Anda di halaman 1dari 11

BAB PEMBAHASAN

A. DEFINISI AUDITING SAMPLING

Dikutip dari ( Buku Jasa dan Assurance /Edisi 8 ) : Auditing sampling didefinisikan
sebagai pemilihan dan evaluasi yang kurang dari 100 persen atas hal – hal yang relevan
dalam populasi audit yang dipilih sedemikian baik, sehingga auditor mengharapkan sampel
akan mewakili populasi dan dengan demikian memberikan dasar yang memadai untuk
kesimpulan tentang populasi.

Disisi lain, dalam pengambilan sampel auditor sering kali tidak praktis dan terlalu
mahal untuk memeriksa setiap transaksi. Namun, dalam pengambilan sampel akan
memudahkan auditor untuk menarik kesimpulan dalam mewakili seluruh transaksi atau item
dengan memeriksa sebagian kecil yang mewakili.

B. TAHAPAN SAMPLING AUDIT

1. Menyusun Rencana Audit

a) Jenis pengujian yang akan dilakukan, karena berpengaruh pada jenis sampling
yang akan digunakan. Pada pengujian pengendalian biasanya digunakan
sampling atribut, dan pada pengujian substantif digunakan sampling variable
b) Tujuan pengujian, pada pengujian pengendalian untuk meneliti derajat
keandalan pengendalian, sedangkan pengujian substantif tujuannya meneliti
kewajaran nilai informasi kuantitatif yang diteliti.
c) Populasi yang akan diteliti, disesuaikan dengan jenis dan tujuan pengujian
yang akan dilakukan.
d) Asumsi-asumsi yang akan digunakan dalam penelitian, terutama yang
diperlukan untuk menentukan unit sampel dan membuat simpulan hasil audit,
seperti tingkat keandalan, toleransi kesalahan, dan sebagainya.

2. Menetapkan Jumlah/Unit Sampel


Unit sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus/formula statistik sesuai
dengan jenis sampling yang dilakukan. Pada tahap ini hasilnya berupa pernyataan
mengenai jumlah unit sampel yang harus diuji pada populasi yang menjadi objek
penelitian.

3. Memilih Sampel

Jika menggunakan sampling statistik, pemilihan sampelnya harus dilakukan


secara acak (random).

4. Menguji Sampel

Auditor menerapkan prosedur audit atas sampel tersebut. Hasilnya, auditor


akan memperoleh informasi mengenai keadaan sampel tersebut.

5. Mengestimasi Keadaan Populasi

Berdasarkan keadaan sampel yang telah diuji, auditor melakukan evaluasi


hasil sampling untuk membuat estimasi mengenai keadaan populasi. Misalnya berupa
estimasi tingkat penyimpangan/kesalahan, estimasi nilai interval populasi, dan
sebagainya.

6. Membuat Simpulan Hasil Audit

Berdasarkan estimasi (perkiraan) keadaan populasi di atas, auditor membuat


simpulan hasil audit. Biasanya simpulan hasil audit ditetapkan dengan
memperhatikan/ membandingkan derajat kesalahan dalam populasi dengan batas
kesalahan yang dapat ditolerir oleh auditor. Jika kesalahan dalam populasi masih
dalam batas toleransi, berarti populasi dapat dipercaya. Sebaliknya, jika kesalahan
dalam populasi melebihi batas toleransi, populasi tidak dapat dipercaya.

C. UNSUR-UNSUR YANG MEMENGARUHI HASIL SAMPLING


Dikutip dari ( BPKP/ Sampling 2008 SA Edisi Keempat ) Auditing Permasalahan
utama sampling adalah keterwakilan (representasi) anggota populasi dalam sampel yang
dipilih. Oleh karena itu, dalam melaksanakansampling, auditor perlu memahami unsur-unsur
yang memengaruhi hasil sampling. Berikut merupakan unsur – unsur yang dimaksud :

• Unit Populasi .

Unit populasi dapat diartikan sebagai suatu objek atau elemen yang relevan
yang akan diuji dan dievaluasi. Pemilihan unit populasi yang tepat atau representatif
dalam proses sampling adalah faktor kunci yang dapat memengaruhi hasil sampling.

• Standar Deviasi.

• Tingkat Keyakinan.

• Kesalahan Sampling.

• Rangkuman.

D. Risiko Sampling

Berdasarkan ( Buku Jasa Audit dan Assurance/ Edisi 8 ) Ketika sampling


digunakan oleh auditor, unsur ketidakpastian masuk kedalam kesimpulan. Risiko
sampling dibagi menjadi 2 yaitu :

 Risiko Sampling (sampling risk)

Risiko ini mengacu pada kemungkinan bahwa sampel yang diambil tidak
mewakili populasi, sebagai akibatnya auditor akan menarik kesimpulan yang
salah mengenai saldo akun atau golongan transaksi berdsarkan sampel. Dalam
risiko sampling, auditor menghadapi kemungkinan jenis keputusan yaitu :
- Memutuskan bahwa populasi yang diuji tidak dapat diterima Ketika
pada kenyataannya dapat diterima dan,
- Memutuskan bahwa populasi yang diuji diterima Ketika pada
kenyataannya tidak.

Secara statistik, kesalahan ini disebut dengan kesalahan Tipe I dan Tipe II. Berikut
penjelasannya :

 Tipe I : Risiko penolakan yang salah ( risk of incorrect rejection


)
Yaitu sebuah risiko sampel dapat mendukung kesimpulan
bahwa pengendalian tidak beroperasi secara efektif, padahal
sebenarnya pengendalianberoperasi dengan efektif. Risiko ini
berkaitan dengan efesiensi dari audit. Jenis kesalahan keputusan ini
mengakibatkan auditor melakukan lebih bayak pekerjaan audit dari
yang dieprlukan untuk mencapai kesimpulan yang benar.

 Tipe II : Risiko penerimaan yang salah ( risk of acceptance )

Risiko ini dimana sampel mendukung kesimpulan bahwa


pengendalian telah beroperasi efektif, padahal sebenarnya tidak
berjalan dengan efektif. Risiko ini berkaitan dengan efektifitas
audit. Jenis kesalah ini dapat mengakibatkan auditor gagal untuk
mendeteksi salah saji dalam laporan keuangan. Dan kesalahan ini
dapat mengakibatkan atau memiliki potensi konsukuensi yang
berat yaitu adanya litigasi ( permasalahan hukum ).

 Risiko Nonsampling

Yaitu risiko dimana auditor menarik kesimpulan yang salah karena


berbagai alasan yang tidak terkait dengan risiko sampling. Sebagai contoh,
kesalahan auditor, pengujian populasi yang salah, gagal untuk mendeteksi
salah saji ketika menerapakan sebuah prosedur audit, atau salah
menginterpresentasikan hasil audit. Ketika menerapkan sampling untuk
pengujian subtantif terinci ( substantive test of detail ), baik risiko audit
sampling dan risiko non-sampling akan meningkatkan risiko deteksi auditor.
Ketidakpastian yang terkait dengan nonsampling yaitu dapat dikendalikan
dengan adanya pelatihan yang memadai, perencanaan yang tepat, dan
pengawasan yang efektif.

E. Bukti yang melibatkan Audit Sampling

Dikutip dari ( Buku Jasa dan Assurance /Edisi 8 dan SA 500 ) Dalam menilai risiko
salah saji material, atau dalam auditing saldo akun atau golongan transaksi, auditor
jarang bergantung pada pengujian tunggal. Beberapa prosedur audit melibatkan
sejumlah sampling seperti yang ditentukan oleh standar auditing, walaupun beberapa
tidak melibatkan sampling. Berikut merupakan jenis bukti yang menggunakan
auditing sampling :

 Inspeksi Aset Berwujud

Inspeksi adalah salah satu teknik yang digunakan dalam auditing untuk
mengumpulkan bukti dan informasi yang relevan dalam rangka menilai
keandalan laporan keuangan dan sistem kontrol internal suatu perusahaan.
Berikut merupakan contoh dari aset berwujud berupa barang-barang yang
memiliki bentuk fisik dan dapat disentuh, seperti peralatan, mesin, kendaraan,
gedung, tanah, stok barang, dan barang inventaris lainnya.
Jadi berdasarkan penjelasan diatas inspeksi aset berwujud didefinisikan
sebagai tindakan pemeriksaan fisik atau peninjauan langsung terhadap aset
fisik atau barang yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau entitas yang diaudit
dalam rangka menilai keandalan laporan keuangan dan sistem kontrol internal.
Inspeksi atas aset berwujud dapat memberikan bukti audit yang andal dalam
hubungannya dengan keberadaannya, namun tidak dapat digunakan untuk
membuktikan asersi hak dan kewajiban suatu entitas.

 Inspeksi Catatan atau Dokumen

Dalam hal ini para auditor dapat mengumpulkan bukti mengenai


efektifitas pengendalian dengan pengujian suatu sampel dari paket paket
dokumnetasi. Apalagi jika Perusahaan besar, maka pengendalian semacam ini
akan dilakukan berkali – kali.

 Pelaksanaan ulang

Untuk mematuhi standar dalam PCAOB, klien – klien Perusahaan


public harus mendokumentasikan dan menguji pengendalian atas asersi –
asersi penting bagi akun – akun yang signifikan. Dalam menilai komptensi dan
objektivitas atas pekerjaan klien, auditor dapat mengerjakan ulang sebuah
sampel dari pengujian yang telah dilaksanakan oleh klien.

 Perhitungan Ulang

Proses audit ini cukup mudah. Dalam perhitungan ulang, auditor


menghitung ulang sendiri transaksi tersebut dan membandingkannya dengan
laporan keuangan awal atau perhitungan perusahaan. Auditor kemudian dapat
mengidentifikasi apakah keduanya seimbang, atau menyelidiki lebih lanjut
jika ditemukan perbedaan atau ketidaksesuaian.

 Konfirmasi

Teknik umumyang digunakan untuk mengumpulkan bukti – bukti


bahwa saldo akun piutang ada dan dicatat secara tepat dengan cara mengirim
surat ke pelanggan dengan meminta mereka untuk mengkonfirmasi saldo akun
mereka. Namun dalam hal ini, auditor lebih memilih sampel dari pelanggan.
F. Jenis – Jenis Pendekatan Audit Sampling
Berdasarkan ( Buku Jasa Audit dan Assurance/ Edisi 8 ) standar auditing
mengakui dan mengizinkan menggunakan dua pendekatan yaitu : Pendekatan Statistik
dan Pendekatan Non – Statistik

1. Jenis Teknik Sampling Statistik


Teknik sampling ini menggunakan hukum probabilitas untuk menghitung
ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampel, sehingga memungkinkan
auditor untuk menggunakan ukuran sampel paling efisien dan selain itu,
untuk mengukur risiko sampel untuk tujuan mencapai kesimpulan
populasi. Dalam pendekatan ini mensyaratkan penggunaan pertimbangan
secara professional auditor yang bertujuan untuk merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi bukti sampel. Selain itu, pendekatan ini
memiliki keuntungan dan kelemahan. Berikut merupakan penjelasannya :

Keuntungan:

- Merancang sampel yang efisiensi


- Mengukur kecukupan bukti yang diperoleh
- Mengukur sampling risiko

Kekurangan:

- Memasukkan biaya tambahan pelatihan auditor dalam penggunaan


sampling yang tepat
- Merancang dan melakukan penerapan sampling
- Kurangnya penerapan yang konsisten diantara seluruh tim audit
karena kompleksitas dari konsep yang mendasari

Dalam pendekatan ini auditor menggunakan tiga jenis utama dari Teknik sampling
statistik :

 Sampling Atribut

Sampling ini digunakan untuk memperkirakan proporsi populasi yang


memiliki karakteristik tertentu. Penggunaan sampling ini yang paling umum
digunakan yaitu untuk pengujian pengendalian. Sebagai contoh, auditor ingin
mengumpulkan bukti bahwa pengecheckan kredit dilakukan pada pesanan
pelanggan sebelum pengiriman. Peungukuran tingkat penyimpangan
memberikan bukti mengenai apakah pengendalian diterapkan secara efektif
untuk memproses transaksi akuntansi secara benar dan tepat serta memberikan
dukungan untuk tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan oleh auditor.
Sampling ini juga dapat digunakan dalam sebuah pengujian subtantif
atas transaksi ketika suatu pengujian yang dilakukan pada pengujian
pengendalian sebagai pengujian bertujuan ganda.
Dalam penerapan atau pada saat melakukan sampel statistik pada
pengujian pengendalian, standar auditing mensyaratkan auditor untuk
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi penerapan sampling dan
kecukupan dokumentasi pada setiap tahap dari penerapan sampling dalam
kertas kerja.
Berikut merupakan langkah – langkah termasuk tiga tahap penerapan
sampling atribut :
 Sampling Unit – Moneter

Sampling ini menggunakan teori dan Teknik sampling-atribut untuk


mengestimasi salah saji jumlah moneter untuk golongan transaksi atau saldo
akun. Sampling ini dibangun berdasarkan teori sampling-atribut untuk
menyatakan kesimpulan dalam jumlah dolar.

 Sampling variabel klasik

Dalam pendeketan ini, teori distribusi normal digunakan dalam


pengevaluasian karakteristik populasi berdasarkan hasil sampel yang
diagmbarkan dari populasinya. Yang bermanfaat bagi auditor pada saat tujuan
audit berkaitan dengan kurang saji atau lebih saji dari saldo akun dan keadaan
lainnnya.
Daftar Pustaka

William S. Messier, dkk. 2014. Jasa Audit dan Assurance. Jakarta : Salemba Empat
https://accurate.id/marketing-manajemen/inspeksi/
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/
SAMPLING_AUDIT_2008_SA_Edisi_Keempat.pdf
http://spap.iapi.or.id/1/files/SA%20500/SA%20500.pdf
https://safetyculture.com/topics/audit-procedures/

Anda mungkin juga menyukai