Anda di halaman 1dari 7

Program Audit

Program Audit adalah daftar prosedur-prosedur untuk suatu bagian atau keseluruhan
audit. Program Audit berisi daftar prosedur audit dan juga biasanya mencakup ukuran
sampel,unsur yang dipilih dan saat pelaksanaan pengujian. Pada umumnya,auditor membuat
program audit untuk setiap komponen audit,misalnya program audit untuk piutang usaha,satu
diantaranya program audit untuk penjualan dan sebagainya.
Saat ini para auditor umumnya menggunakan paket electronic audit software untuk
menyusun program audit. Program software ini membantu auditor dalam mengurangi resiko
dan menyusun perencanaan audit serta memilih prosedur audit yang tepat.
KARAKTERISTIK BUKTI AUDIT
Auditor diwajibkan oleh Standar Auditing untuk mengumpulkan bukti yang cukup dan
tepat sebagai dasar yang tepat untuk mendukung opini yang yang diberikan. Mengingat sifat
bukti audit dan biaya yang diperlukan untuk melakukan audit,pada umumnya auditor tidak
sepenuhnya yakin bahwa pendapat yang diberikannya benar. Namun demikian,auditor harus
berkeyakinan bahwa pendapatnya benar dengan tingkat jaminan yang tinggi dan dengan
memadukan semua bukti dari keseluruhan audit,auditor akan mampu untuk menentukan kapan
ia yakin untuk menerbitkan suatu laporan audit.
Ketepatan Bukti
Ketepatan Bukti adalah ukuran kualitas bukti yaitu relevansi dan reliabilitasnya dalam
memenuhi tujuan audit atas golongan transaksi,aldo-saldo akun dan pengungkapan yang
bersangkutan. Apabila bukti audit dipandang sangat tepat,maka hal itu akan sangat membantu
auditor dalam mendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar. Hal
terpenting bahwa ketepatan bukti hanya berkaitan dengan prosedur audit yang dipilih.
Ketepatan tidak bisa dipengaruhi oleh pemilihan sampel yang lebih besar atau dengan memilih
unsur-unsur populasi yang berbeda. Ketepatan bukti hanya dapat diperbaiki dengan memilih
prosedur audit yang relevan atau lebih bisa dipercaya.
Relevansi Bukti yaitu bukti harus berkaitan atau relevan dengan tujuan audit yang harus
diuji lebih dahulu oleh auditor sebelum bisa disebut sebagai bukti yang tepat. Sebagai
contoh,misalkan auditor bermaksud untuk membuktikan bahwa semua barang yang dikirim
telah dibuat fakturnya,seanainya auditor memilih suatu sampel berupa duplikat faktur
penjualan dan menelusur masing-masing faktur tersebut ke bukti pengiriman barang yang
bersangkutan,maka bukti yang diperoleh akan dikatakan tidak relavan untuk tujuan
kelengkapan. Prosedur yang relevan dalam hal ini adalah menulusur suatu sampel bukti
pengiriman barang ke duplikat faktur penjualan yang berangkutan untuk memastikan bahwa
semua barang dikirim telah dibuat fakturnya. Dengan menelusur dari bukti pengiriman barang
ke duplikat faktur penjualan,auditor dapat menentukan apakah pengiriman barang telah
difaktur ke konsumen. Relevansi menjadi masalah dalam kaitannya dengan tujuan audit
tertentu,karena bukti bisa relavan untuk satu tujuan audit,tetapi tidak relavan untuk tujuan
lainnya. Dalam contoh bukti pengiriman barang diatas,apabila auditor menulusur dari duplikat
faktur penjualan ke bukti pengiriman barang yang berssangkutan,bukti yang diperoleh akan
relevan untuk tujuan keberadaan transaksi. Banyak bukti yang relevan untuk lebih dari satu
tujuan audit.
Reliabilitas Bukti berkaitan dengan seberapa jauh bukti bisa dipercaya atau tingkat
kepercayaan atas suatu bukti. Sama halnya seperti relevansi,apabila bukti bisa dipercaya,maka
hal itu akan membantu auditor dalam meyakini bahwa laporan keuangan telah disajikan secara
wajar.Reliabilitas tergantung pada apakah bukti memenuhi karakteristik-karakteristik berikut :
1) Independensi pembuat bukti
Bukti yang diperoleh dari sumber diluar entitas lebih bisa dipercaya daripada bukti yang
diperoleh dari dalam entitas yang diaudit. Informasi yang diperoleh dari dalam entitas
yang diaudit. Informasi yang diperoleh dari bank,penasihat hukum atau pelanggan
biasanya dipandang lebih bisa dipercaya dari pada jawaban atas pertanyaan yang
diperoleh dari klien. Demikian pula dokumen-dokumen yang bersumber dari organisasi
di luar klien,sepertinya misalnya polis asuransi,dipandang lebih bisa dipercaya dari
dokumen-dokumen yang dihasilkan oleh organisasi klien.
2) Efektivitas pengendalian internal klien
Apabila pengendalian internal yang berlaku pada perusahaan klien berjalan dengan
efektif,maka bukti yang diperoleh akan lebih bisa dipercaya daripada bila pengendalian
internal klien tidak efektif. Sebagai contoh,apabila pengendalian internal atas penjualan
dan pembuatan faktur pada perusahaan klien berjalan dengan efektif,maka auditor akan
memperoleh bukti yang lebih bisa dipercaya dari faktur penjualan dan dokumen
pengiriman barang daripada jika pengendalian internalnya tidak efektif.
3) Pengetahuan langsung auditor
Bukti yang diperoleh secara langsung oleh auditor melalui pemeriksaan
fisik,observarsi,rekalkulasi dan inspeksi adalah lebih bisa dipercaya,daripada informasi
yang diperoleh secara tidak langsung.
4) Kualifikasi individu pemberi informasi
Meskipun sumber pemberi informasi berkedudukan independen,namun hal itu akan
tergantung pada kualifikasi orang yang memberi informasi tersebut. Oleh karena
itu,informasi yang diperoleh dari bank atau penasihat hukum biasanya dipandang lebih
bisa dipercaya daripada jawaban atas konfirmasi yang diterima dari debitur klien yang
tidak memahami dunia usaha. Demikian pula bukti yang diperoleh langsung oleh
auditor,bisa menjadi kurang dipercaya bila auditor tidak memperhatikan kualifikasi
untuk menilai bukti.
5) Tingkat obyektifitas
Bukti yang obyektif akan lebih bisa dipercaya dibandingkan dengan bukti yang masih
memerlukan pertimbangan tertentu untuk menentukan apakah bukti itu benar. Contoh
bukti yang obyektif adalah konfirmasi tentang saldo piutang yang diterima dari debitur
atau konfirmasi tentang saldo rekening di bank yang diterima dari bank,hasil
perhitungan fisik kas dan surat berharga yang dilakukan oleh auditor. Contoh bukti
yang subyektif adalah surat yang diterima dari penasihat hukum klien tentang
kemungkinan keputusan pengadilan yang melibatkan klien,hasil observasi selama audit
berlangsung tentang persediaan yang dipandang sudah tidak layak jual dan hasil
wawancara dengan manajer kredit tentang kolektibilitas piutang. Apabila bukti
subyektif semacam itu akan dinilai oleh auditor untuk menentukan tingkat bisa
dipercaya bukti tersebut,maka auditor harus memperhatiakn kualifikasi orang yang
memberikan bukti.
6) Ketepatan waktu
Ketepatan waktu suatu bukti audit,berhubungan dengan kapan bukti tersebut diperoleh
atau dengan periode yang diaudit. Bukti biasanya akan lebih dipercaya untuk saldo-
saldo akun neraca apabila bukti tersebut diperoleh sedekat mungkin dengan tanggal
neraca. Sebagai contoh,hasil perhitungan fisik atas surat berharga yang dilakukan
auditor pada tanggal neraca,akan lebih mudah dipercaya daripada apabila perhitungan
fisik dilakukan 2 bulan sebelumnya. Untuk akun-akun rugi-laba,bukti akan lebih
dipercaya apabila bukti tersebut merupakan sampel dari satu periode
akuntansi,misalnya sampel merupakan hasil pemeriksaan acak atas transaksi penjualan
selama satu tahun buku,bukan sampel yang hanya merupakan sebagian dari
periode,misalnya hanya 6 bulan pertama.

Kecukupan Bukti
Kecukupan bukti berkaitan dengan pertanyaan ‘berapa banyak’ bukti audit harus
diperoleh. Kecukupan bukti adalah ukuran kuantitas bukti audit. Kuantitas bukti audit yang
diperlukan dipengaruhi oleh penilaian auditor,tentang resiko kesalahan penyajian material dan
juga oleh kualitas bukti audit itu sendiri. Kecukupan bukti terutama diukur dengan ukuran
sampel yang dipilih auditor.
Beberapa faktor menentukan ketepatan ukuran sampel dalam audit. Dau faktor
terpenting adalah ekpetasi auditor tentang kesalahan penyajian dan efektifitas pengendalian
internal dalam organisasi klien. Sebagai contoh,dalam suatu penugasan audit,auditor menduga
bahwa dalam persediaan kemungkinan besar terdapat persediaan yang usang karena sifat dari
bidang usaha klien. Dalam audit ini auditor akan menarik sampel lebih besar untuk
membuktikan adanya persediaan usang,dibandingkan dengan apabila kecil kemungkinan
terdapat persediaan usang. Demikian pula,apabila auditor berkesimpulan bahwa
pengendadalian internal klien atas aset tetap berjalan dengan efektif,maka auditor akan
menetapkan sampel yang lebih kecil dalam mengaudit pengadaan aset tetap,dibandingkan
dengan apabila pengendalian internal tidak efektif.

HUBUNGAN ANTARA RESIKO,KETEPATAN DAN KECUKUPAN BUKTI AUDIT


Hubungan antara resiko ketepatan dan kecukupan bukti audit dilukiskan dalam gambar
berikut :

Gambar Hubungan antara Resiko,Ketepatan dan Kecukupan Bukti :

KETEPATAN

RESIKO
Relevansi Reliabilitas
bahwa saldo akun kesalahan penyajian
Kualitas bukti yg dikumpulkan auditor

Resiko Resiko
Inheren Pengendalian
KECUKUPAN

Kuantitas bukti yang dikumpulkan


auditor.
Dalam memahami gambar diatas,hendaknya diingat bahwa tugas auditor adalah
mengumpulkan atau mendapatkan bukti yang tepat dan cukup. Sebagaimana telah disinggung
diatas,ketepatan dipengaruhi oleh relevansi dan realibilitas bukti. Kecukupan berkaitan dengan
pertanyaan ‘berapa banyak’ bukti yang harus dikumpulkan. Bila ketepatan maupun kecukupan
dipengaruhi oleh resiko yang ada pada klien. Dalam keadaan bagaimanapun,auditor harus
mengumpulkan bukti yang tepat dengan kualitas yang tinggi. Namun,mendapatkan bukti yang
tepat pada klien yang berisiko tinggi menjadi lebih sulit,misalnya karena sistem akuntansi
keuangan klien menghasilkan bukti yang kurang relevan dan kurang bisa dipercaya. Oleh
karena itu,auditor perlu mencari bukti pendukung yang berkualitas tinggi dari sumber diluar
klien. Dalam hal kecukupan,klien berisiko tinggi menuntutaudiotr untuk mengumpulkan bukti
dalam jumlah yang lebih banyak.

SUMBER BUKTI AUDIT

Berikut gambar yang melukiskan berbagai sumber potensial bukti audit,yaitu :

Pengetahuan Tentang Klien Informasi Dari Luar

Diperoleh melalui : Diperoleh melalui :


* Audit tahun lalu * Pekerjaan tim audit dgn
* Analisis risiko klien menggunakan data pasar.
* Analisis penerimaan klien * Analisis Independen oleh spesialisis

AKUMULASI BUKTI AUDIT

Sistem Akuntansi Kualitas Pengendalian Internal

Diperoleh melalaui : Diperoleh melalui :


* Pengujian langsung atas saldo akun * Evaluasi atas rancangan
dan transaksi pengendalian internal
* Review analitis * Evaluasi atas pengoprasian
pengendalian

Ingatlah bahwa auditor harus mendapatkan bukti yang tepat dan cukup sehingga resiko
kesalahan penyajian material dapat diminimumkan. Hal ini dapat dicapai dengan
mengumpulkan bukti-bukti yang berkaitan dengan :

1) Pengetahuan tentang klien yang bisa diperoleh dari audit tahun lalu,analisis resiko klien
dan analisis penerimaan menjadi klien.
2) Informasi dari luar klien yang bisa diperoleh oleh tim audit sendiri dengan
menggunakan data pasar atau melalui analisis independen oleh spesialis.
3) Sistem akuntansi diperoleh melalui pengujian langsung atas saldo-saldo akun dan
transaksi-transaksi
4) Kualitas pengendalian internal yang dapat diperoleh melalui evaluasi atas rancangan
dan pengoprasian pengendalian internal.

PROSEDUR UNTUK MEMPEROLEH BUKTI AUDIT


Dalam memutuskan prosedur audit mana yang akan digunakan,auditor dapat memilih
dari delapan kategori bukti yang disebut tipe bukti. Setiap prosedur audit bisa mendapatkan
satu atau lebih tipe bukti berikut,yaitu :

Inspeksi
Inspeksi mencakup pemeriksaan atas catatan atau dokumen baik internal maupun
eksternal dalam bentuk kertas,elektronik atau media lain atau pemeriksaan fisik atas suatu aset.
Inspeksi atas catatan dan dokumen memberikan bukti audit dengan beragam tingkat
keandalan,tergantung pada sifat dan sumbernya,serta efektivitas pengendalian atas penyusunan
catatan dan dokumen tersebut. Contoh inspeksi yang digunakan sebagai pengujian
pengendalian adalah inspeksi atas catatan bukti otorisasi. Tipe bukti yang diperoleh dari
prosedur ini paling sering diterapkan dalam audit atas persediaan dan kas,tetapi sering juga
digunakan dalam pemeriksaan atas sekuritas,piutang wesel dan aset tetap berwujud. Ada
perbedaan dalam pengauditan antara pemeriksaan fisik atas aset,seperti misalnya sekuritas dan
kas,dengan pemeriksaan ats dokumen seperti misalnya faktur penjualan dan check yang telahh
dibayar. Apabila obyek pemeriksaan atas faktur penjualan bukan pada nilai rupiahnya,maka
bukti yang diperoleh disebut dokumentasi.
Dokumentasi adalah inspeksi yang dilakukan auditor atas dokumen-dokumen dan
catatan-catatan klien yang berisi informasi yang dituangkan kedalam laporan keuangan.
Dokumen-dokumen yang diperiksa auditor adalah catatan-catatan yang digunakan klien untuk
menghasilkan informasi dalam melaksanakan bisnisnya dengan cara yang terorganisasi,yang
bisa berbentuk kertas,elektronik atau media lainnya. Karena setiap transaksi dalam organisasi
klien biasanya didukung oleh sedikitnya satu dokumen,maka akan dijumpai banyak sekali
dokumen yang tersedia untuk diperiksa. Dokumentasi sangat sering digunakan sebagai bukti
dalam audit karena dokumen biasanya sudah tersedia dengan biaya yang relatif murah.
Dokumen dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Dokumen Internal
Dokumen ini dibuat dan digunakan dalam organisasi klien dan selanjutnya diarsipkan
tanpa pernah pergi ke pihak lain. Contoh dokumen internal adalah duplikat faktur
penjualan,catatan waktu kerja pegawai dan laporan penerimaan barang.
2) Dokumen Eksternal
Dokumen ini dibuat oleh pihak luar organisasi klien yang merupakan salah satu pihak
dalam transaksi yang didokumentsikan,tetapi sekarang berada ditangan klien atau
tersedia untuk di akses. Contoh dokumen ekternal adalah faktur pembelian,wesel yang
telah diuangkan dan polis asuransi.

Hal yang paling penting bagi auditor adalah memastikan bahwa dokumen bisa
dipercaya,entah itu dokumen internal maupun eksternal. Apabila dokumen merupakan
dokumen internal,harus dipastikan apakah dokumen tersebut dihasilkan dan diproses dalam
kondisi sistem pengendalian internal yang efektif. Dokumen internal yang dihasilkan dan
diproses dalam kondisi pengendalian internal yang lemah merupakan bukti yang tidak bisa
dipercaya. Dokumen asli dipandang lebih bisa dipercaya daripada fotocopy dokumen.
Meskipun auditor harus menilai reliabilitas dokumen,namun editor jarang menilai autentik
tidaknya suatu dokumen. Auditor tidak diharapkan menjadi seseorang ahli dalam menilai
autentisitas dokumen.
Mengingat bahwa dokumen eksternal telah berada di kedua pihak,yaitu ditangan klien
dan pihak lain dari suatu transaksi,ada indikasi bahwa kedua belah pihak sepakat dengan
informasi dan kondisi yang tercantum dalam dokumen. Oleh karen itu dokumen eksternal
dipandang lebih bisa dipercaya dariapda dokumen internal. Sejumlah dokumen eksternal
tertentu,misalnya sertifikat tanah,polis asuransi dan kontrak-kontrak,memiliki reliabilitas yang
sangat istimewa karena dokumen-dokumen semacam itu dibuat dengan cara-cara yang sangat
teliti dan biasanya disahkan oleh notaris atau pihak lain yang ahli dibidangnya.
Pemeriksaan fisik merupakan cara langsung untuk memeriksa bahwa aset sungguh-
sungguh ada dan dalambatas tertentu juga untuk membuktikan bahwa aset yang ada telah
dicatat. Pemeriksaan fisik sering dipandang sebagai salah satu tipe bukti yang paling bisa
dipercaya dan paling berguna. Pemeriksaan fisik sering dipandang sebagai salah satu tipe bukti
yang paling bisa dipercaya dan paling berguna. Pemeriksaan fisik merupakan bukti obyektif
dalam menentukan kuantitas dan deskripsi aset. Dalam hal-hal tertentu juga merupakan metoda
yang berguna untuk mengevaluasi kondisi atau kualitas aset. Namun demikian.pemeriksaan
fisik tidak merupakan bukti yang memadai untuk memeriksa bahwa aset yang ada adalah
benar-benar milik klien dan dalam banyak hal auditor tidak mampu untuk menentukan kualitas
aset seperti misalnya tentang aset yang usang atau keaslian aset. Selain itu,penilaian yang tepat
dalam laporan keuangan tidak dapat ditentukan dengan menggunkan pemeriksaan fisik.

Anda mungkin juga menyukai