Anda di halaman 1dari 5

RESUME MATERI PERTEMUAN KE-9

POLA KEPERILAKUAN AUDITOR DAN DIMENSI KENDALI INTERNAL

Nama : Hendra Andriyana


NPM : 22062020006
Mata Kuliah : Akuntansi Keperilakuan

A. Pola Keperilakuan Auditor


1. Definisi Audit dan auditor
Audit adalah kegiatan memeriksa dan mengkonfirmasi, Audit dilakukan meliputi
hampir setiap lembaga dan organisasi. Unit pemerintah yang diaudit secara rutin untuk
akuntabilitas dana publik, kepatuhan terhadap peraturan, dan administrasi. Adapun hal
yang menjadi objek pemeriksaan beragam mulai dari investasi, rekening bank, dan
instrumen keuangan lainnya. Kegitan audit dilakukan oleh auditor (orang) bukan oleh
suatu robot atau sistem yang memiliki emosi dan perasaan. Namun auditor telah
menjadi subyek dari kesalahpahaman umum bahwa telah menyebabkan streotype yang
mencakup kesalahan tertentu. Audit merupakan bagian penting dalam dunia akuntansi.
Pelaksanaannya tidak terlepas dari aspek perilaku seorang auditor dan sebagai
pendukung keputusan yang diambil.
sehingga dapat disimpulkan bahwa audit merupakan proses akumulasi yang
secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai informasi atau
pernyataan tentang tindakan dan peristiwa ekonomi untuk menentukan dan melaporkan
derajat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengkomunikasikan hasil dari audit tersebut yang dilakukan oleh orang yang
berwenang, bebas dan tidak terikat kepada para pengguna.
2. Aspek Keperilakuan Audit.
Dalam rangka untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pola perilaku
auditor dan menempatkan mereka ke dalam perspektif yang tepat, pertama-tama perlu
untuk membatasi domain dari audit. Peran penting auditor dalam memastikan
pandangan yang benar dan adil mengenai posisi kinerja manajerial perusahaan. Hal ini
ditemukannya kasus-kasus penipuan keuangan, kecurangan kerja, prosedur kerja tidak
sesuai, membuktikan bahwa tanggung jawab auditor terkait pencegahan dan deteksi
penipuan sering kali terhalang oleh ketidakmampuan untuk mendeteksinya, atau, lebih
buruk lagi, oleh keterlibatannya auditor.

1
Secara objektif auditor harus independensi dalam mengaudit laporan keuangan
dan mengikuti kode etik dan aturan-aturan dalam mengaudit laporan keuangan suatu
perusahaan. Namun pada kenyataannya terkadang seorang auditor mengalami dilema
etika karena auditor yang baik harus menjaga independensinya dalam pengambilan
keputusan, di satu sisi adanya desakan seorang klien untuk memberikan opini yang
bermanfaat bagi perusahaannya tanpa mempertimbangkan aspek lain. Jika auditor tidak
memberikan opini yang bermanfaat bagi perusahaan maka banyak tenaga kerja yang
kehilangan pekerjaannya, auditor pun akan kehilangan pekerjaannya. Maka terjadilah
dilema etika.
Dalam setiap hal yang berkaitan dengan pembukuan keuangan, pasti mempunyai
fungsi utamanya tersendiri. Seperti asas dasar penilaian yang mempunyai fungsi
sebagai judgement. Judgment diperlukan karena audit tidak dilakukan terhadap seluruh
bukti. Bukti ini yang digunakan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditan, sehingga dapat dikatakan bahwa audit judgement ikut menentukan hasil dari
pelaksanaan audit. Audit judgment merupakan suatu pertimbangan pribadi atau cara
pandang dalam menanggapi informasi yang mempengaruhi dokumentasi bukti serta
pembuatan keputusan pendapat auditor atas laporan keuangan suatu entitas. Judgment
juga sangat tergantung dari persepsi individu mengenai suatu situasi yang ada. Audit
judgment diperlukan karena audit tidak dilakukan terhadap seluruh bukti. Bukti iniah
yang digunakan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, sehingga
dapat dikatakan bahwa audit judgment ikut menentukan hasil dari pelaksanaan audit.
Kualitas dari judgment ini akan menunjukkan seberapa baik kinerja seorang auditor
dalam melakukan tugasnya.
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi auditor dalam pembuatan audit
judgment yaitu faktor pengetahuan, pengalaman, perilaku auditor dalam memperoleh
dan mengevaluasi informasi, tekanan dari atasan maupun entitas yang diperiksa, serta
kompleksitas tugas saat melakukan pemeriksaan juga dapat mempengaruhi judgment
auditor.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai auditor, maka sedapat mungkin harus
mengeliminasi faktor kepribadian dari pertimbangan mengenai perilaku auditor
Terdapat lima alasan dari pernyataan tersebut, yaitu:
a) Auditor baru dipersiapkan secara akademik dan profesional dengan baik melalui
pendidikan tinggi dan sertifikasi profesional.

2
b) Dilakukan penyaringan atau pemilihan awal dan wawancara dengan baik sebelum
penugasan dengan tujuan untuk memperkerjakan auditor baru dari kelompok yang
sudah diseleksi dengan baik.
c) Auditor baru dilatih kembali secara intens oleh organisasi tempat kerja mereka.
d) Auditor baru perlu disupervisi dengan baik oleh auditor senior, karena kompetensi
atau pengalaman yang kurang akan menempatkan organisasinya menghadapi
risiko.
e) Auditor baru diupayakan untuk tidak banyak dihadapkan dengan pembuatan
keputusan mengenai auditnya.
Penilaian auditor tergantung pada persepsi atas situasi tertentu. Penilaian,
merupakan gambaran kualitas dari profesi. Penilaian merupakan perilaku yang paling
dipengaruhi oleh persepsi situasi, yang ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor utama
yakni materialitas dan keyakinan (faith). Pertama, Dimana konsep materialitas
menyatakan bahwa tidak semua informasi keuangan diperlukan atau tidak semua
informasi seharusnya dikomunikasikan. Dalam laporan akuntansi hanya informasi
material yang seharusnya disajikan. Informasi yang tidak material sebaiknya diabaikan
atau dihilangkan. Hal tersebut dapat dianalogikan bahwa konsep materialitas juga tidak
memandang secara lengkap terhadap semua kesalahan, hanya kesalahan yang
mempunyai pengaruh material yang wajib diperbaiki. Material seharusnya tidak hanya
dikaitkan dengan keputusan investor, baik yang hanya berdasarkan tipe informasi
tertentu maupun metode informasi yang disajikan.
Berdasarkan hasil riset yang ada, terdapat dua hal, yaitu (1) apa yang
memengaruhi tingkat materialitas sering kali ditentukan oleh penilaian atau
pertimbangan (judgement) tentang apa yang material dan apa yang tidak, (2) menjawab
pertanyaan yang saling berhubungan, bagaimana dan seluas apa pengaruh materialitas
terhadap perilaku auditor. Kesimpulan yang dapat diambil adalah perilaku auditor
biasanya bergantung pada keinginan auditor untuk menerima risiko salah dari masalah
materialitas. Terdapat dua elemen yang dapat dijadikan pertimbangan, antara lain (1)
komunikasi antara uditor mengenai pekerjaan yang harus dikerjakan dan (2)
mengurangi, sebanyak mungkin, kecenderungan auditor akan kebutuhan audit short-
cutting melalui rasionalisasi yang tidak tepat.
Keduia, keyakinan atau yang biasa disebut dengan The Faith Syndrome, dari
berbagai referensi dapat dikatakan bahwa keyakinan merupakan satu kondisi persepsi
yang mungkin memengaruhi perubahan perilaku sering disebut dengan efek halo (hallo

3
effect), suatu persepsi positif, tetapi lebih banyak merupakan salah persepsi dari orang
lain. Dalam auditing, efek halo terjadi saat persepsi auditor didominasi dan dipimpin
oleh keyakinan bahwa kondisi yang ada dalam suatu audit tertentu mungkin menjadi
atau mungkin tidak menjadi kasus.
Sehingga banyak ahli menyebutkan penilaian auditor tergantung pada persepsi
dari sebuah situasi. Di mana Judgment adalah perilaku yang paling berpengaruh oleh
persepsi situasi. Faktor yang berpengaruh adalah materialitas dan keyakinan.

B. Dimensi Kendali Internal


1. Masalah-Masalah Pengendalian Internal
Pengendalian internal memang dapat membawa manfaat. Tetapi pengendalian
internal secara berlebihan, akan menjadikan fungsi manajemen tidak berjalan dengan
baik. Begitu Pengendalian internal mencapai titik tertentu, maka efektivitasnya
sebenarnya bisa menurun sehingga biaya yang harus ditanggung menjadi lebih besar
dibandingkan manfat yang semula diinginkan. Pengendalian internal perusahaan terdiri
dari kebijakan dan prosedur yang ditetapkan untuk memberikan keyakinan yang
memadai, bahwa tujuan perusahaan akan dicapai karenanya harus diciptakan suatu
sistem, prosedur, dan kebijaksanaan untuk menolong perusahaan mendapatkan jaminan
dan pengamanan bahwa transaksi yang dijalankan sah dan dicatat secara wajar. Untuk
menunjang keefektivan suatu pengendalian internal, maka salah satu unsur yang penting
adalah adanya suatu bagian dalam perusahaan yang bertugas menilai kelayakan dan
keefektivan pengendalian internal yang ada dan menilai kualitas kegiatan yang telah
dijalankan perusahaan.
Secara umum pengertian pengendalian internal adalah suatu proses pada
organisasi dalam mengecek ketelitian, keakurasian, serta efektivitas dan efisiensi dari
suatu proses bisnis untuk mencapai tujuan tertentu. Pengendalian intern diterapkan
untuk mencapai tujuan laba dan meminimalkan hal-hal yang terjadi diluar rencana.
Pengendalian intern dirancang agar manajemen dapat selalu mengikuti perkembangan
ekonomi dan persaingan, meningkatkan permintaan konsumen, dan merancang
kegiatan-kegiatan demi pertumbuhan di masa depan karena pengendalian internal yang
efektif sangat dibutuhkan untuk mengendalikan akivitas penjualan.

4
2. Manfaat Pengendalian Internal
Pengendalian internal akan bermanfaat bagi organisasi/ perusahaan, fungsi dari
dilaksanakannya pengendalian internal adalah yang pertama untuk pengendalian
preventif, yaitu untuk tindakan melakukan pengendalian internal sebelum suatu
masalah itu muncul. Sebagai contoh dalam melakukan pengendalian preventif adalah
dibuatnya peraturan-peraturan yang mengatur jalannya suatu organisasi. Kedua, adalah
pengendalian detektif, yaitu pengendalian yang dilakukan untuk mendeteksi masalah
yang sudah muncul, sebagai contoh adalah dilakukannya audit secara berkala dan
berkesinambungan. Lalu yang ketiga pengendalian korektif, yaitu merupakan
pengendalian internal untuk mengidentifikasi serta melakukan perbaikan masalah dan
memulihkan atas kesalahan tersebut. Sebagai contoh pengendalian korektif adalah
melakukan perbaikan sistem yang rusak.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa dengan berkembangnya suatu organisasi,
diperlukan suatu pengendalian internal supaya berbagai proses bisnis yang dijalankan di
suatu organisasi akan berjalan sebagaimana mestinya serta akan mencapai tujuan
organisasi yang diharapkan. Oleh karena itu, sistem pengendalian internal harus secara
terus menerus dilakukan dan senantiasa diawasi oleh pimpinan organisasi supaya dapat
ditentukan apakah sistem organisasi tersebut sudah berfungsi dan berjalan sebagaimana
yang telah dikehendaki serta perlu dilakukan perubahan apabila terdapat suatu masalah
supaya sistem organisasi tersebut akan semakin baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai