Anda di halaman 1dari 23

PENYISIHAN

KERUGIAN KREDIT
KARAKTERISTIK BANK
 Lembaga yang berperan sebagai
perantara keuangan(financial
internediary) antara pihak-pihak yang
memiliki dana dan pihak yang
memerlukan dana
 Sebagai lembaga yg berfungsi
memperlancar lalulintas pembayaran
KARAKTERISTIK
 Falsafah: Kepercayaan masyarakat
 Bank berperan penting dlm menjaga kepercayaan
masyarakat terhadap sistem moneter melalui
kedekatan hubungan dengan pemerintah
 Pengguna laporan keuangan membutuhkan
informasi dan bank menyediakan pengungkapan
yang layak
 Pengguna bank berkepentingan pada
solvabilitas, likuiditas dan resiko yang berkaitan
dengan aktiva dan kewajiban dan Bank
mengelola hal tersebut
PENGAKUAN & PENGUKURAN
PENGKREDITAN
 Kredit diakui pada saat pencairannya sebesar
pokok kredit. Kredit dlm rangka pembiayaan
bersama diakui sebesar pokok kredit yang
merupakan porsi tagihan bank yang
bersangkutan
 Kredit yang diberikan dengan nperjanjian
sindikasi ataupun penerusan kredit diakui
sebesar porsi kredit yang resikonya ditanggung
bank
 Penyisihan kerugian kredit dibentuk sebesar
estimasi kerugian kredit yang tidak dapat ditagih
sesuai dengan mata uang dominasi yang
diberikan
PENGAKUAN & PENGUKURAN
 Jumlah kredit yang dapat dihapusbukukan adalah
sebesar bagian yang tidak dpat tertagih. Agunan
yang diambil alih sehubungan dengan
penyelesaian pinjaman diakui sebesar nilai bersih
yang dapat direalisasi
 Pendapatan bunga dikui sebesar akrual kecuali
pendapatan bunga dari kredit dan aktiva
produktif lain yang nonperforming. Pendapatan
bunga dari kredit dan aktiva produktif lain yang
nonperforming diakui pada saat pendapatan
tersebut diterima.
 Pada saat kredit diklasifikasikan sebagai
nonperforming, bunga yang telah diakui tetapi
belum tertagih harus dibatalkan
PENGAKUAN & PENGUKURAN
 Seluruh penerimaan yang berhubungan dengan
kredit diragukan dan macet diakui terlebih dahulu
sebagai pengurang pokok kredit. Kelebihan
penerimaaan dari pokok kredit diakui sebagai
pendapatan bunga.
 Beban bunga diakui secara akrual
 Pendapatan selain bunga dan beban selain bunga
yang berkaitan dengan jangka waktu diakui
selama jangka waktu tersebut
 Apabila kredit atau komitmen kredit diselesaikan
sebelum jangka waktunya maka sisa pendapatan
dan beban pada saat penyelesaian kredit atau
komitmen tersebut
PENGAKUAN & PENGUKURAN
 Pengakuan pendapatan atas tagihan bunga yang
dijadikan pokok kredit dalam rangka
restrukturisasi dilakukan sesuai dengan PSAK 54
: Retrukturisasi Utang Piutang Bermasalah
 Pengalihan kredit menjadi penyertaan diakui
sebesar nilai wajar dari saham yang diterima
 Penyertaan yang berasal dari restrukturisasi
kredit merupakan pnyertaaan sementara
sehingga dinilai dengan metode biaya(cost) tanpa
memeperhatikan besarnya kepemilikan. Apabila
terdapat penurunan permanen maka nilai tercatat
peyertaan tersebut disesuaikan sebesar nilai
penurunan permanen tersebut. Penyertaan ini
disajikan terpihsah dari penyertaan lain dan tidak
perlu dialkukan konsolidasi laporan keuangan
karena sifat penyertaannya sementara
PENGAKUAN & PENGUKURAN
 Agnan kredit yang diambil alih diakui sebesar
nilai bersih yang dapat direliasisasi
 Selisih anatara agunan yang telah diambil alih
dan hasil penjualannya diakui sebagai
keuntungan atau kerugian pada saat penjualan
agunan
 Penerimaan kredit yang telah dihapus bukukab
diakui sebagai penyesuaian terhadap penyisihan
kerugian kredit sebesar nilai pokok. Jika
penerimaan tersebut melebihi nilai pokoknya
maka kelebihan diakui sebgai pendapatan bunga
 Hapus Buku
 "Pinjaman macet yang tidak dapat ditagih lagi dihapusbukukan dari neraca
(on-balance sheet) dan dicatat pada rekening administratif (off-balance
sheet); penghapusbukuan pinjaman macet tersebut dibebankan pada akun
penyisihan penghapusan aktiva produktif; meskipun pinjaman macet
tersebut telah dihapusbukukan, hal ini hanya bersifat administratif sehingga
penagihan terhadap debitur tetap dilakukan; hasil tagihan pokok pinjaman
dibukukan ke rekening penyisihan penghapusan aktiva produktif,
sedangkan tagihan bunga dibukukan sebagai pendapatan lain (write
off)."Otoritas Jasa Keuangan
 Apa itu Hapus Buku?
 Apa itu Hapus Buku?
 Hapus Buku adalah salah satu cara untuk menyehatkan sistem
pengkreditan suatu bank dengan memindahkan pembiayaan yang
bermasalah (macet) yang sulit ditangani dari neraca bank
menjadi ekstrakomtable sehingga tidak membebani kinerja bank lagi, tetapi
tidak menghapus hak bank untuk melakukan penagihan pelunasan pada
debitur. Pencatatan ekstrakomtable merupakan pencatatan dalam laporan
keuangan bank yang tidak dimunculkan dalam neraca keuangan bank. 
 Pada dasarnya, hapus buku merupakan upaya terakhir yang dilakukan pihak
perbankan jika berbagai upaya penyelamatan kredit yang lain tidak
memberikan hasil yang memadai, misalnya dengan penagihan
intensif, reconditioning, rescheduling, restructuring, dan penjualan agunan.
Hapus buku juga dapat dilakukan jika debitur melarikan diri, menghilang,
atau tidak dapat dihubungi lagi.
 Hapus buku atas pembiayaan macet diatur dalam Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 Tentang Perbankan, yang kemudian diubah dengan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 pasal 37 yang berbunyi, “Dalam hal suatu
bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya,
Bank Indonesia dapat melakukan tindakan agar bank menghapusbukukan
kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang macet dan
memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya.”
 Selain itu, dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan Syariah, dijelaskan juga tentang hapus buku pada pasal 54 yang
berbunyi, “Dalam hal Bank Syariah mengalami kesulitan yang
membahayakan kelangsungan usahanya, Bank Indonesia berwenang
melakukan tindakan dalam rangka tindak lanjut pengawasan antara lain
meminta Bank Syariah menghapusbukukan penyaluran dana yang macet
dan memperhitungkan kerugian Bank Syariah dengan modalnya.”
Kelebihan Hapus Buku
1. Kualitas neraca perkreditan bank meningkat. Angka piutang kredit yang tidak
menghasilkan, tunggakan pokok kredit, bunga, dan denda bisa dikeluarkan dari neraca
bank.
2. Mutu aktiva produktif bank meningkat. Tingkat Non-Performance Loan (NPL) menurun
sehingga meningkatkan nilai kesehatan di mata Bank Indonesia.
3. Atas piutang kredit yang dihapusbuku, pihak perbankan tetap bisa menagihnya ke
pihak debitur sampai dilunasi semua, termasuk bisa melakukan eksekusi agunan
kredit.
4. Pihak bank bisa lebih fokus mengembankan produk dan ekspansi bisnis tanpa harus
terhambat kredit bermasalah yang berlarut-larut.
5. Terhindari dari potensi kriminalisasi kredit macet bagi bank BUMN/BUMD karena
hapus buku memiliki landasan hukum berupa Peraturan Pemerintah dan Peraturan
Bank Indonesia (PBI).
6. Dapat menyehatkan sistem perbankan dan stabilitas ekonomi nasional.
Kelemahan Hapus Buku

1. Bisa menyebabkan penurunan Capital Adequacy Ratio (CAR) jika jumlah cadangan


penghapusan kredit bermasalah yang ada tidak cukup untuk menutupi jumlah kredit
yang dihapuskan.
2. Bisa mengurangi laba jika jumlah kredit yang dihapusbukukan lebih besar dari jumlah
cadangan penghapusan kredit. 
3. Pengembalian kerugian bank jadi berlarut-larut karena biasanya pihak bank jadi
enggan untuk menagih piutang kredit setelah dihapusbukukan.
4. Bisa digunakan untuk menyembunyikan portofolio kredit bank yang melanggar
SOP/hukum yang berlaku.
5. Adanya pandangan bahwa dasar hukum hapus buku masih kurang kuat karena
dianggap kontradiktif dengan peraturan lebih tinggi yang ada (UU No. 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara terkait definisi Kekayaan Negara dan Perpu No. 49 Prp
Tahun 1960 tentang Penyelesaian Urusan Piutang Negara). 
Hapus Buku dan Dampaknya ke Perbankan

 Kebijakan hapus buku dapat diartikan sebagai penghapusan pinjaman macet


yang tidak dapat ditagih lagi, dari neraca (no balance sheet) ke rekening
administratif (off balance sheet). Penghapusannya dibebankan pada pos
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP). Artinya, hapus buku hanya
berlaku secara administratif, tapi penagihan kredit terhadap debitur tetap
dilakukan. Penghapusan yang sifatnya administratif ini ditempuh sejumlah bank
untuk memoles kualitas neraca perkreditannya. Dengan menghapus buku, bank
dapat mengeluarkan pencatatan angka piutang kredit yang tidak menghasilkan.

 Penghapusan yang sifatnya administratif ini ditempuh sejumlah bank untuk


memoles kualitas neraca perkreditannya. Dengan menghapus buku, bank dapat
mengeluarkan pencatatan angka piutang kredit yang tidak menghasilkan.
Hapus Buku dan Dampaknya ke Perbankan

Penghapusan buku aset kredit perbankan memiliki


implikasi pada upaya bank menurunkan tingkat NPL.
Hal ini diharapkan mampu membuat kesehatan bank
ikut naik dan meningkatkan kepercayaan publik.
Dampak lanjutannya, bank dapat mengembangkan
produk dan ekspansi bisnis tanpa terganjal masalah
kredit macet.
Sejumlah perbankan tetap melakukan hapus buku dan hapus tagih piutang
(write off) di tengah pandemi virus corona (covid-19). Hal itu dilakukan
untuk kredit yang sudah masuk kategori macet dalam jangka waktu lama.
Direktur Keuangan PT BCA Tbk Vera Eve Lim mengatakan tidak ada
perubahan skema dalam melakukan penghapusan utang selama pandemi
virus corona. Perusahaan telah melakukan penghapusan buku sebesar
Rp1 triliun sepanjang semester I 2020.
"Tidak ada perubahan standar hapus buku. Hapus buku dilakukan untuk
kredit yang sudah lama proses penagihannya. Jadi, tetap ada yang hapus
buku untuk kredit yang sudah lama sekali," ungkap Vera dalam video
conference, Senin
 Sampai semester I 2020 hapus buku yang kami
lakukan tidak jauh beda dengan tahun lalu sebesar
Rp1 triliun," kata Vera.
 Keputusan penghapusan buku ini seiring dengan
kenaikan kredit bermasalah (non performing
loan/NPL) di BCA. Perusahaan mencatatkan NPL
sebesar 2,1 persen per Juni 2020, naik signifikan
dibandingkan dengan Juni 2019 yang masih
sebesar 1,4 persen.
 Sampai semester I 2020 hapus buku yang kami
lakukan tidak jauh beda dengan tahun lalu sebesar
Rp1 triliun," kata Vera.
 Keputusan penghapusan buku ini seiring dengan
kenaikan kredit bermasalah (non performing
loan/NPL) di BCA. Perusahaan mencatatkan NPL
sebesar 2,1 persen per Juni 2020, naik signifikan
dibandingkan dengan Juni 2019 yang masih
sebesar 1,4 persen.
 Menurut dia, pandemi virus corona tak mengubah
kebijakan perusahaan dalam menekan NPL. Hanya saja,
Lani tak mengungkapkan pasti berapa penghapusan buku
yang dilakukan perusahaan pada semester I 2020.
 Sebagai informasi, CIMB Niaga mencatatkan laba bersih
sebesar Rp1,1 triliun pada kuartal I 2020. Realisasi itu naik
11,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
 Namun, penyaluran kredit tumbuh tipis hanya 3,3 persen
menjadi Rp194,3 triliun. Peningkatan kredit ditopang oleh
kredit di segmen bisnis consumer banking.
 Rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) perbankan
bakal terus menyusut seiring dengan berjalannya proses
penghapusan kredit macet yang dilakukan sejak tahun lalu.
 Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyatakan
sejak tahun lalu perbankan telah melakukan penanganan kredit
macet lewat penghapusan serta pembentukan pencadangan.
 “Bank sudah banyak melakukan penghapusan kredit macet.
Tahun ini ada Rp26 triliun yang dihapus dan dikeluarkan dari
bank sehingga NPL sudah mulai turun,” katanya, belum lama
ini.
Sebagai informasi, sampai Juli 2017, rasio kredit bermasalah perbankan sebesar 3%, naik dari posisi Juni 2017 sebesar
2,96%.
Dia menuturkan, NPL perbankan masih tinggi sampai Juli 2017 lalu yang disumbang segmen menengah dan korporasi,
terutama dari bisnis komoditas. Akibatnya, banyak kredit komersial yang terdampak kredit macet.
“Bank terus reorientasi bisnisnya terutama kredit korporasi dan kecil menengah. Kredit komersial Rp250 miliar sampai
Rp800 miliar itu yang rata-rata banyak mengalami NPL dan sebagian sudah dihapus. Inilah yang disebut proses
restukturisasi dan konsolidasi,” katanya.
Menurut Wimboh, beberapa bank telah mengalihkan orientasi kreditnya dari segmen komesial ke bidang korporasi dan
usaha mikro, kecil dan menengah. Restrukturisasi dan konsolidasi tersebut tidak hanya dilakukan oleh bank swasta tetapi
juga oleh bank pelat merah.
Wimboh menerangkan, OJK akan terus memonitor perbankan agar proses evaluasi dan mitigasi debitur yang bermasalah
dapat dilakukan secara lebih dini.“Konsolidasi kni mestinya sudah selesai akhir tahun ini.”
Terpisah, Presiden Direktur PT Bank MNC Internasional Tbk. Benny Poernomo pihaknya telah melakukan penghapusan
kredit macet untuk mengatasi NPL yang masih tinggi.
“Hapus buku yang dilakukan di MNC Bank sekitar Rp80 miliar sepanjang tahun ini sampai dengan Agustus,” katanya
kepada Bisnis.
Benny berujar, pihaknya akan berupaya menjaga rasio NPL di level 3,5%. Kendati begitu, dia mengakui hal tersebut akan
menantang karena aturan relaksasi restrukturisasi telah dicabut oleh OJK sehingga kredit bermasalah berpotensi meningkat.
"Jujur sebenarnya bank-bank masih mengharapkan relaksasi diteruskan mengingat kondisi ekonomi belum sepenuhnya
pulih," katanya.
Sebagai strategi, penyaluran kredit Bank MNC akan dilakukan dengan lebih cermat dan prudent untuk menghindari
penambahan kredit bermasalah. Selain restrukturisasi, perseroan juga melakukan penjualan agunan serta litigasi atau
penggugatan para debitur yang nakal.
Menurutnya, bank harus pintar-pintar memilih nasabah yang akan diberikan kredit sebab bila dijaga dengan baik akan
berpotensi lebih naik dari semester I/2017.
Per Juni lalu, Bank MNC mencatatkan kenaikan NPL gross ke level 4,47% dari 3,5% pada semester I/2016. Senada, NPL
net pun turut naik ke level 3,87% dari level 2,94% pada Juni lalu.
Kredit bermasalah tersebut mayoritas berasal dari segmen bisnis komersial, terutama sektor energi dan migas. "Kredit
bermasalah berasal dari warisan lama, tidak ada yang baru," ujarnya.
Selain Bank MNC, PT Bank OCBC NISP Tbk. juga melakukan hapus buku kredit macet.
“Kami ada melakukan penghapusan kredit bermasalah tentunya. Nilai hapus buku sampai dengan Jun 2017 di kisaran Rp35
miliar,” kata Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk. Parwati Surjaudaja.
Parwati juga menilai, pencabutan relaksasi restrukturisasi berpotensi mempengaruhi kredit macet. Apalagi di tengah kondisi
risiko kredit yang masih cukup tinggi dan penyaluran kredit belum terlalu bergairah.
“Kami masih berharap kredit, dana pihak ketiga dan laba nantinya dapat tumbuh di kisaran 10%- 15% dan NPL diharapkan

Anda mungkin juga menyukai