Anda di halaman 1dari 5

Cinta Terputus

Hari semakin gelap. Pesona mentari telah lenyap. Aku menunggu satu jam lebih tetapi
Lylia belum datang juga. Ini tidak seperti biasanya. Aku merasa ada sesuatu yang
disembunyikan oleh kekasihku.

Setelah menunggu lama dari kejauhan aku melihat seorang bidadari cantik datang
menghampiriku. Aku yakin ini pasti kekasihku.

“kamu sudah lama menunggu” tanyamu


“ohh gak, baru semenit kok” jawabku sambil tersenyum
“Maaf ya sayang. Aku tadi ada urusan” ujarmu sambil tersenyum hangat kepadaku.

Hatiku bertanya-tanya, apa sebenarnya yang terjadi. Perubahanmu begitu cepat. Selalu
menghindar jika aku ingin bertemu.

“Sayang, kamu ada masalah ya, kalau ada cerita dong..”


“gak” jawabnya singkat

Lylia hanya diam kembali sambil tidur dipangkuanku. Aku tidak tahu apa yang sedang
dia pikirkan.

Aku dan Lilya sudah pacaran sejak kelas dua belas. Sebenarnya kami saling mengenal
sejak kecil. Rumah kami berdekatan tidak jauh dari pantai. Aku sangat senang
mengerjai Lylia. Lylia terkenal penurut dan ramah kepada semua orang.

“Lilya, dikepalamu itu apa?” sambil menaruh bubuk kapur dikepalanya


“Hah… ini apa? awas kamu ya…” jawabmu lembut

Sejak SD sampai SMA kami berada disekolah yang sama. Saat kelas 3 SMA kami
berada di kelas yang sama. Lylia adalah anak tunggal dalam keluarganya. Kebetulan
orang tua kami sangat akrab sehingga aku dan Lylia sering bermain. Awalnya aku dan
Lylia biasa saja hingga akhirnya aku menyatakan perasaanku padanya, di depan kelas
saat akan pelajaran mau dimulai. Bu Indah, guru psikologi, mengijinkanku untuk
menyampaikan perasaanku.

“Anak-anak hari ini kita akan belajar psikologi, sebelum kita lanjut pelajaran kita, ibu
mau kasih kalian kuis.”
“Bu, bolehkah saya pinjam waktu ibu sebentar?”
“Ada apa, Stiv?”
“Saya punya masalah besar, Bu. Ini membuat hidup saya tidak tenang. Saya tidak akan
bisa menjawab kuis ibu jika masalah ini dibiarkan!”
“Kamu bisa selesaikan masalahmu dengan meminta bantuan guru konseling, Stiv.”
“Justru ibu yang paling bisa membantu saya. Bolehkah ibu mengizinkan saya
menyampai perasaan ini?”

Bu Indah terdiam lalu mengangguk tanda menyetujui permintaan saya. Kelas menjadi
ramai. Kemudian aku mendatangi meja Lylia. Kelas menjadi hening, semua mata tertuju
padaku dan Lylia.

“Kamu lagi ngapain sih?”


“Lylia, aku tidak tau mengapa hal ini terjadi. Perasaanku tidak dapat aku bohongi.
Aku mencintaimu”.

Semua hening bahkan Bu Indah memperhatikan kami dengan serius.

“Trus?”
“Aku ingin melindungimu lebih dari saudara, kamu satu-satunya yang terindah di
mataku. Bolehkah aku mencintaimu, mengagumimu, melindungimu?”

Lylia terdiam, dan aku masih menunggu disampingnya.

“Aku gak bisa jawab ini, aku butuh keseriusan kamu. Kalo kamu serius, bilang sama
papa aku soal perasaan kamu ini.”
“Oke, sekarang aku telepon papa kamu.”
Akupun langsung menelepon papanya dengan sedikit gugup dan berbicara dengannya
bahkan di loadspeaker! Papa Lylia malah tertawa dan mengizinkan aku bersama Lylia.

“Aku hanya nunggu jawaban dari kamu.”


“Boleh.”
“Bener?”
“Iyaa.”

Semua bertepuk tangan dan menyalamiku serta Lylia. Bu Indah mengucapkan selamat.
Tepat setelah itu bel tanda istirahat berbunyi, jam psikologi sudah habis.

“Ibu, maafkan saya yang telah menghabiskan waktu ibu.”


“Gak masalah, tapi kamu harus dapat nilai 100 di ulangan nanti.”
“Siap Bu…”

Kelas menjadi ricuh. Aku hanya tertawa. Benar kata orang, masa SMA adalah masa
paling indah, apalagi kisah cintanya.

“Datengin aja ke rumahnya. Ya kalian harus saling terbuka. Jangan main tuduh dulu
kalo Lylia selingkuh. Kakak rasa dia cewek baik-baik, gak mungkin kayak gitu.”
“Iya, kak. Makasih sarannya kak.”

Aku pergi ke rumah Lylia. Sudah beberapa kali aku ke sini. Di rumah Lylia sepi, tidak
ada orang, hanya ada pembantunya Lylia, Bi Inun.

“Lagi pada ke rumah sakit, Mas.”


“Oke deh, Bi, gak apa-apa. Emang yang sakit siapa, Bi?”
“Loh, Mas gak tau? Non Lylia…”
“Ngapain kamu ke sini stiv? Bi, masuk ke dalem”

Lylia muncul di belakangku, Bi Inun langsung masuk ke dalam.


“Aku ke sini mau ketemu…”
“Kenapa gak bilang dulu sama aku?!”
“Kenapa kamu yang jadi marah?”
“Kamu yang selalu marah-marah kalau aku telat dikit. Wajar dong aku marah, kamu
tiba-tiba ke rumah tanpa ngasih tau.”
“Kamu kenapa? Ada yang kamu tutupin kan dari aku? Kenapa harus gini? Kamu bisa
cerita sama aku!”

Lylia terdiam. Ia menarik nafas panjang dan masuk kedalam rumah begitu saja.

“Maafin aku, Stiv.”
“Gak apa-apa. Mungkin ini yang terbaik, makasih buat semuanya.”

Aku pergi meninggalkan Lylia. Dia pun tidak mengejarku. Semua sudah jelas. Lylia
memang sudah bosan denganku. Ini memang diluar dugaan tapi yang namanya hidup
penuh dengan teka teki.

Hai sayang. Maaf, saat kamu baca surat ini aku udah gak ada di bumi. Maafin aku yang
banyak bohong sama kamu. Maafin aku yang cuma bisa bikin kamu sedih dan kecewa.
Di sini aku mau kasih tau sedikit kebohongan aku. Sisanya, kamu gak perlu tau atau
kalo kamu kepo kamu bisa tanya sama mami. Aku minta maaf gak pernah bilang sama
kamu. Aku sakit kanker otak stadium akhir. Ini yang bikin aku jadi sering ke rumah
sakit, sering telat kalo ketemu. Ini yang bikin aku buat mutusin hubungan kita. Maaf
sayang, aku gak mau kamu sedih. Aku gak mau bikin kamu khawatir. Aku baik-baik
aja. Aku cuma ingin kamu bahagia dan terbiasa tanpa aku. Jangan nangisin aku ya.
Tetaplah hidup dengan bahagia. Dari surga aku bakal ngawasin kamu lho! Aku percaya,
pasti ada perempuan yang baik dan pantas buat kamu.

Udah ya, jangan kepanjangan nanti kamu bosen bacanya. Pokoknya aku selalu sayang
kamu.
Dari aku yang selalu mencintai kamu sampai kapanpun.
Lylia Sari
“Maafin tante, Stiv. Ini semua permintaan Lylia. Dia gak mau kamu sedih.”

Aku tidak bisa berkata apa-apa. Hatiku terlalu perih menerima semua ini.

“Sayang, kenapa kamu sejahat ini sama aku? Harusnya kamu tau dan ngerti, gak peduli
kamu kayak gimana yang penting aku cuma pengen selalu bareng kamu. Aku pengen
waktu kamu sakit aku selalu ada di samping kamu, nyemangatin kamu. Kenapa kamu
tega ngebohongin aku?”

Jika memang kau hadir di sini sekarang, ku ingin kamu melihat senyum manisku ini.
Aku juga ingin kamu tahu bahwa mulai sekarang sampai selama-lamanya, saat aku
mengingatmu, senyum ini tidak akan beranjak pergi dari wajahku, untukmu. Aku akan
selalu tersenyum saat aku merindukanmu, dan ku harap kau akan datang menyapaku
seperti saat ini. Aku akan selalu di sini Lylia, aku selalu di sini.

Aku menangis di makam Lylia. Namun bagaimanapun aku selalu mencintaimu. Terima
kasih untuk semuanya.

Anda mungkin juga menyukai