analisis Perbandingan Antara Laporan Keuangan
Analisis Perbandingan Antara Laporan Keuangan ini digunakan dengan cara
membandingkan laporan keuangan lebih dari satu periode akuntansi. Analisis
ini dilakukan minimal 2 periode atau lebih. Dari analisis ini dapat
menghasilkan nilai perubahan yang terjadi. Perubahan ini dinamis dengan
terjadinya kenaikan atau penurunan dari masing-masing komponen analisis.
2. Analisis Tren
Analisis tren adalah analisis laporan keuangan yang dapat menyatakan
perbandingan dalam persentase tertentu. Analisis ini digunakan dari period eke
periode sehingga dapat terlihat perubahan apakah suatu perusahaan mengalami
kenaikan, penurunan, atau tidak mengalami perubahan. Dan juga, melihat
seberapa besar perubahan tersebut terjadi dalam bentuk persentase.
3. Analisis Persentase Per Komponen
Analisis Persentase Per Komponen adalah analisis menggunakan perbandingan
antara komponen-komponen yang tersaji di dalam suatu laporan keuangan,
yaitu di neraca ataupun laporan laba rugi.
4. Analisis Sumber dan Penggunaan Dana
Analisis Sumber dan Penggunaan Dana adalah analisis yang dipakai guna
mengetahui sumber-sumber dana dan penggunaan dana suatu perusahaan pada

15
periode tertentu. Analisis ini pun untuk menginformasikan total modal kerja
dan alasan-alasan perubahan modal kerja perusahaan di periode tertentu.
5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas
Analisis Sumber dan Penggunaan Kas adalah analisis yang dipakai guna
mengetahui sumber-sumber kas perusahaan dan penggunaannya pada periode
tertentu. Analisis ini juga untuk mengetahui alasan-alasan perubahan jumlah
uang kas suatu perusahaan.
6. Analisis Rasio
Analisis Rasio adalah analisis yang dipakai guna mengetahui keterkaitan pos-
pos yang tersaji pada suatu laporan keuangan, yaitu neraca dan laporan laba
rugi.
7. Analisis Laba Kotor
Analisis Laba Kotor adalah analisis yang dipakai guna mengetahui total laba
kotor mulai dari periode kesatu periode selanjutnya. Analisis ini pun dapat
menginformasikan alasan-alasan penyebab perubahan laba kotor terseebut
antar periode.
8. Analisis Break Even Point
Analisis Break Event Poin atau Analisis Titik Impas adalah analisis yang
dipakai guna mengetahui titik penilaian akan kondisi berapa produk atau
penjualan yang dilakukan dan perusahaan tidak menghasilkan kerugian.
Analisis ini berguna untuk menghitung total keuntungan pada berbagai tingkat
penjualan.
Sedangkan menurut Arief dan Edi (2016:55) menjelaskan terdapat 2 teknik
analisa perbandingan rasio, diantaranya:
1. Analisa Horisontal
Analisa Horisontal merupakan perbandingan dari rasio keuangan suatu
perusahaan dari satu periode ke periode selanjutnya atau sebelumnya.
2. Analisa Vertikal
Analisa Vertikal merupakan perbandingan dari rasio keuangan suatu
perusahaan dengan perusahaan lainnya yang sejenis dalam periode yang sama.

16
2.1.4 Analisis Rasio Keuangan (Financial Ratio Analysis)

2.1.4.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Analisa rasio keuangan merupakan angka-angka yang ditunjukkan dari


hubungan antara antara akun-akun dalam laporan keuangan. Hubungan ini
menyatakan suatu bentuk matematis yang dapat dipahami oleh penggunanya.
Berdasarkan sumber pengambilan datanya, rasio keuangan ini dibagi menjadi tiga,
yaitu 1) rasio-rasio neraca, 2) rasio-rasio laba rugi, dan 3) rasio-rasio antar laporan
(Arief dan Edi, 2016:53).

Menurut Anwar (2019:171-172) menjelaskan analisis rasio keuangan


adalah analisis yang dilakukan dengan membagi angka pada akun yang satu dengan
akun yang lain yang dimana hasil dari pembagian tersebut akan diperoleh
perbandingan tertentu hingga dapat meinterpretasikan angka dengan mudah dan
menjadi sebagai alat ukur kinerja suatu perusahaan. Analisis ini pun mengaitkan
pos yang satu dengan pos yang lain di neraca dan laporan laba rugi.

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, maka peneliti menarik kesimpulan


bahwa analisis rasio keuangan adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk
membandingkan nilai antar akun yang satu dengan akun yang lainnya untuk lebih
mudah melakukan interpretasi terhadap laporan yang disajikan oleh perusahaan.
Rasio ini dijadikan sebagai salah satu ukur untuk menilai kinerja keuangan suatu
perusahaan.

2.1.4.2 Jenis-jenis Rasio Keuangan

Menurut Fraser dalam Arief dan Edi (2016:56-57) menjelaskan ada


beberapa jenis rasio keuangan yang dapat digolongkan, diantaranya:

1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas atau disebut juga solvensi jaga pendek adalah rasio yang diukur
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan cash on
hand (uang tunai).

17
2. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas atau disebut juga efisiensi pengelolaan aset adalah rasio yang
dikur untuk menilai likuiditas aset (aktiva) tertentu.
3. Rasio Leverage
Rasio leverage atau disebut juga pembelanjaan dengan hutang dan
pelunasannya adalah rasio yang diukur untuk menilai sejauh mana perusahaan
melakukan pembelanjaan atas sumber hutangnya dengan cara membandingkan
dengan total modal yang dimiliki.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas atau efisiensi dan kinerja keseluruhan adalah rasio yang
diukur untuk menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi yang
dilakukan dalam pengelolaan aset (aktiva), kewajiban (utang), dan kekayaan
perusahaan.
Sedangkan menurut Weston dalam Kasmir (2019:110) menjelaskan ada 6
jenis rasio keuangan yang dapat dipergunakan oleh suatu perusahaan, sebagai
berikut:
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio likuiditas adalah rasio perbandingan yang dilakukan untuk memberi
gambaran mengenai kemampuan perusahaan dalam pemenuhan kewajiban
jangka pendek/ utang jangka pendek. Rasio ini dapat menilai apakah
perusahaan mampu atau tidak membayar utangnya terutama untuk utang yang
telah jatuh tempo. Ada beberapa jenis rasio likuiditas, yaitu:
• Current Ratio
• Quick Ratio
• Cash Ratio
• Cash Turnover Ratio
• Inventory to Net Working Capital
2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
Rasio solvabilitas adalah rasio perbandingan yang dilakukan untuk memberi
gambaran mengenai ukuran sejauh apa perusahaan membiayai aset (aktiva)
yang dimilikinya dengan utang yang didapat. Rasio ini menilai seberapa tinggi

18
perusahaan menanggung beban utang dibandingkan dengan asetnya dan
menilai kemampuan perusahaan dalam pembayaran seluruh bentuk utangnya
apabila terjadi kebangkrutan/pembubaran yang akhirnya harus dilikuidasi.
Ada beberapa jenis rasio solvabilitas, yaitu:
• Debt Ratio
• Debt to Equity Ratio
• Long Term Debt to Equity Ratio
• Times Interest Earned
• Fixed Charge Coverage
3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
Rasio aktivitas adalah rasio perbandingan yang dilakukan untuk memberi
gambaran seberapa efektifnya perusahaan menggunakan aset (aktiva) yang
dimilikinya. Ada beberapa jenis rasio aktivitas, yaitu:
• Receivable Turnover
• Days of Receivable
• Inventory Turnover
• Days of Inventory
• Working Capital Turnover
• Fixed Assets Turnover
• Assets Turnover
4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
Rasio profitabilitas adalah rasio perbandingan yang dilakukan untuk memberi
gambaran suatu perusahaan menghasilkan keuntungan. Rasio ini menilai
seberapa efektif manajemen perusahaan mengelola tingkat penjualan dan
pendapatan dari hasil kegiatan investasi pada periode tertentu. Ada beberapa
jenis rasio profitabilitas, yaitu:
• Net Profit Margin
• Profit Margin on Sales
• Return on Investment (ROI)
• Return on Equity (ROE)

19
5. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)
Rasio pertumbuhan adalah rasio perbandingan yang dilakukan untuk memberi
gambaran mengenai kemampuan yang dimiliki perusahaan dalam ketahanan
posisi keuangannya dalam kondisi fluktuasi pertumbuhan ekonomi dan
keseluruhan sektor usaha perusahaan.
6. Rasio Penilaian (Valuation Ratio)
Rasio penilaian adalah rasio perbandingan yang dilakukan untuk memberi
gambaran seberapa tinggi kemampuan manajemen perusahaan dalam
peningkatan nilai pasar bisnisnya.

2.1.5 Pasar Keuangan (Financial Market)

Pasar keuangan merupakan suatu wadah atau tempat memperjualbelikan


berbagai produk keuangan. Jenis-jenis intrumen keuangan yang secara umum
diperjualbelikan, diantaranya produk keuangan jangka pendek dan produk
keuangan jangka panjang. Pasar keuangan dibagi menjadi 2, yaitu pasar uang
(money market) dan pasar modal (capital market) (Anwar, 2019:22).
Sedangkan menurut Kasmir (2019:51), pasar keuangan adalah suatu tempat
yang disediakan bertransaksi pada intrumen keuangan baik berupa fisik aset, surat
berharga, dan valuta asing oleh para pembeli dan penjual. Pasar ini menghubungkan
mereka yang akan membeli dan menjual intrumen keuangan yang dimilikinya.

2.1.5.1 Pasar Uang (Money Market)

Pasar keuangan adalah tempat atau wadah untuk memperjualbelikan


sekuritas dalam jangka pendek, seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), commercial
paper, call money, surat berharga pasar uang, surat perbendaharaan negara,
promissory notes, repurchase agreement, banker’s acceptance, dan sebagainya.
Produk sekuritas tersebut dapat dikeluarkan oleh perusahaan, bank, dan atau
pemerintah (Arief dan Edi, 2016:1).

20
Menurut Anwar (2019:22) menjelaskan pula mengenai pasar uang yaitu
tempat bertransaksi produk keuangan dalam jangka pendek. Pihak yang umumnya
ada di pasar uang adalah pihak bank yang setiap hari melakukan kegiatan jual-beli.
Produk keuangan yang ditransaksikan diantaranya Surat Berharga Pasa Uang
(SBPU), Interbank Call Money, dan Commercial Paper.

Menurut Kasmir (2019:51) mendefinisikan pasar uang adalah tempat atau


pasar untuk memperjualbelikan sekuritas jangka pendek dalam beberapa bentuk
diantaranya wesel, deposito berjangka, dan promes yang memiliki usia kurang dari
satu tahun.

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, maka peneliti menarik kesimpulan


bahwa pasar uang adalah suatu wadah beberapa pihak yang melakukan transaksi
jual beli terhadap produk keuangan yang memiliki jangka waktu kurang dari satu
tahun (jangka pendek) melalui bank atau perusahaan sekuritas.

2.1.5.2 Pasar Modal (Capital Market)

Pasar modal pada prinsipnya adalah tempat untuk memperjualbelikan


produk keuangan jangka panjang dalam beberapa bentuk diantaranya utang dan
modal (ekuitas). Saat ini beberapa produk keuangan jangka panjang yang
diperjualbelikan di pasar modal Indonesia diantaranya, saham, (saham biasa dan
preferen), waran, obligasi konversi, obligasi korporasi dan negara, bukti right, reksa
dana, kontrak opsi dan atau kontrak berjangka (Tandelilin, 2017:29).

Menurut Anwar (2019:22) mengartikan pasar modal merupakan tempat


yang digunakan untuk transaksi jual beli produk keuangan jangka panjang,
diantaranya obligasi, saham, dan lain lain.

Sedangkan menurut Kasmir (2019:51) menjelaskan pasar modal adalah


tempat dimana modal jangka panjang diperjualbelikan. Sekuritas jangka panjang
yang umumnya berbentuk surat berharga yang memiliki usia lebih dari satu tahun
diantaranya, surat berharga (obligasi dan saham).

21
Berdasarkan penjelasan para ahli d atas, maka peniliti menarik kesimpulan
bahwa pasar modal adalah kebalikan dari pasar uang. Pasar modal
memperjualbelikan produk keuangan dengan usia lebih dari satu tahun. Di pasar
modal Indoesia umumnya bertransaksi dalam bentuk saham dan obligasi.

2.1.6 Saham

2.1.6.1 Pengertian Saham

Saham adalah salah satu instrumen keuangan yang paling dikenal oleh
masyarakat Indonesia dan intrumen yang paling penting. Bursa efek Indonesia
merupakan tempat untuk menerbitkan saham yang kemudian diperdagangkan oleh
para investor baik di dalam maupun luar negeri (Tandelilin, 2017:31).

Menurut Abi (2016:17) mendefinisikan saham merupakan suatu bagian


penyertaan modal beberapa pihak investor pada suatu emiten atau perusahaan yang
terdaftar di bursa. Dalam penyertaan modalnya investor memiliki hak kepemilikan
akan pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan yang telah dibelinya sesuai
dengan persentase kepemilikan sahamnya dan berhak hadir di Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).

Sedangkan menurut Fahmi (2016:270) menyebutkan bahwa saham


merupakan:

1. Suatu bukti kepesertaan terhadap perusahaan tertentu atas kepemilikan modal


yang diinvestasikan,
2. Kertas yang mencantumkan total nilai/ jumlah nominal, nama perusahaan, dan
dijelaskan hak dan kewajiban bagi para investor.
3. Jumlah persediaan saham yang dimiliki perusahaan untuk diperjualkan.

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas, maka peneliti menarik


kesimpulan bahwa saham merupakan suatu bukti penyertaan dana sebagai modal
yang akan dikelola oleh perusahaan dengan imbalan kepemilikan perusahaan sesuai
persentase yang dimiliki oleh investor itu sendiri.

22
2.1.6.2 Jenis-jenis Saham

Menurut Tandelilin (2017:31) menjelaskan bahwa ada beberapa jenis saham


yang diperjualbelikan di Indonesia, sebagai berikut:

1. Saham Biasa (Common Stock)


Saham biasa merupakan sertifikat yang ditunjukkan sebagai bukti kepemilikan
modal suatu perusahaan. Investor saham biasa memunyai hak atas pendapatan,
penghasilan, dan aset perusahaan. Apabila perusahaan tersebut menghasillkan
laba, maka akan dibagikan kepada investor sesuai jumlah persentase
kepemilikannya, laba yang dihasilkan dari saham biasa berupa dividen.
2. Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen merupakan satu jenis dengan saham biasa namun memiliki
beberapa hal yang berbeda. Pada saham preferen dividen umumnya dibayarkan
secara rutin dengan jumlah yang tidak pernah berubah selama periode
kepemilikan. Hal ini yang menjadi kelebihan bagi para investor saham preferen
disbanding saham biasa.
3. Bukti Right
Bukti right merupakan produk keuangan yang dapat dimiliki oleh investor
dengan diberikannya hak kepada investor lama untuk membeli saham baru
perusahaan di harga yang sudah ditetapkan selama periode yang ditentukan
perusahaan. Right issue merupakan bukti right yang diterbitkan melalui
penawaran terbatas.
4. Waran (Warrant)
Waran merupakan hak yang dimiliki investor untuk membeli saham saat
harganya telah ditentukan sebelumnya dan waktu yang telah disepakati. Hal ini
seperti bukti right namun letak perbedaannya waran dapat dijual kembali
dengan produk keuangan lainnya, missal obligasi atau saham.
5. Obligasi (Bond)
Obligasi adalah surat tanda bukti hutang yang dikeluarkan oleh penebitnya.
Obligasi ini termasuk sekuritas yang berisikan janji untuk berkomitmen
membayar tetap pada jadwal pembayaran yang telah disepakati.

23
Menurut Anwar (2019:22-26) menjelaskan pula ada beberapa jenis saham,
yaitu sebagai berikut:

1. Saham Biasa
Saham biasa merupakan tanda kepemilikan atas suatu perusahaan. Setiap
pemegang saham memiliki hak klaim terhadap perusahaan yang dimilikinya
meskipun hanya membeli 1 lot, semakin besar persentase kepemilikan akan
saham, maka akan semakin besar tingkat pengembalian atas investasi. Saham
biasa mempunyai ciri-ciri, antara lain:
• Tidak mempunyai hak istimewa
• Pemegang saham mempunyai hak suara dalam satu lembar satu suara
• Pembagian hasil investasi (dividen) dilakukan setelah pembagian kepada
para pemegang saham preferen.
• Saham biasa yang dimiliki perusahaan terbuka umumnya diperjualbelikan
kepada masyarakat baik individual maupun institusi.
2. Saham Preferen
Saham preferen merupakan tanda kepemilikan atas suatu perusahaan dengan
memiliki hak istimewa. Saham ini berbeda dengan saham biasa. Saham
preferen mempunyai ciri-ciri, antara lain:
• Tidak mempunyai hak suara
• Pemegang saham preferen memiliki hak istimewa
• Pembagian hasil investasi (dividen) pada pemegang saham preferen
diberikan lebih awal disbanding pemegang saham biasa.
• Saham preferen tertentu memiliki hak kumulatif atas dividen yang belum
dibayarkan oleh perusahaan karena mengalami kerugian di tahun tertentu.
Dengan menjumlah total dividen yang harusnya dibayarkan perusahaan.
3. Obligasi
Obligasi merupakan surat atas utang jangka panjang yang diterbitkan oleh
perusahaan dengan nilai nominal dan tingkat bunga yang disepakati. Obligasi
ini tergolong salah satu produk keuangan utama utang perusahaan karena pada

24
produk ini perusahaan dapat menentukan sendiri nilai pokok pinjaman utang,
jangka waktu, dan tingkat bunganya.

2.1.6.3 Keuntungan dan Kerugian Investasi Saham

Kegiatan berinvestasi saham tidak hanya mampu memberikan keuntungan


yang cukup tinggi, namun jika kondisi hasil perusahaan sedang tidak baik maka
akan ada risiko yang tidak kalah tinggi juga. Dalam kegiatan usaha tidak dapat lepas
dengan keuntungan dan kerugian. Menurut Abi (2016:19) menjelaskan keuntungan
dan kerugian dalam kegiatan investasi saham, diantaranya:

1. Keuntungan dalam investasi saham


• Dividen
Dividen adalah hasil yang dibagikan perusahaan sebagai keuntungan untuk
para pemegang saham setelah melalui persetujuan yang dihasilkan pada
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
• Capital Gain
Capital Gain adalah hasil positif dari selisih harga yang diperoleh dari harga
beli dan harga jual pada perdagangan saham. Capital Gain ini terbentuk
karena kegiatan jual beli saham di pasar sekunder. Terbagi menjadi dua
jenis, yaitu Capital Gain jangka panjang dan Capital Gain jangka panjang.
2. Kerugian dalam investasi saham
• Capital Loss
Capital Loss adalah kebalikan dari Capital Gain, yang artinya hasil negatif
dari selisih harga yang diperoleh dari harga beli dikurang harga jual. Suatu
kondisi saat investor lebih rendah menjual sahamnya dari harga beli.
• Risiko Likuidasi
Pemegang saham yang menanam sahamnya di suatu perusahaan terlilit
masalah hingga terjadinya pailit (bangkrut), kemudian ditetapkan oleh
pengadilan. Dalam kondisi ini perusahaan akan dilikuidasi dan para
pemegang saham akan menjadi prioritas terakhir untuk mengklaim ha katas
proporsi modal perusahaan.

25
2.1.6.4 Harga Saham

Menurut Tandelilin (2017:34) berpendapat mengenai harga saham di pasar


modal dapat berfluktuasi tergantung aktivitas perdagangan dari waktu ke waktu.
Harga saham menjadi tidak menarik lagi bagi para pemegang saham saat harga
saham perusahaan mengalami penurunan sampai di bawah nilai nominal.

Sedangkan, menurut Anoraga dalam Ari (2018) menjelaskan bahwa harga


saham adalah harga yang dikeluarkan untuk mendapatkann bukti kepesertaan atau
kepemilikan atas suatu perusahaan. Harga saham bisa dijadikan sebagai harga yang
terbentuk dari interaksi perdagangan para penjual dan pembeli saham yang
diorientasikan oleh harapan terhadap profit/laba yang dapat dihasilkan perusahaan
tertentu. Penting bagi investor untuk mempelajari pergerakkan harga saham ini,
karena akan mempengaruhi keputusan yang akan diambil dalam aktivitas jual beli
saham suatu perusahaan.

Berdasarkan pemikiran para ahli di atas, maka penulis menarik kesimpulan


bahwa harga saham adalah harga yang terbentuk dari kegiatan perdagangan saham
itu sendiri dari waktu ke waktu. Hal ini terjadi karena para penjual dan pembeli
sama-sama memiliki motivasi untuk mendapatkan tambahan modal untuk
perusahaan dan imbal jasa berupa return bagi investor.

2.1.7 Rasio Likuiditas

2.1.7.1 Pengertian Rasio Likuiditas

Menurut Weston dalam Kasmir (2019:110) menjelaskan bahwa rasio


likuiditas adalah rasio perbandingan yang menghasilkan gambaran kemampuan
suatu perusahaan dalam menyanggupi utang (kewajiban) jangka pendeknya. Hal ini
berarti jika perusahaan mendapat tagihan, maka perusahaan akan mampu
membayar utang tersebut khususnya untuk utang yang telah jatuh tempo.

Menurut Kasmir (2016:132) adapun tujuan serta manfaat dalam mengetahui


rasio likuiditas suatu perusahaan, diantaranya:

26
1. Untuk menilai kemampuan suatu perusahaan dalam pembayaran tagihan utang
(kewajiban) yang memasuki periode jatuh tempo sesuai batas waktu yang
sudah ditetapkan sebelumnya.
2. Untuk menilai kemampuan suatu perusahaan dalam pembayaran utang
(kewajiban) jangka pendek dengan total aset lancar yang dimilikinya.
3. Untuk menilai kemampuan suatu perusahaan dalam pembayaran utang
(kewajiban) jangka pendek dengan aset lancar yang dimilikinya dikurangi
persediaan dan atau piutang.
4. Untuk menilai kemampuan suatu perusahaan dalam pembayaran dengan
membandingkan jumlah persediaan yang dimiliki dengan modal perusahaan.
5. Untuk menilai kemampuan suatu perusahaan dalam pembayaran utangnya
dengan kas yang dimiliki.
6. Untuk dijadikan sebagai alat perencanaan di masa mendatang, khususnya
perencanaan kas dan utang perusahaan.
7. Untuk menilai dan mengetahui kondisi likuiditas perusahaan dari periode ke
periode dengan cara melakukan perbandingan.
8. Untuk menilai dan mengetahui kelemahan perusahaan dari pos-pos yang
terdapat di aset lancar dan utang lancar.
9. Untuk dijadikan sebagai motivasi manajemen perusahaan dalam memperbaiki
kinerja likuiditas perusahaan.

2.1.7.2 Ukuran Likuiditas

Menurut Kasmir (2019:111) menjelaskan dalam mengukur rasio likuiditas


salah satu jenisnya adalah Current Ratio (Rasio Lancar). Rasio ini adalah rasio
perbandingan yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam melunasi utang (kewajiban) jangka pendek khususnya untuk utang yang
memasuki jatuh tempo. Artinya, menilai total aset (aktiva) lancar yang dimiliki oleh
perusahaan untuk membayar utang jangka pendeknya. Dalam Kasmir (2019:119)
cara untuk menghitung Current Ratio dengan rumus, yaitu:

27
𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)
Current Ratio =
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑙𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠)

2.1.8 Rasio Solvabilitas

2.1.8.1 Pengertian Rasio Solvabilitas

Menurut Kasmir (2019:112) menjelaskan rasio solvabilitas adalah rasio


perbandingan yang dipergunakan untuk memberi gambaran ukuran seberapa besar
aset (aktiva) perusahaan dibiayai oleh utang. Dengan kata lain, seberapa besar
perusahaan menanggung beban utang dibandingkan dengan aset yang dimiliki.
Artinya, pada rasio ini perusahan akan dinilai kemampuannya untuk membayar
seluruh total utangnya, baik utang jangka panjang dan utang jangka pendek
perusahaan apabila dilikuidasi.

Menurut Kasmir (2016:153) adapun tujuan dari pengukuran rasio


solvabilitas suatu perusahaan, diantaranya:

1. Untuk mengukur posisi perusahaan dalam kewajibannya kepada kreditor atau


pihak pemberi utang.
2. Untuk mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban perusahaan yang bersifat
tetap, misal angsuran pinjaman dan bunganya.
3. Untuk mengukur keseimbangan perusahaan dalam aspek nilai aset terutama
aset tetap dengan modal.
4. Untuk mengukur seberapa besar pengelolaan aset berpengaruh terhadap utang
perusahaan.
5. Untuk mengukur seberapa tinggi aset perusahaan yang didanai dari utang.
6. Untuk mengukur modal perusahaan yang menjadi jaminan utang jangka
panjang perusahaan.
7. Untuk mengukur proporsi jumlah pinjaman yang memasuki jatuh tempo
dibandingkan dengan jumlah modal sendiri perusahaan.

28
2.1.8.2 Ukuran Rasio Solvabilitas

Menurut Kasmir (2019:112) menjelaskan dalam mengukur rasio


solvabilitas salah satu caranya adalah Debt to Equity Ratio. Rasio ini digunakan
untuk mengukur utang perusahaan dengan modal. Rasio ini menghitung
perbandingan antara total utang dengan total modal yang dimiliki. Cara ini
bertujuan untuk mengetahui modal perusahaan yang dijadikan jaminan utang.
Dalam Kasmir (2019:124) cara untuk menghitung Debt to Equity Ratio dengan
rumus, yaitu:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 (𝐷𝑒𝑏𝑡)


Debt to Equity Ratio =
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦)

2.1.9 Rasio Aktivitas

2.1.9.1 Pengertian Rasio Aktivitas

Menurut Tandelilin (2017:35) berpendapat dalam perdagangan saham


bukan hanya harga saham saja yang dianggap menarik perhatian investor, tetapi
aktivitas perdagangan perusahaan pun tidak kalah menarik. Semakin tinggi
aktivitas suatu perusahaan, maka semakin baik kinerja saham di bursa.

Menurut Kasmir (2019:113) menjelaskan pula mengenai rasio aktivitas


adalah rasio perbandingan yang diperhitungkan untuk menilai berapa tingkat
efektivitas perusahaan menggunakan aset (aktiva) yang diperolehnya. Rasio ini
dapat diartikan juga sebagai pengukur sejauh mana tingkat efisiensi pengelolaan
sumber daya yang dimiliki perusahaan.

Menurut Kasmir (2016:173) adapun tujuan dari pengukuran rasio aktivitas,


yaitu diantaranya:

1. Untuk menilai kemampuan perusahaan seberapa lama jangka waktu penagihan


piutang dalam satu periode atau berapa kali perputaran dana piutang yang
dikelola perusahaan.

29
2. Untuk mengukur rata-rata hari penagihan piutang, menghitung berapa rata-rata
hari perusahaan tidak dapat melakukan penagihan atas piutangnya
3. Untuk menilai berapa hari rata-rata penyimpanan persediaan dalam gudang.
4. Untuk menilai proporsi perputaran total dana yang ditanamkan dalam modal
perusahaan pada satu periode atau menghitung proporsi penjualan yang
dihasilkan oleh setiap modalnya.
5. Untuk menilai berapa proporsi perputaran aser tetap dalam dana yang
ditanamkan pada suatu periode.
6. Untuk menilai perbandingan penggunaan dan pengelolaan total aset
perusahaan dengan penjualan yang diperoleh.

2.1.9.2 Ukuran Rasio Aktivitas

Menurut Kasmir (2016:187) menjelaskan dalam mengukur rasio aktivitas


salah satu caranya adalah Total Assets Turnover. Rasio ini adalah rasio
perbandingan untuk menggambarkan ukuran perputaran jumlah aset yang dimiliki
perusahaan dan berapa perolehan jumlah penjualan dari setiap rupiah aset. Standar
industri untuk Total Assets Turnover yaitu 2 kali. Menurut Kasmir (2019:133) cara
untuk menghitung Total Assets Turnover dapat menggunakan rumus, sebagai
berikut:

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 (𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠)
Total Assets Turnover =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)

2.1.10 Rasio Profitabilitas

2.1.10.1 Pengertian Rasio Profitabilitas

Menurut Kasmir (2019: 115) rasio profitabilitas adalah rasio perbandingan


untuk mengukur kemampuan menghasilkan keuntungan dari suatu perusahaan.
Rasio ini pun dapat menginformasikan gambaran seberapa efektivitas pengelolaan

30
manajemen perusahaan. Hal ini menunjukkan laba yang diperoleh dari penjualan
dan pendapatan dari kegiatan investasi.

Menurut Kasmir (2016:196) adapun tujuan penilaian rasio profitabilitas


suatu perusahaan, yaitu diantaranya:

1. Untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam


satu periode tertentu.
2. Untuk menggambarkan perkembagan laba yang diperoleh perusahaan dari
tahun ke tahun.
3. Untuk mengukur seberapa besar laba bersih sesudah pajak dibandingkan
dengan modal sendiri.
4. Untuk menggambarkan produktivitas perusahaan atas pengelolaan total dana
yang digunakan dalam total modal yang diperoleh.

2.1.10.2 Ukuran Rasio Profitablitas

Menurut Tandelilin (2017:376) menjelaskan dalam mengukur rasio


profitabilitas salah satu caranya adalah Earning Per Share (EPS). Informasi laba
per saham suatu perusahaan menginformasikan tingkat laba bersih yang siap
diberikan untuk para pemegang saham perusahaan.

Menurut Kasmir (2019:115) menjelaskan bahwa Earnings Per Share (EPS) atau
disebut juga rasio nilai buku adalah rasio untuk menilai keberhasilan manajemen
dalam menghasilkan keuntungan. Artinya jika EPS rendah, maka manajemen
dinilai belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan EPS
yang tinggi, kepuasan investasi pemegang saham meningkat. Menurut Kasmir
(2019:139) cara untuk menghitung EPS dapat menggunakan rumus, sebagai
berikut:

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎


EPS =
𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

31
2.11 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Penelitian
No. Judul Variabel Hasil
(tahun)
1 Azianur dan Pengaruh Rasio X1 : Hasil penelitian
Abdurrahman Likuiditas, Likuiditas menunjukkan bahwa
(2014) Profitabilitas, X2 : Current Ratio, Net
Aktivitas, Dan Profitabilitas Profit Margin, Total
Solvabilitas X3 : Asset Turn Over,
Terhadap Harga Aktivitas dan Equity
Saham Pada X4 : Multiplier secara
Sektor Industri Solvabilitas simultan
Kelapa Sawit Di Y : Harga berpengaruh
Bursa Efek Saham terhadap harga
Indonesia (BEI) saham di industri
Periode 2007- kelapa sawit di
2012 Bursa Efek,
sementara secara
parsial Current
Ratio, Net Profit
Margin dan Equity
Multiplier
berpengaruh
terhadap harga
saham di industri
kelapa sawit yang
terdaftar di Bursa
Efek tahun 2007-
2012

32
2 Adipalguna Pengaruh X1 : Hasil penelitian
dan Anak Likuiditas, Likuiditas hipotesis
(2016) Solvabilitas, X2 : menjelaskan secara
Aktivitas, dan Solvabilitas parsial CR, DER,
Penilaian Pasar X3 : dan ROA tidak
Perusahaan LQ45 Aktivitas mempunyai
Di BEI Periode X4 : pengaruh
2012-2014 Penilaian signifikan pada
Pasar harga saham,
Y : Harga TATO dan EPS
Saham mempunyai
pengaruh positif
signifikan pada
harga saham.

3 Sriwahyuni Pengaruh CR, X1 : CR Hasil penelitian


dan Rishi DER, ROE, TAT, X2 : DER menjelaskan bahwa
(2017) dan EPS X3 : ROE secara parsial
Terhadap Harga X4 : TAT variabel Current
Saham Industri X5 : EPS Ratio (CR), dan
Farmasi di BEI Y : Harga Total Assets
Tahun 2011-2015 Saham Turnover (TAT)
mempunyai
pengaruh
signifikan pada
harga saham,
sedangkan Debt to
Equity Ratio (DER),
Return On Equity
(ROE), dan
Earning Per Share
(EPS) tidak
mempunyai
pengaruh
signifikan. Secara
simultan variabel
Current Ratio (CR),
Debt to Equity Ratio
(DER), Return On
Equity (ROE), Total
Assets Turnover
(TAT), dan Earning
Per Share (EPS)
mempunyai
pengaruh pada

33
harga saham.
Variabel Current
Ratio (CR), Debt to
Equity Ratio (DER),
Return On Equity
(ROE), Total Assets
Turnover (TAT),
dan Earning Per
Share (EPS) dapat
menjelaskan harga
saham pada
perusahaan farmasi
yang terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia (BEI)
pada tahun 2011-
2015 sebesar 33,9%.
4 Octaviani Pengaruh X1 : Hasil penelitian
dan Dahlia Likuiditas, Likuiditas menjelaskan bahwa
(2017) Profitabilitas, dan X2 : Current Ratio,
Solvabilitas Profitabilitas Return on Asset dan
Terhadap Harga X3 : Debt to Equity Ratio
Saham (Studi Solvabilitas secara bersamaan
Kasus Pada Y : Harga adalah variabel-
Perusahaan Saham variabel signifikan
Perbankan yang yang dapat
Terdaftar di Bursa memprediksi harga
Efek Indonesia saham yang akan
tahun 2011-2015) diperjualbelikan.
Penelitian ini juga
menjelaskan bahwa
Debt to Equity Ratio
secara parsial tidak
signifikan dalam
memprediksi harga
saham yang akan
diperjualbelikan.

34
5 Faleni dan Pengaruh X1 : Hasil penelitian data
Susanto Profitabilitas Dan Profitabilitas uji F menilai bahwa
(2019) Solvabilitas X2 : ROE, EPS dan
Terhadap Harga Solvabilitas DER secara
Saham (Studi Y : Harga simultan
Pada Perusahaan Saham mempunyai
Kontruksi dan pengaruh positif
Bangunan Yang pada harga saham.
Tercatat di Bursa Hasil uji T menilai
Efek Indonesia bahwa variabel
Periode 2013- EPS dan DER
2017) secara parsial
berpengaruh positif
terhadap harga
saham sedangkan
variabel ROE secara
parsial tidak
mempunyai
pengaruh pada harga
saham.

6 Efrizon Pengaruh Rasio X1 : CR Hasil penelitian


(2019) Keuangan X2 : ROE menilai bahwa
Terhadap Harga X3 : DER Current Ratio,
Saham X4 : EPS ROE, DER tidak
Perusahaan Y : Harga mempunyai
Otomotif Periode Saham pengaruh yang
2013-2017 signifikan terhadap
harga saham.
Sedangkan secara
simultan, Current
Ratio, ROE, DER
dan EPS
mempunyai
pengaruh terhadap
harga saham

35
7 Mongi, Analisis Kinerja X1 : CR Hasil penelitian uji
Paulina, dan Keuangan X2 : DAR secara parsial
Joy (2019) Terhadap Harga X3 : TATO menilai bahwa CR
Saham Pada X4 : ROA dan DAR tidak
Indeks Kompas X5 : EPS memiliki pengaruh
100 Periode Y : Harga signifikan pada
2015-2017 Saham Harga Saham,
sedangkan TATO,
ROA dan EPS
memiliki pengaruh
signifikan pada
Harga Saham.
Sedangkan
penelitian uji
simultan menilai
bahwa CR, DAR,
TATO, ROA dan
EPS secara
simultan memiliki
pengaruh
signifikan pada
Harga Saham.

8 Levina dan Pengaruh X1 : Berdasarkan hasil


Elizabeth Profitabilitas, Profitabilitas penelitian
(2019) Likuiditas, X2 : menjelaskan bahwa
Solvabilitas, Likuiditas rasio profitabilitas
Aktivitas, Dan X3 : (ROE), likuiditas
Kebijakan Solvabilitas (CR), solvabilitas
Dividen Terhadap X4 : (DER), dan
Harga Saham Aktivitas aktivitas (TATO)
perusahaan sector X5 : berpengaruh
industry barang Kebijakan signifikan positif
konsumsi yang Dividen terhadap harga
terdaftar di BEI Y : Harga saham.
tahun 2015-2017 Saham

36
9 Asniwati Pengaruh X1 : CR Berdasarkan hasil
(2019) Likuiditas Dan X2 : EPS dari penelitian ini
Profitabilitas Y : Harga menjelaskan bahwa
Terhadap Harga Saham variabel likuiditas
Saham Pada PT. berpengaruh
INDOFOOD CBP signifikan terhadap
SUKSES harga saham dan
MAKMUR Tbk variabel
Di Bursa Efek profitabilitas
Indonesia Tahun berpengaruh
2014-2018 signifikan terhadap
harga saham.
Secara simultan
likuiditas dan
profitabilitas
berpengaruh
signifikan terhadap
harga saham.
10 Lombogia, Pengaruh Current X1 : Current Hasil penelitian yang
Chirike, dan Ratio, Debt to Ratio menjelaskan secara
Siti (2020) Equity Ratio, Net X2 : Debt to bersamaa-sama
Profit Margin, Equity Ratio Current Ratio, Debt
dan Ukuran X3 : Net to Equity Ratio, Net
Perusahaan Profit Profit Margin, dan
Terhadap Harga Margin ukuran perusahaan
Saham Pada X4 : Ukuran memiliki pengaruh
Perusahaan Perusahaan signifikan pada
Otomotif Dan Y : Harga harga saham.
Komponen Yang Saham
Terdaftar Di BEI
Tahun 2013-2017

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap Harga Saham

Rasio likuiditas adalah rasio penilaian terhadap ada atau tidaknya


kemampuan keuangan suatu perusahaan dalam pemenuhan kewajiban finansial
dalam jangka pendek, yaitu kewajiban per bulan, per triwulan, dan atau per
tahunnya. Ketidaklancaran perusahaan dalam melunasi kewajibannya akan

37
membuat manajemen keuangan perusahaan kesulitan apabila tidak dicermati
dengan baik (Alexano, 2016:50).

Beberapa penelitian terdahulu telah menguji rasio likuiditas suatu


perusahaan dengan menganalisis kinerja keuangan dan mengkaji laporan
keuangannya dalam periode tertentu. Salah satu cara mengukur likuiditas
perusahaan adalah dengan menggunakan Current Ratio sebagai indikatornya.
Dalam penelitian Azianur dan Abdurrahman (2014) menerangkan bahwa Current
Ratio tergolong rasio likuiditas yang paling umum dalam menilai tangkat likuiditas
suatu perusahaan. Pada hasil penelitiannya menujukkan terdapat pengaruh
signifikan dan positif pada harga saham perusahaan sektor industry kelapa sawit
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2012.

Hal tersebut selaras dengan hasil penelitian Levina dan Elizabeth (2019)
yang melakukan penelitian terhadap likuiditas perusahaan sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di BEI periode tahun 2015-2017 yang diukur dengan
Current Ratio. Dalam pembahasan hasil penelitiannya menjelaskan bahwa Current
Ratio memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap harga saham perusahaan.
Hal ini menjelaskan bahwa dalam pasar investasi, rasio tersebut dapat dijadikan
sebagai alat pengukur dan analisis yang berguna untuk membantu para investor
dalam pengambilan keputusan untuk membeli, mempertahankan, atau menjual
sahamnya. Semakin tinggi nilai rasio tersebut, maka akan semakin tinggi pula harga
saham suatu perusahaan.

2.2.2 Pengaruh Rasio Solvabilitas Terhadap Harga Saham

Rasio solvabilitas atau yang bisa disebut juga rasio leverage adalah rasio
perbandingan yang dapat mengukur apakah suatu perusahaan memiliki
keseimbangan dana antara dana dari pemilik dengan dana yang diperoleh dari
kreditor. Perusahaan yang telah terdaftar sebagai perusahaan terbuka (go public),
rasio ini benar-benar penting untuk diperhitungkan guna pemilik dan investor dapat
saling menikmati hasil kegiatan usaha dari perusahaan (Alexano, 2016:50).

38
Faleni dan Susanto (2019) dalam kesimpulan hasil penelitiannya mengenai
solvabilitas yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER), diteliti secara parsial
rasio tersebut mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap harga saham
perusahaan kontruksi dan bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tahun 2013-2017. Hal ini menyimpulkan DER dapat menjadi salah satu
informasi penting bagi para investor dalam menilai tingkat utang perusahaan dari
periode ke periode. Artinya, jika semakin rendah DER menandakan tingkat utang
perusahaan dan risiko yang akan ditanggung para investor pun semakin rendah.
Dengan begitu akan mampu meningkatkan harga saham suatu perusahaan.

Penelitian terdahulu Levina dan Elizabeth (2019) pun mendukung hasil


penelitian mengenai solvabilitas perusahaan sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di BEI periode tahun 2015-2017 yang diukur dengan Debt to Equity Ratio
(DER). Berdasarkan hasil pengujian data diambil kesimpulan bahwa DER memiliki
pengaruh signifikan positif terhadap harga saham perusahaan.

2.2.3 Pengaruh Rasio Aktivitas Terhadap Harga Saham

Rasio aktivitas adalah rasio yang menghitung keseimbangan akan


pengelolaan dana yang dikeluarkan manajemen keuangan dalam pos anggaran
pembelian sarana/prasarana produksi sebagai aset dengan keseluruhan dana yang
dimiliki dan dihasilkan perusahaan guna membantu kemajuan perusahaan
(Alexano, 2016:50).

Adipalguna dan Anak Agung (2016) dalam kesimpulan hasil penelitiannya


mengenai aktivitas yang diukur dengan Total Assets Turnover (TATO) sebagai
indikatornya. Rasio ini memiliki pengaruh positif signifikan pada harga saham pada
perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia. TATO menunjukkan bagaimana
efektivitas perusahaan menggunakan keseluruhan aset untuk menciptakan
penjualan dan mendapat laba. Semakin meningkatnya laba yang diperoleh
perusahaan, maka semakin menarik minat para investor untuk menanamkan

39
modalnya pada perusahaan tersebut sehingga akan berpengaruh pada meningkatnya
harga saham perusahaan itu sendiri.

Mongi, dkk. (2019) pun mendukung hasil penelitian yang sama, yaitu
mengukur aktivitas perusahaan dengan indikator TATO. Pada perusahaan Indeks
Kompas 100 tahun 2015-2017 rasio ini menunjukkan pengaruh yang signifikan
pada harga saham perusahaan. Artinya, TATO dianggap mampu menilai tingkat
kemampuan perusahaan dalam mengefisiensi perputaran total aset dan
pemaksimalan hasil perolehan penjualan setiap periode yang menghasilkan setiap
rupiah aset. Hal ini mempengaruhi perubahan harga saham perusahaan.

2.2.4 Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham

Rasio profitabilitas adalah rasio pengukuran yang digunakan untuk menilai


manajemen perusahaan dalam menghasilkan laba dari tahun ke tahun. Jika
manajemen perusahaan dapat mencatatkan perkembangan laba yang baik, maka
daapat dinilai bahwa kinerja manajemen sudah tepat dan mencapai harapan pemilik
dan terutama investor (Alexano, 2016:51).

Adipalguna dan Anak Agung (2016) dalam pembahasan hasil penelitiannya


mengenai profitabilitas yang diukur dengan Earnings Per Share (EPS).
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda menjelaskan bahwa EPS memiliki
pengaruh signifikan positif terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang
terdaftar di BEI tahun 2012-2014. Hal ini berarti tinggi rendahnya EPS akan
mempengaruhi peningkatan dan penurunan harga saham.

Hal tersebut selaras dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Mongi, dkk.
(2019) dalam menganalisis rasio profitabilitas perusahaan Indeks Kompas 100
tahun 2015-2017. Earnings Per Share (EPS) menjadi salah satu indikator dalam
mengukur rasio profitabilitasnya. EPS memiliki kemampuan untuk menilai
perusahaan dalam menghasilkan laba per lembar saham. Hal ini berpengaruh
terhadap naik turunnya harga saham perusahaan.

40
2.2.5 Pengaruh Rasio Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, dan Profitabilitas
Terhadap Harga Saham

Azianur dan Abdurrahman (2014) telah meneliti pengaruh rasio likuiditas,


solvabilitas, aktivitas, profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan sektor
industri kelapa sawit yang terdaftar di BEI periode 2007-2012. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan jika keempat rasio tersebut secara bersamaan
memiliki pengaruh signifikan pada harga saham perusahaan. Hal ini berarti rasio-
rasio tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan berinvestasi.

Hasil penelitian tersebut didukung dengan penelitian terdahulu yang


meneliti rasio yang sama. Menurut Levina dan Dermawan (2019) rasio likuiditas,
solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas mewakili analisis rasio keuangan untuk
membantu penilaian bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan dalam
pengambilan keputusan, seperti mempertahankan, membeli atau menjual saham
yang dimilikinya. Keempat rasio ini memiliki pengaruh yang signikan positif
terhadap harga saham suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio-rasio tersebut, maka
semakin tinggi pula harga saham suatu perusahaan.

41
2.2.6 Paradigma Penelitian

Adapun paradigma dalam penelitian yang menggambarkan hipotesis


penelitian secara simultan dan parsial sebagai berikut:

2.2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian keterkaitan yang telah dipaparkan dan didukung oleh


hasil penelitian terdahulu, maka peneliti merumuskan hipotesis penelitian sebagai
berikut:

42
H1: Terdapat pengaruh secara parsial Likuiditas terhadap harga saham pada
perusahaan Sektor Properti dan Real Estate Periode 2013-2018.

H2: Terdapat pengaruh secara parsial Solvabilitas berpengaruh terhadap harga


saham pada perusahaan Sektor Properti dan Real Estate Periode 2013-2018.

H3: Terdapat pengaruh secara parsial Aktivitas berpengaruh terhadap harga saham
pada perusahaan Sektor Properti dan Real Estate Periode 2013-2018.

H4: Terdapat pengaruh secara parsial Profitabilitas berpengaruh terhadap harga


saham pada perusahaan Sektor Properti dan Real Estate Periode 2013-2018.

H5: Terdapat pengaruh secara simultan Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, dan


Profitabilitas berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan Sektor
Properti dan Real Estate Periode 2013-2018.

43

Anda mungkin juga menyukai