Anda di halaman 1dari 27

KEBIJAKAN RELAKSASI LANJUTAN DALAM

RANGKA MENDUKUNG PROGRAM PEMULIHAN


EKONOMI NASIONAL SEKTOR PERBANKAN
(Surat No.S-12/D.03/2020)

Disampaikan dalam Sosialisasi Ketentuan Perbankan

Jumat, 5 Juni 2020

Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan


LATAR BELAKANG 2

Dampak pandemik COVID-19 telah menurunkan aktivitas perekonomian secara


signifikan dan efek rembetannya kepada sektor keuangan melalui transmisi pelemahan
sektor riil diperkirakan masih akan panjang.

Ikut serta dalam mendukung program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang
dicanangkan oleh Pemerintah.

Untuk mengantisipasi berlanjutnya dampak COVID19 yang berpotensi menurunkan


rasio permodalan dan likuiditas.

Masukan dari asosiasi perbankan terkait teknis penerapan POJK Stimulus COVID-19
serta usulan relaksasi untuk membantu meringankan bank dari dampak COVID-19.

Memberikan waktu kepada Perbankan untuk melakukan implementasi Standar Basel III
Reforms di Indonesia.
KEBIJAKAN RELAKSASI PERBANKAN : SUMMARY
3

Pelaporan/Perlakuan/Governance atas Kredit/


A Pembiayaan yang Direstrukturisasi sesuai POJK
No.11/POJK.03/2020 (POJK Stimulus COVID19)
B Penyesuaian Implementasi Beberapa
Perbankan Selama Periode Relaksasi
Ketentuan

Pelaporan Kredit/Pembiayaan Restrukturisasi


1 sesuai POJK Stimulus COVID19 Capital Conservation Buffer
1
Perlakuan Kredit/Pembiayaan Restrukturisasi
2 sesuai POJK Stimulus COVID19 Rasio Liquidity Coverage Ratio (LCR) dan
Net Stable Funding Ratio (NSFR) 2
Governance Persetujuan Kredit/Pembiayaan
3 Restrukturisasi sesuai POJK Stimulus COVID19 Penilaian Kualitas Agunan yang Diambil
Alih (AYDA) 3
C Penundaan Implementasi Basel III Reforms Kewajiban Penyediaan Dana Pendidikan
4
Penundaan pemberlakuan Basel III Reforms
menjadi 1 Januari 2023
4

A.1
PELAPORAN
KREDIT/PEMBIAYAAN
RESTRUKTURISASI
SESUAI POJK
STIMULUS COVID19
Pelaporan Kredit/Pembiayaan yang Direstrukturisasi 5

Sesuai POJK Stimulus COVID-19

Ketentuan Terkait

SEOJK No.50/SEOJK.03/2017 tentang Pelaporan dan Permintaan Informasi Debitur Melalui Sistem
Layanan Informasi Keuangan (SEOJK SLIK), kredit/pembiayaan yang direstrukturisasi ditandai (flag)
dengan kode Sifat Kredit/Pembiayaan “1 - Kredit atau Pembiayaan yang Direstrukturisasi”

Tujuan:
Memisahkan antara restrukturisasi sesuai POJK Stimulus dengan restrukturisasi biasa, mengingat
1. kredit/pembiayaan yang direstrukturisasi sesuai POJK Stimulus merupakan kredit/pembiayaan berkualitas baik
yang direstrukturisasi akibat penurunan kinerja debitur yang disebabkan penyebaran COVID-19.

Memperoleh informasi kredit/pembiayaan yang direstrukturisasi sesuai POJK Stimulus untuk kepentingan
2. audit trail dalam pengawasan.
Pelaporan Kredit/Pembiayaan yang Direstrukturisasi 6

Sesuai POJK Stimulus COVID-19

Relaksasi:
Sesuai Pengumuman pada situs web OJK dan web
SLIK, Debitur yang direstrukturisasi sesuai POJK
Stimulus tetap dilaporkan dalam SLIK sebagai
“kredit/pembiayaan yang direstrukturisasi” dengan
tambahan keterangan “COVID19”

“ Perlakuan relaksasi ini berlaku hingga kredit/pembiayaan dimaksud lunas, kecuali


kredit/pembiayaan dimaksud direstrukturisasi kembali setelah berakhirnya masa berlaku POJK
Stimulus COVID19 (31 Maret 2021), maka kredit/pembiayaan tersebut dilaporkan sebagai
restrukturisasi normal.

7

A.2
PERLAKUAN
KREDIT/PEMBIAYAAN
RESTRUKTURISASI
SESUAI POJK
STIMULUS COVID19
Perlakuan Kredit/Pembiayaan Restrukturisasi 8

Ketentuan Terkait Sesuai POJK Stimulus COVID19

SEOJK No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan SEOJK
No.10/SEOJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUS UUS mengatur bahwa aset berkualitas rendah
dalam penilaian tingkat kesehatan bank didefinisikan sebagai aset kepada pihak ketiga bukan bank yang
memiliki kualitas dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet, termasuk kredit/pembiayaan
direstrukturisasi yang berkualitas lancar.

Tujuan:
Konsistensi dalam penilaian TKS mengingat restrukturisasi sesuai POJK Stimulus merupakan
stimulus yang diprioritaskan bagi kredit/pembiayaan berkualitas baik.

Relaksasi: kredit/pembiayaan yang direstrukturisasi sesuai POJK Stimulus dikecualikan dari perhitungan Loan
at Risk (LAR) dalam penilaian tingkat kesehatan bank.
Dalam hal kredit/pembiayaan direstrukturisasi ulang setelah 31 Maret 2021 atau mengalami penurunan kualitas
menjadi selain lancar setelah 31 Maret 2021, maka kredit/pembiayaan dimaksud akan diperhitungkan kembali
sebagai LAR.
9

A.3
GOVERNANCE
PERSETUJUAN
KREDIT/PEMBIAYAAN
RESTRUKTURISASI
SESUAI POJK
STIMULUS COVID19
Persetujuan Kredit/Pembiayaan Restrukturisasi 10

Sesuai POJK Stimulus COVID19


Ketentuan Terkait
Dalam POJK No.40/POJK.03/2019 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum dan POJK No.16/POJK.03/2014
tentang Penilaian Kualitas Aset BUS UUS:
• Keputusan restrukturisasi wajib dilakukan oleh pihak yang lebih tinggi dari pihak yang memutuskan pemberian
kredit/pembiayaan.
• Dalam hal keputusan pemberian kredit/pembiayaan dilakukan oleh pihak yang memiliki kewenangan tertinggi,
restrukturisasi dilakukan melalui keputusan dalam rapat direksi.
• Restrukturisasi wajib dilakukan oleh pejabat atau pegawai yang tidak terlibat dalam pemberian kredit/pembiayaan
yang direstrukturisasi.

Tujuan:

Untuk membantu percepatan proses persetujuan restrukturisasi kredit/pembiayaan yang terkena


dampak COVID-19 sehingga tidak terjadi bottleneck dalam persetujuan restru
Prosedur Persetujuan Restrukturisasi
11

Debitur COVID-19 ….
Relaksasi
Persetujuan restrukturisasi kredit/pembiayaan dapat dilakukan dengan beberapa alternatif governance sebagai berikut::
 anggota direksi dapat memberikan principle approval terhadap kredit/pembiayaan dan debitur yang ditetapkan
sesuai kriteria dalam POJK Strimulus COVID19 dan mendelegasikan kewenangan kepada pejabat pada level
tertentu untuk memberikan persetujuan/keputusan restrukturisasi ;
 persetujuan tetap dilakukan oleh pihak yang lebih tinggi dari pemutus kredit/pembiayaan, namun dapat dilakukan
secara kolektif setelah menetapkan kriteria debitur yang layak mendapatkan fasilitas restrukturisasi berdasarkan
POJK Stimulus COVID19; atau
 mekanisme lain sesuai dengan kondisi teknis yang dihadapi bank, dengan tetap menerapkan prinsip objektivitas,
independensi, kewajaran serta menghindari adanya free rider ataupun benturan kepentingan.
Mekanisme-mekanisme dimaksud harus tercantum dalam pedoman internal bank sebagai satu kesatuan dengan
pedoman penetapan debitur terdampak COVID19 sebagaimana dimaksud dalam POJK Stimulus COVID19.
12

B.1

CAPITAL
CONSERVATION
BUFFER
DASAR KETENTUAN KPMM 13

POJK No.11/POJK.03/2016 tentang KPMM BUK sebagaimana telah diubah oleh POJK No.34/POJK.03/2016 dan
POJK No.21/POJK.03/2014 tentang KPMM BUS

Modal
Rasio KPMM = > 8% + add-on profil risiko+ buffer
(CAR)
ATMR
 8% + add on profil risiko
KPMM Profil Risiko • Peringkat 1: 8% • Peringkat 3 : 10% s.d <11%
• Peringkat 2: 9% s.d <10% • Peringkat 4 & 5: 11% s.d 14%

Capital Surcharge D-SIB Tambahan modal sebagai buffer bagi bank yang ditetapkan berdampak
(Domestic-Systemically Important Bank)
1 - 2.5% dari ATMR sistemik untuk mengurangi dampak negatif terhadap stabilitas sistem
(Hanya untuk Bank Sistemik) keuangan apabila terjadi kegagalan bank dimaksud

Countercyclical Buffer Tambahan modal sebagai buffer untuk mengantisipasi kerugian apabila
0 – 2.5% dari ATMR
(BUKU 1 s.d. BUKU 4)
terjadi pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan yang berlebihan
PBI No.17/22/PBI/2015 sehingga berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan.

Capital Conservation Buffer Tambahan modal sebagai buffer apabila terjadi kerugian pada
2.5% dari ATMR periode krisis 13
(BUKU 3 dan BUKU 4)
RELAKSASI BUFFER PERMODALAN …. 14

 Capital Conservation Buffer (CCB)


Ketentuan Terkait
POJK No.11/POJK.03/2016 tentang KPMM BUK sebagaimana telah diubah oleh POJK No.34/POJK.03/2016 dan POJK
No.21/POJK.03/2014 tentang KPMM BUS
a. Bank wajib membentuk buffer termasuk capital conservation buffer (CCB) untuk BUKU 3 dan 4 sejumlah 2.5% ATMR
b. OJK berdasarkan pertimbangan kondisi perekonomian dan stabilitas sistem keuangan, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian,
berwenang menetapkan buffer yang berbeda sebagaimana diatur dalam POJK KPMM di atas.

Tujuan :
Membantu permodalan bank, khususnya pada bank-bank dengan KPMM yang sudah borderline mengingat dalam kondisi pandemik seperti
saat ini, Rasio KPMM bank berpotensi menurun karena:
1
• peningkatan NPL/NPF yang berdampak pada Laba Rugi, sehingga menurunkan modal; dan
• pergeseran kredit/pembiayaan dari PL menjadi NPL yang berdampak penambahan bobot ATMR.

2 Menurunkan kewajiban rasio KPMM minimum sehingga kelebihan modal di atas modal minimum dapat digunakan untuk penyerapan
kerugian dalam hal bank menyalurkan kredit/pembiayaan baru.

RELAKSASI: Kewajiban pemenuhan Capital Conservation Buffer dalam komponen modal sebesar 2,5% dari ATMR bagi bank
BUKU 3 dan BUKU 4 untuk sementara ditiadakan sampai dengan 31 Maret 2021.
Setelah tenggat waktu tersebut, bank harus memenuhi kembali Capital Conservation Buffer sebesar 2.5% dari ATMR.
15

B.2

RASIO LIQUIDITY
COVERAGE RATIO
(LCR) DAN NET
STABLE FUNDING
RATIO (NSFR)
DASAR KETENTUAN LIKUIDITAS 16

POJK No. 42/POJK.03/2015


tentang Kewajiban Pemenuhan Rasio Kecukupan Likuiditas
(Liquidity Coverage Ratio) bagi Bank Umum

a. LCR merupakan perbandingan antara High Quality Liquid Assets (HQLA) dan Arus Kas Keluar Bersih
(Net Cash Outflow).
b. Bank wajib memelihara LCR paling rendah 100%.
c. Bank dapat menggunakan HQLA yang menyebabkan LCR Bank menjadi kurang dari 100% dengan persetujuan OJK, dalam
hal kondisi likuiditas Bank berpotensi mengganggu kelangsungan usaha Bank.
d. Laporan LCR disampaikan secara bulanan melalui APOLO.

POJK No. 50/POJK.03/2017


tentang Kewajiban Pemenuhan Rasio Pendanaan Stabil Bersih
(Net Stable Funding Ratio) bagi Bank Umum

a. NSFR merupakan perbandingan antara Available Stable Funding (ASF) dengan Required Stable Funding (RSF)
b. Bank wajib memelihara NSFR paling rendah 100%.
c. OJK berwenang menetapkan NSFR yang berbeda.
d. Laporan NSFR disampaikan secara triwulanan melalui APOLO.
LCR dan NSFR wajib dipenuhi oleh bank BUKU 3, BUKU 4, dan Bank Asing
RELAKSASI RASIO LIKUIDITAS…. 17

Tujuan :

Bank dapat menggunakan HQLA untuk mengatasi mismatch yang mungkin terjadi dikarenakan bank mengalami
1 penurunan arus kas dari kredit restrukturisasi (misalnya akibat penundaan pembayaran pokok dan bunga).

Mengantisipasi kemungkinan adanya run off karena deposan menarik DPK dalam jumlah yang signifikan seiring
2 dengan berkembangnya fenomena “cash is the king”.

3 Bank dapat menggunakan HQLA untuk menyalurkan kredit baru.

Penggunaan/Pencairan HQLA berdampak pada penurunan rasio LCR dan NSFR

RELAKSASI:
 Rasio LCR dan NSFR serendah-rendahnya menjadi 85% sampai dengan 31 Maret 2021.
 Bank dengan LCR dan NSFR kurang dari 100% pada 31 Maret 2021 harus menyusun rencana tindak
untuk mengembalikan pemenuhan LCR dan NSFR menjadi 100% dan disampaikan secara luring kepada
Pengawas Bank paling lambat pada tanggal 30 April 2021.
18

B.3

PENILAIAN
KUALITAS AGUNAN
YANG DIAMBIL ALIH
(AYDA)
19
DASAR KETENTUAN PENILAIAN KUALITAS AYDA
BUK BUS dan UUS
Dalam POJK No. 40/POJK.03/2019 tentang Penilaian
Kualitas Aset Bank Umum diatur bahwa penetapan Dalam POJK No. 16/POJK.03/2014 tentang
kualitas AYDA sebagai berikut: Penilaian Kualitas Aset Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah diatur bahwa penetapan
a. LANCAR, apabila AYDA dimiliki sampai dengan 1 kualitas AYDA sebagai berikut:
(satu) tahun;
a. LANCAR, apabila AYDA dimiliki sampai
b. KURANG LANCAR, apabila AYDA dimiliki lebih
dengan 1 (satu) tahun;
dari 1 (satu) tahun sampai dengan 3 (tiga) tahun;
b. MACET, apabila AYDA dimiliki lebih dari 1
c. DIRAGUKAN, apabila AYDA dimiliki lebih dari 3
(satu) tahun.
(tiga) tahun sampai dengan 5 (lima) tahun; atau
d. MACET, apabila AYDA dimiliki lebih dari 5 (lima)
tahun.

AYDA dikenakan Penyisihan Penilaian Kualitas Aset (sebelumnya PPA) non produktif yang merupakan faktor
pengurang modal
20
RELAKSASI PENILAIAN KUALITAS AYDA…
Tujuan:

• Mencegah kenaikan PPKANP mempertimbangkan kesulitan bank dalam menjual AYDA pada kondisi saat ini.
• Tidak bertambahnya PPKANP dapat membantu menjaga Rasio KPMM bank.

RELAKSASI:
 Penilaian Kualitas AYDA yang diambil alih sampai dengan 31 Maret 2020 dapat dihentikan
sementara sampai dengan 31 Maret 2021. Dengan demikian, bank menggunakan penilaian
kualitas AYDA posisi 31 Maret 2020 dalam perhitungan Penyisihan Penilaian Kualitas Aset AYDA
tersebut sampai dengan 31 Maret 2021. Setelah tenggat waktu tersebut, kualitas AYDA dinilai
berdasarkan periode kepemilikan oleh bank sejak AYDA dieksekusi tanpa memperhitungkan
periode relaksasi.
 Untuk penilaian kualitas AYDA yang diambil alih setelah 31 Maret 2020 mengacu pada POJK
Kualitas Aset.
21

B.4

KEWAJIBAN
PENYEDIAAN DANA
PENDIDIKAN
RELAKSASI PENYEDIAAN DANA PENDIDIKAN 22

Ketentuan Terkait

SKDIR No. 31/310/KEP/DIR mengenai Penyediaan Dana untuk Pengembangan Sumber Daya Manusia Bank Umum
mengatur kewajiban bank menyediakan dana Pendidikan SDM sebesar 5% dari anggaran SDM.

Tujuan:
Bank dapat lebih memfokuskan alokasi anggaran pada upaya restrukturisasi dan likuiditas
mengingat keterbatasan bank untuk merealisasi biaya pendidikan pada kondisi WFH.

RELAKSASI: Penyediaan dana pendidikan SDM dapat kurang dari 5% (lima persen) anggaran
SDM bank untuk tahun 2020
23

C
PENUNDAAN
PEMBERLAKUAN
BASEL III REFORMS
MENJADI
1 JANUARI 2023
Penundaan Implementasi Basel III Reforms 24

Selaras dengan Press Release BCBS


pada tanggal 27 Maret 2020, yang antara
lain mencakup penundaan implementasi Basel III
reforms :
• ATMR risiko operasional;
• ATMR risiko kredit;
• ATMR risiko pasar; dan
• Credit Valuation Adjustment,
menjadi 1 Januari 2023.

RELAKSASI: Pengunduran implementasi Basel III reforms di


Indonesia dari 1 Januari 2022 menjadi 1 Januari 2023
25

Penerapan Relaksasi
1 Relaksasi berlaku sejak periode data Mei 2020.

2 Dalam penerapannya, Bank harus berkoordinasi dengan masing-masing Pengawas Bank.

3 Bank harus memperhatikan jangka waktu penerapan masing-masing relaksasi.


26
27

TERIMA KASIH

Stay Home & Stay Healthy

Anda mungkin juga menyukai