Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan
Analisa dimensional

B. Tujuan Percobaan
 Untuk menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi volume”liquid
drop” yang terbentuk didalam air.
 Menentukan dimensi persamaan yang dilakukan berdasarkan analisis
volume liquid drop yang terbentuk.

C.Latar Belakang

Jika fenomena alami yang sulit harus dinyatakan dengan


persamaan- persamaan, maka biasanya mereka sulit untuk dianalisa
secara matematik atau teoritis. Maka percobaan-percobaan harus
dilakukan dan jika angka kuantitas fisik yang bersangkutan diketahui
(faktor perubahan) maka adalah kemungkinan untuk memperkirakan
sebelumnya diantaranya kuantitas fisik ini-Ini adalah analisa
dimensional. Teori analisa dimensional adalah cukup sulit, abstrak
didasarkan atas prinsip. Konstanta-konstanta dimensional sepertiga-
sepertiga. Macam-macam unit dasar yang dikandung didalam jumlah-
jumlah diatas (m). fenomena digambarkan secara umum oleh produk
dari angka-angka tak berdimensi (n-m). ini dinamakan
theoremi.Sebagai contoh persamaan yang menyatakan suatu benda
yang jatuh.Secara alami didalam vakum diperoleh dengan analisa
dimensional.

154
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Defenisi Percobaan
Crossflow filtrasi adalah sebuah metode filtrasi yang digunakan untuk
menghilangkan air dari umpan yang mengandung senyawa-senyawa partikulat.
Selama proses filtrasi ini, pada sisi bagian dalam membran umumnya terbentuk
sebuah lapisan fouling yang stabil. Menurut Brambach (1989), pada seluruh
bagian dalam membran ketebalan lapisan fouling ini relatif konstan. Hal ini
menunjukkan bahwa penerapan metode crossflow filtrasi untuk proses-proses
yang membutuhkan sistem penyaringan adalah feasible. Selama ini, pemodelan
perpindahan massa yang menerangkan fenomena deposisi lapisan fouling
umumnya menunjukkan hasil prediksi fluks per meat yang kurang memuaskan
(under-predict permeate flux). Hal ini dikarenakan proses scouring lapisan
fouling oleh partikel-partikel berukuran besar atau enhanced diffusivity
partikel-partikel yang kembali ke aliran curah menyebabkan shear field pada
dinding membran (Fane et al., 1982; Green dan Belfort, 1980; Zydney dan
Colton, 1986). Fluks permeat (Jv) yang melalui sebuah membran, menurut
Fane et al. (1982), umumnya diekspresikan menurut persamaan berikut, Rm
dan Rf masing-masing adalah tahanan membran dan lapisan fouling.
Rfumumnya merupakan fungsi dari kecepatan umpan (v) dan tekanan
transmembran. Lebih lanjut Fane et al. (1982) mengatakan bahwa dalam
sistem mikrofiltrasi yang menangani fluida dengan ukuran partikel besar,
dimana Rf lebih kecil dari Rm, fluks permeat tidak dipengaruhi oleh
kecepatan umpan (v) dan berbanding lurus dengan P. Jika ukuran partikel
kurang dari 0.1 m, fluks permeat umumnya tidak dipengaruhi oleh tekanan
transmembran dan hanya dapat ditingkatkan dengan peningkatan kecepatan
umpan. Pada keadaan tersebut fluks dikendalikan oleh perpindahan massa
solut dari permukaan membran ke aliran curah (mass-transfer controlled). Tetapi
agar proses pemisahan dapat berlangsung terus, perlakuan tekanan masih harus
diterapkan. Sampai saat ini, belum ada sebuah model yang representatif

155
untuk memprediksi fenomena aliran-aliran dalam proses mikrofiltrasi dimana
fluks permeat dipengaruhi oleh tekanan transmembran ( P) dan kecepatan
umpan (v). Dalam paper ini diterangkan sebuah pengembangan model yang
menghubungkan antara fluks permeat dengan kecepatan umpan dan tekanan
transmembran.

PENGEMBANGAN MODEL

Menurut Asaadi dan White (1992), interpretasi data fluks steady state,
dimana pengaruh tekanan dan kecepatan umpan dipertimbangkan secara
simultan dalam perhitungan, dapat dilakukan dengan membuat hubungan antara
keduanya melalui analisis dimensional dari panjang, massa dan waktu. Dari
persamaan (1) diterangkan bahwa pada keadaan tunak, fluks permeat
berbanding lurus dengan tekanan transmembran ( P) dan berbanding terbalik
dengan tahanan membran (Rm) dan tahanan lapisan fouling (Rf). Dalam
pendekatan analisis dimesional, Rf diasumsikan sebagai fungsi-fungsi dari
kecepatan umpan (v), tekanan transmembran ( P) dan densitas fluida ( ).
Dari analisis faktorial dimensi-dimensi panjang, massa dan waktu ini akan
menghasilkan dua besaran tak berdimensi, yaitu (Rfv/ P) dan (v2 / P).

Grup (v2 / P) biasa disebut sebagai bilangan energi, yang merupakan


kebalikan dari bilangan Euler. Sedang (Rfv/ P) merupakan v/Jf yaitu rasio
antara fluks konveksi dengan fluks yang melalui lapisan fouling (Elmaleh dan
Ghaffor, 1996).Penghitungan hasil-hasil penelitian dalam bentuk kedua bilangan
tak berdimensi tersebut akan menghasilkan suatu hubungan linier dengan
bentuk persamaan sebagai berikut, [Rf*v/ P] = A + B*[v2* / P] (2)A dan B
masing-masing adalah titik potong dan kemiringan dari persamaan tersebut.
Penyusunan kembali persamaan (2) akan menghasilkan persamaan dalam
bentuk berikut, Rf = [A* P/v] + [B*v* ] (3) Secara fisik, persamaan (3)
dapat diartikan bahwa ketebalan lapisan fouling yang terbentuk (Rf) merupakan
fungsi-fungsi dari laju pembentukan fouling (A P/v) dan Bv , yang

156
didefinisikan sebagai ukuran pengikisan/ pengurangan lapisan fouling oleh wall
shear. Wall shear ini disebabkan oleh adanya aliran fluida dalam membran.
Hasil dari pengembangan model ini, menurut Asaadi dan White (1992),
diharapkan dapat dijadikan dasar untuk optimasi parameter-parameter operasi
dari suatu proses mikrofiltrasi.

Analisis Thermal Fatiguepada Nozzle Bejana Tekan Tipe Crack


Gas Drier

Pressure vessel (bejana tekan) merupakan salah satu peralatan yang


sering digunakan dalam pembangkit istrik atau indusri kimia. Salah satu tipe
bejana tekan yang digunakan untuk proses pengeringan adalah crack gas drier.
Crack gas drier dan sistem perpipaan dihubungkan dengan nozzle. Selama
operasi berlangsung, gas melewati nozzle dengan temperatur yang
berfluktuasi secara berulang. Fluktuasi temperature tersebut mengakibatkan
beban termal (thermal load) pada nozzle [1][2]. Nozzle merupakan salah satu
bagian penting dari bejana tekan karena sangat sensitif terhadap beban termal
[3]. Adanya beban termal yang berlangsung secara siklus, akan
mengakibatkan kegagalan pada struktur yang dikenal sebagai thermal fatigue
[2]. Oleh karena itu, penting dilakukan analisis kegagalan (fatigue analysis)
yang disebabkan oleh beban termal untuk memperkirakan umur dari nozzle
tersebut. Mevada dkk [4] melakukan simulasi fluktuasi temperatur dan tekanan
terhadap nozzle dan kepala bejana tekan bagian atas. Hasil simulasi
menunjukkan bahwa temperatur nozzle lebih tingi dibandingkan dengan
temperatur bejana tekan [4].Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kegagalan pada nozzle dari crack gas drier yang mengalami beban termal
sesuai dengan pedoman ASME NB-3216.1. Umur dari sepuluh lokasi pada
nozzle akan ditentukan dengan menghitung tegangan prinsipal dari sepuluh
lokasi tersebut.

157
PrinsipBesarperumpamaan Prinsip dasaranalisis dimensionaldikenalIsaac
Newton (1686) yang disebutsebagai"Prinsip Besarperumpamaan" [1]. James
ClerkMaxwell memainkanperan utamadalam membangunpenggunaan
modernanalisis dimensionaldengan membedakan, panjang massa,dan
waktusebagai unitdasar, sementaramengacu padaunit lainnyayang berasal[2]. Ahli
matematikaPrancis abadke-19Joseph Fourierdibuatkontribusi penting[3] yang
didasarkan pada gagasan bahwahukum-hukum fisikaseperti F=maharus
independen dariunit digunakan untukmengukur variabelfisik.Hal inimembawa kita
pada kesimpulan bahwa hukumharusbermaknapersamaanhomogen dalamberbagai
unitmereka pengukuran,hasilyang akhirnyadiformalkandalam
teoremaBuckinghamπ. Teorema inimenggambarkan bagaimanasetiap
persamaanfisikyang berartimelibatkann variabeldapatditulis
sebagaiekuivalennyapersamaandari n– parameterberdimensim, di mana m
adalahjumlah dimensidasar yang digunakan.Selanjutnya, dan yang palingpenting,
memberikansuatu metode untuk menghitung parameter iniberdimensidari
variableyang diberikan.Sebuah persamaandimensi dapatmemiliki dimensi
yangdikurangi atau ihilangkan melaluinondimensionalization, yang
dimulaidengan analisisdimensi,dan melibatkanjumlahunitscaling
dengankarakteristikdari sistematau unitalami
darialam.Hal inimemberikan wawasanke dalam sifatdasardari sistem,seperti
yangdiilustrasikan padacontoh di bawah ini.

METODE

Analisis dilakukan dengan melakukan pemodelan dua dimensi secara


aksisimetris. Analisis dimulai dengan analisis termal untuk menenetukan
profil temperatur dari nozzle. Setelah itu, analisis tegangan dilakukan untuk
mengevaluasi tegangan akibat fluktuasi temperatur. Kedua analisis ini
dijalankan dengan menggunakan software ABAQUS. Software ANSYS
digunakan untuk menentukan umur nozzle akibat thermal fatigue dengan

158
menghitung terlebih dahulu tegangan prinsipal dari sepuluh lokasi tersebut.
Tegangan prinsipal digunakan untuk menentukan tegangan geser maksimum.

analisis Dimensional bukan hanya dipakai dalam mekanika fluida, tetapi


dalam banyak disiplin ilmu. karena analisis ini menyediakan cara untuk
merencanakan dan melaksanakan percobaan, dan memungkinkan seseorang untuk
meningkatkan hasil dari model ke prototipe.misalnya saja, desain sayap pesawat
terbang.

Sayap ukuran penuh, atau prototipe, memiliki beberapa panjang chord, cp,
beroperasi pada kecepatan Vp, dan menghasilkan gaya angkat, Lp, yang bervariasi
dengan sudut serangan. Selain itu, sifat fluida yang penting dalam aliran adalah
densitas dan viskositas. Setelah desain awal, biasanya diperlukan melakukan
eksperimen untuk memverifikasi dan menyempurnakan desain. Untuk menghemat
waktu dan uang, tes ini biasanya dilakukan dengan model skala yang lebih kecil
dalam terowongan angin atau terowongan air. Dalam sketsa di atas, model
geometris serupa dibangun. Dalam hal ini, model lebih kecil dari prototipe. Dalam
beberapa kasus yang terjadi adalah sebaliknya, yakni mungkin lebih bijaksana
untuk membangun sebuah model besar dari beberapa prototipe kecil untuk
melakukan analisis eksperimental yang lebih akurat.

159
BAB III
MATERI DAN METODE
A. Materi
 Alat
 Seperangkat peralatan Dimensional Analisis
 Beaker gelas 200 ml stop watch
 Corong pemisah
 Corong
 Timbangan
 Bahan
 Benzene ( C6H6)
 Etyl Asetat ( CH3COOC2H5 )
 Aquades
B. Metode
 Prosedur Kerja
- Alat dan bahan disiapkan
- Beaker glass 500ml ditimbang menggunakan neraca ohauss dan dicatat
beratnya
- Beaker glass 500ml yang ditimbang tersebut dimasukkan larutan benzene
sebanyak 150 ml.
- Beaker glass yang berisi larutan tersebut di timbang kembali di neraca
ohauss dan dicatat beratnya.
- Beaker glass yang berisi tersebut kemudian kemudian ditetesi sebanyak 25
tetes aguadest dengan diameter nozzle 0,2 cm dan beaker glass ditimbang
kembali dan dicatat beratnya.

160
- Pada diameter nozzle 0,2 cm diulangi sampai sebanyak 3 kali , sebanyak
25 tetes dan setiap 25 tetes beaker glass ditimbang
- Setelah diameter nozzle 0,2 cm selesai selanjutnya menggunakan nozzle
dengan diameter 0,4 cm dengan larutan yang sama. Dan perlakuan yang
sama seperti nozzle diameter 0,2 cm
- Kemudian larutan benzene yang bercampur dengan aquadest dipisahkan di
corong pemisah dengan berdasarkan berat jenis.
- Diulangi percobaan diatas dengan mengganti larutan benzene menjadi
larutan Etyl Asetat.

C. Gambar Rangkaian Percobaan

161
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kerja Praktek

Measurement Data Data From Tables

Dia.
Bahan Drops Weight
Nozzle 𝝆𝑨 𝝆𝑩 𝝈 g
n W
D (g/cm3) (g/cm3) (gr/sec2) (cm/sec2)
(-) (gr)
(cm)

0,20 0,8333 0,99533


Benzene 25 0,87865 34,10 980
0,40 1,2333 0,99533

0,20 1,1666 0,99533


Etil Asetat 25 0,90050 6,27 980
0,40 1,4333 0,99533

Suhu air = 31oC


Volume Benzena = 150 ml
Volume Etyl Acetat = 100 ml

162
B. Pembahasan
1. Menghitung V

a. Benzena
 Untuk diameter nozzle 0,2
Berat 0,8333 𝑔
V = =
ρair x jlh drop 0,99533 𝑔/𝑐𝑚3 𝑥 25

= 0,0334 cm3
 Untuk diameter nozzle 0,4
Berat 1,2333 𝑔
V = =
ρair x jlh drop 0,99533 𝑔/𝑐𝑚3 𝑥 25

= 0,0495 cm3

c. Etyl asetat
 Untuk diameter nozzle 0,2

Berat 1,1666 𝑔
V = =
ρair x jlh drop 0,99533 𝑔/𝑐𝑚3 𝑥 25

= 0,0468 cm3
 Untuk diameter nozzle 0,4
Berat 1,4333 𝑔
V = =
ρair x jlh drop 0,99533 𝑔𝑟/𝑐𝑚3 𝑥 25

= 0,0576 cm3

2. Menghitung ∆𝝆

a. Benzena
 ∆𝝆 = 𝝆𝑩 − 𝝆𝑨
= 0,99533 gr/cm3 – 0,87865gr/cm3
= 0,11668 gr/cm3

163
b. Etyl asetat
 ∆𝝆 = 𝝆𝑩 − 𝝆𝑨
= 0,99533 gr/cm3 – 0,90050 gr/cm3
= 0,09483 gr/cm3

3. Menghitung ∆𝝆/𝝆𝑩
a. Benzena
0,11668𝑔𝑟/𝑐𝑚3
 ∆𝜌/𝜌𝐵 =
0,99533 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

= 0,1172

b. Etyl asetat
0,09483 𝑔𝑟/𝑐𝑚3
 ∆𝜌/𝜌𝐵 =
0,99533 𝑔𝑟/𝑐𝑚3

= 0,09527

4. Menghitung D3/V
a. Benzena
 Untuk diameter nozzle 0,2
(0,2𝑐𝑚)3
D3/V=
0,0334𝑐𝑚3

= 0,0395 cm
 Untuk diameter nozzle 0,4
(0,4𝑐𝑚)3
D3/V=
0,0495𝑐𝑚3

= 1,2929 cm

b. Etyl asetat
 Untuk diameter nozzle 0,2
(0,2𝑐𝑚)3
D3/V=
0,0468𝑐𝑚3

= 0,1709 cm

164
 Untuk diameter nozzle 0,4
(0,4𝑐𝑚)3
D3/V=
0,0576𝑐𝑚3

= 1,1111 cm

5. Menghitung 𝝈/D2𝝆𝑩 .g

a. Benzena
 Untuk diameter nozzle 0,2
34,10
σ/D2ρB .g = 0,22 x 0,99533 x 980

= 0,8739
 Untuk diameter nozzle 0,4
34,10
σ/D2ρB .g = 0,42 x 0,99533 x 980

= 0,2184

b. Etyl asetat
 Untuk diameter nozzle 0,2
6,27
σ/D2ρB .g = 0,22 x 0,99533 x 980

= 0,1606
 Untuk diameter nozzle 0,4
6,27
σ/D2ρB .g = 0,42 x 0,99533 x 980

= 0,0401

165
6. Menghitung Vc
Dik : a = 0,4 C = 0,03
b = 10
c = -11,3
d = 1,3
e = -1,3

a. Benzena
 Untuk diameter nozzle 0,2
Vc = C. Da. (∆𝜌)𝑏 . 𝜌𝐵 𝐶 . 𝜎 𝑑 . 𝑔𝑒
= 0,03 x (0,2)0,4cm x (0,1168 gr/cm3) 10 x (0,99533 gr/cm3) -11,3 x (34,10
gr/s 2) 1,3 x (980 cm/s2)-1,3
= (0,03).(0,5253).(4,6769.10-10). (1,0543).(98,3061).(0,000129242)
= 9,8725 x 10 -14cm3

 Untuk diameter nozzle 0,4


vc = C. Da. (∆𝜌)𝑏 . 𝜌𝐵 𝐶 . 𝜎 𝑑 . 𝑔𝑒
= 0,03 x (0,4)0,4cm x (0,1168 gr/cm3) 10x (0,99533 gr/cm3) -11,3x (34,10 gr/s
2 1,3
) x (980 cm/s2)-1,3
= 0,03 x 0,6931 x 4,6764.10-10 x 1,0543 x 98,3061 x 0,000129242
= 1,3026 x 10 -13cm3

b. Etyl asetat
 Untuk diameter nozzle 0,2
vc = C. Da. (∆𝜌)𝑏 . 𝜌𝐵 𝐶 . 𝜎 𝑑 . 𝑔𝑒
= 0,03 x (0,2)0,4cm x (0,09483 gr/cm3) 10 x (0,99533 gr/cm3) -11,3 x (6,27
gr/s 2) 1,3 x (980 cm/s2)-1,3
= 0,03 x 0,5253 x 5,8810.10 -11 x 1,0543 x 10,8754 x 0,000129242
= 1,3734x 10 -15 cm3

166
 Untuk diameter nozzle 0,4
vc = C. Da. (∆𝜌)𝑏 . 𝜌𝐵 𝐶 . 𝜎 𝑑 . 𝑔𝑒
= 0,03 x (0,4)0,4cm x (0,09483 gr/cm3) 10 x (0,99533 gr/cm3) -11,3x (6,27
gr/s 2) 1,3x (980 cm/s2)-1,3
= 0,03 x 0,6931 x 5,8810.10-11 x 1,0543 x 10,8754 x 0,000129242
= 1,8120 x 10 -15 cm3

7. Menghitung Vc/V
a. Benzena
𝑉𝑐 9,8725x10−14 cm 3
Diameter 0,20 = = = 2,9558 x 10 -12
𝑐 0,0334 𝑐𝑚3
𝑉𝑐 1,3026x 10−13 cm 3
Diameter 0,40 = = = 2,6315 x 10 -12
𝑐 0,0495𝑐𝑚3

b. Etyl asetat
𝑉𝑐 1,3734 x 10 −15 cm 3
Diameter 0,20 = = = 2,9346 x 10 -14
𝑐 0,0468 𝑐𝑚3
𝑉𝑐 1,8120 x 10 −15 cm 3
Diameter 0,40 = = = 3,1458 x 10 -14
𝑐 0,0576 𝑐𝑚3

167
C. Grafik

168
169
C. Tabulasi Data

Measurement Data Data From Tables


Materials Diameter Nozzle Drops Weight
𝝆𝑨 𝝆𝑩 𝝈 G
D n W
(g/cm3) (g/cm3) (gr/sec2) (cm/sec2)
(cm) (-) (gr)
0,20 0,8333 0,99533
Etil Asetat 25 0,87865 34,10 980
0,40 1,2333 0,99533

0,20 1,1666 0,99533


Siklo Hexane 25 0,90050 6,27 980
0,40 1,4333 0,99533

Lanjutan tabulasi data di atas

CALCULATION Check of Result


Vol/Drop
∆𝝆 Vc
V ∆𝝆/𝝆𝑩 D3/V 𝛔/D2𝛒𝐁 .g Vc/V1
g/cm3 Cm3
Cm3
0,0334 0,2395 0,8739 9,8725x10-14 2,9558x10-12
0,11668 0,11722
0,0495 1,2929 0,2184 1,3026x10-13 2,6315x10-12

0,0468 0,1709 0,1606 1,3734x10-15 2,9346x10-14


0,09483 0,09527
0,0576 1,1111 0,0401 1,8120x10-15 3,1458x10-14

170
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1) Faktor- faktor yang mempengaruhi liquid drop:
 Diameter nozzle
 Perbedaan density
 Tegangan permukaan
 Density disfhersion phase
 Percepatan gravitasi

2) Analisa dimensional adalah suatu cara menentukan satuan dan besaran


turunan dengan cara memperhatikan dimensi besaran tersebut. Serta juga
dapat menunukkan kesetaraaan beberapa besaran yang terlihat berbeda.

3) Dalam analisa dimensional digunakan larutan yang bersifat volahl yaitu


benzena dan etyl acetat karena mudah menguap dan dapat di[isahkan dengan
metode berat jenis dengan buret .

B. SARAN
Untuk praktikum selanjutnya,diharapkan digunakan timbangan digital untuk
menimbang berat sampel agar lebih akurat.

171
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Barenblatt, G. I. 2016. “Scaling, Self-Similarity, and Intermediate Asymptotics,


Cambridge, UK”. Cambridge University Press.ISBN 0-521-43522-6 .

Bhaskar, R.; Nigam, Anil . 2015 . "Qualitative Physics Using Dimensional Analysis".
Artificial Intelligence. Jakarta.

Bridgman, P. W. 2015 . “ Dimensional Analysis” . Yale University Press .


ISBN 0548910294

Stanley, M. Walas.(2015).“ Chemical Process Equipment “. 10th Butterworth


Publisher USA.

Warren, L, Mc Cabe, Julian C. Smith, dan Peter harriot.(1999). ”Operasi Teknik


Kimia”.Jilid 1, Cetakan ke-4.Jakarta:PT. Erlangga.

172

Anda mungkin juga menyukai