Anda di halaman 1dari 2

Nama : Khoirotun Magfiroh

Kelas : 3A D3 Keuangan & Perbankan


Nim : 201910190511028

Dosen Pengampu : Eris Tri Kurniawati SE., MM.Ak

Tugas Peraturan BI tentang CKPN pada Aset Produktif Bank

Peraturan :Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/ 15 /PBI/2012 Tentang


Penilaian Kualitas Aset Bank Umum
Berlaku : 24 Oktober 2012

Ringkasan :
I. Latar Belakang
Sebagaimana diketahui bersama, perbankan sebagai lembaga keuangan yang menjalankan fungsi
intermediasi dituntut untuk menyajikan laporan keuangan yang akurat, komprehensif, dan
mencerminkan kinerja Bank secara utuh. Salah satu syarat dalam rangka penyajian laporan keuangan
yang akurat dan komprehensif, laporan keuangan dimaksud harus disajikan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan yang berlaku.
Dalam rangka memelihara kelangsungan usahanya, Bank perlu tetap mengelola eksposur risiko kredit
pada tingkat yang memadai antara lain dengan menjaga kualitas aset dan tetap melakukan
penghitungan penyisihan penghapusan aset.
Selanjutnya tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi perekonomian global dapat mempengaruhi kondisi
dan kinerja perbankan nasional. Sehubungan dengan itu diperlukan langkah-langkah antisipasi untuk
menjaga dan melindungi kondisi perbankan.
Selain itu, ketentuan yang mengatur mengenai kualitas aset telah mengalami beberapa kali
penyesuaian dan juga berkaitan dengan ketentuan-ketentuan Bank Indonesia lainnya sehingga perlu
dilakukan harmonisasi agar implementasi atas ketentuan-ketentuan dimaksud dapat dilaksanakan
dengan baik.
II. Pokok-pokok Ketentuan
Ketentuan ini merupakan penyempurnakan dari ketentuan kualitas aset sebelumya yaitu PBI No.
7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum sebagimana
diubah terakhir kali dengan PBI No. 11/2/PBI/2009. Adapun penyempurnaan ketentuan dimaksud
adalah sebagai berikut:

1. Pembentukan cadangan berlaku untuk kelonggaran tarik kredit baik yang bersifat committed
maupun uncommitted namun cadangan yang dibentuk hanya cadangan khusus yaitu untuk
kelonggaran tarik kredit yang memiliki kualitas non lancar.
2. Bank dengan status dalam pengawasan khusus (special surveillance) tidak lagi menjadi
kriteria penilaian kualitas penempatan antar bank yang digolongkan macet.
3. Penilaian kualitas kredit dan penyediaan dana lainnya untuk debitur UMKM posisi bulan
Agustus sd Januari mengacu pada penilaian TKS posisi bulan Juni. Sedangkan penilaian kualitas
kredit dan penyediaan dana lainnya untuk debitur UMKM posisi bulan Februari sd Juli mengacu
pada penilaian TKS posisi bulan Desember tahun sebelumnya. Hasil penilaian pengawas yang
diberitahukan BI kepada Bank disampaikan pada prudential meeting.
4. Deposito yang diakui sebagai agunan tunai hanya dapat disimpan pada Bank penyedia dana.
5. Kriteria Prime Bank adalah AA- berdasarkan penilaian S & P; Aa3 berdasarkan penilaian
Moody’s; AA- berdasarkan penilaian Fitch.

6. Terkait Restrukturisasi Kredit terdapat beberapa perubahan yaitu:


1. Kualitas Kredit yang direstrukturisasi hanya dapat meningkat paling tinggi 1 (satu)
tingkat dari kualitas Kredit sebelum dilakukan Restrukturisasi, setelah debitur memenuhi
kewajiban pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga secara berturut turut selama 3 (tiga)
kali periode sesuai waktu yang diperjanjikan
2. Pengakuan pendapatan atas Kredit yang direstrukturisasi diakui dan dicatat sesuai
dengan ketentuan PSAK yang berlaku.
3. Pelaporan atas Kredit yang direstrukturisasi dilakukan secara on line bersamaan
dengan pelaporan LBBU.

7. Terkait Penyisihan Penghapusan Aset (PPA) terdapat beberapa perubahan yaitu:


1. Terdapat pencadangan sesuai konsep impairment dalam bentuk Cadangan Kerugian
Penurunan Nilai (CKPN) dan tetap mempertahankan konsep PPA sebagai prudential purposes.
2. Atas aset produktif tetap menghitung PPA umum dan khusus, yang tidak dibebankan
pada L/R namun hanya mempengaruhi perhitungan KPMM. Hasil perhitungan PPA Produktif
akan mempengaruhi perhitungan KPMM setelah dikurangkan dari CKPN yang dibentuk.
3. Atas aset non produktif tetap menghitung PPA khusus, yang tidak dibebankan pada
L/R namun hanya mempengaruhi perhitungan KPMM. Pengaruh PPA Non Produktif pada
perhitungan KPMM tidak melihat CKPN yang dibentuk, mengingat hal ini merupakan disinsentif
karena bank memiliki aset non produktif.

8. PBI ini diberlakukan pada tanggal ditetapkan.

Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)


Pasal 49
Bank wajib membentuk CKPN sesuai standar akuntansi keuangan
yang berlaku.
Bagian Ketiga
Pengaruh Perhitungan PPA Terhadap Rasio KPMM
Pasal 50
(1) Dalam menghitung rasio KPMM, Bank wajib memperhitungkan
PPA atas Aset Produktif sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 ayat
(2) dan CKPN yang dibentuk.
(2) Dalam hal hasil perhitungan PPA atas Aset Produktif lebih besar
dari CKPN yang dibentuk, Bank wajib memperhitungkan selisih
perhitungan PPA dengan CKPN menjadi pengurang modal dalam
perhitungan rasio KPMM.
(3) Dalam… - 44 -
(3) Dalam hal hasil perhitungan PPA terhadap Aset Produktif sama
dengan atau lebih kecil dari CKPN yang dibentuk, Bank tidak perlu
memperhitungkan PPA dalam perhitungan rasio KPMM.

Anda mungkin juga menyukai