Anda di halaman 1dari 38

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA

NOMOR 221 TAHUN 20182018


TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN DAERAH TERTIB UKUR

DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA,

Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan perlindungan terhadap


konsumen, pelaku usaha dan masyarakat pada
umumnya atas jaminan kebenaran hasil pengukuran
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, perlu
meningkatkan penyelenggaraan kegiatan metrologi
legal guna terciptanya tertib ukur;
b. bahwa salah satu langkah percepatan peningkatan
tertib ukur dan mendorong peran aktif pemerintah
daerah dalam mewujudkan tertib ukur serta
meningkatkan kinerja kemetrologian dilakukan dengan
Pembentukan Daerah Tertib Ukur;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Keputusan Direktur Jenderal
Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga tentang
Petunjuk Teknis Pembentukan Daerah Tertib Ukur;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang


Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1981 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3193);
-2-

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang


Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 22, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);
6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang
Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5512);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
8. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2015 tentang
Kementerian Perdagangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 90);
-3-

9. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor


08/M-DAG/PER/02/2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Perdagangan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 202);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :: KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN


KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA TENTANG PETUNJUK
TEKNIS PEMBENTUKAN DAERAH TERTIB UKUR.
KESATU : Memberlakukan Petunjuk Teknis Pembentukan Daerah
Tertib Ukur yang selanjutnya disebut Petunjuk Teknis
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Jenderal
ini.
KEDUA : Keputusan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 18 Juli 2018

DIREKTUR JENDERAL
PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA,

VERI ANGGRIJONO
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN
TERTIB NIAGA
NOMOR 221 TAHUN 2018
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN DAERAH TERTIB UKUR

DAFTAR ISI

Hal
BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Maksud dan Tujuan 2


1.3. Ruang Lingkup 2
1.4. Pengertian 2

BAB II PERSIAPAN KEGIATAN 4

2.1 Usulan Pembentukan Daerah Tertib Ukur 4


2.2 Pencanangan Daerah Tertib Ukur 4

2.3 Pembentukan Tim 4

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN 6

3.1 Pendataan 6

3.2 Sosialisasi dan Bimbingan Metrologi Legal 6

3.3 Pembuatan Komitmen Kerja dalam rangka mendukung 7


Pembentukan Daerah Tertib Ukur
3.4 Pelayanan Tera dan Tera Ulang 7

3.5 Pemenuhan Kesesuaian 7

3.6 Evaluasi dan Penilaian 9

3.7 Penetapan dan Peresmian 10

BAB IV PELAPORAN 11
4.1 Tim Daerah 11
4.2 Tim Pusat 11
BAB V PENUTUP 12

LAMPIRAN
Lampiran I Format Pendataan UTTP

Lampiran II Format Pakta Integritas

Lampiran III Format Hasil Evaluasi dan Berita Acara Pembentukan Daerah Tertib
Ukur
Lampiran IV Format Pemenuhan Kesesuaian, Bobot Penilaian, Tatacara Penilaian,
Tabel Koreksi Penilaian Lapangan dan Tabel Penilaian Pembentukan
Daerah Tertib Uku
Lampiran V Format Laporan Pembentukan Daerah Tertib Ukur

DIREKTUR JENDERAL
PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA,

VERI ANGGRIJONO
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam rangka mewujudkan perlindungan terhadap konsumen,
pelaku usaha dan masyarakat khususnya di bidang metrologi legal,
pemerintah berkewajiban menjamin kebenaran hasil pengukuran. Upaya
pemerintah dalam menjamin kebenaran hasil pengukuran dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya melalui pembentukan Daerah Tertib
Ukur.
Untuk menjamin kebenaran hasil pengukuran pada perdagangan
barang, metrologi legal berperan penting sebagai bagian dari pengamanan
perdagangan barang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Jaminan
kebenaran hasil pengukuran dikembangkan melalui program
pembentukan Daerah Tertib Ukur yang meliputi pembinaan terhadap
penggunaan dan peredaran UTTP, BDKT dan Satuan Ukuran sehingga
tidak memperbesar kerugian-kerugian yang timbul akibat terjadinya
praktek-praktek penyimpangan perdagangan yang merugikan
masyarakat/ konsumen. Untuk itu kegiatan Daerah Tertib Ukur
merupakan kegiatan yang bertujuan mewujudkan tertib ukur di segala
bidang, sesuai dengan amanah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981
tentang Metrologi Legal.
Pelaksanaan Kegiatan Daerah Tertib Ukur dilakukan oleh Pemerintah
Daerah, sebagai salah satu pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dimana kegiatan tera dan tera
ulang dan pengawasan metrologi legal merupakan urusan pemerintah
konkuren yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. Dalam
pembentukan Daerah Tertib Ukur, Pemerintah Daerah melakukan
kegiatan tera dan tera ulang dan pengawasan metrologi legal di pasar-
pasar dan tempat-tempat usaha yang memiliki dan/atau menggunakan
UTTP yang dilakukan secara berkesinambungan.
Pembentukan Daerah Tertib Ukur merupakan salah satu langkah
dalam mewujudkan tertib ukur serta meningkatkan kinerja kemetrologian
Pemerintah Daerah. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu disusun
Petunjuk Teknis Pembentukan Daerah Tertib Ukur.

1
1.2. Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Sebagai pedoman bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
dalam pembentukan Daerah Tertib Ukur.
b. Tujuan
1) Untuk menyeragamkan pelaksanaan pembentukan Daerah Tertib
Ukur bagi Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
2) Untuk memastikan pelaksanaan seluruh tahapan kegiatan
pembentukan Daerah Tertib Ukur sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan.

1.3. Ruang Lingkup


Petunjuk Teknis ini meliputi persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.
kegiatan pembentukan Daerah Tertib Ukur.

1.4. Pengertian
Dalam Petunjuk Teknis ini yang dimaksud dengan:
a. Daerah Tertib Ukur yang selanjutnya disingkat DTU adalah suatu
predikat yang diberikan oleh Kementerian Perdagangan kepada
Pemerintah Daerah yang telah memenuhi kriteria sebagai Daerah
Tertib Ukur.
b. Unit Metrologi Legal yang selanjutnya disingkat UML adalah satuan
kerja pada Dinas Provinsi DKI Jakarta atau Dinas Kabupaten/Kota
yang menyelenggarakan kegiatan Tera dan Tera Ulang UTTP dan
Pengawasan di bidang Metrologi Legal Alat-alat Ukur, takar, timbang
dan perlengkapannya yang selanjutnya disingkat UTTP adalah alat-
alat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun
1981 tentang Metrologi Legal.
c. Alat-alat Ukur, takar, timbang dan perlengkapannya yang selanjutnya
disingkat UTTP adalah alat-alat sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.
d. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.

2
e. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha,
baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum
yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun
bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha
dalam berbagai bidang ekonomi.
f. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang perdagangan.
g. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen
dan Tertib Niaga, Kementerian Perdagangan.
h. Direktur adalah Direktur Metrologi, Direktorat Jenderal Perlindungan
Konsumen dan Tertib Niaga, Kementerian Perdagangan.
i. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah Provinsi DKI Jakarta atau Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.

3
BAB II
PERSIAPAN KEGIATAN

2.1. Usulan Pembentukan DTU


DTU yang akan dibentuk diusulkan oleh Gubernur DKI Jakarta atau
Bupati/Walikota kepada Menteri Perdagangan cq. Direktur Jenderal
Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga disertai dengan data sebagai
berikut:
a. pasar rakyat;
b. pasar modern/pertokoan;
c. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU);
d. Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE);
e. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM);
f. Perusahaan Listrik Negara (PLN);
g. Bulog;
h. Kantor Pos dan Perusahaan Ekspedisi Lain; dan
i. Pelaku Usaha Lainnya.

2.2. Pencanangan Pembentukan DTU


Pencanangan Pembentukan DTU diselenggarakan oleh Direktorat
Metrologi, Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga,
Kementerian Perdagangan dengan agenda sebagai berikut:
a. penandatanganan Komitmen Kerja Pembentukan DTU;
b. rapat Koordinasi penyusunan jadwal pelaksanaan tahapan kegiatan
dalam Pembentukan DTU; dan
c. persiapan lainnya untuk mendukung kegiatan agar dapat
dilaksanakan secara efektif, efisien dan tepat waktu.
Maksud dilaksanakannya kegiatan Pencanangan Pembentukan DTU
adalah sebagai awal dimulainya pelaksanaan kegiatan pembentukan DTU
dan sebagai forum untuk mengharmonisasikan seluruh tahapan kegiatan
pembentukan DTU.
Sedangkan tujuan Pencanangan Pembentukan DTU adalah agar
pembentukan DTU dapat terlaksana secara efisien dan efektif sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan serta terbangun sinergi antara
Direktorat Metrologi, Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen dan
Tertib Niaga, Kementerian Perdagangan dan Pemerintah Daerah dalam
mewujudkan DTU.

4
2.3. Pembentukan Tim
Tim Pembentukan DTU terdiri dari :
a. Tim Pusat
Tim yang dibentuk oleh Direktur dengan pembiayaan dibebankan
kepada APBN.
Tugas Tim Pusat antara lain:
1) mengarahkan dan memonitor pelaksanaan Pembentukan DTU;
2) mengoordinasikan pelaksanaan Pembentukan DTU sesuai dengan
Petunjuk Teknis Pembentukan DTU;
3) melakukan fasilitasi tera/tera ulang dalam hal lokasi DTU di
Pemerintah Daerah belum memiliki UML;
4) menerima laporan hasil pelaksanaan kegiatan Pembentukan DTU;
5) melakukan evaluasi dan penilaian terhadap hasil pelaksanaan
kegiatan Pembentukan DTU; dan
6) Menetapkan DTU berdasarkan hasil evaluasi; dan
7) membuat laporan akhir hasil pelaksanaan kegiatan dan
menyampaikannya kepada Direktur.
b. Tim Daerah
Tim yang dibentuk oleh Kepala Daerah dengan pembiayaan
dibebankan kepada APBD.
Tugas Tim Daerah antara lain:
1) melakukan pendataan UTTP, pemilik/pengguna UTTP;
2) melakukan sosialisasi pembentukan daerah tertib ukur dan
bimbingan metrologi legal kepada pelaku usaha dan stakeholder
lainnya;
3) melakukan pelayanan tera dan tera ulang terhadap UTTP;
4) melakukan pemenuhan kesesuaian; dan
5) membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan Pembentukan DTU
kepada Direktur Metrologi.

5
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Pendataan
a. Langkah - Langkah Pendataan

Kegiatan Pendataan UTTP dilaksanakan dengan langkah-langkah


sebagai berikut:

1) mencatat nama dan alamat pemilik dan/atau pengguna UTTP,


data Teknis UTTP, meliputi jenis, kapasitas dan jumlah UTTP;
2) memeriksa dan mencatat kondisi UTTP, dilakukan untuk
memastikan :
a) kondisi fisik UTTP dalam keadaan baik atau rusak;
b) masa berlaku tanda tera; dan
c) penggunaan UTTP (cara penggunaan dan peruntukan).
3) membuat database UTTP; dan
4) mendokumentasikan kegiatan pendataan.
Contoh Form Pendataan UTTP sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I.
b. Sasaran Pendataan

Kegiatan Pendataan UTTP dilaksanakan terhadap:

1) UTTP yang digunakan di tempat-tempat sebagai berikut:


a) Pasar rakyat;
b) Pasar modern/pertokoan;
c) Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU);
d) Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE);
e) Bulog;
f) Kantor Pos dan Perusahaan Ekspedisi Lain; dan
g) Pelaku Usaha Lainnya.
2) UTTP yang terpasang di pelanggan rumah tangga yang dimiliki
oleh:
a) Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM); dan
b) Perusahaan Listrik Negara (PLN).

6
3.2. Sosialisasi dan Bimbingan Metrologi Legal
Untuk mendukung pelaksanaan pembentukan DTU, Pemerintah
Daerah melakukan sosialisasi dan bimbingan terhadap pemilik dan/atau
pengguna UTTP di daerah yang diusulkan menjadi DTU.
Sosialisasi dan bimbingan dapat dilakukan melalui berbagai cara
antara lain melalui media cetak, media elektronik atau media lainnya atau
tatap muka dengan pemilik dan/atau pengguna UTTP untuk menjelaskan
tentang hal-hal yang berkaitan dengan kemetrologian.

3.3. Pembuatan Komitmen Kerja dalam rangka mendukung Pembentukan DTU


Dalam rangka mendukung suksesnya kegiatan pembentukan DTU,
maka dibuat Komitmen Kerja antara Gubernur DKI Jakarta atau
Bupati/Walikota sebagai pengusul DTU dengan:
a. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM);
b. Perusahaan Listrik Negara (PLN); dan/atau
c. Stakeholder lainnya.

3.4. Pelayanan Tera dan Tera Ulang


Kegiatan Pelayanan Tera dan Tera Ulang dilakukan terhadap UTTP
yang digunakan dalam transaksi perdagangan yang berada di daerah yang
diusulkan menjadi DTU.
Pelayanan Tera dan Tera Ulang dilakukan oleh Unit Metrologi Legal
Pemerintah Daerah dan dapat dilakukan di:
a. kantor Unit Metrologi Legal Pemerintah Daerah;
b. tempat UTTP berada, seperti SPBU, SPPBE, Timbangan Jembatan,
pasar, dan lain-lain; dan/atau
c. tempat yang dimungkinkan dilaksakanan tera dan tera ulang seperti
di kantor kelurahan, kecamatan atau tempat lainnya.
Dalam hal daerah yang diusulkan menjadi DTU belum memiliki UML,
pelayanan tera dan tera ulang dilakukan oleh Unit Metrologi Legal lain
melalui kerjasama atau oleh Balai Standarisasi Metrologi Legal melalui
kegiatan Fasilitasi Tera dan Tera Ulang.

3.5. Pemenuhan kesesuaian


Pemerintah Daerah yang mengajukan pembentukan DTU melengkapi
dokumen pendukung dalam rangka pemenuhan kesesuaian terhadap
kriteria yang ditetapkan.
7
Kepala Daerah cq Kepala Dinas yang membidangi perdagangan
membuat Pakta Integritas yang menjamin seluruh data yang disajikan
adalah benar adanya dan apabila terdapat ketidaksesuaian antara data
yang disajikan dengan hasil peninjauan lapangan oleh Tim Pusat, maka
bersedia untuk disesuaikan. Contoh Pakta Integritas sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II.
Pemenuhan Kesesuaian dilakukan sebagai berikut:
a. Pemerintah Daerah membuat database UTTP mengenai jumlah, jenis
dan pemilik/pengguna UTTP yang dilengkapi dengan dokumentasi
kegiatan di tempat-tempat sebagai berikut:
1) pasar rakyat;
2) pasar modern/pertokoan;
3) Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU);
4) Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE);
5) Bulog;
6) Kantor Pos dan Perusahaan Ekspedisi Lain; dan
7) Pelaku Usaha Lainnya.
b. Pemerintah Daerah membuat data mengenai hasil pelayanan tera/tera
ulang, antara lain sebagai berikut :
1) Rekapitulasi data hasil pelayanan tera/tera ulang yang dilakukan
di kantor, tempat sidang tera ulang dan tempat UTTP terpasang;
2) Penanganan meter kWh oleh PLN; dan
3) Penanganan meter air oleh PDAM.
c. Pemerintah Daerah membuat data hasil kegiatan Sosialisasi dan
Bimbingan Metrologi Legal dilengkapi dengan daftar hadir dan
dokumentasi kegiatan yang dilakukan di:
1) Pasar Rakyat/Pasar Modern;
2) Kantor Pemerintahan; dan
3) Tempat-tempat lainnya.
d. Pemerintah Daerah menyusun dokumen mengenai:
1) Peraturan Kepala Daerah mengenai Pembentukan Unit Metrologi
Legal;
2) Pembuatan Komitmen Kerja Pembentukan DTU; dan
3) DPA mengenai kegiatan metrologi legal tahun berjalan.

8
3.6. Evaluasi dan Penilaian
Kegiatan evaluasi dan penilaian dilakukan dalam 2 (dua) tahap
sebagai berikut:
a. Evaluasi dan penilaian awal
Kegiatan evaluasi dan penilaian awal dilakukan oleh tim yang ditunjuk
oleh Kementerian Perdagangan c.q Direktorat Metrologi untuk
mengetahui dan mengidentifikasi profil kondisi awal UTTP yang
digunakan di daerah yang diusulkan menjadi DTU.
Tim mengisi form hasil evaluasi dan Berita Acara sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III dilengkapi dengan Lampiran kegiatan
pendataan UTTP.
b. Evaluasi dan penilaian akhir
Kegiatan evaluasi dan penilaian akhir merupakan proses akhir dari
seluruh tahapan kegiatan Pembentukan DTU. Kegiatan tersebut
dimaksudkan untuk memvalidasi kembali hasil kegiatan yang telah
dilakukan oleh Pemerintah Daerah sebagai tindak lanjut hasil evaluasi
dan penilaian tahap awal.
Kriteria evaluasi dan penilaian akhir DTU sebagai berikut:
1) Pemerintah Pemerintah Daerah memiliki data tahunan tentang
jumlah, jenis dan pemilik dan/atau pengguna UTTP;
2) UTTP yang digunakan untuk menentukan kuanta dalam transaksi
perdagangan bertanda tera sah yang berlaku;
3) Pemilik dan/atau pengguna UTTP telah memperoleh pemahaman
mengenai penggunaan UTTP secara benar; dan
4) Pemerintah Pemerintah Daerah telah menetapkan pembinaan, dan
pelayanan kemetrologian menjadi program prioritas daerah.
Tim mengisi form hasil evaluasi dan Berita Acara sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III dilengkapi dengan Lampiran kegiatan hasil
pengecekan lapangan. Pemenuhan Kesesuaian, Bobot Penilaian, Tatacara
Penilaian, Tabel Koreksi Penilaian Lapangan dan Tabel Penilaian
Pembentukan Daerah Tertib Ukur sebagaimana tercantum dalam
Lampiran IV.
Berikut alur tahapan pembentukan DTU:

9
10
3.7. Penetapan dan Peresmian
Daerah yang telah memenuhi kriteria sebagai DTU ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Perdagangan dan diberikan Piagam Penghargaan serta
bantuan pemerintah di bidang metrologi legal.
Ketentuan mengenai mekanisme penyerahan bantuan pemerintah di
bidang metrologi legal ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

11
BAB IV
PELAPORAN

4.1. Tim Daerah


Tim Daerah membuat laporan pelaksanaan seluruh tahapan kegiatan
pembentukan Pasar Tertib Ukur yang berisi :
a. Hasil pendataan UTTP
b. Hasil Sosialisasi dan Bimbingan Metrologi Legal,
c. Pembuatan Komitmen Kerja,
d. Hasil Pelayanan Tera dan Tera Ulang dan
e. Rekapitulasi data UTTP disertai dengan dokumentasi.
Laporan tersebut disampaikan kepada tim pusat sesuai dengan
format sebagaimana terlampir pada Lampiran VI.

4.2. Tim Pusat


Tim pusat menyusun laporan akhir pelaksanaan kegiatan
berdasarkan hasil laporan kegiatan yang disusun oleh tim daerah
dilengkapi dengan Form Hasil Evaluasi, Form Penilaian, dokumentasi
kegiatan, dan database UTTP di pasar, selanjutnya disampaikan kepada
Direktur Metrologi.

12
BAB V
PENUTUP

Pembentukan DTU merupakan salah satu langkah percepatan


peningkatan tertib ukur dan mendorong peran aktif Pemerintah Daerah dalam
mewujudkan tertib ukur serta meningkatkan kinerja kemetrologian, sehingga
harus dilakukan secara sinergi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah.
Dengan dilaksanakannya Pembentukan DTU, diharapkan masyarakat
sebagai konsumen memperoleh jaminan kebenaran kuanta atas barang yang
dibeli, meningkatkan citra daerah Pemerintah Daerah sehingga akan
meningkatkan daya saing daerah dalam menghadapi perdagangan global,
mendorong Pemerintah Daerah untuk mengelola UTTP dan BDKT di daerahnya
dengan baik dan benar, meningkatnya partisipasi masyarakat dan Pemerintah
Daerah dalam mewujudkan tertib ukur dan perlindungan konsumen, serta
meningkatnya kinerja kemetrologian secara nasional.

13
Lampiran I

A. FORMAT PENDATAAN UTTP DI PASAR/PERTOKOAN

PENDATAAN UTTP DI PASAR/PERTOKOAN


DALAM RANGKA PEMBENTUKAN DAERAH TERTIB UKUR
DI PROVINSI DKI JAKARTA ATAU KABUPATEN/KOTA ..................

Nama Pasar/Toko : Pasar A


Alamat : Jl. xyz - Bandung

Nama Pemilik/ Data Teknis UTTP


No Keterangan
Pengguna UTTP Jenis Kapasitas Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1 Adi Timbangan Meja 10 kg 1
Timbangan
2 Udin Pegas 5 kg 1
3 Ahmad T. Sentisimal 50 kg 1
dst.

Jumlah 3

B. FORMAT PENDATAAN UTTP kWh METER

PENDATAAN UTTP kWh METER


DALAM RANGKA PEMBENTUKAN DAERAH TERTIB UKUR
DI PROVINSI DKI JAKARTA ATAU KABUPATEN/KOTA ..................

Wilayah Tahun pemasangan kWh Meter


No Kabupaten/Kota PLN < 10 th 10~15 th >15 th Ket.
Rayon
1 Kota A Kec. A 1000
Kec. B 500 500
Kec. C 500 500

JUMLAH 2000 500 500


C. FORMAT PENDATAAN UTTP METER AIR

PENDATAAN UTTP METER AIR


DALAM RANGKA PEMBENTUKAN DAERAH TERTIB UKUR
DI PROVINSI DKI JAKARTA ATAU KABUPATEN/KOTA ..................

Tahun pemasangan
Wilayah PDAM
No Kabupaten/Kota Meter Air Ket.
Rayon
≤ 5 Th > 5 Th
1 Kota A Kec. A 500
Kec. B 200 500
Kec. C 300

1000 500
Lampiran II
FORMAT PAKTA INTEGRITAS

KOP KEPALA DAERAH

PAKTA INTEGRITAS

Saya,……………………………………Kepala Daerah Provinsi DKI Jakarta atau


Kabupaten/Kota *)……….menyatakan sebagai berikut:
1. akan mewujudkan dan menyukseskan Provinsi DKI Jakarta atau
Kabupaten/Kota … menjadi Daerah Tertib Ukur Tahun ….;
2. melakukan kegiatan pendataan, sosialisasi, pelayanan tera/tera ulang
sesuai jadwal yang telah ditetapkan;
3. menyampaikan laporan perkembangan pembentukan Daerah tertib Ukur
sesuai jadwal kepada Kementerian Perdagangan cq Direktorat Metrologi;
dan
4. melakukan pemenuhan kesesuaian dan menyampaikan data hasil
pemenuhan kesesuaian dengan sebenar-benarnya. Apabila terdapat
ketidaksesuaian dengan data yang disampaikan dengan hasil pengecekan
lapangan oleh Tim Pusat, kami menerima konsekuensi pengurangan nilai
akhir.

Demikian Pakta Integritas ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk


dipergunakan sebagaimana mestinya.

……………, ………………………..
Kepala Daerah

(……………………………………)

*) pilih salah satu


Lampiran III

A. FORMAT HASIL EVALUASI PEMBENTUKAN DTU

(KOP INSTANSI)

HASIL EVALUASI
PEMBENTUKAN DAERAH TERTIB UKUR
DI PROVINSI DKI JAKARTA ATAU KABUPATEN/KOTA ......

Dalam rangka memberikan perlindungan terhadap konsumen, pelaku


usaha, dan masyarakat pada umumnya atas jaminan kebenaran pengukuran
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981
tentang Metrologi Legal, maka dilaksanakan kegiatan berupa program
Peningkatan Tertib Ukur.
Program Peningkatan Tertib Ukur diimplementasikan dalam salah satu
kegiatan, yaitu “Pembentukan Daerah Tertib Ukur” di Kabupaten/Kota ..... di
Provinsi ........

I. Dasar Pelaksanaan Kegiatan


.....................................

II. Pelaksanaan Kegiatan


1. Tempat Kegiatan
Pembentukan Daerah Tertib Ukur di Kabupaten/Kota ... dilaksanakan
di Kabupaten/Kota
2. Jadwal Kegiatan
........................
3. Proses Kegiatan
Terhadap hasil laporan kegiatan, yaitu mencakup kegiatan pendataan
UTTP, pembinaan dan pelaksanaan tera/tera ulang dilakukan evaluasi
dengan menganalisis kesesuaiannya dengan kriteria yang telah
ditetapkan, yaitu:
a. Alat-alat Ukur Takar Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) yang
digunakan untuk menentukan kuanta dalam transaksi
perdagangan bertanda tera sah yang berlaku;
b. Pemilik/pengguna UTTP telah memperoleh pemahaman mengenai
penggunaan UTTP secara benar;
c. Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki data tahunan tentang
jumlah, jenis dan pemilik/pengguna UTTP; dan
d. Pemerintah Kabupaten/Kota telah menetapkan pembinaan,
pengawasan dan pelayanan kemetrologian menjadi program
prioritas daerah.

III. Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi dari pelaksanaan kegiatan tersebut di atas,
maka Kabupaten/Kota ... Provinsi ... telah memenuhi kriteria dan
direkomendasikan untuk ditetapkan sebagai Daerah Tertib Ukur, dimana:

1. ………………;
2. ………………;
3. ………………;
4. ………………;

Demikian hasil evaluasi kegiatan pelaksaan Pembentukan Daerah


Tertib Ukur di Kabupaten/Kota ...... Provinsi ....... ini kami sampaikan.

…………………..
Ketua Tim Evaluasi,

………………….
B. FORMAT BERITA ACARA EVALUASI PEMBENTUKAN DTU

(KOP INSTANSI)

BERITA ACARA
EVALUASI PEMBENTUKAN DAERAH TERTIB UKUR
DI PROVINSI DKI JAKARTA ATAU KABUPATEN/KOTA ……………

Pada hari ini ………, tanggal ……… bulan……………tahun……………, kami


Tim Evaluasi Pembentukan Daerah Tertib Ukur di Provinsi DKI Jakarta atau
Kab/Kota ………… telah selesai melakukan Evaluasi Pembentukan Daerah
Tertib Ukur di Provinsi DKI Jakarta atau Kab/Kota …………….. berdasarkan
Keputusan Direktur Metrologi No. ………………………………………………………
tentang Pembentukan Tim Evaluasi Pada Kegiatan Pembentukan Daerah
Tertib Ukur di Provinsi DKI Jakarta atau Kab/Kota …………… tanggal ………..,
dengan hasil sebagai berikut:

No Uraian Jumlah

1. Pemilik UTTP
2. Jumlah UTTP
3. Jenis UTTP
a. Meter kWh
b. Meter Air
c. PUBBM
d. Timbangan
e. Takaran
f. ATB & ATH
g. Meteran
h. Bejana Ukur
i. Meter Gas
j. Flow Meter
k. Tutsit

Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sebenarnya untuk


dipergunakan sebagaimana mestinya.
…………………..
Ketua Tim Evaluasi,

………………….
FOTO KEGIATAN
EVALUASI PEMBENTUKAN DAERAH TERTIB UKUR
DI KABUPATEN/KOTA ……………PROVINSI ………………

………………………………………………………..
Lampiran IV

A. TAHAPAN PEMENUHAN KESESUAIAN:

TAHAPAN PEMENUHAN KESESUAIAN

1. Direktorat Metrologi memberikan tahapan kegiatan atau timeline


Pembentukan Daerah Tertib Ukur agar dapat disesuaikan dengan
kegiatan yang dilakukan oleh Daerah.
2. Daerah melakukan berbagai kegiatan sesuai kriteria Daerah Tertib Ukur
3. Daerah menyiapkan data pendukung pelaksanaan kegiatan sebagaimana
kriteria Daerah Tertib Ukur
4. Daerah melakukan pemenuhan kesesuaian yang dapat dilakukan sambil
melaksanakan kegiatan. Untuk membantu pemenuhan kesesuaian,
daerah diberikan alat hitung (software) yang digunakan untuk
menginput data-data yang telah dipersiapkan oleh Daerah.
5. Jika hasil pemenuhan kesesuaian masih dapat dioptimalkan, Daerah
masih dapat melakukan berbagai kegiatan optimalisasi sebelum batas
akhir pemenuhan kesesuaian dicapai.
6. Jika hasil pemenuhan kesesuaian dipandang optimal, maka daerah
dapat mengirimkan dokumen awal penilaian kepada Tim Penilai.
7. Tim penilai melakukan pemeriksaan pendahuluan sebagai dasar
pelaksanaan monitoring dan evaluasi.
8. Tim penilai melakukan monitoring dan evaluasi lapangan.
Ketidaksesuian antara hasil monitoring dilapangan dapat mempengaruhi
hasil pemenuhan kesesuaian dan penilaian pendahuluan.
9. Hasil akhir penilaian apakah cukup memuaskan, memuaskan atau
sangat memuaskan ditentukan berdasarkan evaluasi akhir.
B. BOBOT PENILAIAN

No Kriteria Bobot Keterangan


1 pemerintah kabupaten/kota memiliki data 20%
tahunan tentang jumlah, jenis dan pemilik
dan/atau pengguna UTTP
2 UTTP yang digunakan untuk menentukan 50%
kuanta dalam transaksi perdagangan
bertanda tera sah yang berlaku
3 Pemilik dan/atau pengguna UTTP telah 10%
memperoleh pemahaman mengenai
penggunaan UTTP
4 Pemerintah Kabupaten/Kota telah 15%
menetapkan pembinaan dan pelayanan
kemetrologian menjadi program prioritas
daerah
5 Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki foto 5%
dokumentasi seluruh tahapan kriteria 1 dan
kriteria 2
Jumlah 100%
C. TATA CARA PENILAIAN:

1. Komponen pemerintah kabupaten/kota memiliki data tahunan


tentang jumlah, jenis dan pemilik dan/atau pengguna UTTP dengan
bobot 20%.
Pendataan UTTP dikelompokan dalam 6 (enam) komponen penilaian
yaitu :
a. Pasar Rakyat dan Pasar Modern/pertokoan;
b. SPBU dan SPPBE;
c. PLN;
d. PDAM;
e. Bulog dan Kantor Pos; dan
f. Pelaku usaha lainnya.

2. Komponen UTTP yang digunakan dalam transaksi perdagangan


bertanda tera sah yang berlaku dengan bobot 50%.
Komponen ini dilakukan untuk menilai hasil tera/tera ulang yang
dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota yang dibagi dalam 4
(empat) kelompok yaitu:
a. Persentase UTTP yang bertanda tera sah yang berlaku (diluar
meter kWh dan meter air), terbagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu:
1) persentase UTTP yang bertanda tera sah yang berlaku > 90%;
2) persentase UTTP yang bertanda tera sah yang berlaku 70% ~
90%; dan
3) persentase UTTP yang bertanda tera sah yang berlaku < 70%.
b. Persentase UTTP yang ditera ulang sebagai tindak lanjut hasil
evaluasi dari penilaian awal (diluar meter kWh dan meter air)
dengan bobot 20%, terbagi dalam 3 (tiga) kelompok yaitu:
1) Persentase UTTP yang ditera ulang sebagai tindak lanjut hasil
evaluasi dan penilaian awal > 90%;
2) Persentase UTTP yang ditera ulang sebagai tindak lanjut hasil
evaluasi dan penilaian awal 70% ~ 90%; dan
3) Persentase UTTP yang ditera ulang sebagai tindak lanjut hasil
evaluasi dan penilaian awal < 70%.
c. Persentase Penanganan meter kWh yang belum ditera ulang
melalui penggantian baru/uji sampling mengacu pada dokumen
Komitmen PLN bermaterai cukup, dengan bobot 10%, terbagi
dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:
1) persentase penggantian baru >50% atau uji sampling
dilakukan pada tahun berjalan;
2) persentase penggantian baru 20% ~ 50% atau uji sampling
dilakukan pada 1 tahun setelah tahun berjalan; dan
3) persentase penggantian baru <20% atau uji sampling
dilakukan pada lebih dari 1 tahun setelah tahun berjalan.
d. Persentase Penanganan meter air yang belum ditera ulang
melalui penggantian baru/uji sampling mengacu pada dokumen
Komitmen PDAM bermaterai cukup, dengan bobot 10%, terbagi
dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:
1) persentase penggantian baru/tera ulang > 50% per tahun;
2) persentase penggantian baru/tera ulang 20% ~ 50% per
tahun; dan
3) persentase penggantian baru/tera ulang < 20% per tahun.

3. Komponen Pemilik dan/atau pengguna UTTP telah memperoleh


pemahaman mengenai penggunaan UTTP secara benar dengan bobot
10%

Komponen ini dilakukan untuk menilai sosialisasi dan bimbingan


metrologi legal dalam rangka pembentukan daerah tertib ukur yang
dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota yang dibagi dalam 4
(empat) kegiatan sosialisasi dan/atau bimbingan metrologi legal yang
dilakukan melalui:
a. Tatap muka di :
1) pasar rakyat atau pasar modern;
2) Kantor-kantor pemerintahan; dan
3) Tempat-tempat lain.
b. Media Elektronik.
c. Media Cetak.
d. Media sosial dan media lainnya.

4. Komponen Pemerintah Kabupaten/Kota telah menetapkan


pembinaan dan pelayanan kemetrologian menjadi program prioritas
daerah dengan bobot 15%.
Komponen ini dilakukan untuk menilai komitmen pemerintah
kabupaten/kota dalam penyelenggaraan kegiatan metrologi legal
yang dibagi dalam 3 (tiga) kegiatan, yaitu:
a. Tersedianya SOTK Metrologi Legal dengan output berupa
dokumen Peraturan Walikota atau Peraturan Bupati;
b. Komitmen Kerja Pembentukan Daerah Tertib Ukur; dan
c. APBD terkait kegiatan metrologi legal dengan output dokumen
DPA tahun berjalan.

5. Komponen Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki foto dokumentasi


seluruh tahapan kriteria 1 dan kriteria 2 dengan bobot 5%

D. TABEL KOREKSI PENILAIAN LAPANGAN

No Titik Pengambilan Sampel Nilai Koreksi


1 Pasar Tradisional : 1 Pasar Tidak sesuai ≤ 10% = 0
Populasi 10% dan UTTP di Pasar 10% < Tidak sesuai ≤ 30% = - 25%
Tidak sesuai > 30% = -50%
2 SPBU: 1 SPBU Tidak sesuai ≤ 10% = -25%
Populasi 100% Tidak sesuai > 10% = -50%
3 Bulog dan Kantor Pos Tidak sesuai ≤ 10% = -25%
Populasi 100% Tidak sesuai > 10% = -50%
4 Komitmen PLN Sungguh-sungguh = 0%
Ragu-ragu = -50%
5 Komitmen PDAM Sungguh-sungguh = 0%
Ragu-ragu = -50%
E. TABEL PENILAIAN PEMBENTUKAN DAERAH TERTIB UKUR

Komponen Skor
No. Indikator Dokumen Bobot (B) Nilai (N)
Penilaian (BxN)
1 2 3 4 5 6 7
1. Pemerintah Pendataan UTTP terhadap :
Kabupaten/Kota
memiliki data  Pasar rakyat dan pasar modern 8
tahunan tentang
jumlah, jenis  SPBU dan SPPBE 4
Data 0 atau 10
dan pemilik  PLN 2
dan/atau  PDAM 2
pengguna UTTP  Bulog dan Kantor Pos 2
(20%)
 Pelaku usaha lainnya 2
2. Alat-alat Ukur a. Persentase UTTP yang bertanda
Takar Timbang tera sah yang berlaku (diluar meter
dan kWh dan meter air) Data tera
Perlengkapannya 30
 > 90% ulang 10
(UTTP) yang
digunakan  70 ~ 90% 8
untuk  < 70% 6
menentukan b. Persentase UTTP yang ditera ulang
kuanta dalam sebagai tindak lanjut hasil evaluasi
transaksi dan penilaian awal (diluar meter
perdagangan Data tera
kWh dan meter air) ulang hasil 10
bertanda tera
sah yang berlaku  > 90% evaluasi 10
(50%)  70 ~ 90% 8
 < 70% 6
c. Penanganan meter kWh melalui
penggantian baru/Uji sampling
 >50%/ tahun berjalan 10
Komitmen PLN 5
 20% ~ 50%/ 1 tahun setelah thn
8
berjalan
 <20%/di atas 1 tahun berjalan 6
d. Penanganan meter air melalui
penggantian baru/tera ulang
 >50%/ tahun berjalan Komitmen 10
5
 20% ~ 50%/ 1 tahun setelah thn PDAM
8
berjalan
 <20%/di atas 1 tahun berjalan 6
3. Pemilik Tersedianya dokumen Sosialisasi dan
Daftar hadir
dan/atau Bimbingan Metrologi Legal, antara lain:
pengguna UTTP a. Tatap muka
telah  di pasar rakyat/pasar modern 2
memperoleh Daftar hadir
pemahaman  di kantor-kantor pemerintahan 1
mengenai  di tempat-tempat lain 1
0 atau 10
penggunaan b. Media Elektronik Dokumentasi 2
UTTP secara c. Media cetak Dokumentasi 2
benar (10%)
d. Media sosial dan media lainnya Dokumentasi 2
4. Pemerintah Tersedianya dokumen:
Kabupaten/Kota a. SOTK Metrologi Legal Perwal/Perbup 5
telah
Komitmen
menetapkan b. Pembuatan Komitmen Kerja
Kerja 5
pembinaan dan Pembentukan DTU
pelayanan 0 atau 10
kemetrologian c. APBD mengenai kegiatan metrologi RKA 5
menjadi program legal
prioritas daerah.
(15%)
5. Pemerintah
Kabupaten/Kota
memiliki foto
dokumentasi
Tersedianya foto kegiatan pada kriteria 5 0 atau 10
seluruh tahapan Foto
1 dan kriteria 2
kriteria 1 dan
kriteria 2
Jumlah Total
(5%)

Total Nilai : ……………………………………………… ……………,…………………………


Kriteria : ……………………………………………… Ketua Tim Evaluasi

GRADASI HASIL PENILAIAN


NO NILAI ANGKA KRITERIA
(…………………………………..)
1 751 s/d 1000 Sangat Memuaskan

2 501 s/d 750 Memuaskan

3 ≤ 500 Cukup Memuaskan


Lampiran V

FORMAT LAPORAN PEMBENTUKAN DAERAH TERTIB UKUR

LAPORAN PEMBENTUKAN DAERAH TERTIB UKUR

BAB I PENDAHULUAN
PROFIL KABUPATEN/KOTA
1. Identitas Kabupaten/kota
2. Gambaran Singkat Kabupaten/Kota
3. Peta Wilayah

BAB II PELAKSANAAN KEGIATAN


A. DASAR PELAKSANAAN KEGIATAN
B. PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Pendataan
a. Sosialisasi dan Bimbingan Metrologi Legal
b. Pembuatan Komitmen Kerja dalam rangka
mendukung Pembentukan Daerah Tertib
Ukur
c. Pelayanan Tera dan Tera Ulang
d. Pengawasan

C. REKAPITUASI DATA UTTP

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


BAB IV PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN

Profil Kabupaten/Kota
1. Identitas Kabupaten/Kota

2. Gambaran Singkat Kabupaten/Kota

3. Peta Wilayah

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. DASAR PELAKSANAAN KEGIATAN

B. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Pendataan

2. Sosialisasi dan Bimbingan Metrologi Legal


3. Pembuatan Komitmen Kerja dalam rangka mendukung Pembentukan


Daerah Tertib Ukur

4. Pelayanan Tera dan Tera Ulang


5. Pengawasan

C. REKAPITULASI DATA UTTP
1. Data Tabulasi UTTP

No Jenis Jumlah Hasil Pendataan Tindak Lanjut


bertanda Tidak Tera Batal /
tera sah bertanda Ulang diganti
berlaku tera sah sah baru
1 kWh Meter
2 Meter air
3 PUBBM
2 Timbangan
3 Takaran
4 Bejana Ukur
5 Anak Timbangan
6 Meter Arus
7 TUM
8 TUTSIT
9 Alat Ukur Panjang
10 Meter Taksi
11 Alat Ukur Lainnya
TOTAL

2. Rekapitulasi Data di Pasar dan Pertokoan

No Jenis Jumlah Hasil Pendataan Tindak Lanjut


bertanda Tidak Tera Batal /
tera sah bertanda Ulang diganti baru
berlaku tera sah sah
1. Timbangan Pegas
2. Dacin Logam
3. Timbangan Meja
4. Neraca
5. Takaran
6. Anak Timbangan
7. Ukuran Panjang
8. Timbangan
Elektronik
9. Alat Ukur Lainnya
TOTAL

3. Rekapitulasi Data di Luar Pasar dan Pertokoan

No Jenis Jumlah Hasil Pendataan Tindak Lanjut


bertanda Tidak Tera Batal /
tera sah bertanda Ulang diganti baru
berlaku tera sah sah
1. Timbangan Pegas
2. Dacin Logam
3. Timbangan Meja
4. Neraca
5. Takaran
6. Anak Timbangan
7. Ukuran Panjang
8. Timbangan
Elektronik
9. Alat Ukur Lainnya
TOTAL
4. Rekapitulasi data UTTP berdasarkan Tempat

No Jenis Jumlah Hasil Pendataan Tindak Lanjut


bertanda Tidak Tera Batal / diganti
tera sah bertanda Ulang baru
berlaku tera sah sah
1 Pasar dan
Pertokoan
2 Luar
Pasar/Pertokoan
3 PT. PLN
4 PDAM
5 Perum BULOG
6 Pegadaian
7 Pos Indonesia
8 SPBU
9 Pelayanan
Kesehatan
10 Perusahaan
11 Lainnya
TOTAL

5. Grafik

6. Pemilik/Pengguna UTTP (wajib Tera)

No Uraian Jumlah Wajib Tera


1 Pasar A
2 Pasar B
3 Pasar C
4 PT. PLN
5 PDAM
6 Perum BULOG
7 Pegadaian
8 Pos Indonesia
9 SPBU
10 Pelayanan Kesehatan
11 Perusahaan
12 Lainnya
Total

7. Data Produsen, Importir, Pengemas atau Distributor BDKT

No Nama Alamat Produssen/ Produk


Perusahaan Perusahaan Importir/ BDKT
Pengemas/ Keterangan
Distributor
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1
2
3
4
8. Data Berdasarkan Tempat

a. Pasar A ...

No Jenis Jumlah Hasil Pendataan Tindak Lanjut


bertanda Tidak Tera Batal / diganti
tera sah Ulang baru
bertanda
berlaku tera sah sah

1 Timbangan Pegas
2 Takaran
4 Neraca
5 Anak Timbangan
6 Ukuran Panjang
TOTAL

b. Pasar B ...

c. Pasar Lainnya ...

d. Perusahaan

e. dst

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai