PENGAUDITAN I
( EKA 439 AP )
Dosen Pengampu : Dr. Drs. I Dewa Gede Dharma Suputra, M.Si., Ak.
Kelompok 4
Nama Kelompok :
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.3.5 Untuk mengetahui cara melakukan pengerjaan prosedur analitis.
1.3.6 Untuk mengetahui tahapan prosedur analitis.
1.3.7 Untuk mengetahui lima tipe prosedur analitis.
1.3.8 Untuk mengetahui rasio keuangan yang lazim digunakan oleh auditor.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PERENCANAAN
Standar Audit 300 tentang “Perencanaan Suatu Audit Atas Laporan Keuangan” mengatur
tanggungjawab auditor untuk merencanakan audit atas laporan keuangan. Standar tersebut
menyatakatan bahwa tujuan auditor adalah untuk merencanakan audit agar audit tersebut
dapat dilaksanakan secara efektif.
Perencanaan suatu audit mencakup penetapan strategi audit secara keseluruhan untuk
perikatan (penugasan) audit dan pengembangan rencana audit. Perencanaan yang cukup akan
bermanfaat dalan audit atas laporan keuangan dalam beberapa hal, termasuk hal-hal sebagai
berikut (SA 300-Para.2) :
Membantu auditor untuk mencurahkan perhatian yang tepat terhadap area yang
penting dalam audit.
Membantu auditor untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang
potensial secara tepat waktu.
Membantu auditor untuk mengorganisasi dan mengelola perikatan (penugasan
audit) dengan baik, sehingga perikatan tersebut dapat dilaksanakan dengan
efektif dan efisien.
Membantu dalam pemilihan anggota tim perikatan (tim audit) dengan tingkat
kemampuan dan kompetensi yang tepat untuk merespon risiko yang diantisipasi,
dan penugasan pekerjaan yang tepat atas pekerjaan mereka.
Membantu, jika relevan, dalam pengoordinasian hasil pekerjaan yang dilakukan
oleh auditor komponen dan pakar.
Ada delapan tahapan dalam proses perencanaan audit. Tujuh tahap pertman dimaksudkan
untuk membantu auditor dalam mengembangkan tahapan yang terakhir, yaitu perumusan
strategi audit kesuluruhan yang efektif dan efisien dan program audit.
4
Perencanaan Audit dan Perancangan Pendekatan Audit
Penerimaan klien dan pembuatan
rencana audit awal
6
2. Auditor mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau membutuhkan audit.
Informasi ini akan berpengaruh pada tahapan perencanaan selanjutnya.
3. Untuk menghindari salah pengertian, auditor menyamakan pemahaman dengan klien
mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan audit yang dituangkan dalam perjanjian
kerja.
4. Auditor menilai strategi audit menyeluruh, termasuk penugasan staf dan keahlian
yang dibutuhkan dalam audit yang bersangkutan.
7
firm , sehingga irm dan rekan perikatan dapat melakukan tindakan yang diperlukan.
(Ref: Para.A9)
9
Bahkan dalam kondisi tidak terdapat persoalan seperti disebutkan diatas, auditor
mungkin memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan kerja dengan klien karena
pertimbangan risiko yang terlalu besar. Sebagai contoh, kantor akuntan menyimpulkan
adanya risiko yang cukup besar akan terjadi konflik antara instansi pemerintah denga klien
yang bisa mengakibatkan klien mengalami kesulitan keuangan dan akhirnya melakukan
tuntutan terhadap kantor akuntan. Bahkan apabila suatu penugasan dipandang
menguntungkan, risiko jangka panjangnya bisa lebih besar daripada keuntungan jangka
pendeknya yang diperoleh dari audit perusahaan tersebut.
Penyelidikan atas klien baru dan penilaian kembali terhadap klien yang sudah ada
merupakan bagian penting dalam memutuskan risiko audit yang diterima. Sebagai contoh,
misalkan calon klien bergerak dalam bidang usaha yang penuh risiko, manajemen perusahaan
memiliki integritas yang baik, tetapi perusahaan ini menempuh risiko keuangan yang agresif.
Apabila kantor akuntan berkesimpulan bahwa risiko audit yang dapat diterimanya sedemikian
rendah, maka akan lebih baik untuk tidak menerima penugasan dari calon klien demikian.
Apabila kantor akuntan berkesimpulan bahwa risiko audit yang dapat diterima rendah, tetapi
klien masih bisa menerima, maka penugasan bisa diterima tetapi dengan honorarium audit
yang tinggi. Audit dengan tingkat risiko bisa diterima yang rendah biasanya akan menuntut
biaya audit yang tinggi, oleh karena itu honorarium audit yang akan diajukan kepada calon
klien juga menjadi tinggi.
10
Mendapatkan Kesepahaman denga Klien
SA 210 Para. 9 menyatakan bahwa auditor harus menyepakati ketentuan perikatan
audit dengan manajemen atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola entitas (jika
relevan). Pemahaman yang benar mengenai pasal-pasal yang tercantum dalam surat
perjanjian kerja untuk perikatan (penugasan) audit harus dimiliki baik oleh klien maupun
auditor. Ketentuan perikatan audit yang disepakati harus dicatat dalam surat perikatan audit
atau bentuk kesepakatan tertulis lain yang tepat dan harus mencakup:
a. Tujuan dan ruang lingkup audit atas laporan keuangan.
b. Tanggungjawab auditor
c. Tanggungjawab manajemen
d. Identifikasi kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan dalam penyusunan
laporan keuangan
e. Pengacuan ke bentuk da nisi laporan yang akan diterbitkan oleh auditor dan suatu
pernyataan bahwa dalam kondisi tertentu terdapat kemungkinan laporan yang
diterbitkan berbeda bentuk dan isinya dengan yang diharapkan.
Peran manajemen dalam menyetujui ketentuan perikatan audit tergantung pasa
struktur tata kelola klien dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebelum
dimulainya audit, auditor harus mengirimkan surat perikatan audit kepada klien untuk
menghindari kesalahpahaman yang mungkin terjadi antara auditor dank lien sehubungan
dengan proses audit. Dalam surat perikatan tersebut, tanggungjawab manajemen dan
tanggung jawab harus dirumuskan dengan jelas.
Bentuk dan isi surat perikatan dapat beragam untuk setiap entitas. Informasi yang
tercakup dalam surat perikatan audit tentang tanggungjawab auditor harus berdasarkan SA
200, sedangkan tanggungjawab manajemen harus didasarkan pada Pasal 6(b) dan Pasal 12
dari SA 210. Disamping itu, selain hal-hal diatas, surat perikatan audit dapat memuat hal-hal
berikut:
Penjelasan ruang lingkup audit, termasuk referensi ke peraturan perundang-
undangan yang berlaku, standar audit, kode etik dan pernyataan dari badan
professional yang haru dipenuhi oleh auditor.
Bentuk komunikasi lain yang akan digunakan oleh auditor untuk
menyampaikan hasil perikatan audit.
Fakta bahwa karena keterbatasan inheren suatu audit, bersama dengan
keterbatasan inheren pengendalian internal, terdapat suatu risiko yang tidak
11
dapat dihindari tentang kemungkinan tidak terdekteksinya beberapa
kesalahan penyejian material, meskipun audit telah direncanakan dan
dilaksanakan sesuai dengan SA.
Pengaturan yang berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan audit,
termasuk komposisi tim audit.
Ekspektasi bahwa manajemen akan memberikan representasi tertulis (lihat
juga Paragraf A13)
Persetujuan manajemen untuk menyediakan draft laporan keuangan dan
informasi lain yang menyetainya secara tepat waktu sehingga memungkinkan
auditor menyelesaikan audit sesuai dengan jadwal yang direncanakan.
Persetujuan manajemen untuk memberikan informasi kepada auditor tentang
fakta-fakta yang diketahui oleh manajemen, yang dapat memengaruhi laporan
keuangan selama jangka waktu sejak tanggal laporan auditor sampai tanggal
laporan keuangan diterbitkan.
Basis penentuan fee dan pengaturan penagihannya.
Suatu permintaan kepada manajemen untuk menyetujui ketentuan perikatan
yang dicantumkan didalam surat perikatan audit dan menandatangani surat
tersebut.
Jika relevan, hal-hal berikut dapat juga dimasukkan kedalam perikatan audit:
Pengaturan tentang keterlibatan auditor dan pakar lain dalam beberapa aspek
audit.
Pengaturan keterlibatan auditor internal dan staf entitas lainnya.
Pengaturan yang dibuat dengan auditor pendahulu, jika ada, untuk audit tahun
pertama.
Batasan kewajiban auditor bilamana kemungkinan sperti itu ada
Suatu pengacuan terhadap persetujuan tambahan antara auditor dengan
entitas.
Kewajiaban untuk menyediakan kertas kerja audit untuk pihak lain.
Informasi dalam surat perjanjian sangan penting untuk pembuatan perencanaan audit,
terutama karena ketentuan dalam perjanjian akan mempengaruhi saat kapan ketentuan dalam
perjanjian akan mempengaruhi saat pengujian-pengujian dilakukan dan total waktu yang
tersedia untuk pelaksanaan audit dan jasa lainnya. Sebagai contoh, apabila batas waktu
12
penyampaian laporan audit tidak lama setelah tanggal neraca, maka sebagian pekerjaan audit
harus sudah dilakukan sebelum akhir tahun buku. Apabila muncul kejadian tak terduga atau
apabila tidak ada bantuan dari pihak klien, perlu ada pengaturan tentang kemungkinan
memperpanjang waktu pelaksanaan penugasan. Pembatasan yang dilakukan klien terhadap
auditor bisa mempengaruhi prosedur yang diterapkan dan bahkan bisa mempengaruhi jenis
pendapat yang diberikan auditor.
Auditor harus menugasi staf yang memenuhi syarat untuk melaksanakan penugasan
sesuai dengan standard auditing dan melaksanakan audit dengan efisien, staf yang diberi
tugas harus memiliki pengetahuan tentang bidang usaha klien, dan auditor harus memiliki
pemahaman tentang bidang usaha industri komputer.
Salah satu pertimbangan dalam penentuan staf yaitu perlu adanya kontinuitas dari
tahun ke tahun. Kontinuitas akan membantu kantor akuntan dalam menjaga familiaritas
dengan persyaratan tehnis dan memiliki kedekatan antar personal dengan personil perusahaan
klien.
Standar auditing (SA 620) mengatur persyaratan pemilihan pakar auditor dan
mereview hasil pekerjaannya. SA 620.6 mendefinisikan pakar auditor sebagai berikut :
“seseorang atau organisasi yang memiliki keahlian (expertise) dalam suatu bidang di luar
accounting atau auditing yang pekerjaannya dalam bidang tersebut digunakan oleh
auditor/KAP untuk membantunya memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat”.
Pakar Auditor memberikan bukti audit dalam bentuk lsporan pendapat, penilaian, dan
pernyataan. Contoh pakar auditor adalah:
13
b. Penilaian asset seperti tanah, bangunan, pabrik, pekerjaan seni, dan instrument
keuangan yang rumit.
c. Pengukuran kuantitas atau kondisi fisik suatu asset, seperti mineral yang disimpan
dalam tumpukan, mineral dibawah tanah, dan cadangan minyak bumi, serta sisa umur
pabrik.
f. Pengukuran pekerjaan yang sudah selesai dan yang masih harus dikerjakan untuk
kontrak-kontrak dalam penyelesaian
Standar auditing (SA 315.11) menyatakan bahwa auditor harus memperoleh pemahaman atas
entitas dan lingkungannya. Pemahaman atas entitas dan lingkungannya yang diharuskan
diperoleh auditor meliputi:
i. Operasinya
iii. Jenis investasi yang dilakukan dan yang rencananya akan dilakukan oleh
entitas, termasuk investasi dalam entitas bertujuan khusus
d) Tujuan dan strategi entitas, dan risiko bisnis terkait yang dapat menimbulkan risiko
kesalahan penyajian material
14
e) Pengukuran dan penelaahan atas kinerja keuangan entitas
Factor –faktor yang telah meingkatkan pentingnya pemahaman tentang bisnis dan bidang
usaha klien, yaitu:
1) Penurunan kondisi ekonomi dunia beberapa tahun terakhir ini telah meningkatkan
risiko bisnis perusahaan klien secara signifikan.
3) Klien telah mengembangkan usahanya secara global, seringkali melalui joint ventures
atau aliansi strategis
5) Meningkatnya arti penting sumberdaya manusia dan asset tak berwujud lainnya
menyebabkan akuntansi menjadi semakin kompleks dan memerlukan peritmbangan
serta penafsiran manajemen
6) Banyak klien telah melakukan investasi dalam instrument keuangan yang konpleks
yang mungkin telah menurun nilainya, melalukan perlakuan akuntansi yang
kompleks, dan seringkali melibatkan pihak lain yang tidak diketahuinya yang telah
menciptakan risiko keuangan yang tidak diharapkan bagi klien.
15
Pengukuran dan Kinerja
Bidang Usaha Dan Lingkungan Eskternal Klien
Tiga alas an utama mengapa auditor perlu mendapatkan pemahaman yang baik tentang
bidang usaha dan lingkungan eksternal klien yaitu:
1. Risiko yang berkaitan dengan bidang usaha tertentu bisa mempengaruhi penilaian
auditor tentang risiko bisnis klien dan tingkat risiko audit bisa diterima dan bahkan
bisa mempengaruhi pertimbangan untuk menerima atau menolak klien yang bergeak
dalam bidang usaha yang berisiko tinggi. Seperti bidang jasa keuangan dan asuransi
kesehatan.
2. Banyak risiko inheren lazim dijumpai pada semua klien yang bergerak dalam bidang
usaha tertentu. Pengenalan atas risiko tersebut akan membantu auditor dalam menilai
relevansinya terhadap klien. Sebagai contoh keusangan persediaan potensial pada
bidang usaha pakaian jadi risiko inheren pengumpulan piutang pada bidnag usaha
pinjaman konsumen.
3. Banyak bidang usaha memiliki persyaratan akuntansi yang unik dan harus dipahami
auditor untuk menilai apakah laporan keuangan klien sesuai dengan standar akuntansi.
Sebagai contoh apabila auditor mengaudit laporan keuangan sebuah kotamadya,
auditor harus menguasai akuntansi pemerintah dan persyaratan pengauditannya.
Auditor harus memahami berbagai factor seperti misalnya sumber-sumber utama pendapatan,
pelanggan dan pemasok utama, sumber pedanaan, dan informasi tentang ada tidaknya
hubungan istimewa yang bisa menjadi petunjuk bagian mana yang memiliki risiko bisnis
tinggi.
Mengunjungi fasilitas dan tempat operasi klien sangat berguna untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik mengenai pengoperasian bisnis klien, karena cara ini memberi
kesempatan kepada auditor untuk mengobservasi dan melihat secara lamgsung fasilitas yang
dimiliki klien dan sekaligus juga berkenalan dengan pejabat-pejabat kunci di perusahaan.
Auditor dapat menilai pengamanan fisik atas asset dan menginterpretasikan data akuntansi
yang berkaitan dengan asset, dan auditor dapat menilai risiko inheren.
16
Mengidentifikasi Hubungan dengan Pihak Berelasi
Transaksi dengan pihak berelasi adalah setiap transaksi yang dilakukan antara klien
dengan pihak yang mempunyai hubungan dengan pihak berelasi. Transaksi dengan pihak
yang memiliki hubungan dengan berelasi dengan klien bukanlah transaksi yang dilakukan
dengan tawar-menawar secara bebas, oleh karena itu transaksi tidak dinilai dengan harga
yang sama dengan harga seandainya transaksi dilakukan dengan pihak ketiga yang
independen.
Transaksi dengan pihak berelasi yang material harus diungkapkan, maka semua pihak
yang berelasi dengan klien harus diidentifikasi dan dicantumkan dalam kertas kerja permanen
auditor sejak awal audit. (persyaratan pengungkapan mencakup sifat hubungan dengan pihak
berelasi, penjelasan mengenai transaksi, termasuk jumlah rupiahnya, dan jumlah yang
terutang dari masing-masing pihak). Cara yang lazim dilakukan auditor dalam
mengidentifikasi pihak-pihak yang berelasi adalah dnegan meminta keterangan dari
manajemen, mereview laporan ke Bapepam, dan memeriksa daftar pemegang saham untuk
mengidentifikasi pemegang saham mayoritas.
Manajemen menilai stratejik dan proses bisnis, maka auditor harus menilai falsafah
manajemen dan gaya operasi serta kemampuannya mengidentifikasi dan menanggapi risiko
karena hal-hal tersebut berpengaruh signifikan terhadap risiko terjadinya kesalahan penyajian
material dalam laporan keuangan.
17
Kode Etik
Notulen Rapat
Notulen rapat adalah catatan resmi perusahaan sebagai hasil dari rapat dewan
komisaris dan rapat pemegang saham. Notulen meliputi persetujuan penting dan ringkasan
berbagai topic yang dibahas dalam rapat dan keputusan yang diambil oleh dewan komisaris
dan pemegang saham. Auditor harus membaca notulen untuk mendapatkan otorisasi-otorisasi
dan informasi lainnya yang relevan untuk pelaksanaan audit.
Strategi adalah pendekatan yang diikuti perusahaan untuk mencapai tujuan organsiasi.
Auditor harus memahami tujuan klien yang berkaitan dengan:
Meskipun manajemen telah berbuat yang terbaik, risiko bisnis bisa muncul yang mengurangi
kemampuan manajemen untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu pengetahuan tentang
tujuan dan strategi klien akan membantu auditor dalam menilai risiko bisnis klien dan risiko
bisnis dalam laporan keuangan.
Pengukuran Kinerja
System pengukuran kinerja klien meliputi indicator-indikator kinerja kunci yang digunakan
manajemen untuk mengukur progress dalam upaya mencapai tujuan utama yang telah
ditetapkan. Indicator yang dimaksud tidak hanya sebatas jumlah penjualan atau laba bersih,
namun melibatkan pengukur-pengukur tertentu yang diperuntukan bagi klien sesuai dengan
tujuannya. Indicator kinerja kunci yang dimaksud adalah pangsa pasar, penjualan per tenaga
pemasaran, perkembangan harga jual perunit, dll.
18
Risiko intern dalam suatu laporan keuangan bisa meningkat apabila klien merumuskan tujuan
yang tidak masuk akal atau apabila system pengukuran kinerja memicu dilakukannya
akuntansi progresif. Suatu pengukuran kinerja lapangan dapat dianalisis dengan melakukan
analisis rasio dan pembandingandengan para competitor. Sebagai bagian dari pemahaman
tentang bisnis klien, auditor harus melakukan analisis rasio atau mereview perhitungan rasio-
rasio kinerja kuni yang telah dibuat oleh klien.
20
a. Prosedur analitis diperlukan pada tahap perencanaan audit dalam rangka prosedur
penilaian risiko. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam SA 315.5, auditor harus
melakukan prosedur penialian risiko kesalahan material pada laporan keuangan.
Prosedur analitis yang digunakan sebagai prosedur penilaian risiko dapat
mengidentifikasi aspek-aspek dalam entitas yang tidak disadari oleh auditor dan dapat
membantu dalam menilai risiko kesalahan penyajian material agar menyediakan suati
basis untuk perancangan dan pengimplementasian respos terhaddap risiko yang
dinilai. Prosedur analitis yang dilaksanakan sebagai prosedur penilaian risiko dapat
mencakup baik informasi keuangan maupun informasi non-keuangan. Prosedur
analitis ini juga dapat digunakan untuk membantu auditor dalam mengidentifikasi
transaksi atau peristiwa serta jumlah rasio, dan tren yang tidak biasa, membantu
auditor dalam melakukan identifikasi terhadap kesalahan material dalam penyajian
laporan keuangan yang diakibatkan oleh tindakan kecurangan.
b. Prosedur analitis sering juga dilakukan selama tahap pengujian audit berlangsung
sebagai suatu prosedur analitis substantive untuk emndukung saldo akun (SA
520.5).pengujian ini sering dilakukan bersamaan dengan prosedur audit lainnya.
Prosedur analitis mencakup pertimbangan informasi keuangan emtitas dengan,
sebagai contoh :
- Informasi komparatif periode lalu
- Hasil entitas yang diantisipasi, seperti estimasi
- Informasi industry sejenis, seperti perbandingan anggaran atau penjualan entitas
terhadap piutang usaha dengan rata-rata rasio industry atau dengan entitas lain
yang memiliki ukuran sebanding dalam inustri yang sama.
Prosedur analitis juga mencakuppertimbangan atas hubungan-hubungan, sebagai
contoh :
- Diantara unsur informasi keuangan yang akan diharappkan sesuai dengan suatu
pola yang dapat diprediksi berdasarkan pengalaman entitas, seperti persentase laba
bruto.
- Anntara informasi keuangan dan informasi non-keuangan yang relevan, seperti
bebam gaji dengan jumlah karyawan.
Prosedur analitis dapat diterapkan pada laporan keunangan konsolidasian, komponen
dan unsur informasi secara individu. Keputusan tentang prosedur audit mana yang
dilakukan, dibuat berdasarkan pertimbangan auditor atas efektifitas dan efisiensi yang
21
diharapkan dari prosedur audit yang tersedia untuk menurunkan resiko audit pada
tingkat asersi ke tingkat rendah yang dapat diterima.
c. Prosedur analitis juga diperlukan dalam tahapan penyelesaian audit. Dalam SA 520.6
menyatakan bahwa auditor harus merancang dan melaksanakan prosediur analitis
mendekati akhir audit yang membantu auditor dalam membentuk kesimpulan secara
keseluruhan tentang apakah laporan keuangan yang telah disajikan konsisten dengan
pemahaman auditor atas entitas. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil prosedur
analitis dapat membantu auditor dalam membuat kesimpulan yang layak sebagai dasar
bagi opini auditor.
Misalkan presentase laba kotor suatu perusahaan pada tahun ini menurun dari laba
pada empat tahun terakhir. Penurunan dalam laba kotor tersebut akan menjadi perhatian
auditor apabila penurunan tersebut tidak terduga. Penyebab penurunan bisa diakibatkan oleh
penurunan kondisi ekonomi. Tetapi hal itu juga bisa diakibatkan oleh kesalahan dalam
melakukan pisah batas pembelian atau penjualan. Penurunan laba kotor harus akan
menyebabkan auditor harus mengumpulkan bukti yang berhubungan dengan akun-akun yang
berpengaruh terhadap penentuan laba kotor. Auditor harus menentukan penyebab penurunan
agar mendapat keyakinan bahwa laporan keuangan tidak mengandung kesalahan penyajian
material.
Salah satu cara untuk mempermudah pelaksanaan pengujian ini adalah dengan
memasukkan hasil saldo tahun lalu setelah disesuaikan dalam kolom terpisah pada neraca
saldo dalam kertas kerja audit tahun ini. Dengan cara ini, auditor akan mudah
membandingkan saldo tahun lalu dengan saldo tahun lalu, untuk menentukan lebih dini
apakah suatu akun perlu mendapat perhatian lebih besar karena ada perubahan saldo yang
besar.
Membandingkan Detil dari Saldo Total dengan Detil yang Sama dari Tahun Lalu
Dengan secara teliti membandingkan detil periode ini dengan detil yang sama dari tahun lalu,
auditor sering menemukan informasi yang membutuhkan pemeriksaan lebihh lanjut.
Pembandingan antar detil bisa dalam bentuk detil sepanjang waktu tertentu, seperti misalnya
23
jumlah bulanan untuk tahun ini dengan tahun lalu untuk penjualan, beban reparasi, dan akun
lainnya, atau detil untuk satu saat tertentu, seperti misalnya pembandingan detil suatu utang
pinjaman pada akhir tahun ini dengan detil pada akhir tahun yang lalu.
Pembandingan total atau detil dengan tahun sebelumnya memiliki dua kelemahan.
Pertama, pembandingan semacam itu tidak mempertimbangkan perkembangan atau
penurunan dalam aktivitas bisnis. Perbandingan antara data yang satu dengan lainnya tidak
dilakukan, seperti misalnya perbandingan antara penjualan dengan harga pokok penjualan.
Rasio dan hubungan persentase menetralisasi kelemahan tersebut.
Auditor sering menyiapkan laporan keuangan common-size untuk satu atau beberapa
tahun yang menggambarkan semua pos sebagai persentase dari suatu dasar tertentu, misalnya
penjualan.
Pada umumnya perusahaan membuat anggaran untuk berbagai aspek operasi dan hasil
keuangannya. Karena anggaran mencerminkan ekspektasi (harapan) klien untuk periode
tertentu, auditor membandingkan Data Klien Dengan Ekspektasi Auditor harus menyelidiki
perbedaan yang paling signifikan anatara anggaran dengan hasil sesungguhnya karena hal itu
bisa mengandung keslahan penyajian potensial.
Apabila data klien dibandingkan dengan anggaran, ada dua hal penting yang harus
diperhatikan. Pertama, auditor harus mengevaluasi apakah anggaran merupakan rencana
yang realistis. Dalam organisasi tertentu, anggaran kadang-kadang dibuat tanpa pertimbangan
matang sehingga kurang bermanfaat dalam mengembangkan ekspektasi auditor. Hal penting
kedua adalah kemungkinan bahwa informasi keuangan tahun ini telah diubah oleh klien agar
sesuai dengan anggaran. Apabila hal seperti itu benar0benar terjadi, maka auditor tidak akan
menemukan perbedaan dalam perbandingan anatar data actual dengan anggran, dan tidak
dapat mengungkapkan adanya keslahan penyajian dalam laporan keuangan. Penetapan resiko
pengendalian dan pengujian audit yang detil atas data sesungguhnya biasanya dilakukan
untuk meminimalkan masalah ini.
24
Pembandingan lain yang lazim digunakan antara data klien dengan hasil yang
diharapkan terjadi ketika auditor menghitung saldo yang diharapakan untuk dibandingkan
dengan saldo sesungguhnya. Dalam prosedur analitis jenis ini, auditor membuat suatu
estimasi tentang berapa besar saldo seharusnya dengan menghubungkan saldo tersebut
dengan saldo-saldo akun neraca atau akun laba rugi atau dengan membuat suatu proyeksi
berdasarkan data nonkeuangan atau trend masa lalu.
Misalkan anda sedang mengaudit sebuah hotel. Anda bisa membuat ekspektasi untuk
total pendapatan penjualan kamar dengan mengalikan jumlah kamar, rata-rata tariff harian
untuk setiap kamar, dan tingkat hunian rata-rata (average occupancy rate). Selanjutnya anda
bisa membandingkan hasil estimasi anda dengan total pendapatan menurut pembukuan klien
sebagai penguji kewajaran pendapatan.
Masalah terbesar dalam penggunaan data nonkeuangan adalah ketelitian data. Seperti
dalam contoh audit hotel diatas, anda sebaiknya jangan menggunakan perhitungan taksiran
pendapatan hotel sebagai bukti audit, kecuali bila anda puas dengan kewajaran perhitungan
jumlah kamar hotel, tariff kamar rata-rata, dan rata-rata tingkat hunian. Jelas bahwa
penentuan tingkat hunian lebih sulit penentuannya dibandingkan dua hal lainnya.
𝐾𝑎𝑠+𝑆𝑢𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎
Rasio Kas = 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
Rasio Lancar = 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
Perusahaan perlu memiliki tingkat likuiditas tertentu untuk membayar kewajiban yang akan
jatuh tempo dan ketiga rasio diatas digunakan mengukur likuiditas tersebut. Dari ketiga rasio
diatas, rasio kas berguna untuk mengukur kemampuan membayar kewajiban segera,
25
sedangkan rasio lancar masih membutuhkan waktu untuk mengubah piutang dan persediaan
menjadi kas sebelum bisa digunakan membayar kewajiban.
Apabila perusahaan tidak memiliki kas dan setara kas untuk memenuhi kewajibannya,
maka kunci untuk mengukur kemampuan membayar kewajiban adalah waktu yang
diperlukan perusahaan untuk mengubah asset lancar yang kurang likuid menjadi kas. Hal ini
diukur melalui rasio aktivitas likuiditas sebagai berikut.
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Perputaran Piutang Usaha = 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑟𝑢𝑡𝑜
365 ℎ𝑎𝑟𝑖
Hari Pengumpulan Piutang = 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
365 ℎ𝑎𝑟𝑖
Hari Penjualan Persediaan = 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛
Kewajiban berbanding Ekuitas = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
Laba Operasi berbanding beban bunga = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎
26
Rasio-Rasio Profitabilitas
Persentase laba kotor menunjukkan bagian dari hasil penjualan yang tersedia untuk
menutup semua beban dan laba setelah dikurangi denhan harga pokok produk. Auditor
menggunakan rasio ini untuk memerikasa kemungkinan adanya salah saji dalam penjualan,
harga pokok penjualan, piutang usaha dan persediaan.
Marjin laba hapir sama dengan marjin laba kotor, hanya saja disini untuk menghitung
marjin laba selain dikurangi dengan harga pokok penjualan, dikurangkan juga dengan beban
operasi. Rasio ini berguna untuk menilai kesalahan penyajian pada beban operasi serta akun-
akun neraca terkait.
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Laba perlembar saham = 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
Marjin Laba = 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
27
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Standar Audit 300 tentang “Perencanaan Suatu Audit Atas Laporan Keuangan”
mengatur tanggungjawab auditor untuk merencanakan audit atas laporan keuangan. Standar
tersebut menyatakatan bahwa tujuan auditor adalah untuk merencanakan audit agar audit
tersebut dapat dilaksanakan secara efektif.
Perencanaan audit pendahuluan meliputi empat hal yang kesemuanya harus dilakukan
pada tahap awal audit.
5. Auditor memutuskan apakah akan menerima klien baru atau melanjutkan klien lama
(sudah pernah diaudit oleh kantor akuntan yang bersangkutan). Keputusan ini
biasanya dilakukan oleh akuntan berpengalaman yang menduduki posisi mengambil
keputusan-keputusan penting. Auditor harus mengambil keputusan ini pada tahap
awal, sebelum terjadi pengeluaran besar yang tidak dapat ditutup.
6. Auditor mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau membutuhkan audit.
Informasi ini akan berpengaruh pada tahapan perencanaan selanjutnya.
7. Untuk menghindari salah pengertian, auditor menyamakan pemahaman dengan klien
mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan audit yang dituangkan dalam perjanjian
kerja.
8. Auditor menilai strategi audit menyeluruh, termasuk penugasan staf dan keahlian
yang dibutuhkan dalam audit yang bersangkutan.
Standar auditing (SA 315.11) menyatakan bahwa auditor harus memperoleh
pemahaman atas entitas dan lingkungannya.
Risiko bisnis klien adalah suatu risiko kegagalan klien dalam mencapai tujuannya,
dimana risiko ini bisa saja muncul yang disebabkan oleh beberapa factor yang berpengaruh
terhadap klien dan lingkungannya, seperti misalnya terjadinya penurunan ekonomi yang
memperburuk aliran kas klien, teknologi baru yang sifatnya menghambat keuntungan
kompetitif klien, atau klien yang tidak berhasil mewujudkan strateginya dalam mencapai
tujuannya.
Auditor melakukan prosedur analitis pendahuluan untuk mendapat pemahaman yang
lebih baik tentang bisnis klien dan menilai risiko bisnis kliennya. Salah satu posedurnya
28
adalah dengan membandingkan rasio-rasio pada perusahaan klien dengan industry atau
perusahaan pesaing untuk mendapatkan indikasi kinerja perusahaan klien.
Pada dasarnya prosedur analitis menggunakan perbandingan-perbandingan dan
hubungan-hubungan untuk menilai apakah saldo akun atau data lainnya menggambarkan
hubungan yang masuk akal menurut ekspektasi auditor.dari definisi diatas, prosedur analitis
menitikberatkan pada ekspektasi sorang auditor.
Auditor biasanya membandingkan saldo-saldo akun dalam pembukuan klien dan
rasio-rasio dengan saldo dan rasio yang diharapkan auditor dengan mengguanakn satu atau
lebih tipe-tipe prosedur analitis dibawah ini,
f. Data industry
g. Data serupa dari periode sebelumnya
h. Hasil ekspektasi yang ditentukan klien
i. Hasil ekspektasi yang ditentukan auditor
j. Hasil ekspektasi dengan menggunakan data non-keuangan
Prosedur analitis yang digunakan auditor seringkali berupa pemakaian rasio-rasio
keuangan pada tahap perencanaan dan tahap review akhir dari suatu audit laporan keuangan.
Adapun beberapa rasio yang sering digunakan oleh auditor adalah : rasio kemampuan
membayar kewajiban jangka pendek; rasio aktivitas likuiditas: rasio kemampuan untuk
memenuhi kewajiban jangka panjang serta rasio-rasio profitabilitas.
29
DAFTAR PUSTAKA
Jusup, AI. Haryono. 2001. Auditing. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
YKPN: Yogyakarta.
30