Anda di halaman 1dari 30

PERENCANAAN AUDIT

PENGAUDITAN I

( EKA 439 AP )

Dosen Pengampu : Dr. Drs. I Dewa Gede Dharma Suputra, M.Si., Ak.

Kelompok 4

Nama Kelompok :

Luh Putu Indah Rahmasari (1607531014 / 4)

Amrullah Hanif Azam (1607531015 / 5)

A.A. Krisna Dewi Handayani (1607531017 / 7)

Ni Kadek Novita Madani (1607531018 / 8)

Ni Putu Esa Karisma Dewi (1607531020 /10)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI REGULER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan penugasan dengan tepat :
untuk memungkinkan auditor mendapatkan bukti yang tepat yang mencukupi pada situasi
yang dihadapi, untuk membantu menjaga biaya audit tetap wajar, dan untuk
menghindarkan kesalah pahaman dengan klien. Jika kantor akuntan publik ingin
meminimalkan kewajiban hukum dan mempertahankan reputasi yang baik dalam
masyarakat bisnis, bukti yang tepat yang mencukupi harus diperoleh. Agar tetap
kompetitif, kantor akuntan publik harus menjaga kewajaran biayanya. Menghindari
kesalah pahaman dengan klien dan memfasilitasi pekerjaan berkualitas tinggi dengan
biaya yang wajar. Andaikan auditor telah menginformasikan kliennya bahwa bahwa audit
akan selesai tanggal 30 Juni tetapi belum juga selesai hingga bulan Agustus karena
penjadwalan staf yang kurang baik. Klien mungkin kesal dengan kantor akuntan ini dan
bahkan dapat mengajukan tuntutan atas pelanggaran kontrak.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa itu perencanaan?
1.2.2 Bagaimana mekanisme penerimaan klien dan pembuatan rencana auditnya ?
1.2.3 Bagaimana memahami bisnis dan bidang usaha klien ?
1.2.4 Bagaimana menilai resiko bisnis klien ?
1.2.5 Bagaimana melakukan pengerjaan prosedur analitis ?
1.2.6 Bagaimana tahapan prosedur analitis?
1.2.7 Apa saja tipe prosedur analitis tersebut?
1.2.8 Apa saja rasio keuangan yang lazim digunakan oleh auditor?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Untuk mengetahui apa itu perencanaan.
1.3.2 Untuk mengetahui mekanisme penerimaan klien dan rencana auditnya.
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana cara memahami bisnis dan bidang usaha klien.
1.3.4 Untuk Mengetahui cara menilai resiko bisnis klien.

2
1.3.5 Untuk mengetahui cara melakukan pengerjaan prosedur analitis.
1.3.6 Untuk mengetahui tahapan prosedur analitis.
1.3.7 Untuk mengetahui lima tipe prosedur analitis.
1.3.8 Untuk mengetahui rasio keuangan yang lazim digunakan oleh auditor.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERENCANAAN
Standar Audit 300 tentang “Perencanaan Suatu Audit Atas Laporan Keuangan” mengatur
tanggungjawab auditor untuk merencanakan audit atas laporan keuangan. Standar tersebut
menyatakatan bahwa tujuan auditor adalah untuk merencanakan audit agar audit tersebut
dapat dilaksanakan secara efektif.
Perencanaan suatu audit mencakup penetapan strategi audit secara keseluruhan untuk
perikatan (penugasan) audit dan pengembangan rencana audit. Perencanaan yang cukup akan
bermanfaat dalan audit atas laporan keuangan dalam beberapa hal, termasuk hal-hal sebagai
berikut (SA 300-Para.2) :
 Membantu auditor untuk mencurahkan perhatian yang tepat terhadap area yang
penting dalam audit.
 Membantu auditor untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang
potensial secara tepat waktu.
 Membantu auditor untuk mengorganisasi dan mengelola perikatan (penugasan
audit) dengan baik, sehingga perikatan tersebut dapat dilaksanakan dengan
efektif dan efisien.
 Membantu dalam pemilihan anggota tim perikatan (tim audit) dengan tingkat
kemampuan dan kompetensi yang tepat untuk merespon risiko yang diantisipasi,
dan penugasan pekerjaan yang tepat atas pekerjaan mereka.
 Membantu, jika relevan, dalam pengoordinasian hasil pekerjaan yang dilakukan
oleh auditor komponen dan pakar.
Ada delapan tahapan dalam proses perencanaan audit. Tujuh tahap pertman dimaksudkan
untuk membantu auditor dalam mengembangkan tahapan yang terakhir, yaitu perumusan
strategi audit kesuluruhan yang efektif dan efisien dan program audit.

4
Perencanaan Audit dan Perancangan Pendekatan Audit
Penerimaan klien dan pembuatan
rencana audit awal

Memperoleh pemahaman tentang


bisnis dan bidang usaha klien

Menilai risiko bisnis klien

Melaksanakan prosedur analitis


pendahuluan

Menetapkan materialitas dan


menilai risiko audit yang dapat
diterima dan risiko inheren

Memahami pengendalian internal


dan menilai risiko pengendalian

Mengumpulkan informasi untuk


menilai risiko kecurangan

Menyusun strategi audit


keseluruhan dan program audit

Tahapan-tahapan tersebut bermuara pada tahap ke delapan yaitu menyusun rencana


audit dan program audit yang efektif dan efisien. Sebelum memulai pembahasan tentang
perencanaan audit, perlu dijelaskan lebih dahulu dua istilah yang akan dijumpai yaitu risiko
audit yang dapat diterima dan risiko inheren. Kedua risiko ini berpengaruh signifikan
terhadap pelaksanaan dan biaya pengauditan. Kegiatan pada tahap awal perencanaan banyak
5
berkaitan dengan pengumpulan informasi yang akan membantu auditor dalam menilai risiko-
risiko tersebut.
 Risiko audit yang dapat diterima
Merupakan suatu ukuran tentang seberapa jauh auditor bersedia menerima bahwa laporan
keuangan mungkin mengandung kesalahan penyajian material setelah audit diselesaikan
dan diberi pendapat wajar tanpa pengecualian. Apabila auditor memutuskan untuk
menerima risiko audit pada tingkat yang rendah, hal itu berarti auditor ingin mendapat
keyakinan lebih besar bahwa laporan keuangan tidak mengandung kesalahan penyajian
material.
 Risiko inheren
Merupakan suatu ukuran berupa penilaian auditor mengenai kemungkinan adanya
kesalahan penyajian material dalam saldo akun sebeum mempertimbangkan efektivitas
pengendalian internal. Sebagai contoh, apabila auditor menyimpulkan kemungkinan besar
terdapat kesalahan penyajian material dalam piutang usaha karena adanya perubahan
kondisi ekonomi, maka auditor menyimpulkan bahwa risiko inheren untuk piutang usaha
adalah tinggi.
Penetapan risiko audit bisa diterima dan risiko inheren merupakan bagian penting
dalam perencanaan audit karena kedua hal tersebut akan berpengaruh pada penentuan jumlah
bukti yang diperlukan dan menilai kebutuhan staf untuk audit yang bersangkutan. Sebagai
contoh, apabila risiko inheren persediaan tinggi karena adanya kompleksitas dalam penilaian
persediaan, maka dalam audit atas persediaan dibutuhkan bukti yang lebih banyak dan
diperlukan staf yang lebih berpengalaman untuk ditugaskan dalam melakukan audit di bidang
tersebut.

2.2 PENERIMAAN KLIEN DAN PEMBUATAN RENCANA AUDIT


PENDAHULUAN
Perencanaan audit pendahuluan meliputi empat hal yang kesemuanya harus dilakukan pada
tahap awal audit.
1. Auditor memutuskan apakah akan menerima klien baru atau melanjutkan klien lama
(sudah pernah diaudit oleh kantor akuntan yang bersangkutan). Keputusan ini
biasanya dilakukan oleh akuntan berpengalaman yang menduduki posisi mengambil
keputusan-keputusan penting. Auditor harus mengambil keputusan ini pada tahap
awal, sebelum terjadi pengeluaran besar yang tidak dapat ditutup.

6
2. Auditor mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau membutuhkan audit.
Informasi ini akan berpengaruh pada tahapan perencanaan selanjutnya.
3. Untuk menghindari salah pengertian, auditor menyamakan pemahaman dengan klien
mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan audit yang dituangkan dalam perjanjian
kerja.
4. Auditor menilai strategi audit menyeluruh, termasuk penugasan staf dan keahlian
yang dibutuhkan dalam audit yang bersangkutan.

Penerimaan Klien Baru dan Melanjutkan Klien Lama


Meskipun mendapatkan dan mempertahankan klien bukanlah hal yang mudah dalam
profesi yang kompetitif seperti halnya profesi akuntan public, namun kantor akuntan
hendaknya berhati-hati dalam memutuskan klien mana yang akan diterima. Tanggungjawab
hukum dan tanggungjawab professional yang bersangkutan dengan klien yang integritasnya
rendah akan menimbulkan banyak masalah dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh.
Dewasa ini banyak kantor akuntan menolak klien yang bergerak dalam bidang usaha tertentu,
seperti misalnya perusahaan pembuat software, kesehatan dan perusahaan asuransi atau kalau
sudah terlanjur menjadi klien akan dihentikan kelanjutannya. Kantor-kantor akuntan kecil
biasanya tidak akan bersedia untuk mengaudit perusahaan public karena tingginya risiko
dituntut di pengadilan atau karena tingginya biaya yang diperlukan untuk mendaftarkan diri
sebagai kantor akuntan yang berwenang mengaudit perusahaan public. Apabila dinyatakan
dengan risiko audit yang dapat diterima, auditor kemungkinan tidak akan menerima klien
baru atau melanjutkan klien yang sdah ada, seandainya risiko audit bisa diterimanya berada
dibawah tingkat risiko audit yang bisa diterima kantor akuntan yang bersangkutan. (bisa
dilihat di SA 220 Para 12 dan 13)

Penerimaan dan Keberlanjutan Hubungan dengan Klien dan Perikatan Audit


a. Rekan perikatan harus dapat diyakinkan bahwa prosedur yang tepat atas penerimaan
dan keberlanjutan hubungan dengan klien dan perikatan audit telah diikuti dan harus
menentukan bahwa kesimpulan yang ditarik dalam hal ini sudah tepat. (Ref:Para.A8-
A9)
b. Jika rekan perikatan memperoleh informasi yang dapat menyebabkan firm untuk
menolak perikatan audit seandainya informasi tersebut tersedia lebih awal, maka
rekan perikatan harus mengomunikasikan informasi tersebut dengan segera kepada

7
firm , sehingga irm dan rekan perikatan dapat melakukan tindakan yang diperlukan.
(Ref: Para.A9)

Menginvestigasi Klien Baru


Standar Auditing SA300 Para A20 (Pertimbangan Tambahan dalam Perikatan Audit
Tahun Pertama) menyatakan bahwa maksud dan tujuan audit adalah sama, baik untuk
perikatan audit tahun pertama maupun berulang. Namun, untuk audit tahun pertama auditor
mungkin perlu memperluas aktivitas perencanaan karena auditor pada umumnya tidak
memiliki pengalaman sebelumnya dengan entitas yang diaudit. Sebelum menerima klien
baru, kebanyakan kantor akuntan biasanya menentukan investigasi atas calon klien dan
perusahaannya untuk menentukan akseptabilitasnya. Hal ini dilakukan dengan sejauh
mungkin memeriksa reputasi calon klien dalam lingkungan bisnis, stabilitas keunagannya,
serta hubungan dengan auditor pendahulu. Sebagai contoh, banyak kantor akuntan
menggunakan berbagai pertimbangan dalam penerimaan kliesn baru yang bergerak dalam
bisnis bary yang berkembangan dengan pesat. Banyak dari perusahaan tersebut mengalami
masalah keuangan dan mengakibatkan kantor akuntan berhadapan dengan berbagai masalah.
Kantor akuntan juga harus menentukan apakah memiliki kompetensi untuk mengaudit calon
klien, sepertu misalnya pengetahuan tentang bidang usaha klien, dan apakah kantor akuntan
memenuhi semua persyaratan independensi.
Untuk perikatan audit tahun pertaman, hal-hal tambahan yang dapat dipertimbangkan
oleh auditor dalam menerapkan strategi audit secara keseluruhan dan rencana audit mencakup
hal-hal berikut:
 Keuali dilarang oleh peraturan perundang-undangan, membuat kesepakatan dengan
auditor pendahulu, sebagai contoh, untuk menelaah kertas kerja auditor pendahulu.
Komunikasi dengan auditor pendahulu bisa menghasilkan informasi, misalnya bahwa
intergrasi calon klien rendah, ada perbedaan penfsiran tentang prinsio akuntansi
tertentu, penerapan prosedur tidak disetujui, atau masalah yang berkaitan dengan
besarnya fee audit. Tugas untuk berinisiatif melakukan komunikasi terletak pada
auditor pengganti, tetapi auditor pendahulu wajib memberi jawaban atas informasu
yang diminta oleh auditor pengganti. Namun demikian, sesuai ketentuan tentang
kerahasian dalam Kode Etik Akuntan Publik, auditor pendahulu wajib untuk meminta
persetujuan dari klien sebelum memberi informasi kepada pihak luar. Dalam keadaan
khusus, seperti misalnya jika terdapat masalah hukum atau terdapat ketidaksepahaman
antara klien dengan auditor pendahulu, maka jawaban dari auditor pendahulu hanya
8
akan terbatas dengan menyatakan bahwa tidak ada informasi yang dapat diberikan.
Apabila klien tidak memberi ijin berkomunikasi dengan auditor pendahulu, atau jika
tidak diperoleh jawaban yang komprehensif dari auditor pendahulu, maka auditor
pengganti harus mempertibangkan dengan serius kemungkinan untuk menerima klien
baru tersebut.
 Mendiskusikan isu-isu utama (termasuk penerapan prinsip akuntansi atau standar
auditing dan pelaporan), yang ditemukan selama proses seleksi awal auditor, dengan
manajemen, serta mengomunikasikan isu-isu tersebut kepada pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola dan bagaimana isu-isu tersebut memngaruhi
strategi audit secara kesluruhan serta rencana audit.
 Prosedur audit yang diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang tepat dan cukup
tentang saldo awal (lihat SA 510, Perikatan Audit Tahun Pertama – Saldo Awal)
 Prosedur-prosedur lain yang disyaratkan oleh system pengendalian mutu KAP untuk
perikatan audit tahun pertama (sebagai contoh, system pengendalian mutu KAP
mungkin mensyaratkan keterlibatan rekan lain atau individu senior lainnya untuk
menelaah strategi audit secara keseluruhan sebelum memulai prosedur audit
signifikan atau untuk menelaah laporan sebelum diterbitkan).

Klien Lama Berkelanjutan


Pertimbangan auditor tentang berkelanjutan hubungan dengan klien dan ketentuan
etika yang relevan, termasuk independensi, terjadi sepanjang perikatan audit, seiring dengan
terjadinya perubahan kondisi dan keadaan. Pelaksanaan prosedur awal atas keberlanjutan
hubungan dengan klien dan evaluasi atas ketentuan etika yang relevan (termasuk
independensi) pada awal perikatan audit kini berarti prosedur awal tersebut telah dilengkapi
sebelum pelaksanaan aktivitas signifikan lainnya untuk perikatan audit kini. Untuk perikatan
audit berkelanjutan, prosedur awal tersebut sering dilakukan sesaat setelah (atau dalam
hubungan dengan) penyelesaian audit sebelumnya.
Kantor-kantor akuntan public biasanya melakukan evaluasi terhadap klien
berkelanjutan untuk menentukan apakah terdapat alasan untuk tidak melanjutkan audit pada
klien lama tertentu. Konflik yang terjadi di waktu yang lalu, seperti misalnya tentang lingkup
audit, pendapat yang diberikan auditor, fee audit yang belum dibayar dan masalah lain, bisa
menjadi penyebab bagi auditor untuk tidak melanjutkan penugasan ditahun berikutnya.

9
Bahkan dalam kondisi tidak terdapat persoalan seperti disebutkan diatas, auditor
mungkin memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan kerja dengan klien karena
pertimbangan risiko yang terlalu besar. Sebagai contoh, kantor akuntan menyimpulkan
adanya risiko yang cukup besar akan terjadi konflik antara instansi pemerintah denga klien
yang bisa mengakibatkan klien mengalami kesulitan keuangan dan akhirnya melakukan
tuntutan terhadap kantor akuntan. Bahkan apabila suatu penugasan dipandang
menguntungkan, risiko jangka panjangnya bisa lebih besar daripada keuntungan jangka
pendeknya yang diperoleh dari audit perusahaan tersebut.
Penyelidikan atas klien baru dan penilaian kembali terhadap klien yang sudah ada
merupakan bagian penting dalam memutuskan risiko audit yang diterima. Sebagai contoh,
misalkan calon klien bergerak dalam bidang usaha yang penuh risiko, manajemen perusahaan
memiliki integritas yang baik, tetapi perusahaan ini menempuh risiko keuangan yang agresif.
Apabila kantor akuntan berkesimpulan bahwa risiko audit yang dapat diterimanya sedemikian
rendah, maka akan lebih baik untuk tidak menerima penugasan dari calon klien demikian.
Apabila kantor akuntan berkesimpulan bahwa risiko audit yang dapat diterima rendah, tetapi
klien masih bisa menerima, maka penugasan bisa diterima tetapi dengan honorarium audit
yang tinggi. Audit dengan tingkat risiko bisa diterima yang rendah biasanya akan menuntut
biaya audit yang tinggi, oleh karena itu honorarium audit yang akan diajukan kepada calon
klien juga menjadi tinggi.

Mengidentifikasi Alasan Klien Minta Diaudit


Ada dua factor yang mempengaruhi risiko audit bisa diterima yaitu calon pemakai
laporan keuangan dan tujuan pemakaian laporan keuangan auditan. Auditor biasanya akan
mengumpulkan bukti lebih banyak apabila laporan keuangan auditan akan digunakan oleh
banyak pihak, seperto yang sering dijumpai pada perusahaan public dengan beban utang yang
tinggi, dan perusahaan-perusahaan yang akan dijual dalam waktu dekat.
Kemungkinan penggunaan laporan keuangan auditan dapat ditentukan dari
pengalaman dengan klien dimasa lalu dan dari pembicaraan dengan manajemen. Sepanjang
pelaksanaan penugasan, auditor bisa memperoleh tamabahan informasi tentang mengapa
klien memerlukan audit dan kemungkinan penggunaan laporan keuangan auditan. Informasi-
informasi terbut bisa mempengaruhi keputusan auditor tentang risiko bisa diterima.

10
Mendapatkan Kesepahaman denga Klien
SA 210 Para. 9 menyatakan bahwa auditor harus menyepakati ketentuan perikatan
audit dengan manajemen atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola entitas (jika
relevan). Pemahaman yang benar mengenai pasal-pasal yang tercantum dalam surat
perjanjian kerja untuk perikatan (penugasan) audit harus dimiliki baik oleh klien maupun
auditor. Ketentuan perikatan audit yang disepakati harus dicatat dalam surat perikatan audit
atau bentuk kesepakatan tertulis lain yang tepat dan harus mencakup:
a. Tujuan dan ruang lingkup audit atas laporan keuangan.
b. Tanggungjawab auditor
c. Tanggungjawab manajemen
d. Identifikasi kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan dalam penyusunan
laporan keuangan
e. Pengacuan ke bentuk da nisi laporan yang akan diterbitkan oleh auditor dan suatu
pernyataan bahwa dalam kondisi tertentu terdapat kemungkinan laporan yang
diterbitkan berbeda bentuk dan isinya dengan yang diharapkan.
Peran manajemen dalam menyetujui ketentuan perikatan audit tergantung pasa
struktur tata kelola klien dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebelum
dimulainya audit, auditor harus mengirimkan surat perikatan audit kepada klien untuk
menghindari kesalahpahaman yang mungkin terjadi antara auditor dank lien sehubungan
dengan proses audit. Dalam surat perikatan tersebut, tanggungjawab manajemen dan
tanggung jawab harus dirumuskan dengan jelas.
Bentuk dan isi surat perikatan dapat beragam untuk setiap entitas. Informasi yang
tercakup dalam surat perikatan audit tentang tanggungjawab auditor harus berdasarkan SA
200, sedangkan tanggungjawab manajemen harus didasarkan pada Pasal 6(b) dan Pasal 12
dari SA 210. Disamping itu, selain hal-hal diatas, surat perikatan audit dapat memuat hal-hal
berikut:
 Penjelasan ruang lingkup audit, termasuk referensi ke peraturan perundang-
undangan yang berlaku, standar audit, kode etik dan pernyataan dari badan
professional yang haru dipenuhi oleh auditor.
 Bentuk komunikasi lain yang akan digunakan oleh auditor untuk
menyampaikan hasil perikatan audit.
 Fakta bahwa karena keterbatasan inheren suatu audit, bersama dengan
keterbatasan inheren pengendalian internal, terdapat suatu risiko yang tidak

11
dapat dihindari tentang kemungkinan tidak terdekteksinya beberapa
kesalahan penyejian material, meskipun audit telah direncanakan dan
dilaksanakan sesuai dengan SA.
 Pengaturan yang berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan audit,
termasuk komposisi tim audit.
 Ekspektasi bahwa manajemen akan memberikan representasi tertulis (lihat
juga Paragraf A13)
 Persetujuan manajemen untuk menyediakan draft laporan keuangan dan
informasi lain yang menyetainya secara tepat waktu sehingga memungkinkan
auditor menyelesaikan audit sesuai dengan jadwal yang direncanakan.
 Persetujuan manajemen untuk memberikan informasi kepada auditor tentang
fakta-fakta yang diketahui oleh manajemen, yang dapat memengaruhi laporan
keuangan selama jangka waktu sejak tanggal laporan auditor sampai tanggal
laporan keuangan diterbitkan.
 Basis penentuan fee dan pengaturan penagihannya.
 Suatu permintaan kepada manajemen untuk menyetujui ketentuan perikatan
yang dicantumkan didalam surat perikatan audit dan menandatangani surat
tersebut.
Jika relevan, hal-hal berikut dapat juga dimasukkan kedalam perikatan audit:
 Pengaturan tentang keterlibatan auditor dan pakar lain dalam beberapa aspek
audit.
 Pengaturan keterlibatan auditor internal dan staf entitas lainnya.
 Pengaturan yang dibuat dengan auditor pendahulu, jika ada, untuk audit tahun
pertama.
 Batasan kewajiban auditor bilamana kemungkinan sperti itu ada
 Suatu pengacuan terhadap persetujuan tambahan antara auditor dengan
entitas.
 Kewajiaban untuk menyediakan kertas kerja audit untuk pihak lain.

Informasi dalam surat perjanjian sangan penting untuk pembuatan perencanaan audit,
terutama karena ketentuan dalam perjanjian akan mempengaruhi saat kapan ketentuan dalam
perjanjian akan mempengaruhi saat pengujian-pengujian dilakukan dan total waktu yang
tersedia untuk pelaksanaan audit dan jasa lainnya. Sebagai contoh, apabila batas waktu

12
penyampaian laporan audit tidak lama setelah tanggal neraca, maka sebagian pekerjaan audit
harus sudah dilakukan sebelum akhir tahun buku. Apabila muncul kejadian tak terduga atau
apabila tidak ada bantuan dari pihak klien, perlu ada pengaturan tentang kemungkinan
memperpanjang waktu pelaksanaan penugasan. Pembatasan yang dilakukan klien terhadap
auditor bisa mempengaruhi prosedur yang diterapkan dan bahkan bisa mempengaruhi jenis
pendapat yang diberikan auditor.

Menilai Strategi Audit Menyeluruh

Auditor harus menetapkan strategi audit pendahuluan. Strategi tersebut harus


mempeertimbangkan sifat bidang usaha klien, termasuk juga mempertimbangkan area-area
risiko terjadinya kesalahan penyajian signifikan.

Memilih Staf Audit

Auditor harus menugasi staf yang memenuhi syarat untuk melaksanakan penugasan
sesuai dengan standard auditing dan melaksanakan audit dengan efisien, staf yang diberi
tugas harus memiliki pengetahuan tentang bidang usaha klien, dan auditor harus memiliki
pemahaman tentang bidang usaha industri komputer.

Salah satu pertimbangan dalam penentuan staf yaitu perlu adanya kontinuitas dari
tahun ke tahun. Kontinuitas akan membantu kantor akuntan dalam menjaga familiaritas
dengan persyaratan tehnis dan memiliki kedekatan antar personal dengan personil perusahaan
klien.

Menentukan Kebutuhan untuk Menggunakan Pekerjaan Pakar Auditor

Standar auditing (SA 620) mengatur persyaratan pemilihan pakar auditor dan
mereview hasil pekerjaannya. SA 620.6 mendefinisikan pakar auditor sebagai berikut :
“seseorang atau organisasi yang memiliki keahlian (expertise) dalam suatu bidang di luar
accounting atau auditing yang pekerjaannya dalam bidang tersebut digunakan oleh
auditor/KAP untuk membantunya memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat”.

Pakar Auditor memberikan bukti audit dalam bentuk lsporan pendapat, penilaian, dan
pernyataan. Contoh pakar auditor adalah:

a. Juru hitung persediaan dengan kepakaran tertentu

13
b. Penilaian asset seperti tanah, bangunan, pabrik, pekerjaan seni, dan instrument
keuangan yang rumit.

c. Pengukuran kuantitas atau kondisi fisik suatu asset, seperti mineral yang disimpan
dalam tumpukan, mineral dibawah tanah, dan cadangan minyak bumi, serta sisa umur
pabrik.

d. Penentuan nilai dengan teknik khusus seperti penilaian aktuari

e. Analisis atas kepatuhan perpajakan yang rumit dan luar biasa

f. Pengukuran pekerjaan yang sudah selesai dan yang masih harus dikerjakan untuk
kontrak-kontrak dalam penyelesaian

g. Pendapat hokum untuk menginterpretasikan perjanjian, statuta dan peraturan.

2.3 MEMAHAMI BISNIS DAN BIDANG USAHA KLIEN

Standar auditing (SA 315.11) menyatakan bahwa auditor harus memperoleh pemahaman atas
entitas dan lingkungannya. Pemahaman atas entitas dan lingkungannya yang diharuskan
diperoleh auditor meliputi:

a) Factor-faktor industry, peraturan, dan factor eksternal lain termasuk kerangka


pelaporan keuangan yang berlaku

b) Sifat entitas, termasuk:

i. Operasinya

ii. Struktur kepemilikan dan tata kelolanya

iii. Jenis investasi yang dilakukan dan yang rencananya akan dilakukan oleh
entitas, termasuk investasi dalam entitas bertujuan khusus

c) Cara entitas tersebut distrukturisasi dan bagaimana entitas, termasuk alas an


perubahannya.

d) Tujuan dan strategi entitas, dan risiko bisnis terkait yang dapat menimbulkan risiko
kesalahan penyajian material

14
e) Pengukuran dan penelaahan atas kinerja keuangan entitas

Factor –faktor yang telah meingkatkan pentingnya pemahaman tentang bisnis dan bidang
usaha klien, yaitu:

1) Penurunan kondisi ekonomi dunia beberapa tahun terakhir ini telah meningkatkan
risiko bisnis perusahaan klien secara signifikan.

2) Teknologi informasi menghubungkan klien dengan pelanggan-pelanggan utama serta


pemasok-pemasok utama. Akibatnya auditor harus memiliki pemahaman lebih besar
tentang pelanggan dan pemasok utama serta risiko terkait

3) Klien telah mengembangkan usahanya secara global, seringkali melalui joint ventures
atau aliansi strategis

4) Teknologi informasi mempengaruhi proses internal klien, memperbaiki kualitas dan


ketepatan waktu informasi akuntansi

5) Meningkatnya arti penting sumberdaya manusia dan asset tak berwujud lainnya
menyebabkan akuntansi menjadi semakin kompleks dan memerlukan peritmbangan
serta penafsiran manajemen

6) Banyak klien telah melakukan investasi dalam instrument keuangan yang konpleks
yang mungkin telah menurun nilainya, melalukan perlakuan akuntansi yang
kompleks, dan seringkali melibatkan pihak lain yang tidak diketahuinya yang telah
menciptakan risiko keuangan yang tidak diharapkan bagi klien.

Auditor harus mempertimbangkan factor-faktor di atas dengan menggunakan pendekatan


system strategic untuk memahami bisnis klien.

Memahami bisnis klien dan Bidang Usaha Klien

Bidang Usaha dan Lingkungan Eksternal

Operasi dan Proses Bisnis

Manajemen dan Tata Kelola Bisnis

Tujuan dan Strategi

15
Pengukuran dan Kinerja
Bidang Usaha Dan Lingkungan Eskternal Klien

Tiga alas an utama mengapa auditor perlu mendapatkan pemahaman yang baik tentang
bidang usaha dan lingkungan eksternal klien yaitu:

1. Risiko yang berkaitan dengan bidang usaha tertentu bisa mempengaruhi penilaian
auditor tentang risiko bisnis klien dan tingkat risiko audit bisa diterima dan bahkan
bisa mempengaruhi pertimbangan untuk menerima atau menolak klien yang bergeak
dalam bidang usaha yang berisiko tinggi. Seperti bidang jasa keuangan dan asuransi
kesehatan.

2. Banyak risiko inheren lazim dijumpai pada semua klien yang bergerak dalam bidang
usaha tertentu. Pengenalan atas risiko tersebut akan membantu auditor dalam menilai
relevansinya terhadap klien. Sebagai contoh keusangan persediaan potensial pada
bidang usaha pakaian jadi risiko inheren pengumpulan piutang pada bidnag usaha
pinjaman konsumen.

3. Banyak bidang usaha memiliki persyaratan akuntansi yang unik dan harus dipahami
auditor untuk menilai apakah laporan keuangan klien sesuai dengan standar akuntansi.
Sebagai contoh apabila auditor mengaudit laporan keuangan sebuah kotamadya,
auditor harus menguasai akuntansi pemerintah dan persyaratan pengauditannya.

OPERASI BISNIS DAN PROSES

Auditor harus memahami berbagai factor seperti misalnya sumber-sumber utama pendapatan,
pelanggan dan pemasok utama, sumber pedanaan, dan informasi tentang ada tidaknya
hubungan istimewa yang bisa menjadi petunjuk bagian mana yang memiliki risiko bisnis
tinggi.

Mengunjungi Fasilitas dan Tempat Operasi Klien

Mengunjungi fasilitas dan tempat operasi klien sangat berguna untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik mengenai pengoperasian bisnis klien, karena cara ini memberi
kesempatan kepada auditor untuk mengobservasi dan melihat secara lamgsung fasilitas yang
dimiliki klien dan sekaligus juga berkenalan dengan pejabat-pejabat kunci di perusahaan.
Auditor dapat menilai pengamanan fisik atas asset dan menginterpretasikan data akuntansi
yang berkaitan dengan asset, dan auditor dapat menilai risiko inheren.

16
Mengidentifikasi Hubungan dengan Pihak Berelasi

Pihak berelasi didefinisikan sebagai suatu perusahaan afiliasi, pemilik utama


perusahaan klien, atau pihak lain yang mempunyai kesepakatan dengan klien, dimana salah
satu pihak bisa mempengaruhi manajemen atau kebijakan operasi perusahaan lain.

Transaksi dengan pihak berelasi adalah setiap transaksi yang dilakukan antara klien
dengan pihak yang mempunyai hubungan dengan pihak berelasi. Transaksi dengan pihak
yang memiliki hubungan dengan berelasi dengan klien bukanlah transaksi yang dilakukan
dengan tawar-menawar secara bebas, oleh karena itu transaksi tidak dinilai dengan harga
yang sama dengan harga seandainya transaksi dilakukan dengan pihak ketiga yang
independen.

Transaksi dengan pihak berelasi yang material harus diungkapkan, maka semua pihak
yang berelasi dengan klien harus diidentifikasi dan dicantumkan dalam kertas kerja permanen
auditor sejak awal audit. (persyaratan pengungkapan mencakup sifat hubungan dengan pihak
berelasi, penjelasan mengenai transaksi, termasuk jumlah rupiahnya, dan jumlah yang
terutang dari masing-masing pihak). Cara yang lazim dilakukan auditor dalam
mengidentifikasi pihak-pihak yang berelasi adalah dnegan meminta keterangan dari
manajemen, mereview laporan ke Bapepam, dan memeriksa daftar pemegang saham untuk
mengidentifikasi pemegang saham mayoritas.

MANAJEMEN DAN TATA KELOLA

Manajemen menilai stratejik dan proses bisnis, maka auditor harus menilai falsafah
manajemen dan gaya operasi serta kemampuannya mengidentifikasi dan menanggapi risiko
karena hal-hal tersebut berpengaruh signifikan terhadap risiko terjadinya kesalahan penyajian
material dalam laporan keuangan.

Tata kelola perusahaan meliputi struktur organisasinya, termasuk aktivitas dewan


komisaris dan komite auditnya. Dewan komisaris yang efektif akan membantu memastikan
bahwa perusahaan hanya akan mengambil risiko yang tepat, sedangkan komite audit melalui
pengawasan pelaporan keuangan dapat mengurangi kemungkinan dilakukannya akuntansi
yang terlalu agresif.

17
Kode Etik

Perusahaan seringkali mengomunikasikan nilai dan standard etis melalui pembuatan


pernyataan kebijakan dan kode etik atau aturan perilaku etis. Auditor harus memahami kode
etik yang berlaku pada perusahaan (jika ada) dan memeriksa setiap perubahan atau
penghapusan aturan dalam kode etik yang mempunyai dampak terhadap sisten tata kelola dan
integritas, serta nilai etis manajemen senior.

Notulen Rapat

Notulen rapat adalah catatan resmi perusahaan sebagai hasil dari rapat dewan
komisaris dan rapat pemegang saham. Notulen meliputi persetujuan penting dan ringkasan
berbagai topic yang dibahas dalam rapat dan keputusan yang diambil oleh dewan komisaris
dan pemegang saham. Auditor harus membaca notulen untuk mendapatkan otorisasi-otorisasi
dan informasi lainnya yang relevan untuk pelaksanaan audit.

TUJUAN STRATEGI KLIEN

Strategi adalah pendekatan yang diikuti perusahaan untuk mencapai tujuan organsiasi.
Auditor harus memahami tujuan klien yang berkaitan dengan:

a. Reliabilitas pelaporan keuangan

b. Efektivitas dan efisiensi operasi

c. Kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan-peraturan

Meskipun manajemen telah berbuat yang terbaik, risiko bisnis bisa muncul yang mengurangi
kemampuan manajemen untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu pengetahuan tentang
tujuan dan strategi klien akan membantu auditor dalam menilai risiko bisnis klien dan risiko
bisnis dalam laporan keuangan.

Pengukuran Kinerja
System pengukuran kinerja klien meliputi indicator-indikator kinerja kunci yang digunakan
manajemen untuk mengukur progress dalam upaya mencapai tujuan utama yang telah
ditetapkan. Indicator yang dimaksud tidak hanya sebatas jumlah penjualan atau laba bersih,
namun melibatkan pengukur-pengukur tertentu yang diperuntukan bagi klien sesuai dengan
tujuannya. Indicator kinerja kunci yang dimaksud adalah pangsa pasar, penjualan per tenaga
pemasaran, perkembangan harga jual perunit, dll.

18
Risiko intern dalam suatu laporan keuangan bisa meningkat apabila klien merumuskan tujuan
yang tidak masuk akal atau apabila system pengukuran kinerja memicu dilakukannya
akuntansi progresif. Suatu pengukuran kinerja lapangan dapat dianalisis dengan melakukan
analisis rasio dan pembandingandengan para competitor. Sebagai bagian dari pemahaman
tentang bisnis klien, auditor harus melakukan analisis rasio atau mereview perhitungan rasio-
rasio kinerja kuni yang telah dibuat oleh klien.

2.4 MENILAI RISIKO BISNIS KLIEN


Risiko bisnis klien adalah suatu risiko kegagalan klien dalam mencapai tujuannya, dimana
risiko ini bisa saja muncul yang disebabkan oleh beberapa factor yang berpengaruh terhadap
klien dan lingkungannya, seperti misalnya terjadinya penurunan ekonomi yang memperburuk
aliran kas klien, teknologi baru yang sifatnya menghambat keuntungan kompetitif klien, atau
klien yang tidak berhasil mewujudkan strateginya dalam mencapai tujuannya. Dalam
melakukian penilaian atas risiko-risiko yang mungkin muncul ini, seorang auditor
menggunakan pemahamannya tentang bisnis dan bidang usaha kliennya.
SA 315.15 menegaskan bahwa auditor harus memperoleh suatupemahaman tentang apakah
entitas memiliki suatu proses untuk :
a. Mengidentifikasi rasio bisnis yang relevan dngan tujuan pelaporan keuangan
b. Mengestimasi signifikansi risiko yang mungkin terjadi
c. Menentukan kemungkinan terjadinya risio tersebut
d. Memutuskan tindakan yang tepat untuk menangani risiko tersebut
Proses penilaian risiko entitas membentuk suatu basis bagi manajemen untuk menentujan
bagaimana risiko dikelola. Jika proses tersebut sudah tepat sesuai dengan kondisi, sifat,
ukuran dan kompleksitas entitas, maka hal ini dapat membantu auditor dalam
mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material. Ketepatan atas kesesuaian proses
penilaian risiko entitas ditentukan oleh pertimbangan auditor.
Manajemen adalah sumber utama untuk menganalisis dan mengidentifikasi risiko bisnis
klien. Dalam erusahaan yang sudah melakukan go-publik, manajemen berkewajiban untuk
melakukan penilaian secara cermat risiko bisnis klien yang relevan dan yang termasuk dapat
mempengaruhi laporan keuangan secara signifikan.

2.5 MELAKUKAN PROSEDUR ANALITIS PENDAHULUAN


Auditor melakukan prosedur analitis pendahuluan untuk mendapat pemahaman yang lebih
baik tentang bisnis klien dan menilai risiko bisnis kliennya. Salah satu posedurnya adalah
19
dengan membandingkan rasio-rasio pada perusahaan klien dengan industry atau perusahaan
pesaing untuk mendapatkan indikasi kinerja perusahaan klien. Pengujian awal demikian
dapat memberikan petunjuk tentang perubahan tidak lazim pada rasio-rasio dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, atau dengan rata-rata industry, dan membantu auditor dalam
mengidentifikasi bagian-bagian yang mungkin berisiko terjadinya kesalahan penyajian
laporan keuangan yang membutuhkan perhatian lebih lanjut selama proses auditing
berlangsung.
Ringkasan Sebagian Dari Perencanaan Audit
Tujuan utama dalam perancanaan audit adakag untuk mendapatkan pemahaman tentang
bisnis dan bidang usaha klien yang digunakan untuk menilai risiko audit yang dapat diterima,
risiko bisnis klien dan risiko kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan. Adapun
empat tahapan yang terdapat dalam proses perencanaan audit adalah ;
a. Menetapkan materialitas dan menilai risiko audit dapat diterima dan risiko inheren.
b. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian.
c. Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan.
d. Meerumuskan strategi audit keseluruhan dan program audit.

2.6 PROSEDUR ANALITIS


Prosedur analitis adalah salah satu dari 8 tipe bukti yang telah diperkenalkan pada Bab 5
sebelumnya. Mengingat prosedur analitis semakin banyak dijumpai dalam praktik
pengauditan, maka penerapan prosedur analitis pendahuluan dalam rangka penilaian
penggunaan prosedul analitis dalam keseluruhan tahapan audit. Prosedur analitis
didefinisikan dalam standar auditing (SA 520.4) sebagai berikut
“Pengevaluasian terhadap informasi keuangan yang dilakukan melalui analisis hubungan
antara data keuangan dan data non-keuangan, prosedur analitis juga mencakup investigasi
sebagaimana yang diperlukan atas fluktuasi atau hubungan teridentifikasi yang tidak
konsisten dengan informasi relevan lain, atau yang berbeda dari nilai yang diharapkan dalam
jumlah yang signifikan”
Jadi pada dasarnya prosedur analitis menggunakan perbandingan-perbandingan dan
hubungan-hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau data lainnya menggambarkan
hubungan yang masuk akal menurut ekspektasi auditor.dari definisi diatas, prosedur analitis
menitikberatkan pada ekspektasi sorang auditor. Prosedur analitis bisa dilaksanakan pada
setiap waktu sepanjang audit itu berlangsung :

20
a. Prosedur analitis diperlukan pada tahap perencanaan audit dalam rangka prosedur
penilaian risiko. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam SA 315.5, auditor harus
melakukan prosedur penialian risiko kesalahan material pada laporan keuangan.
Prosedur analitis yang digunakan sebagai prosedur penilaian risiko dapat
mengidentifikasi aspek-aspek dalam entitas yang tidak disadari oleh auditor dan dapat
membantu dalam menilai risiko kesalahan penyajian material agar menyediakan suati
basis untuk perancangan dan pengimplementasian respos terhaddap risiko yang
dinilai. Prosedur analitis yang dilaksanakan sebagai prosedur penilaian risiko dapat
mencakup baik informasi keuangan maupun informasi non-keuangan. Prosedur
analitis ini juga dapat digunakan untuk membantu auditor dalam mengidentifikasi
transaksi atau peristiwa serta jumlah rasio, dan tren yang tidak biasa, membantu
auditor dalam melakukan identifikasi terhadap kesalahan material dalam penyajian
laporan keuangan yang diakibatkan oleh tindakan kecurangan.
b. Prosedur analitis sering juga dilakukan selama tahap pengujian audit berlangsung
sebagai suatu prosedur analitis substantive untuk emndukung saldo akun (SA
520.5).pengujian ini sering dilakukan bersamaan dengan prosedur audit lainnya.
Prosedur analitis mencakup pertimbangan informasi keuangan emtitas dengan,
sebagai contoh :
- Informasi komparatif periode lalu
- Hasil entitas yang diantisipasi, seperti estimasi
- Informasi industry sejenis, seperti perbandingan anggaran atau penjualan entitas
terhadap piutang usaha dengan rata-rata rasio industry atau dengan entitas lain
yang memiliki ukuran sebanding dalam inustri yang sama.
Prosedur analitis juga mencakuppertimbangan atas hubungan-hubungan, sebagai
contoh :
- Diantara unsur informasi keuangan yang akan diharappkan sesuai dengan suatu
pola yang dapat diprediksi berdasarkan pengalaman entitas, seperti persentase laba
bruto.
- Anntara informasi keuangan dan informasi non-keuangan yang relevan, seperti
bebam gaji dengan jumlah karyawan.
Prosedur analitis dapat diterapkan pada laporan keunangan konsolidasian, komponen
dan unsur informasi secara individu. Keputusan tentang prosedur audit mana yang
dilakukan, dibuat berdasarkan pertimbangan auditor atas efektifitas dan efisiensi yang

21
diharapkan dari prosedur audit yang tersedia untuk menurunkan resiko audit pada
tingkat asersi ke tingkat rendah yang dapat diterima.
c. Prosedur analitis juga diperlukan dalam tahapan penyelesaian audit. Dalam SA 520.6
menyatakan bahwa auditor harus merancang dan melaksanakan prosediur analitis
mendekati akhir audit yang membantu auditor dalam membentuk kesimpulan secara
keseluruhan tentang apakah laporan keuangan yang telah disajikan konsisten dengan
pemahaman auditor atas entitas. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil prosedur
analitis dapat membantu auditor dalam membuat kesimpulan yang layak sebagai dasar
bagi opini auditor.

2.7 LIMA TIPE PROSEUR ANALITIS


Kegunaan prosedur analitis sebagai bukti sangan tergantung pada bagaimana auditor
mengembangkan suatu ekspektasi tentang harus seperti apa suatu saldo akun atau rasio,
apapun tipe prosedur analitis yang digunakaan. Auditor harus mengembangkan ekspektasinya
tentang suatu saldo akun atau rasio dengan mempertimbangkan informasi dari periode
sebelumnya, tren industry, aggaran yang disusun klien, dan informasi non-keuangan. Auditor
biasanya membandingkan saldo-saldo akun dalam pembukuan klien dan rasio-rasio dengan
saldo dan rasio yang diharapkan auditor dengan mengguanakn satu atau lebih tipe-tipe
prosedur analitis dibawah ini,
a. Data industry
b. Data serupa dari periode sebelumnya
c. Hasil ekspektasi yang ditentukan klien
d. Hasil ekspektasi yang ditentukan auditor
e. Hasil ekspektasi dengan menggunakan data non-keuangan
Manfaat terpenting dari pembandingan dengan data industry adalah membantu memahami
bisnis klien dan sebagai petunjuk kemungkinan adanya kesalahan keuangan, namun kruang
bermanfaat dalam menunjukan potensi kesalahan penyajian. Lalu, adapun kelemahan terbesar
penggunaan rasio industry dalam pengauditan adalah perbedaan dalam informasi keuangan
klien dengan perusahaan sejenis yang membentuk data rata-rata dari total industry.
Berhubung data industry adalah data rata-rata secara kasar, maka pembandingan yang
dilakukan bisa menjadi tidak bermakna. Sering kali bidang usaha yang dimiliki klien tidak
sama dengan standar industry. Selain itu, perusahaan yang berbeda akan menerapkan metode
akuntansi yang berbeda pula, hal tersebut akan berpengaruh pada komparabilitas data. Jadi,
apabila hal semacam ini ditemukan, maka auditor tidak dapat melakukan pembandingan
22
dengan data industry, melainkan auditor harus berhati-hati dalam menggunakan data industri
untuk mengembangan ekspektasi tentang hubungan keuangan dan dalam menginterpretasikan
hasilnya. Salah satu cara untuk mengatasi keterbatasan rata-rata industry adalah dengan
membandingkan klien denagnh satu atau dua perusahaan dalam industry yang bisa dijadikan
patokian secara cepat.

Membandingkan Data Klien Dengan Data Serupa Dari Tahun Sebelumnya

Misalkan presentase laba kotor suatu perusahaan pada tahun ini menurun dari laba
pada empat tahun terakhir. Penurunan dalam laba kotor tersebut akan menjadi perhatian
auditor apabila penurunan tersebut tidak terduga. Penyebab penurunan bisa diakibatkan oleh
penurunan kondisi ekonomi. Tetapi hal itu juga bisa diakibatkan oleh kesalahan dalam
melakukan pisah batas pembelian atau penjualan. Penurunan laba kotor harus akan
menyebabkan auditor harus mengumpulkan bukti yang berhubungan dengan akun-akun yang
berpengaruh terhadap penentuan laba kotor. Auditor harus menentukan penyebab penurunan
agar mendapat keyakinan bahwa laporan keuangan tidak mengandung kesalahan penyajian
material.

Adanya berbagai macam prosedur analitis memungkinkan auditor untuk


membandingkan data klien dengan data serupa dari satu atau dua tahun sebelunnya. Berikut
ini adalah beberapa contoh :

Bandingkan Saldo Tahun ini Dengan Saldo Tahun Lalu

Salah satu cara untuk mempermudah pelaksanaan pengujian ini adalah dengan
memasukkan hasil saldo tahun lalu setelah disesuaikan dalam kolom terpisah pada neraca
saldo dalam kertas kerja audit tahun ini. Dengan cara ini, auditor akan mudah
membandingkan saldo tahun lalu dengan saldo tahun lalu, untuk menentukan lebih dini
apakah suatu akun perlu mendapat perhatian lebih besar karena ada perubahan saldo yang
besar.

Membandingkan Detil dari Saldo Total dengan Detil yang Sama dari Tahun Lalu

Dengan secara teliti membandingkan detil periode ini dengan detil yang sama dari tahun lalu,
auditor sering menemukan informasi yang membutuhkan pemeriksaan lebihh lanjut.
Pembandingan antar detil bisa dalam bentuk detil sepanjang waktu tertentu, seperti misalnya

23
jumlah bulanan untuk tahun ini dengan tahun lalu untuk penjualan, beban reparasi, dan akun
lainnya, atau detil untuk satu saat tertentu, seperti misalnya pembandingan detil suatu utang
pinjaman pada akhir tahun ini dengan detil pada akhir tahun yang lalu.

Membandingkan Rasio-rasio dan Hubungan dalam Presentase dengan Tahun


Sebelumnya

Pembandingan total atau detil dengan tahun sebelumnya memiliki dua kelemahan.
Pertama, pembandingan semacam itu tidak mempertimbangkan perkembangan atau
penurunan dalam aktivitas bisnis. Perbandingan antara data yang satu dengan lainnya tidak
dilakukan, seperti misalnya perbandingan antara penjualan dengan harga pokok penjualan.
Rasio dan hubungan persentase menetralisasi kelemahan tersebut.

Auditor sering menyiapkan laporan keuangan common-size untuk satu atau beberapa
tahun yang menggambarkan semua pos sebagai persentase dari suatu dasar tertentu, misalnya
penjualan.

Membandingkan Data Klien dengan Harapan yang Dibuat Klien

Pada umumnya perusahaan membuat anggaran untuk berbagai aspek operasi dan hasil
keuangannya. Karena anggaran mencerminkan ekspektasi (harapan) klien untuk periode
tertentu, auditor membandingkan Data Klien Dengan Ekspektasi Auditor harus menyelidiki
perbedaan yang paling signifikan anatara anggaran dengan hasil sesungguhnya karena hal itu
bisa mengandung keslahan penyajian potensial.

Apabila data klien dibandingkan dengan anggaran, ada dua hal penting yang harus
diperhatikan. Pertama, auditor harus mengevaluasi apakah anggaran merupakan rencana
yang realistis. Dalam organisasi tertentu, anggaran kadang-kadang dibuat tanpa pertimbangan
matang sehingga kurang bermanfaat dalam mengembangkan ekspektasi auditor. Hal penting
kedua adalah kemungkinan bahwa informasi keuangan tahun ini telah diubah oleh klien agar
sesuai dengan anggaran. Apabila hal seperti itu benar0benar terjadi, maka auditor tidak akan
menemukan perbedaan dalam perbandingan anatar data actual dengan anggran, dan tidak
dapat mengungkapkan adanya keslahan penyajian dalam laporan keuangan. Penetapan resiko
pengendalian dan pengujian audit yang detil atas data sesungguhnya biasanya dilakukan
untuk meminimalkan masalah ini.

24
Pembandingan lain yang lazim digunakan antara data klien dengan hasil yang
diharapkan terjadi ketika auditor menghitung saldo yang diharapakan untuk dibandingkan
dengan saldo sesungguhnya. Dalam prosedur analitis jenis ini, auditor membuat suatu
estimasi tentang berapa besar saldo seharusnya dengan menghubungkan saldo tersebut
dengan saldo-saldo akun neraca atau akun laba rugi atau dengan membuat suatu proyeksi
berdasarkan data nonkeuangan atau trend masa lalu.

Membandingkan Data Klien dengan Taksiran Hasil Dngan Menggunakan Data


Nonkeuangan

Misalkan anda sedang mengaudit sebuah hotel. Anda bisa membuat ekspektasi untuk
total pendapatan penjualan kamar dengan mengalikan jumlah kamar, rata-rata tariff harian
untuk setiap kamar, dan tingkat hunian rata-rata (average occupancy rate). Selanjutnya anda
bisa membandingkan hasil estimasi anda dengan total pendapatan menurut pembukuan klien
sebagai penguji kewajaran pendapatan.

Masalah terbesar dalam penggunaan data nonkeuangan adalah ketelitian data. Seperti
dalam contoh audit hotel diatas, anda sebaiknya jangan menggunakan perhitungan taksiran
pendapatan hotel sebagai bukti audit, kecuali bila anda puas dengan kewajaran perhitungan
jumlah kamar hotel, tariff kamar rata-rata, dan rata-rata tingkat hunian. Jelas bahwa
penentuan tingkat hunian lebih sulit penentuannya dibandingkan dua hal lainnya.

2.8 RASIO RASIO KEUANGAN YANG LAZIM DIGUNAKAN

Kemampuan membayar kewajiban jangka pendek

𝐾𝑎𝑠+𝑆𝑢𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎
Rasio Kas = 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

𝐾𝑎𝑠+𝑆𝑢𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎+𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ


Rasio Cepat = 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
Rasio Lancar = 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

Perusahaan perlu memiliki tingkat likuiditas tertentu untuk membayar kewajiban yang akan
jatuh tempo dan ketiga rasio diatas digunakan mengukur likuiditas tersebut. Dari ketiga rasio
diatas, rasio kas berguna untuk mengukur kemampuan membayar kewajiban segera,

25
sedangkan rasio lancar masih membutuhkan waktu untuk mengubah piutang dan persediaan
menjadi kas sebelum bisa digunakan membayar kewajiban.

Rasio-Rasio Aktivitas Likuiditas

Apabila perusahaan tidak memiliki kas dan setara kas untuk memenuhi kewajibannya,
maka kunci untuk mengukur kemampuan membayar kewajiban adalah waktu yang
diperlukan perusahaan untuk mengubah asset lancar yang kurang likuid menjadi kas. Hal ini
diukur melalui rasio aktivitas likuiditas sebagai berikut.

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Perputaran Piutang Usaha = 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑟𝑢𝑡𝑜

365 ℎ𝑎𝑟𝑖
Hari Pengumpulan Piutang = 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔

ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛


Perputaran Persediaan = 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

365 ℎ𝑎𝑟𝑖
Hari Penjualan Persediaan = 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛

Kemampuan Untuk Memenuhi Kewajiban Jangka Panjang

Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang tergantung pada


keberhasilan operasi dan pada kemampuan untuk meningkatkan modal untuk ekspansi, serta
kemampuan membayar pokook pinjaman beserta bunganya.

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛
Kewajiban berbanding Ekuitas = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
Laba Operasi berbanding beban bunga = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎

Rasio kewajiban terhadap ekuitas menunjukkan seberapa banyak penggunaan


kewajiban dalam pendanaan suatu perusahaan. Kemampuan untuk membayar bunga
tergantung pada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan aliran kas positif dari
operasinya. Rasio laba operasi terhadap beban bunga menunjukkan apakah perusahaaan akan
dapat membayar bunga dengan lancar, dengan asumsi bahwa trend laba stabil.

26
Rasio-Rasio Profitabilitas

Kemampuan perusahaan menghasilkan kas untuk membayar utang, ekspansi, dan


membayar dividen, tergantung pada kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Rasio
profitabilitas yang paling banyak digunakan adalah laba per lembar saham.

Persentase laba kotor menunjukkan bagian dari hasil penjualan yang tersedia untuk
menutup semua beban dan laba setelah dikurangi denhan harga pokok produk. Auditor
menggunakan rasio ini untuk memerikasa kemungkinan adanya salah saji dalam penjualan,
harga pokok penjualan, piutang usaha dan persediaan.

Marjin laba hapir sama dengan marjin laba kotor, hanya saja disini untuk menghitung
marjin laba selain dikurangi dengan harga pokok penjualan, dikurangkan juga dengan beban
operasi. Rasio ini berguna untuk menilai kesalahan penyajian pada beban operasi serta akun-
akun neraca terkait.

Rasio laba berbanding asset mengukur profitabilitas perusahaan secara menyeluruh.


Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari setiap rupiah
yang tertanam dalam asset.

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Laba perlembar saham = 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ−ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛


Persentase Laba Kotor = 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
Marjin Laba = 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘


Laba Berbanding Aset = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎

27
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Standar Audit 300 tentang “Perencanaan Suatu Audit Atas Laporan Keuangan”
mengatur tanggungjawab auditor untuk merencanakan audit atas laporan keuangan. Standar
tersebut menyatakatan bahwa tujuan auditor adalah untuk merencanakan audit agar audit
tersebut dapat dilaksanakan secara efektif.
Perencanaan audit pendahuluan meliputi empat hal yang kesemuanya harus dilakukan
pada tahap awal audit.
5. Auditor memutuskan apakah akan menerima klien baru atau melanjutkan klien lama
(sudah pernah diaudit oleh kantor akuntan yang bersangkutan). Keputusan ini
biasanya dilakukan oleh akuntan berpengalaman yang menduduki posisi mengambil
keputusan-keputusan penting. Auditor harus mengambil keputusan ini pada tahap
awal, sebelum terjadi pengeluaran besar yang tidak dapat ditutup.
6. Auditor mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau membutuhkan audit.
Informasi ini akan berpengaruh pada tahapan perencanaan selanjutnya.
7. Untuk menghindari salah pengertian, auditor menyamakan pemahaman dengan klien
mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan audit yang dituangkan dalam perjanjian
kerja.
8. Auditor menilai strategi audit menyeluruh, termasuk penugasan staf dan keahlian
yang dibutuhkan dalam audit yang bersangkutan.
Standar auditing (SA 315.11) menyatakan bahwa auditor harus memperoleh
pemahaman atas entitas dan lingkungannya.
Risiko bisnis klien adalah suatu risiko kegagalan klien dalam mencapai tujuannya,
dimana risiko ini bisa saja muncul yang disebabkan oleh beberapa factor yang berpengaruh
terhadap klien dan lingkungannya, seperti misalnya terjadinya penurunan ekonomi yang
memperburuk aliran kas klien, teknologi baru yang sifatnya menghambat keuntungan
kompetitif klien, atau klien yang tidak berhasil mewujudkan strateginya dalam mencapai
tujuannya.
Auditor melakukan prosedur analitis pendahuluan untuk mendapat pemahaman yang
lebih baik tentang bisnis klien dan menilai risiko bisnis kliennya. Salah satu posedurnya

28
adalah dengan membandingkan rasio-rasio pada perusahaan klien dengan industry atau
perusahaan pesaing untuk mendapatkan indikasi kinerja perusahaan klien.
Pada dasarnya prosedur analitis menggunakan perbandingan-perbandingan dan
hubungan-hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau data lainnya menggambarkan
hubungan yang masuk akal menurut ekspektasi auditor.dari definisi diatas, prosedur analitis
menitikberatkan pada ekspektasi sorang auditor.
Auditor biasanya membandingkan saldo-saldo akun dalam pembukuan klien dan
rasio-rasio dengan saldo dan rasio yang diharapkan auditor dengan mengguanakn satu atau
lebih tipe-tipe prosedur analitis dibawah ini,
f. Data industry
g. Data serupa dari periode sebelumnya
h. Hasil ekspektasi yang ditentukan klien
i. Hasil ekspektasi yang ditentukan auditor
j. Hasil ekspektasi dengan menggunakan data non-keuangan
Prosedur analitis yang digunakan auditor seringkali berupa pemakaian rasio-rasio
keuangan pada tahap perencanaan dan tahap review akhir dari suatu audit laporan keuangan.
Adapun beberapa rasio yang sering digunakan oleh auditor adalah : rasio kemampuan
membayar kewajiban jangka pendek; rasio aktivitas likuiditas: rasio kemampuan untuk
memenuhi kewajiban jangka panjang serta rasio-rasio profitabilitas.

29
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, AI. Haryono. 2001. Auditing. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
YKPN: Yogyakarta.

30

Anda mungkin juga menyukai