LATAR BELAKANG
posisi keuangan. Selain itu laporan keuangan BPR juga bertujuan untuk membantu
pengambilan keputusan.
dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Akan tetapi, perlu
demikian, dalam beberapa hal BPR perlu menyediakan informasi non- keuangan
a.
pengambilan keputusan yang rasional. Oleh karena itu, informasi yang disajikan
harus dapat dipahami oleh pelaku bisnis dan ekonomi serta pihak-pihak yang
a) deposan;
b) kreditur;
c) pemegang saham;
d) Bank Indonesia;
e) otoritas pengawasan;
f) pemerintah;
h) masyarakat.
Bab I I Pendahuluan
deposan, investor, kreditur dan pihak- pihak lain dalam memperkirakan jumlah,
saat, dan kepastian dalam penerimaan kas di masa depan. Prospek penerimaan kas
sangat bergantung pada kemampuan BPR untuk menghasilkan kas guna memenuhi
kembali (reinvestasi) dalam operasi, dan pembayaran dividen. Persepsi dari pihak-
kreditur akan memaksimalkan pengembalian dana yang telah mereka tanamkan dan
akan melakukan penyesuaian terhadap risiko yang mereka perkirakan akan terjadi
BPR, kewajiban BPR untuk mengalihkan sumber daya tersebut kepada entitas lain
atau pemilik saham, serta kemungkinan terjadinya transaksi dan peristiwa yang
b.
c. Menjadi acuan minimum yang harus dipenuhi oleh BPR dalam menyusun
Pedoman ini tidak menghalangi BPR untuk memberikan informasi yang relevan
Pedoman ini menjadi acuan bagi seluruh BPR dalam menyusun laporan
keuangannya.
3. ACUAN PENYUSUNAN
ETAP).
akuntansi, maka BPR wajib mengikuti pilihan sesuai ketentuan Bank Indonesia.
4. KETENTUAN LAIN
a. Jurnal, akun dan contoh yang digunakan dalam Pedoman ini hanya
merupakan ilustrasi dan tidak bersifat mengikat. Dengan demikian BPR dapat
sepanjang memberikan hasil akhir yang tidak berbeda. Ilustrasi jurnal yang
ketentuan Bank Indonesia, dan ketentuan lain yang terkait dengan BPR.
TATA CARA PENYESUAIAN ATAS POS-POS LAPORAN KEUANGAN
1. KETENTUAN UMUM
Pada 1 Januari 2010, BPR mulai menerapkan ketentuan dalam Pedoman ini secara
b. tidak mengakui pos-pos sebagai aset atau kewajiban apabila Pedoman ini
atau komponen ekuitas sebelumnya, tetapi merupakan jenis aset, kewajiban, atau
yang diakui;
e.
Transaksi antara 1 Januari 2010 sampai dengan 30 Juni 2010 yang pencatatannya
tidak sesuai dengan Pedoman ini, disesuaikan untuk penyajian laporan keuangan
Saldo Aktiva dalam Valuta Asing yang masih ada direklasifikasi sebagai berikut:
Db. Kas dalam valuta asing Kr. Aktiva dalam valuta asing
Saldo pokok kredit yang masih ada direklasifikasi sebagai berikut: Db. Kredit
Saldo provisi yang masih belum diamortisasi dan sebelumnya diakui di Rupa-rupa
Amortisasi provisi yang telah dilakukan sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 dan diakui
Provisi
s.d. 30 Juni 2010 maka dilakukan penyesuaian sebagai berikut: Db. Pendapatan
waktu kredit)
Saldo biaya transaksi yang ditanggung oleh BPR yang belum diamortisasi
disesuaikan:
Db. Kredit yang diberikan Biaya transaksi Kr. Pos yang terkait
Pendapatan Bunga:
terkait
Operasional untuk transaksi pemberian kredit sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010
i. Apabila Agunan Yang Diambil Alih tidak memenuhi definisi Agunan Yang
Diambil Alih berdasarkan Pedoman ini pada 1 Januari 2010, maka agunan tersebut
Kr. Rupa-rupa aktiva Agunan yang diambil alih Agunan tersebut dicatat
agunan di atas:
Juni 2010 yang tidak memenuhi definisi Agunan Yang Diambil Alih berdasarkan
Kr. Rupa-rupa aktiva Agunan yang diambil alih Db. Beban operasional
k. Agunan Yang Diambil Alih yang memenuhi definisi Agunan Yang Diambil
Alih berdasarkan Pedoman ini pada 1 Januari 2010. Pengakuan penurunan nilai
Apabila jumlah rugi penurunan nilai tidak dapat ditentukan pada 1 Januari 2010,
maka jumlah rugi penurunan yang baru diketahui setelah 1 Januari 2010 dibebankan
Catatan: Penilaian Agunan Yang Diambil Alih dilakukan minimal setiap tanggal
penurunan nilai, maka rugi penurunan nilai diakui pada saat diketahui.
l. Aset tetap yang direvaluasi
Saldo Surplus Revaluasi Aset Tetap di ekuitas pada 1 Januari 2010 direklasifikasi
ke Saldo Laba:
Apabila terjadi revaluasi aset tetap sejak 1 Januari 2010 maka surplus revaluasi
yang ada di ekuitas tidak boleh di reklasifikasi ke Saldo Laba hingga terjadi
m. Utang bunga
Saldo utang bunga yang sebelumnya disajikan dalam Rupa-rupa Pasiva dan
n.
Penyesuaian biaya transaksi yang dikeluarkan dan dapat dikaitkan secara langsung
pada 1 (satu) rekening deposito per 1 Juli 2010: Biaya transaksi yang telah diakui
sebagai Beban Operasional sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 disesuaikan sebagai
waktu deposito)
o.
Saldo simpanan yang sudah jatuh tempo (tabungan atau deposito) direklasifikasi ke
Kewajiban Segera:
Saldo biaya transaksi dan provisi yang belum diamortisasi direklasifikasi sebagai
berikut:
diterima Provisi
Amortisasi biaya transaksi dan provisi yang telah dilakukan sejak 1 Januari s.d. 30
Juni 2010 dan diakui sebagai Biaya Operasional direklasifikasi sebagai berikut:
Db. Beban bunga Biaya transaksi dan provisi Kr. Beban operasional
yang terkait
Apabila seluruh biaya transaksi dan provisi telah langsung diakui sebagai Beban
Operasional untuk transaksi penerimaan pinjaman sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010
Db. Beban operasional Bunga Biaya transaksi dan provisi (sebesar jumlah
imbalan kerja
kewajiban:
Db. Dana setoran modal (ekuitas) Kr. Dana setoran modal (kewajiban)
u. Modal pinjaman
pinjaman (ekuitas)
sejak 1 Januari s.d 30 Juni 2010 dan diakui terlebih dahulu sebagai pendapatan
bunga maka harus direklasifikasi sebagai pelunasan tunggakan pokok kredit (jika
ada) terlebih dahulu dan kemudian sisanya diakui sebagai pendapatan bunga.
periode 2009 sesuai dengan Pedoman ini tidak perlu dilakukan, kecuali koreksi atas
kesalahan.