Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS,

SOLVABILITAS DAN REPUTASI KAP TERHADAP AUDIT DELAY

Asep Sugianto

Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan Bandung, Indonesia

e-mail : sugiantosugianto766@yahoo.com / telp : +62 89 660 825 415

ABSTRAK

Audit delay adalah rentang waktu yang dibutuhkan untuk mengaudit laporan keuangan
dari tahun fisikal perusahaan sampai tanggal laporan auditan. Keterlambatan laporan
akuntan publik yang berupa opini auditor membuat investor menunda keputusan untuk
berinvestasi. Peraturan BAPEPAM juga mengharuskan perusahaan go publik untuk
mempublikasikan laporan keuangan tahunan dan laporan audit independen kepada
BAPEPAM selambat-lambatnya 90 hari setelah tanggal laporan tahunan perusahaan.
Berdasarkan pernyataan tersebut peneliti bertujuan untuk meneliti tantang pengaruh
ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas dan reputasi KAP terhadap audit delay
pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012.
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling dan diperoleh sampel 24 perusahaan. Dari hasil pengolahan Regresi Berganda
pada audit delay diketahui bahwa koefisien determinasi = 0,134 Artinya seluruh variabel
independen (ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, dan reputasi KAP) hanya
mampu berpengaruh terhadap variabel dependen (Audit delay) adalah sebesar 13,4%.

Kata kunci: Audit delay, ukuran perusahaan, profitabilitas,solvabilitas, reputasi KAP,


LQ45

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan pasar modal di Indonesia berdampak peningkatan permintaan


akan audit laporan keuangan. Setiap perusahaan yang go public diwajibkan untuk
menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan
oleh akuntan publik (Subekti dan Widiyanti, 2004: 991). Menurut Keputusan Ketua
BAPEPAM No. Kep-36/PM/2003, No. 1 Peraturan X.K.2 tentang Kewajiban
Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, menyatakan laporan keuangan berkala
diseratai dengan Laporan Akuntan disampaikan kepada BAPEPAM selambat-lambatnya
pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan.
Audit delay laporan keuangan yang semakin cepat dapat mempengaruhi pelaku
pasar untuk semakin cepat bereaksi dalam pengambilan keputusan sehingga
informasi tersebut memiliki nilai di mata investor. Semakin panjang waktu
penundaan publikasi laporan keuangan tahunan auditan akan menimbulkan potensi
ketidakpastian ekonomi yang diekspektasi oleh pasar. (Shultoni, 2012 dalam Made
Gede, 2013: 526)

Berdasarkan uraian diatas ketepatan laporan keuangan yang sudah diaudit


sangatlah penting bagi pengguna laporan keuangan seperti inverstor, kreditor, karyawan,
pemerintah maupun masyarakat, maka audit delay dan faktor-faktor yang memengaruhi
panjang pendeknya suatu audit delay menjadi penelitian yang menarik untuk diteliti,
sehingga penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
Solvabilitas Dan Reputasi Kap Terhadap Audit Delay (Study Empiris Pada Perusahaan
LQ45 Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012)”

Telaah Pustaka

Laporan keuangan

Laporan keuangan adalah Merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan,


merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun
buku yang mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para
para pemilik perusahaan. Baridwan (2010: 17).

Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam


Standar Akuntansi Keuangan (2002: 4) adalah untuk tujuan umum adalah
memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat
keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship)
manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Auditing

“Proses yang ditempuh oleh seseorang yang kompeten dan independen agar dapat
menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti mengenai informasi yang terukur dari suatu
entitas (satuan) usaha untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari
informasi yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah di tetapkan.”

Fase Audit menurut Arens, Elders, dan Beasley (2011: 131-134) dengan alih
Amir Abadi Jusuf juga mengemukakan bahwa terdapat empat fase proses audit laporan
keuangan yang dilakukan oleh auditor, antara lain:

“a. Merencanakan dan merancang sebuah pendekataan audit


b. Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian subtantif transaksi
c. Melakukan prosedur analisis dan pengujian atas rincian saldo
d. Menyelesaikan Audit dan Menerbitkan Laporan Audit.”

1
Audit delay

Arens, Elders, dan Beasley dalam buku Jasa Audit dan Assurance dengan ahli
bahasa Amir Abadi Jusuf (2011:152) menyatakan dalam pengauditan atas laporan
keuangan, klien biasanya menginginkan pengauditan diselesaikan dalam satu sampai tiga
bulan setelah penutupan periode pembukuan. Bapepam baru-baru ini mengharuskan
perusahaan-perusahaan publik melaporkan laporan keuangan yang telah diaudit kepada
Bapepam-LK dalam 60 sampai 90 hari setelah penutupan periode pembukuan.

Menurut Aryati dan Theresia (2005) dalam Iskandar dan Trisnawati (2010:177)
Audit delay adalah rentang waktu pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, di ukur
berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memeperoleh laporan auditor
independen atas audit laporan keungan tahunan perusahaan, sejak tanggal tutup tahun
buku perusahaan yaitu 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor
independen yang didefinisikan sebagai audti report lag. Hal ini senada dengan pendapat
Subekti dan Widiyanti (2004:996) audit delay yaitu jangka waktu antara tanggal
penutupan tahun buku sampai dengan tanggal opini pada laporan auditor independen.

Dyer and McHugh (1975: 206) dalam Utami (2006: 22) mengungkapkan bahwa

“Auditors’ report lag is the open interval of number of days from the year end to the date

recorded as the opinion signature date in the auditors’ report.”

Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay

a. Ukuran perusahaan

Menurut Wiston dan Rondonuwu (2010:2) Ukuran perusahaan merupakan suatu


skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan. Penentuan ukuran perusahaan
ini didasarkan pada total aktiva/aset perusahaan.

Menurut Machfoedz (1994:56) dalam Febrianty (2011:297) Ukuran Perusahaan


dikategorikan menjadi tiga yaitu: 1) Perusahaan Besar, 2) Perusahaan Menengah, 3)
Perusahaan Kecil.

Menurut Febiyanty (2011:301) Ukuran Perusahaan dapat diartikan sebagai suatu


skala di mana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara
lain dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain.

Seperti yang dikemukakan oleh Arrens dan Loebbeck (2003: 227) bahwa :

“Ukuran perusahaan salah satunya dapat dinilai dari seberapa besar aktiva yang
dimiliki perusahaan. Aktiva merupakan sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan baik
yang didanai dengan modal sendiri ataupun dengan utang, yang merupakan hasil dari
peristiwa masa lalu dan diharapkan dapat memberikan manfaat di masa yang akan
datang.”

b. Profitabilitas

2
Profitabilitas menurut Hanafi dan Halim (2009: 83) profitabilitas yaitu mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset dan
modal saham yang tertentu.

Sedangkan menurut Rodoni dan Ali (2010:28) Profitabilitas adalah rasio yang

mengkur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba, yaitu terdiri dari :

1. Gross profit margin


2. Operating profit margin
3. Net Profit Margin
4. Return On Asset (ROA)
5. Return On equity (ROE)
6. Earning per share (EPS)
7. Price/Earning (P/E) Ratio

Return on assets menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari


aktiva yang dipergunakan. Maka dalam penelitian kali ini akan menggunakan rasio return
on assets sering disebut juga sebagai ROI (return on investment). Adapun cara untuk
menghitung return on assets adalah sebagai berikut:

Laba Bersih
Return On Assets = Total Asset

c. Solvabilitas

Menurut Hanafi dan Halim (2009: 81) rasio solvabilitas mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak
solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar daripada total asetnya.

Weston dan Brigham dengan ahli bahasa A.Q Khalid (1991:59) menyebutkan

bahwa :

“Rasio solvabilitas atau leverage rasio memberikan ukuran atas dana yang
disediakan pemilik dibandingkan dengan keuangan yang diberikan kreditur perusahaan.
Perusahaan-perusahaan dengan ratio solvabilitas rendah mempunyai risiko kerugian yang
lebih kecil pada saat keadaan perekonomian, tetapi juga mengakibatkan rendahnya
tingkat hasil pengembalian (return) saat perekonomian tinggi.

Berdasarkan definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi tolak ukur
solvabilitas diukur dengan rasio debt ratio yang membandingkan jumlah aktiva (total
assets) dengan jumlah utang (baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang).
Adapun cara untuk menghitung debt ratio adalah sebagai berikut:

3
Tot al Ut ang
Debt ratio =
Tot al Akt i va

d. Reputasi KAP

Menurut Rudyawan dan Badera (2009:8) Reputasi auditor adalah auditor yang
mempunyai nama baik serta dapat menunjukan prestasi dan kepercayaan publik yang
disandang oleh sang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut.

Menurut Diantimala, 2010 : 126 “Reputasi auditor merupakan nama baik kantor
akuntan. Kantor akuntan besar (yang berafiliasi dengan Big four) disebutkan memiliki
akuntan yang berperilaku lebih etikal dari pada kantor akuntan lokal atau KAP lokal
dengan reputasi afiliasi tidak diketahui. Auditor Big four lebih memiliki reputasi baik
dalam opini publik. Kantor akuntan yang lebih besar menghasilkan kualitas audit yang
lebih tinggi untuk melindungi reputasinya sebagai akuntan independen dibandingkan
dengan kantor akuntan yang lebih kecil.”

Menurut Rolinda (2007:114) dalam Febrianti (2011:306) Kantor Akuntan


Publik internasional atau yang di kenal dengan the Big Four dianggap dapat
melaksanakan auditnya secara efisien dan memiliki jadwal waktu yang lebih tinggi untuk
menyelesaikan audit tepat pada waktunya.

Menurut Febrianto dan Widiastuti (2010:5) “Auditor yang kompeten adalah


auditor yang memiliki kemampuan teknologi, memahami dan melaksanakan prosedur
audit yangbenar, memahami dan menggunakan metode penyampelan yang benar, dan
lain-lain.

Semenjak adanya kasus Enron, KAP besar (the Big Five) menjadi the Big Four.
Menurut Febrianty (2011: 306) Adapun kategori Kantor Akuntan Publik yang berafilasi
dengan The Big Four di Indonesia, yaitu:

“ 1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang berafiliasi dengan KAP Drs. Hadi Sutanto
& Rekan, Haryanto Sahari & Rekan.
2. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerja sama dengan
KAP Sidharta-Sidharta & Widjaja.
3. KAP Ernst & Young, yang bekerja sama dengan KAP Prasetio, Drs. Sarwoko &
Sanjaja.
4. KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerja sama dengan KAP Hans
Tuanakota & Mustofa.”

Review Penelitian Terdahulu


Beberapa penelitian telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya mengenai
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit report lag dengan menggunakan beberapa

4
variabel. Seperti Novice Lianto dan Budi H Kusuma dengan mengambil judul Faktor-
Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag. Penelitian ini dilakukan dengan
sample penelitian pada perusahaan consumer goods dan multifinance yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004 sampai 2008 terhadap 28 perusahaan consumer
goods industry dan 11 perusahaan multifinance, penelitian ini menggunakan variabel
independen Profitabilitas, Solvabilitas, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan dan Jenis
Industri. Hasil penelitian dapat ditarik simpulan profitabilitas, solvabilitas dan umur
perusahaan berpengaruh terhadap audit report lag. Sedangkan ukuran perusahaan dan
jenis industri tidak berpengaruh terhadap audit report lag.

Meylisa Januar Iskandar dan Estralita Trisnawati dengan mengambil judul


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag Pada Perusahaan Yang Terdaftar
Di Bursa efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan sample penelitian pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2003 sampai 2009 dengan
sebanyak 128 perusahaan, penelitian ini menggunakan variabel independen total aset,
klasifikasi industri, laba/ rugi, opini audit, ukuran kantor akuntan, dan debt proportion.
Hasil penelitian dapat ditarik simpulan bahwa klasifikasi industri, laba atau rugi tahun
berjalan dan besarnya KAP berpengaruh terhadap audit report lag. Sedangkan Total
asset, opini audit dan debt proportion tidak mempunyai pengaruh terhadap audit report
lag.

Imam Subekti dan Novi Wulandari Widiyanti dengan mengambil judul Faktor-
Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay Di Indonesia. Penelitian ini dilakukan
dengan sampel penelitian pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta pada tahun 2001 dengan sebanyak 72 perusahaan, penelitian ini menggunakan
variabel independen ukuran perusahaan, jenis perusahaan, opini, tingkat profitabilitas,
dan auditor. Hasil pengujian hipotesisnya menunjukan bahwa kelima variabel tingkat
profitabilitas, aktiva (ukuran perusahaan), jenis industri, opini dan auditor (ukuran KAP)
berpengaruh signifikan terhadap variabel audit delay.

Perumusan Hipotesis
Menurut Dyer dan Mc Hugh (1975) seperti yang dikutip oleh Wiwik (2006)

bahwa :

“Perusahaan berskala besar cenderung untuk tepat waktu dalampenyampaian


laporan keuangan, karena perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor,
pengawai, kreditur dan pemerintah sehingga perusahaan berskala besar cenderung
menghadapi tekanan yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan audit yang lebih
awal.”

Lianto dan Kusuma (2010: 100) menjelaskan bahwa besar kecilnya perusahaan
dipengaruhi oleh kompleksitas operasional, variabel dan intensitas transaksi perusahaan.
Semakin besar nilai aktiva perusahaan maka akan semakin pendek audit report lag dan
sebaliknya. Perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat
dibandingkan perusahaan kecil. Serta menurut Dyer dan McHug (1975) dalam Kartika
(2009: 4) hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang

5
berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit report lag
dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh para investor,
pengawas permodalan dan pemerintah. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap
informasi yang termuat dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan
yang berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk
mengumumkan audit lebih awal.

H1 : Faktor ukuran perusahaan mempengaruhi audit delay

Lianto dan Kusuma (2010: 99) mengemukakan bahwa :

“Profitabilitas menunjukan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan


keuntungan. Maka, dapat dikatakan bahwa profit merupakan berita baik (good news) bagi
perusahaan sehingga perusahaanpun akan menyegerakan dan tidak akan menunda-nunda
penyampaian informasi yang berisi berita baik.”

Senada dengan pernyataan Givoly dan Palmon (1982) dalam Rachmawati (2008:
2) bahwa :

“Ketepatan waktu dan keterlambatan pengumuman laba tahunan dipengaruhi


oleh isi laporan keuangan. Apabila pengumuman laba berisi berita baik maka pihak
manajemen akan cenderung melaporkan tepat waktu dan jika pengumuman laba berisi
berita buruk, maka pihak manajemen cenderung melaporkan tidak tepat waktu.”

Kartika (2011) dalam Wirakusuma (2013:528) menyatakan bahwa :

“Perusahaan yang menghasilkan profit akan memberikan berita yang baik dan
akan segera menginformasikannya sehingga audit delay akan cendrung lebih pendek.
Pendapat tersebut didukung oleh Lestari (2010) yang menyatakan profitabilitas
berpengaruh signifikan pada audit delay yaitu berpengaruh negatif dan hasil yang sama
juga ditemukan oleh Fagbemi dan Uadiale (2011).

H2 : Faktor profitabilitas mempengaruhi audit delay

“Proporsi relatif dari hutang terhadap total aset mengindikasikan kondisi


keuangan dari perusahaan. Proporsi yang besar dari hutang terhadap total aktiva akan
meningkatkan kecendrungan kerugian dan dapat meningkatkan kehati-hatian dari auditor
terhadap laporan keuangan yang akan diaudit. Tingginya proporsi dari hutang akan
meningkatkan pula resiko kerugiannya. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki
kondisi keuangan yang tidak sehat biasanya cenderung dapat melakukan kesalahan
manajemen (mis management) dan kecurangan (fraud). Proporsi yang tinggi dari hutang
terhadap total aset ini, akan mempengaruhi likuiditas yang terkait dengan masalah

6
kelangsungan hidup perusahaan (going concern), yang pada akhirnya memerlukan
kecermatan yang lebih dalam pengauditan.”

Wirakusuma dan Cindarawati (2011:6) mengungkapkan bahwa :

“Solvabilitas dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk


membayar semua utangnya, baik dalam keadaan perusahaan masih berjalan maupun
dalam keadaan dilikuidasi. Solvabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan
membandingkan jumlah utang dengan jumlah aktiva. “

H3 : Faktor Solvabiilitas mempengaruhi audit delay

Prabandari dan Rustiana (2007) dalam Iskandar dan Trisnawati (2008:178-179)

menyatakan bahwa :

“Kantor akuntan publik internasional atau yang lebih dikenal The big Four
membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam menyelesaikan audit, karena KAP tersebut
dianggap dapat melaksanakan audit secara lebih efisien dan memilik tingkat fleksibilitas
jadwal yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Selain itu, KAP
besar memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya
lebih cepat dibandingkan dengan KAP lainnya. Waktu audit yang lebih cepat juga
merupakan cara KAP besar untuk mempertahan kan reputasi mereka.

Lee dan Jahng (2008) dalam Wirakusuma (2013:529) menyatakan Big 4


perusahaan akuntansi memiliki akses yang lebih baik ke teknologi canggih dan spesialis
staf bila dibandingkan dengan non-Big 4 perusahaan. Pendapat tersebut didukung oleh
penelitian Santoso (2012) yang menyatakan reputasi KAP berpengaruh negatif terhadap
audit delay. Namun penelitian Kartika (2011) menyatakan reputasi auditor tidak
berpengaruh terhadap audit delay.

H4 : Faktor reputasi KAP mempengaruhi audit delay

Ukuran Persusahaan

Profitabilitas

Audit Delay
Solvabilitas

Reputasi KAP

Metode Penelitian

7
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari
sumber lain yang sudah dipublikasikan berupa laporan tahunan perusahaan-
perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008 -
2012. Data sekunder perusahaan LQ 45 yang terdaftar di BEI yaitu audit delay,
total assets, profit after taxes, Solvabilitas, ROA, dan reputasi auditor, dan
Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2008 – 2012 yang berakhir
pada 31 Desember (Semester ke-2).
Populasi sasaran yaitu populasi yang digunakan untuk menjadi sasaran
penelitian. Sesuai dengan penelitian yang akan diteliti yaitu faktor-faktor yang
berpengaruh terhadapaudit delay, maka yang menjadi populasi dalam penelitian
ini adalah perusahaan LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008-2012
dan telah memberi laporan keuangan perusahaan, sehingga diperoleh jumlah
populasi sebanyak 84perusahaan. Teknik nonprobability samplingyang digunakan
dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling.
Menurut Sugiyono (2013:126) purposive sampling yaitu“teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu”. Alasan pemilihan sampel dengan menggunakan
teknik purposive samplingadalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria
sesuai dengan yang telah penulis tentukan, oleh karena itu penulis memilih teknik
purposive samplingdengan menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-
kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel yang digunakan dalam
penelitian ini.
Adapun kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan – perusahaan tersebut telah menerbitkan laporan keuangannya
selama lima tahun berturut – turut, tahun 2008-2012, untuk periode yang
berakhir pada 31Desember.

Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel


Definisi Variabel

1. Variabel Independen ( variabel bebas )


Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor atau variabel
ancendentent. Dalam bahasa indonesia sering disebut variabel bebas.
Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab atau timbulnya variabel dependen (variabel terikat).Jadi,
variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi. Ada empat
variabel independen dalam penlitian ini yaitu :

2. Variabel dependen (variabel terikat)


Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.
Dalam bahasa indonesia sering disebut variabel terikat.Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengeruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas.

8
Antara variabel independen dan variabel dependen, masing-masing tidak
berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan.Variabel dependen pada penelitian ini
adalah :

Uji Asumsi klasik


Pada penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda.
Salah satu syarat untuk bisa menggunakan persamaan regresi berganda adalah
terpenuhinya uji asumsi klasik. Setelah model yang akan diuji memenuhi asumsi
klasik, dan regresi, maka tahap selanjutnya dilakukan statistik. Uji statistik yang
dilakukan adalah uji t dan uji F. Maksud dari uji t adalah pengujian untuk
membuktikan adanya pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen, sedangkan uji F adalah pengujian untuk membuktikan ada
atau tidaknya pengaruh secara bersama-sama dari variabel independen terhadap
variabel dependen.
a. Uji Normalitas
Uji signifikan pengaruh variabel independen terhadap dependen melalui uji t
hanya akan valid jika residual yang kita dapatkan mempunyai distibusi
normal. Pengujian normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data
yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak.

b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji
apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya)
pengujianDurbin-Watson (d2) dengan rumus:

c. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Jika variabel bebas
saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel
orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel
bebas sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinearitas didalam model regresi adalah apabila nilai Variance
Inflation Factor (VIF), Multikolinearitas terjadi bila nilai VIF lebih kecil dari
5 (Singgih Santoso, 2002)

d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Deteksi

9
adanya heteroskedastisitas, yaitu dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik scatterplot (Singgih Santoso, 2002:210).

Uji Hipotesis
Uji Hipotesis Alternatif Parsial (Uji t)
Dalam pengujian ini dilakukan uji dua sisi dengan derajat kebebasan sebesar
5% agar kemungkinan terjadinya gangguan kecil. Kriteria Pengujian : a. Jika angka
probabilitas < α = 5%, maka ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas (X)
terhadap variabel terikat (Y). b. Jika angka probabilitas > α = 5%, maka tidak ada
pengaruh yang signifikan antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

Uji Hipotesis Alternatif Serempak (Uji F).


Dalam pengujian ini dilakukan uji dua F dengan derajat kebebasan sebesar
5% agar kemungkinan terjadinya gangguan kecil. Analisis pengujian : Jika angka
probabilitas < α = 5%, maka ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas (X)
terhadap variable terikat (Y). Secara bersama-sama Jika angka probabilitas > α = 5%,
maka tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas (X) terhadap variable
terikat (Y). Secara bersama-sama

Analisa Data dan Pembahasan

Gambaran Umum Sampel Penelitian


Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah perusahaan-perusahaan yang
menerbitkan laporan keuangan lima tahun berturut-turut dari tahun 2008 – 2012, masuk
dalam kategori LQ 45, dan sahamnya aktif diperdagangkan. Setelah dilakukan
pengumpulan data, perusahaan-perusahaan yang memenuhi kriteria di atas ada 124
perusahaan yaitu:

Statistik Deskriptif
Hasil Analisis Deskriptif yang berisi nilaimaksimum, minimum, rata-rata, dan standar
deviasi dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1

Statistik Deskriptif Variabel Peneltian


Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

AD 120 17 152 70,96 21,198


UK Prshan 120 5,623 8,803 7,46488 ,655815
Ptofit 120 -62,380 40,350 5,52750 12,104894
Solvab 120 15,120 308,133 58,34138 33,802591
Valid N (listwise) 120

10
Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa total aset memiliki nilai
minimum 5,623, nilai maksimum 8,803 rata-rata 7,464 dan standar deviasi sebesar
0,6555815. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari nilai rata-rata menendakan bahwa
nilai taotal aset anatara masing-masing perusahaan tidak beebeda jauh.

Variabel Profitabilitas memiliki nilai minimum –62,380, nilai maksimum


40,350 rata-rata 5,52750 , dan standar deviasi sebesar 12,104 . Nilai standar deviasi
yang lebih besar dari nilai rata-rata menandakan perbedaan profit antar perusahaan
adalah besar. Nilai mean yang positif menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan yang
diteliti mengalami keuntungan. Nilai minimum sebesar -62,380 dimiliki oleh
perusahaan

Variabel audit delay memiliki nilai minimum 17 nilai maksimum 152, rata-
rata 70,96, dan standar deviasi sebesar 21,198. Nilai standar deviasi yang lebih kecil
dari nilai rata-rata menandakan perbedaan lamanya audit delay antar perusahaan
adalah kecil. Nilai mean sebesar 70,96 menunjukkan bahwa rata-rata audit delay
untuk perusahaan yang diteliti adalah 71 hari yaitu lamanya waktu penyelesaian audit
sdari akhir tahun fiskal perusahaan sampai tanggal laporan audit dikeluarkan.

Tabel 2
Hasil Uji Normalitas Dengan Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardiz
ed Residual
N 120
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 19.39331702
Absolute .117
Most Extreme
Positive .117
Differences
Negative -.106
Kolmogorov-Smirnov Z 1.285
Asymp. Sig. (2-tailed) .073
a. Test distribution is Normal.
Dari hasil b. Calculated from data. uji
kolomogorov smirnov pada data penelitian, memiliki hasil yang sama bahwa dari
keseluruhan variabel dengan banyaknya data 120 berdistribusi normal terlihat dari
angka Asymp Sig (2-tailed) adalah 0,073 dibandingkan denga level signifikan 0,05
atau 0,073 > 0,05. Dengan uji ini lebih terlihat dengan jelas karena hasil
ditunjukan oleh angka.

11
A . Multikolinieritas

Tabel 3

Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model
Tolerance VIF
1 (Constant)
UK Perusahaan .501 1.996
Ptofitabilitas .519 1.925
Solvabilitas .808 1.238
KAP .372 2.688
a. Dependent Variable: AD

Berdasarkan dari hasil tabel menunjukan tidak adanya korelasi yang cukup
kuat antara sesama variabel bebas, yang disebabkan karena VIF < 10 sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinieritas diantara variabel bebas
yang diteliti.

A. Uji Autokoreasi
Untuk menilai ada atau tidaknya autokorelasi, nilai Durbin-Watson
statistik yang didapatkan dari penghitungan pada Tabel, yang menunjukan nilai
sebesar 2,329 dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data (n) = 24, serta k = 4 (k
adalah jumlah variabel independen) karena 2,329 berada pada 1,65 < DW < 2,35
sehingga dapat disimpulkan bahwa pengukuran autokorelasi dalam penelitian ini
menunjukan tidak terjadi autokorelasi.

B. Uji Heteroskedastisitas

Untuk selengkapnya hasil uji heterokedastisitas ditunjukkan pada


scatterplot berikut ini:

Gambar 1 Hasil Uji Heterokedastisitas

12
Dengan melihat tampilan scatteplot di atas, terlihat bahwa titik-titik
tersebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas. Hal ini
berarti tidak terjadi heterokedastisitas, sehingga model regresi layak dipakai
karena memenuhi asumsi heterokesatisitas.
Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan
bantuan program IBM SPSS 20.0, maka hasil regresi secara simultan adalah sebagai
berikut :

Tabel
Regresi Berganda Faktor-faktor yang berpengaruh
Terhadap Audit Delay
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta


(Constant) 118.228 26.386 4.481 .000
UkuranPrshan -5.057 3.896 -.156 -1.298 .197
1 Profitabilitas -.401 .207 -.229 -1.934 .056
Solvabilitas .052 .060 .082 .867 .388
ReputasiKAP -6.863 6.099 -.157 -1.125 .263
a. Dependent Variable: AD

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwan a sebesar 118,228 nilai b1 sebesar -
5,057, nilai b2 sebesar -0,401, nilai b3 sebesar 0,052 dan b4 sebesar -6,863 sehingga
bentuk persamaan regresi berganda adalah sebagi berikut :

Y= 118,228- 5,057- 0,041 + 0,052- 6,863+ e

Persamaan regresi linier berganda di atas, dapat disimpulkan bahwa konstantan


sebesar 118,228 artinya pada saat ukuran perusahaan , profitabilitas, solvabilitas dan
reputasi KAP sebesar 0 satuan maka audit delay adalah sebesar 118,228 satuan
Nilai b1 negatif 5057 artinya bahwa setiap kenaikan 1 kali pada ukuran
perusahaan yang dalam hal ini adalah total asset mempengaruhi lamanya audit delay
sebesar 5,057, nilai b2 negatif sebesar 0,041 bahwa setiap kenaikan laba bersih
perusahaan mempengaruhi lamanya audit delay sebesar 0,041, nilai b3 positif 0,052
artinya setiap kenaikan 1 kali pada tingkat hutang perusahaann maka mempengaruhi audit
delay sebesar 0,052, b4 negatif 6,863 artinya bahwa setiap pertmabahan reptasi KAP 1
kali mempengaruhi kenaikan audit delay 6,863.

13
Hasil Uji Hipotesis

Hipotesis 1

Berdasarkan tabel 4. dapat dilihat bahwa nilai t hitung untuk variabel ukuran
perusahaan adalah sebesar –2,872< - t tabel (- 1,979) dan nilai probabilitas sebesar
0,005 < 0,05. Hal di atas menunjukkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. Jadi dapat disimpulkan H1 (hipotesis
pertama) diterima.

Hipotesis 2
Berdasarkan tabel 4. dapat dilihat bahwa nilai t hitung untuk variabel profitabilitas
adalah sebesar -3,194 < -ttabel (-1,997) dan nilai probabilitas sebesar 0,002 < 0,05. Hal
di atasmenunjukkan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap audit delay. Jadi dapat disimpulkan H2 (hipotesis kedua) diterima.

Hipotesis 3
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai t hitung untuk solvabilitas adalah sebesar
0,263 < t tabel (1,979) dan nilai probabilitas sebesar 0,793 > 0,05. Hal di atas
menunjukkan opini / jenis pendapat akuntan publik mempunyai Tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap audit delay. Jadi dapat disimpulkan H3 (hipotesis
ketiga) ditolak

Hipotesis 4
Berdasarkan tabel 4. dapat dilihat bahwa nilai t hitung untuk variabel reputasi KAP
adalah sebesar – 4,174 > - t tabel (-1,979) dan nilai probabilitas sebesar 0,00053 <
0,05. Hal di atas menunjukkan bahwa reputasi KAP mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap audit delay. Jadi dapat disimpulkan H4 (hipotesis keempat)
diterima.

Tabel 4
Hasil Perhitungan UJI F
ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 8716.803 4 2179.201 5.599 .000b

1 Residual 44755.989 115 389.183

Total 53472.792 119

a. Dependent Variable: AD
b. Predictors: (Constant), ReputasiKAP, Solvabilitas, Profitabilitas, UkuranPrsahaan

Dari tabel di atas, diketahui bahwa p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (atau Fhitung sebesar
5,599 lebih besar dari Ftabel = 2,450) maka Ho ditolak, yang berarti secara bersama-sama terdapat
pengaruh yang signifikan antara seluruh variabel independen (Ukuran Perusahaan,Profitabilitas,
Solvabilitas, dan reputasi KAP) terhadap variabel dependen (Audit Delay).

14
Kesimpulan

1. Dari hasil analisis secara parsial ukuran perusahaan berpengaruh signifikan


terhadap audit delay. Hubungan tersebut berada pada level rendah dan bersifat
negatif, besarnya pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay ada sebesar
6,5% dan sisanya merupakan faktor lain.
2. Dari hasil analisis secara parsial profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap
audit delay. Hubungan tersebut berada pada level rendah dan bersifat negatif,
besarnya pengaruh profitabilitas terhadap audit delay ada sebesar 8% dan sisanya
merupakan faktor lain.
3. Dari hasil analisis secara parsial solvabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap
audit delay. Hubungan tersebut berada pada level sangat rendah dan bersifat
positif. Besarnya pengaruh hanya 0,1%
4. Dari hasil analisis secara parsial reputasi KAP berpengaruh terhadap audit delay.
Hubungan tersebut berada pada level rendah dan bersifat negatif, besarnya
pengaruh reputasi KAP terhadap audit delay ada sebesar 12,9% % dan sisanya
merupakan faktor lain.
5. Dari hasil analisis secara simultan ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas,
dan reputasi KAP berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Hubungan tersebut
berada pada level sedang dan bersifat negatif, besarnya pengaruh secara simultan
terhadap audit delay ada sebesar 16,3% % dan sisanya merupakan faktor lain.

Saran

a. Sebaiknya untuk penelitian selajutnya dapat menggunakan faktor lain di luar variabel
atau faktor yang diteliti, seperti umur perusahaan, jenis industri, opini auditor, laba
dan rugi perusahaan, penerapan IFRS, perusahaan publik dan non publik, luas audit,
lamanya menjadi klien KAP. Dalam penelitian selanjutnya dapat mencoba sampel
yang lebih heterogen jenisnya tidak dalam lingkup LQ45 saja.
b. Keterbatasan dalam penelitian adalah hanya terdapat 24 sampel perusahaan yang
diteliti, akibatnya hasil penelitian kurang represenattif dan tidak digeneralisir.
Sehingga untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk memperluas objek
penelitian dan dapat pula menambah periode pengamatan.
c. Karena hanya terdapat 24 sampel perusahaan yang diteliti, hasil penilian untuk rata-
rata setiap variabel yang diteliti tidak dapat digeneralisir dan hanya berlaku untuk 24
sampel perusahan tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Hamzah, M.Naisrul Alim dan Iamam Subekti. 2005. Pengujian Empiris
Audit Delay menggunakan Client Cycle Time dan Firm Cycle Time.
Artikel SNA VIII. Hlm. 941-954

Arens, Alvin A dan James K. Loebbecke (1995), Auditing Suatu pedekatan


terpadu, Jilid 1, edisi keempat. Erlangga, Jakarta

Arens, Alvin.A, Randal.J.Elder, Mark.S.Beasley (2011) Jasa Audit dan


Assurance pedekatan terpadu (Adaptasi Indonesia) . Salemba Empat,
Jakarta.

Baridwan, Zaki (2010) Intermedite Accounting Edisi Kedelapan, Cetakaan


Ketiga. BPFE. Yogyakarta

Fanny, margaretta dan sylvia saputra (2005), Opini audit going concern: kajian
berdasarkan model Prediksi kebangkrutan, pertumbuhan perusahaan, dan
Reputasi kantor akuntan publik studi pada emiten bursa efek jakarta),
Jurnal Simposium Nasional Akuntansi VII Solo 15-16 September 2005.

Febrianto, rahmat dan Erna Widiastuty (2010), Pengukuran Kualitas Audit:


Sebuah Esai. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis Vol. 5 No. 2 Juli 2010,
Hlm 1-43

Febriyanti (2011), Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay


Perusahaan Sektor Perdagangan Yang Terdaftar Di Bei Periode 2007-
2009. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (JENIUS) Vol. 1 No. 3
September 2011 Hlm 294-320

Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim (2009), Analisis Laporan Keuangan,


YKPN. Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001.Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:


Salemba
Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Edisi Pertama


Cetakan Pertama. Yogyakarta.

Iskandar, Meylisa januar dan Estralita Trisnawati (2010), Faktor-faktor yang


mempengaruhi audit report lag pada perusahaan yang terdaftar di bursa

16
efek indonesia, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 3, Desember
2010, hal 175-186.

Kartika, Andi, 2009, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay di


Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan- Perusahaan LQ 45 Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta), Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 16,
No. 1, Maret 2009: 1-17.

Kartika, Andi, (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit delay Pada


Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei, Dinamika Keuangan
dan Perbankan, Nopember 2011, Hal: 152 - 171 Vol. 3, No. 2.

Ketua Badan Pengawas Pasar Modal, (2003), Keputusan Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal Nomor Kep-36/PM/2003 peraturan nomor X.K.2 tentang
Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Jakarta

Kieso, Donald E, Jerry J Weygandt dan Terry D Warfield, (2007), Akuntansi


Intermedite, EdisiKeduaBelas, Diterjemahkan Oleh Emil Salim,
Errlangga. Jakarta.

Lianto, Novice dan Budi H Kusuma (2010), Faktor-faktor yang berpengaruh


terhadap audit report lag, Jurnal Bisnis dan akuntansi, Vol 12 no 2,
Agustus 2010, Hlm 97-106

Mayhew, Brian W. (2001). Auditor Reputation Building. Journal Of


Accounting Research, Vol. 39, No. 3 (Dec., 2001) 599-617

Pontoh, Winston dan Susana Anita Rondonuwu (2010), Pengaruh Ukuran


Perusahaan Dan Laba Rugi Perusahaan Terhadap Audit Delay Pada
Perusahaan Go Publik Di Bursa Efek Indonesia, Jurnal Riset akuntansi
Going Concern Vol.5 No.1 Maret 2010 Hlm 1-13

Rachmawati, Sistya, (2008), Pengaruh Faktorfaktor Internal dan Eksternal


Perusahaan terhadap Audit Delay dan Timeliness, Jurnal Akuntasi dan
Keuangan, Vol. 10, No. 1, Mei 2008: 1-10
Rondoni, Ahmad dan Herlini Ali (2010) Manajemen Keuangan, Jakarta: Mitra
Wacana Media.

Rudyawan, Arry Pratama dan I Dewa Nyoman Badera (2009), opini audit going
concern: kajian berdasarkan model prediksi kebangkrutan, pertumbuhan
perusahaan, Leverage, dan reputasi auditor, Jurnal Ilmiah Akuntansi dan
Bisnis Vil. 4 No.2 2 Juli 2009 Hlm 1-2

17
Shulthoni, Moch, (2012), Determinan Audit delay dan pengaruhnya terhadap
reaksi inevestor (studi empiris pada perusahaan yang listing di BEI Tahun
2007-2008), Jurnal akuntansi dan Ekonomi Bisnis Vol. 1 No. 1 tahun
2012.

Subekti, Imam dan Novi Wulandari Widiyanti, “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh


Terhadap Audit Delay Di Indonesia”. SNA VII Denpasar Bali. 2-3
Desember 2004. pp 991– 1002.

Sugiyono (2013), Metodologi Penelitian Kombinasi, Cetakaan Keempat,


Alfabeta, Bandung

Sugiono, Arief dan Edy Untung (2008), Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan
Keuangan Pengetahuan Dasar Bagi Mahasiswa dan Praktisi Perbankan,
Jakarta.

Trihendradi, Cornelius (2013), Step by Step IBM SPSS 21 : Analisis Data


Statistik C.V Andi Offset, Yogyakarta

Utami, Wiwik, (2006). Analisis Determinan Audit delay Kajian Empiris Di Bursa
Efek Jakarta, BULLETIN Penelitian No.09 Tahun 2006

Wah Lai, K. and Cheuk L. M. C. (2005). Audit Report Lag, Audit Partner
Rotation and Audit Firm Rotation: Evidence from Australia. Retrieved
August 20, 2008

Wahyu , Listyorini Widati dan Fina Septy (2008). Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi Rentang Waktu Penyajian Laporan Keuangan Ke
Publik (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan LQ 45 yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Fokus Ekonomi (FE), Desember,
Vol.7, No. 3, Hal. 173 - 187

Wirakusuma, Made Gede (2004). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rentan


Waktu Penyajian laporan Keuangan ke Publik (Studi Empiris
Mengenai Keberadaan Divisi Internal Audit pada Perusahaan-
perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Makalah Seminar
Nasional Akuntansi VII, Denpasar-Bali, 2-3 Desember, hal 1202-1223

Wirakusuma, Made Gede, (2013) Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal


Perusahaan Terhadap Audit Delay, Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi,
Vol 2, No3, Maret 2013, Hal 525-543

18
Sumber lainnya :

http://www.bapepam.go.id

http://www.idx.co.id

http://wwwbisnis.liputan6.com

http:// www.investasi-kotan.co.id

http://www.Ipotnews.com

http://www.rimanews.com

19

Anda mungkin juga menyukai