Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS PENGARUH UKURAN KAP, UKURAN PERUSAHAAN, FINANCIAL

DISTRESS, AUDIT DELAY, OPINI AUDIT, DAN PERGANTIAN MANAJEMEN


TERHADAP AUDITOR SWITCHING

Jessica
(2012-012-090)

Abstrak
Pergantian auditor secara berkala diperlukan untuk menjaga
independensi auditor agar tetap bersikap objektif. Pergantian auditor
dapat dilakukan secara wajib karena diwajibkan peraturan maupun
secara sukarela. Pergantian auditor secara sukarela terkadang
menimbulkan kecurigaan publik. Oleh karena itu, faktor-faktor yang
menyebabkan pergantian auditor perlu diketahui.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran KAP,
ukuran perusahaan, financial distress, audit delay, opini audit, dan
pergantian manajemen terhadap auditor switching. Populasi penelitian
ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2012-2014. Berdasarkan metode purposive sampling dalam
proses pengumpulan data, diperoleh 45 perusahaan sebagai sampel.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi logistik
menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi
22.0.
Hasil dari penelitian ini adalah ukuran KAP, ukuran perusahaan,
financial distress, audit delay, opini audit dan pergantian manajemen
tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.

Abstract
Periodically auditor switching is required to maintain the independence of
auditor in order to remain objective. Auditor switching can be made
mandatory because of regulation or voluntary. Voluntary auditor
switching sometimes leads public suspicion. Therefore, the factors that
lead to auditor switching need to be known.
This research aims to analyze the influence of size of accounting
public firm, size of client, financial distress, audit delay, audit opinion, and
management change on auditor switching. Population of this research are
manufacturing companies which are listed in Indonesian Stock Exchange
(IDX) in 2012-2014. Based on purposive sampling method, obtained 45
companies as samples. Test of hypothesis conducted by using logistic
regression in Statistical Package for Social Science (SPSS) version 22.0
software.

1
The result of this research is size of accounting public firm, size of
client, financial distress, audit delay, audit opinion, and management
change have no significant effect on auditor switching.
Keywords: auditor switching, auditor turnover, agency theory

Pendahuluan
Di Indonesia, perusahaan go public wajib mempublikasikan laporan
keuangan (Bapepam, 2006). Tujuan dari mempublikasikan laporan
keuangan yaitu menyediakan informasi yang berguna bagi pengguna
laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomis (IAI, 2015).
Agar informasi dalam laporan keuangan berguna, maka informasi
tersebut perlu menunjukkan keadaaan yang sesungguhnya. Namun,
terkadang terdapat masalah dalam menyajikan laporan keuangan yang
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.
Menurut Messier, Eilifsen, Glover, dan Prawitt (2010), masalah
tersebut adalah adanya hubungan prinsipal dan agen yang sering
menimbulkan informasi asimetri dan konflik kepentingan yang mengarah
pada risiko informasi yang diterima oleh prinsipal. Hal tersebut dapat
diatasi dengan hadirnya auditor. Agen mempekerjakan auditor untuk
mengurangi risiko informasi yang diterima oleh prinsipal dan
meningkatkan kredibilitas laporan keuangan. Untuk meningkatkan
kredibilitas laporan keuangan, maka laporan keuangan perlu diaudit oleh
auditor independen. Tugas auditor adalah mengumpulkan bukti-bukti
yang memadai dan memberikan opini atas kewajaran dari laporan
keuangan. Audit yang dilakukan auditor tersebut harus independen dan
objektif. Untuk menjaga independensi agar auditor tetap bersikap
objektif maka perlu dilakukan auditor switching secara berkala.
Auditor switching adalah pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP)
maupun pergantian Akuntan Publik (AP) yang dilakukan oleh perusahaan.
Auditor switching dapat dibedakan menjadi dua, yaitu mandatory auditor
switching dan voluntary auditor switching. Mandatory auditor switching
adalah pergantian auditor yang disebabkan oleh peraturan. Di Indonesia,
mandatory auditor switching wajib dilakukan perusahaan jika perusahaan
telah menggunakan jasa KAP selama enam tahun buku berturut-turut dan
jika perusahaan telah menggunakan jasa AP yang sama selama tiga tahun
buku berturut-turut (sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”). Peraturan terbaru
mengenai auditor switching di Indonesia diatur dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2015 tentang “Praktik
Akuntan Publik”. Dalam PP Nomor 20/2015, perusahaan yang
menggunakan jasa KAP tidak perlu melakukan auditor switching tetapi
perusahaan perlu melakukan auditor switching jika menggunakan jasa AP
yang sama selama lima tahun buku berturut-turut.

2
Auditor switching secara voluntary adalah pergantian auditor yang
disebabkan oleh faktor lain, selain peraturan. Voluntary auditor switching
sering menimbulkan kecurigaan publik. Menurut Nasser, Wahid, Nazri,
dan Hudaib (2006), pergantian KAP yang sering cenderung akan
mengakibatkan peningkatan fee audit. Selain itu, auditor yang
menjalankan tugasnya di awal tahun terbukti memiliki kemungkinan
kekeliruan yang tinggi (Pratitis, 2012). Berdasarkan dampak negatif yang
telah disebutkan, perusahaan perlu mempertimbangkan secara matang
jika ingin melakukan auditor switching. Oleh karena itu, faktor-faktor
yang mempengaruhi auditor switching perlu diketahui.

Tinjauan Literatur
Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai auditor switching.
Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi auditor switching. Peneliti-peneliti sebelumnya
menggunakan variabel yang berbeda-beda. Berikut akan dijabarkan hasil-
hasil dari penelitian terdahulu.
Iskandar dan Wafa (1993) melalukan studi empiris di Malaysia
mengenai auditor switching. Variabel yang diteliti adalah qualified audit
opinion. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa qualified audit
opinion tidak mempengaruhi auditor switching.
Kawijaya dan Juniarti (2002) melakukan penelitian faktor-faktor
yang mendorong perpindahan auditor pada perusahaan-perusahaan di
Surabaya dan Sidoarjo. Variabel yang diteliti antara lain opini auditor,
merger, pergantian manajemen, dan ekspansi. Dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Kawijaya dan Juniarti, tidak terdapat bukti yang signifikan
opini auditor, merger, pergantian manajemen, dan ekspansi mendorong
perpindahan auditor.
Nasser et al. (2006) melakukan penelitian mengenai auditor
switching terhadap 297 perusahaan yang tercatat di Kuala Lumpur Stock
Exchange. Periode penelitian tersebut adalah sebelas tahun. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan financial distress
berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.
Prastiwi dan Wilsya (2009) melakukan penelitian dengan tujuan
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian auditor
perusahaan manufaktur di Indonesia tahun 2002-2006 setelah
diberlakukan peraturan mandatori. Hasil analisis menunjukkan bahwa
tipe KAP dan pertumbuhan perusahaan (yang diukur dengan total aset)
berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan pergantian KAP.
Perusahaan dengan KAP big four mempunyai kemungkinan lebih rendah
untuk mengalami pergantian KAP daripada non big four. Perusahaan yang
sedang mengalami pertumbuhan juga mempunyai kemungkinan
pergantian KAP lebih tinggi daripada yang tidak mengalami pertumbuhan,
sedangkan ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan (yang diukur

3
dengan perubahan sales, perubahan market value of equity dan
perubahan income) dan masalah keuangan tidak berpengaruh signifikan
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian auditor di
Indonesia.
Penelitian yang dilakukan Trisnawati dan Wijaya (2009) pada
perusahaan yang tercatat di BEI periode 2005-2007. Variabel yang diteliti
adalah ukuran KAP, opini auditor, perubahan persentase Return on Assets
(ROA), dan financial distress. Hasil dari penelitian tersebut adalah ukuran
KAP mempengaruhi pergantian auditor, sedangkan opini auditor,
perubahan persentase ROA, dan financial distress tidak mempengaruhi
pergantian auditor.
Sinarwati (2010) melakukan penelitian terhadap perusahaan
manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode
tahun 2003-2007. Penelitian ini menggunakan variabel opini going
concern, pergantian manajemen, reputasi auditor, dan financial distress.
Hasil penelitian tersebut adalah opini going concern dan reputasi auditor
tidak berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor, sedangkan
pergantian manajemen dan financial distress berpengaruh signifikan
terhadap pergantian auditor.
Wahyuningsih dan Suryanawa (2010) melakukan penelitian pada
perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI periode 2005-2009.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa opini audit going concern
tidak berpengaruh terhadap auditor switching karena pergantian akuntan
publik dari KAP big four ke akuntan publik KAP non big four dikhawatirkan
dapat mengakibatkan respons negatif dari pelaku pasar terhadap kualitas
laporan keuangan perusahaan. Pergantian manajemen tidak berpengaruh
pada auditor switching karena kualitas audit akuntan publik dari KAP yang
berafiliasi dengan The Big Four Auditors tetap diyakini memiliki kekuatan
monitoring dan independensi yang tinggi.
Pratitis (2012) melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur
yang tercatat di BEI pada tahun 2003-2010 dengan jumlah 45 perusahaan
dan mengambil sampel sebanyak 21 perusahaan. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa ukuran KAP berpengaruh terhadap auditor
switching, sedangkan ukuran klien dan financial distress tidak
berpengaruh terhadap auditor switching.
Aprillia (2013) melakukan penelitian dengan tujuan menganalisis
pengaruh pergantian manajemen, kepemilikkan publik, financial distress,
dan ukuran KAP terhadap auditor switching. Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan perbankan yang tercatat di BEI tahun 2008-2011 yang
terdiri dari 37 perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
ukuran KAP berpengaruh secara signifikan terhadap auditor switching,
sedangkan, pergantian manajemen, kepemilikan publik, dan financial
distress tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.

4
Pratini dan Astika (2013) melakukan penelitian pada periode
2008-2011 pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa variabel pergantian
manajemen dan financial distress berpengaruh signifikan terhadap
pergantian auditor, sedangkan variabel opini auditor dan ukuran KAP
tidak mendukung terjadinya pergantian auditor.
Penelitian yang dilakukan oleh Pawitri dan Yadnyana (2015)
dilakukan terhadap perusahaan property dan real estate yang tercatat di
BEI periode 2009-2013. Penelitian ini menguji variabel audit delay, opini
audit, reputasi auditor, dan pergantian manajemen. Hasil dari penelitian
tersebut adalah variabel audit delay, reputasi auditor, dan pergantian
manajemen berpengaruh signifikan terhadap voluntary auditor switching,
sedangkan variabel opini audit tidak berpengaruh signifikan terhadap
voluntary auditor switching.

Metode Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel
dependen, yaitu auditor switching dan variabel independen, yaitu ukuran
KAP, ukuran perusahaan, financial distress, audit delay, opini audit, dan
pergantian manajemen. Masing-masing variabel dan pengukurannya
dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, variabel auditor switching (AS) didefinisikan sebagai
pergantian KAP maupun AP yang dilakukan oleh perusahaan. Variabel ini
merupakan variabel dummy. Angka 1 menunjukkan jika perusahaan
melakukan pergantian dari KAP big four ke KAP big four maupun dari KAP
non big four ke KAP big four, sedangkan angka 0 menunjukkan jika
perusahaan melakukan pergantian dari KAP non big four ke KAP non big
four maupun dari KAP big four ke KAP non big four.
Kedua, variabel ukuran KAP (KAP) didefinisikan sebagai besar
kecilnya KAP yang mengaudit perusahaan pada tahun sebelumnya.
Variabel ini merupakan variabel dummy. Angka 1 menunjukkan jika
perusahaan menggunakan KAP big four, sedangkan angka 0 menunjukkan
jika perusahaan menggunakan KAP non big four.
Ketiga, variabel ukuran perusahaan (TA) didefinisikan sebagai
besar kecilnya ukuran perusahaan tersebut. Variabel ini diukur dengan
menghitung logaritma natural total aset.
Keempat, variabel financial distress (FD) didefinisikan sebagai
kondisi ketika perusahaan menagalami kesulitan keuangan. Variabel ini
diukur dengan menggunakan rumus z-score Altman untuk memprediksi
kondisi kesehatan keuangan perusahaan.
Kelima, variabel audit delay (AD) didefinisikan sebagai jangka
waktu antara tanggal tutup buku perusahaan dan tanggal audit report.
Variabel ini diukur dengan menghitung jumlah hari antara tanggal tutup
buku perusahaan dan tanggal audit report.

5
Keenam, variabel opini audit (OA) didefinisikan sebagai
pernyataan yang diberikan auditor dalam menilai kewajaran atas laporan
keuangan yang diaudit. Variabel ini merupakan variabel dummy. Angka 1
menunjukkan jika perusahaan mendapatkan unmodified opinion,
sedangkan angka 0 jika perusahaan mendapatkan modified opinion.
Ketujuh, variabel pergantian manajemen (CEO) diproksikan
dengan pergantian CEO. Variabel ini merupakan variabel dummy. Angka 1
menunjukkan jika perusahaan melakukan pergantian manajemen,
sedangkan angka 0 jika perusahaan tidak melakukan pergantian
manajemen.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-
2014. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 422 perusahaan.
Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan metode purposive
sampling sehingga didapatkan sampel untuk penelitian ini sebanyak 45
perusahaan.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari laporan keuangan
dan laporan tahunan. Alasan menggunakan data sekunder yaitu laporan
keuangan perusahaan yang tercatat di BEI lebih mudah didapatkan,
penggunaan data sekunder sudah lazim digunakan oleh peniliti dalam
negeri maupun luar negeri, dan keabsahan laporan keuangan di BEI
sudah terpercaya karena laporan keuangan yang dipublikasikan di BEI
telah diaudit oleh auditor independen.
Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah
dikembangkan. Pengujian terhadap hipotesis satu sampai hipotesis enam
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi logistik.
Analisis regresi logistik digunakan karena variabel dependen merupakan
non-metrik dua kategori (variabel dummy) dan variabel independen
merupakan kombinasi antara metrik dan non-metrik. Data yang telah
dikumpulkan, ditabulasikan ke dalam bentuk tabel untuk mempermudah
analisis data. Pengolahan data dan pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi
22.0.
Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis
sebagai berikut:

𝐴𝑆
Ln = 𝛼 + 𝛽1 𝐾𝐴𝑃 + 𝛽2 𝑇𝐴 + 𝛽3 𝐹𝐷 + 𝛽4 𝐴𝐷 + 𝛽5 𝑂𝐴
1 − 𝐴𝑆
+ 𝛽6 𝐶𝐸𝑂 + 𝜀

Keterangan:

𝐴𝑆
Ln 1−𝐴𝑆 = Variabel dummy auditor switching (Angka 1 untuk
perusahaan yang melakukan pergantian dari KAP big four

6
ke KAP big four maupun dari KAP non big four ke KAP big
four, sedangkan angka 0 untuk perusahaan yang
melakukan pergantian dari KAP big four ke KAP non big
four maupun dari KAP non big four ke KAP non big four.)
KAP = Ukuran KAP
TA = Ukuran perusahaan
FD = Financial distress
AD = Audit delay
OA = Opini audit
CEO = Pergantian manajemen
α = Tingkat signifikansi
β = Koefisien regresi logistik
ε = Kesalahan residual

Gambaran Objek Pembahasan


Gambaran umum sampel yang menjadi objek penelitian dapat dilihat
dalam Tabel 1. Ada 422 perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2014 dan hanya 45 perusahaan yang
memiliki data yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Tabel 1 Hasil Seleksi Sampel Penelitian

Jumlah
Keterangan perusahaan
Perusahaan manufaktur tahun 2014 144
Perusahaan yang pernah mengalami delisting (2)
Perusahaan tercatat di BEI setelah 31 Desember 2010 (13)
Laporan keuangan disajikan dalam mata uang selain (28)
rupiah
Jumlah sampel yang digunakan (per tahun) 101
Jumlah sampel selama periode 2012-2014 303
Perusahaan tidak melakukan auditor switching (258)
periode 2012-2014
Jumlah sampel 45
Sumber: Hasil olahan penulis

Perusahaan manufaktur terbagi menjadi tiga jenis industri yaitu


industri dasar dan kimia (Basic Industry and Chemical), industri barang
konsumsi (Consumer Goods Industry), dan aneka industri (Miscellaneous
Industry). Distribusi sampel perusahaan dalam jenis-jenis industri
tersebut ditabulasikan dalam Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2, urutan jumlah sampel dari paling banyak
sampai paling sedikit berdasarkan klasifikasi industri yaitu industri dasar

7
dan kimia dengan jumlah 21 sampel (46,67%), industri barang konsumsi
dengan jumlah 7 sampel (15,55%), dan aneka industri dengan jumlah 17
sampel (37,78%) dari total sampel yang digunakan dalam penelitian.

Tabel 2 Distribusi Sampel Perusahaan Berdasarkan Jenis Industri

Jenis Industri 2012 2013 2014 Jumlah %


Industri dasar dan 6 9 6 21 46,67%
kimia
Industri barang 3 2 2 7 15,55%
konsumsi
Aneka Industri 9 6 2 17 37,78%
Total 18 17 10 45 100%
Sumber: Hasil olahan penulis

Auditor switching dalam penelitian ini diukur dengan variabel


dummy, yang bernilai 1 atau 0. Auditor switching bernilai 1 berarti
perusahaan melakukan auditor switching dari KAP big four ke KAP big
four maupun dari KAP non big four ke KAP big four, sedangkan auditor
switching bernilai 0 berarti perusahaan melakukan auditor switching dari
KAP big four ke KAP non big four maupun dari KAP non big four ke KAP
non big four. Klasifikasi sampel berdasarkan auditor switching
ditabulasikan dalam Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 3, klasifikasi sampel berdasarkan auditor
switching menunjukkan sampel lebih banyak melakukan auditor
switching dari KAP big four ke KAP big four maupun dari KAP non big four
ke KAP big four dengan jumlah 7 sampel (15,56%) dan sisanya sebanyak
38 sampel (84,44%) melakukan auditor switching dari KAP big four ke KAP
non big four maupun dari KAP non big four ke KAP non big four.

Tabel 3 Klasifikasi Sampel Berdasarkan Auditor Switching

Keterangan 2012 2013 2014 Jumlah %


Auditor Switching dari KAP 3 3 1 7 15,56%
big four ke KAP big four
maupun KAP non big four ke
KAP big four
Auditor switching dari KAP 15 14 9 38 84,44%
big four ke KAP non big four
maupun dari KAP non big
four ke KAP non big four
Total 18 17 10 45 100%
Sumber: Hasil olahan penulis

8
Tabel 4 Klasifikasi Sampel Berdasarkan Ukuran KAP

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid ,00 40 88,9 88,9 88,9
1,00 5 11,1 11,1 100,0
Total 45 100,0 100,0
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0

Berdasarkan Tabel 4, klasifikasi sampel berdasarkan ukuran KAP


menunjukkan 40 sampel (88,9%) menggunakan jasa KAP non big four,
sedangkan sebanyak 5 sampel (11,1%) menggunakan jasa KAP big four.
Berdasarkan Tabel 5, klasifikasi sampel berdasarkan ukuran
perusahaan menunjukkan bahwa logaritma natural ukuran perusahaan
memiliki nilai paling kecil 23,08 dan nilai paling besar 30,91. Rata-rata
logaritma natural ukuran perusahaan sebesar 27,1692 dengan standar
deviasi 1,39333.

Tabel 5 Klasifikasi Sampel Berdasarkan Ukuran Perusahaan

Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
TA 45 23,08 30,91 27,1692 1,39333
Valid N
45
(listwise)
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0

Tabel 6 Klasifikasi Sampel Berdasarkan Financial Distress

Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
FD 45 -2,12 17,36 2,5998 3,66322
Valid N
45
(listwise)
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0

Berdasarkan Tabel 6, klasifikasi sampel berdasarkan financial


distress menunjukkan bahwa Z-score memiliki angka paling kecil -2,12
dan nilai paling besar 17,36. Rata-rata Z-score sebesar 2,5998 berarti
rata-rata perusahaan dalam kondisi abu-abu. Standar deviasi Z-score
sebesar 3,66322.

9
Tabel 7 Klasifikasi Sampel Berdasarkan Audit Delay

Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
AD 45 33,00 137,00 81,8222 20,51307
Valid N
45
(listwise)
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0

Berdasarkan Tabel 7, klasifikasi sampel berdasarkan audit delay


menunjukkan bahwa audit delay paling cepat selama 33 hari dan paling
lama selama 137 hari. Rata-rata audit delay perusahaan manufaktur
periode 2012-2014 selama 82 hari dengan standar deviasi audit delay
sebesar 20,51307.
Berdasarkan Tabel 8, klasifikasi sampel berdasarkan opini audit
menunjukkan 44 sampel (97,8%) menerima opini unmodified dan sisanya
1 sampel (2,2%) menerima opini modified.

Tabel 8 Klasifikasi Sampel Berdasarkan Opini Audit

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid ,00 1 2,2 2,2 2,2
1,00 44 97,8 97,8 100,0
Total 45 100,0 100,0
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0

Tabel 9 Klasifikasi Sampel Berdasarkan Pergantian Manajemen

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid ,00 23 51,1 51,1 51,1
1,00 22 48,9 48,9 100,0
Total 45 100,0 100,0
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0

Berdasarkan Tabel 9, klasifikasi sampel berdasarkan pergantian


manajemen menunjukkan sebanyak 22 sampel (48,9%) melakukan
pergantian manajemen, sedangkan sebanyak 23 sampel (51,1%) tidak
melakukan pergantian manajemen.

10
Hasil dan Pembahasan

Tabel 10 Overall Model Fit Test

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c
-2 Log Coefficients
Iteration likelihood Constant
Step 0 1 39,526 -1,378
2 38,905 -1,663
3 38,900 -1,691
4 38,900 -1,692
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0

Block 1: Method = Enter


Iteration Historya,b,c,d
-2 Log Coefficients
likeli
Iteration hood Constant KAP TA FD AD OA CEO
Step 1 19,199 -3,780 2,937 ,086 ,029 -,007 -,060 ,595
1 2 13,024 -7,746 3,650 ,220 ,086 -,017 -,200 1,498
3 10,579 -11,586 4,010 ,345 ,199 -,027 -,497 2,662
4 9,521 -12,312 4,801 ,325 ,364 -,027 -,951 3,921
5 9,088 -11,123 5,855 ,218 ,520 -,022 -1,564 5,381
6 8,942 -11,053 6,917 ,159 ,613 -,018 -2,088 6,817
7 8,899 -11,904 7,934 ,148 ,636 -,017 -2,250 7,955
8 8,884 -12,893 8,936 ,148 ,637 -,016 -2,267 8,971
9 8,879 -13,893 9,937 ,148 ,638 -,016 -2,270 9,974
10 8,877 -14,893 10,937 ,148 ,638 -,016 -2,271 10,974
11 8,876 -15,893 11,937 ,148 ,638 -,016 -2,271 11,975
12 8,876 -16,893 12,937 ,148 ,638 -,016 -2,271 12,975
13 8,876 -17,893 13,937 ,148 ,638 -,016 -2,271 13,975
14 8,876 -18,893 14,937 ,148 ,638 -,016 -2,271 14,975
15 8,876 -19,893 15,937 ,148 ,638 -,016 -2,271 15,975
16 8,876 -20,893 16,937 ,148 ,638 -,016 -2,271 16,975
17 8,876 -21,893 17,937 ,148 ,638 -,016 -2,271 17,975
18 8,876 -22,893 18,937 ,148 ,638 -,016 -2,271 18,975
19 8,876 -23,893 19,937 ,148 ,638 -,016 -2,271 19,975
20 8,876 -24,893 20,937 ,148 ,638 -,016 -2,271 20,975
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0

11
Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai -2LL awal (Block Number = 0)
sebesar 38,9 dan nilai -2LL pada akhir (Block Number = 1) sebesar 8,876.
Nilai tersebut menujukkan adanya penurunan nilai -2LL berarti Ha ditolak
dan H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang
dihipotesiskan fit dengan data.

Tabel 11 Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test

Step Chi-square df Sig.


1 1,870 7 ,967
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0

Berdasarkan Tabel 11 nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of


Fit Test Statistics sebesar 0,967. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05
sehingga Ha ditolak dan H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
model fit atau tidak ada perbedaan antara model dengan data.

Tabel 12 Koefisien Determinasi

-2 Log Cox & Snell R Nagelkerke R


Step likelihood Square Square
a
1 8,876 ,487 ,841
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0

Berdasarkan Tabel 12, nilai Nagelkerke R square sebesar 0,841


yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh
variabilitas variabel independen sebesar 84,1%, sedangkan sisanya
sebesar 15,9% dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian.
Tabel klasifikasi digunakan untuk menghitung nilai estimasi yang
benar (correct) dan salah (incorrect). Tabel 13 menunjukkan bahwa
terdapat 38 perusahaan yang diprediksi melakukan auditor switching dari
KAP big four ke KAP non big four maupun dari KAP non big four ke KAP
non big four dari total 38 perusahaan yang melakukan auditor switching
dari KAP big four ke KAP non big four maupun dari KAP non big four ke
KAP non big four. Kekuatan prediksi model regresi logistik untuk
perusahaan yang melakukan auditor switching dari KAP big four ke KAP
big four maupun dari KAP non big four ke KAP big four sebesar 85,7%,
yang berarti bahwa dengan menggunakan model regresi yang diajukan
terdapat 6 perusahaan yang diprediksi akan melakukan auditor switching
dari KAP big four ke KAP big four maupun dari KAP non big four ke KAP
big four dari total 7 perusahaan yang melakukan auditor switching dari
KAP big four ke KAP big four maupun dari KAP non big four ke KAP big
four.

12
Tabel 13 Tabel Klasifikasi

Predicted
AS Percentage
Observed ,00 1,00 Correct
Step 1 AS ,00 38 0 100,0
1,00 1 6 85,7
Overall
97,8
Percentage
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0

Tabel 14 Uji Hipotesis

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
a
Step 1 KAP 20,937 15178,304 ,000 1 ,999 1238169120,700
TA ,148 1,154 ,016 1 ,898 1,159
FD ,638 ,617 1,069 1 ,301 1,892
AD -,016 ,052 ,098 1 ,754 ,984
OA -2,271 40770,890 ,000 1 1,000 ,103
CEO 20,975 6840,376 ,000 1 ,998 1286228106,941
Constant -24,893 40192,979 ,000 1 1,000 ,000
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 22.0

Berdasarkan Tabel 14, persamaan regresi logistik dalam penelitian


ini dapat dinyatakan dengan:
𝑉𝐴𝑆
Ln = −24,893 + 20,937 𝐾𝐴𝑃 + 0,148 𝑇𝐴 + 0,638 𝐹𝐷
1 − 𝑉𝐴𝑆

− 0,016 𝐴𝐷 − 2,271 𝑂𝐴 + 20,975 𝐶𝐸𝑂 + 𝜀

Ukuran KAP
Tabel 14 menunjukkan koefisien ukuran KAP (KAP) sebesar 20,937 dan
nilai signifikansi sebesar 0,999. Dalam penelitian ini, hipotesis pertama
ditolak karena nilai signifikansi yang diperoleh (0,999) > nilai signifikansi
yang ditetapkan (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran KAP
tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Hal ini
menunjukkan bahwa KAP big four maupun KAP non big four yang
digunakan oleh perusahaan pada tahun sebelumnya tidak menentukan
perusahaan akan melakukan auditor switching dengan berpindah ke KAP

13
big four. KAP big four dan KAP non big four tetap memberikan kualitas
audit sesuai dengan standar audit yang telah ditetapkan sehingga ukuran
KAP tidak menentukan pergantian auditor oleh perusahaan dengan
alasan untuk mendapatkan kualitas audit yang lebih baik.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Budi, Arifati, Oemar
(2015) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur tercatat
di BEI tahun 2009-2013. Hasil penelitian Budi et al. (2015) menyatakan
bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap pergantian auditor. Hasil
penelitian yang berlawanan adalah penelitian Nasser et al. (2006),
Trisnawati & Wijaya (2009), Juliantari dan Rasmini (2013) yang
menyatakan bahwa ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap
pergantian auditor.

Ukuran Perusahaan
Tabel 14 menunjukkan koefisien ukuran perusahaan (TA) sebesar 0,148
dan nilai signifikansi sebesar 0,898. Dalam penelitian ini, hipotesis kedua
ditolak karena nilai signifikansi yang diperoleh (0,898) > nilai signifikansi
yang ditetapkan (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan pada tahun
sebelumnya tidak mendorong perusahaan melakukan pergantian auditor.
Hal ini menolak logika bahwa prinsipal akan memilih auditor yang
semakin besar ketika ukuran perusahaan semakin besar. Alasan prinsipal
memilih auditor yang besar ketika ukuran perusahaan besar adalah
auditor yang besar dianggap semakin berkualitas dan dapat memfasilitasi
hubungan antara prinsipal dan agen. Akan tetapi, kualitas audit yang
dilakukan oleh auditor besar maupun kecil seharusnya sama karena
mengikuti standar audit yang telah ditetapkan, sehingga ukuran
perusahaan tidak menentukan pergantian auditor dengan alasan ukuran
auditor harus sesuai dengan ukuran perusahaan agar kualitas audit
semakin baik.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Prastiwi & Wilsya
(2009) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur tercatat
di BEI tahun 2002-2006, Nabila (2011) yang melakukan penelitian pada
perusahaan manufaktur tercatat di BEI tahun 2005-2009, Pradipta &
Septiani (2014) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur
tercatat di BEI tahun 2010-2012. Hasil penelitian Juliantari dan Rasmini
(2013) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur tercatat
di BEI tahun 2007-2011 menunjukkan hasil yang sebaliknya. Penelitian
Juliantari dan Rasmini menemukan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap pergantian auditor.

14
Financial Distress
Tabel 14 menunjukkan koefisien financial distress (FD) sebesar 0,638
dan nilai signifikansi sebesar 0,301. Dalam penelitian ini, hipotesis ketiga
ditolak karena nilai signifikansi yang diperoleh (0,301) > nilai signifikansi
yang ditetapkan (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa financial
distress tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perusahaan sehat maupun perusahaan
yang mengalami kesulitan keuangan pada tahun sebelumnya tidak
mendorong perusahaan melakukan auditor switching. Hal ini disebabkan
oleh perusahaan akan mempertimbangkan secara serius mengenai
keputusan pergantian auditor.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Budi, Arifati, Oemar
(2015) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur tercatat
di BEI tahun 2009-2013 dan Aprillia (2013) yang melakukan penelitian
pada perusahaan perbankan tercatat di BEI tahun 2008-2011. Hasil
penelitian Mahantara (2013) yang melakukan penelitian pada perusahaan
tercatat di BEI tahun 2008-2011 menunjukkan hasil yang sebaliknya.

Audit Delay
Tabel 14 menunjukkan koefisien audit delay (AD) sebesar -0,016 dan nilai
signifikansi sebesar 0,754. Dalam penelitian ini, hipotesis keempat ditolak
karena nilai signifikansi yang diperoleh (0,754) > nilai signifikansi yang
ditetapkan (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa audit delay tidak
berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Audit delay yang
semakin lama dapat berdampak negatif pada reaksi pasar. Pada
umumnya investor menganggap keterlambatan pelaporan keuangan
merupakan pertanda buruk bagi kondisi kesehatan perusahaan
(Purnamasari, 2012).
Namun, apabila waktu penyelesaian laporan audit independen
yang lama tidak melebihi waktu yang ditetapkan oleh Bapepam untuk
mempublikasikan laporan keuangan, memungkinkan perusahaan
mempertimbangkan keinginannya untuk mengganti auditor. Jika
perusahaan berganti auditor, maka auditor baru perlu melakukan
pemahaman atas bisnis perusahaan dan risiko yang membutuhkan waktu
lebih lama dibandingkan jika perusahaan tetap menggunakan auditor
yang lama. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Ardianingsih
(2014) yang melakukan penelitian pada perusahaan perbankan yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Hasil penelitian
Pawitri dan Yadnyana (2015) yang melakukan penelitian pada perusahaan
real estate tahun 2009-2013 menunjukkan hasil yang sebaliknya.

Opini Audit
Tabel 14 menunjukkan koefisien opini audit (OA) sebesar -2,271 dan nilai
signifikansi sebesar 1. Dalam penelitian ini, hipotesis kelima ditolak

15
karena nilai signifikansi yang diperoleh (1) > nilai signifikansi yang
ditetapkan (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa opini audit tidak
berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa opini audit yang diterima perusahaan pada tahun
sebelumnya tidak mempengaruhi perusahaan untuk berpindah auditor di
tahun berikutnya. Jika perusahaan mendapatkan opini selain unmodified
melakukan pergantian auditor dengan tujuan mendapatkan opini
unmodified, maka hal tersebut tidak menjamin perusahaan akan
mendapatkan opini unmodified. Hal tersebut dikarenakan setiap auditor
menggunakan standar yang sama. Jika menurut standar audit,
perusahaan tersebut tidak dapat mendapatkan opini unmodified maka
auditor manapun tidak akan memberikan opini unmodified. Oleh karena
itu, opini audit tahun sebelumnya tidak mempengaruhi pergantian
auditor.
Hasil penelitian ini didukung oleh Pratini & Astika (2013) yang
melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur tercatat di BEI tahun
2008-2011, Pawitri & Yadnyana (2015) yang melakukan penelitian pada
perusahaan real estate and property tahun 2009-2013, dan Trisnawati
&Wijaya (2009) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur
tercatat di BEI tahun 2005-2007.

Pergantian Manajemen
Tabel 14 menunjukkan koefisien pergantian manajemen (CEO) sebesar
20,975 dan nilai signifikansi sebesar 0,998. Dalam penelitian ini, hipotesis
keenam ditolak karena nilai signifikansi yang diperoleh (0,998) > nilai
signifikansi yang ditetapkan (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa
pergantian manajemen tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor
switching. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang
melakukan pergantian manajemen dan tidak melakukan pergantian
manajemen tidak mendorong perusahaan melakukan pergantian auditor.
Hasil penelitian ini menolak logika bahwa manajemen baru akan
mengganti auditor dengan harapan dapat mengikuti kebijakan baru yang
dibuat atau mempunyai hubungan yang baik dengan manajemen. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kebijakan manajemen baru dapat
diselaraskan dengan dengan kebijakan KAP dengan melakukan negosiasi
dengan kedua belah pihak. Oleh karena itu, pergantian manajemen tidak
menjamin perusahaan akan mengganti auditor.
Hasil penelitian ini didukung oleh Kawijaya & Januarti (2002) yang
melakukan penelitian pada perusahaan di Surabaya dan Sidoarjo,
Wahyuningsih & Suryanawa (2010) yang melakukan penelitian pada
perusahaan manufaktur tercatat di BEI tahun 2005-2009, dan Aprillia
(2013) yang melakukan penelitian pada perusahaan perbankan tercatat di
BEI tahun 2008-2011. Sinarwati (2010) yang melakukan penelitian pada
perusahaan manufaktur tercatat di BEI tahun 2003-2007, Pratini & Astika

16
(2013) yang melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur tercatat
di BEI tahun 2008-2011, dan Pawitri & Yadnyana (2015) yang melakukan
penelitian pada perusahaan real estate and property tahun 2009-2013
memiliki hasil penelitian yang berbeda terkait dengan pergantian
manajemen yaitu pergantian manajemen berpengaruh signifikan
terhadap pergantian auditor.

Simpulan dan Saran


Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil pengujian analisis regresi logistik menunjukkan bahwa
secara statistik tidak terbukti terdapat pengaruh signifikan ukuran
KAP terhadap auditor switching selama tiga tahun pengamatan
(2012-2014).
2. Hasil pengujian analisis regresi logistik menunjukkan bahwa
secara statistik tidak terbukti terdapat pengaruh signifikan ukuran
perusahaan terhadap auditor switching selama tiga tahun
pengamatan (2012-2014).
3. Hasil pengujian analisis regresi logistik menunjukkan bahwa
secara statistik tidak terbukti terdapat pengaruh signifikan
financial distress terhadap auditor switching selama tiga tahun
pengamatan (2012-2014).
4. Hasil pengujian analisis regresi logistik menunjukkan bahwa
secara statistik tidak terbukti terdapat pengaruh signifikan audit
delay terhadap auditor switching selama tiga tahun pengamatan
(2012-2014).
5. Hasil pengujian analisis regresi logistik menunjukkan bahwa
secara statistik tidak terbukti terdapat pengaruh signifikan opini
audit terhadap auditor switching selama tiga tahun pengamatan
(2012-2014).
6. Hasil pengujian analisis regresi logistik menunjukkan bahwa
secara statistik tidak terbukti terdapat pengaruh signifikan
pergantian manajemen terhadap auditor switching selama tiga
tahun pengamatan (2012-2014).

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:


1. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan menggunakan
objek penelitian seluruh perusahaan yang tercatat di BEI sehingga
dapat dilihat generalisasi teori secara valid.
2. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan menggunakan
variabel independen lain yang mungkin mempengaruhi auditor
switching untuk meningkatkan pengetahuan mengenai auditor
switching di Indonesia.
3. Penelitian selanjutnya hendaknya juga memperhatikan pergantian
auditor pada tingkat akuntan publik.

17
Daftar Rujukan
Addams, H., & Davis, B. (1994). Privately held companies report reasons
for selecting and switching auditors. The CPA Journal, 64(8), 38-41.
Altman, E., & McGough, T. (1974). Evaluation of a company as a going
concern. The Journal of Accountancy, 50-57.
Aprillia, E. (2013). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi auditor
switching. Accounting Analysis Journal, 2(2), 199-207.
Ardianingsih, A. (2014). Pengaruh audit delay dan ukuran KAP terhadap
audit switching: Kajian dari sudut pandang klien. Pena Jurnal Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, 92-109.
Arens, A., & Loebbecke, J. (2000). Auditing: An Integrated Approach (8th
ed.). New Jersey: Englewood Cliff.
Badan Pengawas Pasar Modal. (2006). Kewajiban Penyampaian Laporan
Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik. Jakarta:
Departemen Keuangan Republik Indonesia.
Budi, S., Arifati, R., & Oemar, A. (2015). Faktor-faktor yang
mempengaruhi perusahaan berpindah Kantor Akuntan Publik
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-
2013. Jurnal Ilmiah Mahasiswa S1Akuntansi Universitas
Pandanaran ISSN: 2442-4056, 1(1).
Chow, C., & Rice, S. (1982). Qualified audit opinions and auditor
switching. The Accounting Review, 5(2), 326-335.
Davidson, W., Jiraporn, P., & DaDalt, P. (2006). Causes and consequences
of audit shopping: An analysis of auditor opinion, earnings
management, and auditor changes. Quarterly Journal of Business
and Economics, 45(1/2), 69-87.
Dwijayanti, P. (2010). Penyebab, dampak, dan prediksi dari financial
distress serta solusi untuk mengatasi financial distress. Jurnal
Akuntansi Kontemporer, 2(2), 191-205.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS 21 Update PLS Regresi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hartwell, C., Lightle, S., & Moreland, K. (2001). The client acceptance
decision: Is the third time charm or is it three strikes and you’re
out. Ohio CPA Journal, 60(4), 31-35.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2015). Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Institut Akuntan Publik Indonesia. (2013). Modifikasi terhadap Opini
dalam Laporan Auditor Independen. Jakarta: Institut Akuntan
Publik Indonesia.
Institut Akuntan Publik Indonesia. (2013). Perumusan Suatu Opini dan
Pelaporan atas Laporan Keuangan. Jakarta: Institut Akuntan
Publik Indonesia.

18
Iskandar, T, & Wafa, S. (1993). Incidence of qualified opinions and the
effects on auditor switching: An empirical study in Malaysia. Jurnal
Pengurusan, 12, 53-63.
Jensen, M., & Meckling, W. (1976). Theory of the firm: Managerial
behavior, agency costs and ownership structure. Journal of
Financial Economics 3, 305-360.
Juliantari, N., & Rasmini, N. (2013). Auditor switching dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
3(3), 231-246.
Kawijaya, N., & Juniarti. (2002). Faktor-faktor yang mendorong
perpindahan auditor (auditor switch) pada perusahaan-
perusahaan di Surabaya dan Sidoarjo. Jurnal Akuntansi &
Keuangan, 4(2), 93-105.
KMK Nomor 423 Tahun 2002 (2002). Keputusan Menteri Keuangan No.
423 Tahun 2002 tentang Jasa Akuntan Publik. Jakarta: Menteri
Keuangan.
Mahantara, A. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi pergantian
Kantor Akuntan Publik pada perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana,
02(10), 724-736.
Messier, W., Eilifsen, A., Glover, S., & Prawitt, D. (2010). Auditing &
Assurance Services (2nd International ed.). London: McGraw-Hill.
Nabila. (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi Auditor Switching.
Naskah Publikasi. Universitas Diponegoro, Yogyakarta.
Nasser, A., Wahid, E., Nazri, S., & Hudaib, M. (2006). Auditor-client
relationship: The case of audit tenure and auditor switching in
Malaysia. Managerial Auditing Journal, 21(7), 724-737.
Pawitri, N., & Yadnyana, K. (2015). Pengaruh audit delay, opini audit,
reputasi auditor, dan pergantian manajemen pada voluntary
auditor switching. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 10(1),
214-228.
Petronila, T. (2007). Analisis skala perusahaan, profitabilitas, opini audit,
pos luar biasa, dan umur perusahaan atas audit delay.
Akuntabilitas, 6(2), 144-156.
PMK Nomor 17 Tahun 2008 (2008). Peraturan Menteri Keuangan No. 17
Tahun 2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Jakarta: Menteri
Keuangan.
PP Nomor 20 Tahun 2015 (2015). Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2015 tentang Praktik Akuntan Publik.
Jakarta: Departemen Keuangan.
Pradipta, R., & Septiani, A. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi
perusahaan manufaktur terdaftar di BEI melakukan pergantian
auditor secara voluntary. Diponegoro Journal of Accounting, 3(3),
1-10.

19
Prastiwi, A., & Wilsya, F. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi
pergantian auditor: Studi empiris perusahaan publik di Indonesia.
Jurnal Dinamika Akuntansi, 1(1), 62-75.
Prastyaningrum, D. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi
perusahaan melakukan auditor switching. Naskah Publikasi.
Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Pratini, I. & Astika, I. (2013). Fenomena pergantian auditor di bursa efek
Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 5(2), 470-482.
Pratitis, Y. (2012). Auditor switching: Analisis berdasar ukuran KAP,
ukuran klien, dan financial distress. Accounting Analysis Journal,
1(1), 27-32.
Purnamasari, C. (2012). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi audit
delay pada perusahaan LQ 45 yang terdaftar di bursa efek
Indonesia. Naskah Publikasi. Universitas Gunadarma, Yogyakarta.
Puspitasari, E., & Sari, A. (2012). Pengaruh karakteristik perusahaan
terhadap lamanya waktu penyelesaian audit (audit delay) pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia.
Jurnal Akuntansi & Auditing, 9(1), 31-42.
Rachmawati, S. (2008). Pengaruh faktor internal dan eksternal
perusahaan terhadap audit delay dan timeliness. Jurnal Akuntansi
dan Keuangan, 10(1), 1-10.
Schwartz, K., & Menon, K. (1985). Auditor switches by failing firms. The
Accounting Review, 60(2), 248-261.
Sinarwati, N. (2010). Mengapa perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI melakukan pergantian kantor akuntan publik. Simposium
Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010, 1-20.
Trisnawati, E., & Wijaya, H. (2009). Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi perusahaan berpindah kantor akuntan publik pada
perusahaan yang listing di BEI pada tahun 2005-2007. Jurnal
Akuntansi, 9(3), 221-240.
Turner, L., Williams, J., & Weirich, T. (2005). An inside look at auditor
changes. The CPA Journal, 12-21.
Wahyuningsih, N. & Suryanawa, I. (2010). Analisis pengaruh opini audit
going concern dan pergantian manajemen pada auditor switching.
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.

20

Anda mungkin juga menyukai