Disusun Oleh :
Korps Asisten Laboratorium Proses dan Operasi Teknik Kimia
Biodiesel
I. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh rasio reaktan terhadap konversi minyak
menjadi metil ester.
2. Untuk mengetahui pengaruh dari temperatur reaksi terhadap pembentukan
metil ester.
3. Untuk mengetahui pengaruh dari waktu reaksi terhadap pembentukan
metil ester.
4. Untuk mengetahui prinsip dan cara kerja proses pembuatan Metil Ester.
tiga minggu. Akibat biodegradasi secara biologis, emisi dan bau yang tidak sedazp
dapat dikurangi.
Keuntungan dari biodiesel :
a. Campuran dari 20 % biodiesel dengan 80 % petroleum diesel dapat digunakan
pada unmodified diesel engine.
b. Sekitar setengah dari industri biodiesel dapat menggunakan lemak atau minyak
daur ulang.
c. Biodiesel tidak beracun.
d. Biodiesel memiliki cetane number yang tinggi (di atas 100, bandingkan dengan
bahan bakar diesel yang hanya 40).
e. Penggunaan biodiesel dapat memperpanjang umur mesin diesel karena
biodiesel lebih licin.
f. Biodiesel menggantikan bau petroleum dengan bau yang lebih enak.
Emisi biodiesel jauh lebih rendah daripada emisi diesel minyak bumi.
Biodiesel mempunyai karakteristik emisi seperti berikut :
a. Emisi karbon dioksida netto (CO2) baerkurang 100 %.
b. Emisi sulfur dioksida (SO2) berkurang 100 %.
c. Emisi debu berkurang 40 60 %.
d. Emisi karbon monoksida (CO) berkurang 10 15 %.
e. Emisi hidrokarbon berkurang 10 50 %.
f. Hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) berkurang, terutama PAH yang
beracun, seperti : phenanthren berkurang 97 %, benzofloroanthen berkurang 56
%, benzapyren berkurang 71 %, serta aldehida dan senyawa aromatik
berkurang 13 %.
Dengan mengembangkan metode yang murah. Diharapkan dapat
diproduksi biodiesel yang lebih murah, yang dapat bersaing secara ekonomi
dengan petroleum, dan menjadikan biodiesel sebagai salah satu bahan bakar
alternatif yang ramah lingkungan.
3
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
Metanol
Untuk membuat biodesel, ester dalam minyak nabati perlu dipisahkan
dari gliserol. Ester tersebut merupakan bahan dasar penyusun biodiesel. Selama
proses transesterifikasi, komponen gliseroldari minyak nabati digantikan oleh
alkohol, baik etanol maupun metanol. Etanol merupakan alkohol yang terbuat dari
padi padian. Metanol adalah alkohol yang dapat dibuat dari batubara, gas alam,
atau kayu. (Yuli Setyo Indartono, 2006).
Metanol disebut juga metil alkohol merupakan senyawa paling sederhana
dari gugus alkohol. Rumus kimianya adalah CH3OH. Metanol berwujud cairan
yang tidak berwarna, dan mudah menguap. Metanol merupakan alkohol yang
agresif sehingga bisa berakibat fatal bila terminum, dan memerlukan kewaspadaan
yang tinggi dalam penanganannya. Jika menghirup uapnya cukup lamaatau jika
kena matadapat menyebabkan kebutaan, sedangkan jika tertelan akan
mengakibatkan kematian. ( Andi Nur Alamsyah, 2006 ).
Sebagian besar produksi metanol diubah menjadi formaldehid yang pada
akhirnya digunakan untuk membuat polimer, juga digunakan sebagai pelarut.
Memiliki berat molekul 32,042 , titik leleh 98oC dan titik didih 64oC.
Alkohol yang paling umum digunakan untuk transesterifikasi adalah
metanol, karena harganya lebih murah dan daya reaksinya lebih tinggi
dibandingkan dengan alkohol rantai panjang, sehingga metanol ini mampu
memproduksi biodiesel yang lebih stabil. Berbeda dengan etanol, metanol tersedia
dalam bentuk absolut yang mudah diperoleh, sehingga hidrolisa dan
pembentukansabun akibat airyang terdapat dalam alkoholdapat diminimalkan.
Biaya untuk memproduksi etanol absolut cukup tinggi. Akibatnya, bahan bakar
diesel berbasis etanol tidak berdaya saing secara ekonomis dengan metil ester
asam lemak, sehingga membiarkan bahan bakar diesel fosil bertahan sendiri.
Disamping itu, harga alkohol juga tinggi sehingga menghambat penggunaannya
dalam produksi biodiesel dalam skala industri. (Erliza, dkk, 2007).
4
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
5
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
Esterifikasi
Jika bahan baku yang digunakan adalah minyak mentah yang memiliki
kadar FFA tinggi (> 5 %), seperti minyak jelantah, PFAD, CPO low grade, dan
minyak jarak, proses transesterifikasiyang dilakukan untuk mengkonversi minyak
menjadi biodiesel tidak akan efisien. Bahan bahan di atas, perlu melalui proses
pra esterifikasi untuk menurunkan kadar FFA hingga di bawah 5 %.
Umumnya, proses esterifikasi menggunakan katalis asam. Asam asam
pekat seperti asam sulfat (sulphuruic acid) dan sam klorida (cloride acid) ada;ah
jenis asam yang sekarang ini banyak digunakan sebagai katalis. Pada tahap ini
akan diperoleh banyak minyak dengan campuran metil ester kasar dan metanol
sisi yang kemudian dipisahkan. Proses esterifikasi dilanjutkan dengan proses
esterifikasi alkalin (transesterifikasi) terhadap produk tahap pertama di atas
dengan menggunakan katalis alkalin. Pada proses ini digunakan sodium
hidroksida 1 wt % dan alkohol (umumnya metanol) 10 wt %. Kedua proses
esterifikasi inidilakukan pada temperatur 70oC.
Transesterifikasi
Transesterifikasi merupakan suatu proses penggantian a;kphp; dari suatu
gugus ester (trigliserida) dengan ester lain atau mengubah asam asam lemak ke
dalam bentuk ester sehingga menghasilkan alkyl ester. Proses tersebut dikenal
sebagaiproses alkoholisis. Proses alkoholisis ini merupakan reaksi yang biasanya
berjalan lambat namun dapat dipercepat dengan bantuan suatu katalis. Katalis
yang biasanya digunakan adalah katalis asam seperti HCl dan H2SO4, dan katalis
basa NaOH dan KOH. (Yuli Setyo Indartono, 2006).
Proses ini dapat dijalankan secara batch atau sinambung, dimana pada
proses batch menggunakan labu leher tiga atau autoclave. Selain itu, dalam
autoclave proses dapat berjalan pada suhu tinggi dalam fase cair, sehingga akan
bisa berlangsung lebih cepat. Proses sinambung dilaksanakan dalam reaktor
6
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
CSTR dengan alat pencampur yang berupa pengaduk atau gas inert. Proses ini
lebih sulit dikarenakan perlu bahan baku yang lebih banyak dan waktu yang lebih
panjang.
Proses ini dapat dijalankan secara batch maupun sinambung, dimana pada
proses batch menggunakan labu leher tiga atau autoclave. Selain itu dalam
autoclave proses dapat berjalan pada suhu tinggi dalam fase cair, sehingga akan
bisa berlangsung lebih cepat. Proses sinambung dilaksanakan dalam reactor CSTR
dengan alat pencampur yang berupa pengaduk atau gas inert. Proses ini lebih sulit
dikarenakan perlu bahan baku yang lebih banyak dan waktu yang lebih panjang.
Metanolisis merupakan reaksi pembentukan metal ester dengan
menggunakan methanol dimana reaksinya seimbang dan kalor reaksinya kecil.
Untuk menggeser reaksi ke kanan biasanya menggunakan metanol berlebihan
disbanding gliserida, maka reaksi yang terjadi bisa dianggap reaksi searah.
Mekanisme reaksi transesterifikasi minyak nabati dengan methanol atau disebut
juga dengan metanolisis yang terlihat di bawah ini, (Andi Nur Alam Syah, 2006) :
Kinetika Reaksi
Reaksi antara methanol dan minyak jarak pagar berlangsung menurut reaksi
sebagai berikut :
CH2COOR1 CH2OH
CHCOOR2 + 3 CH3OH 3 RCOOCH3 + CHOH
CH2COOR3 CH2OH
Trygliseride Methanol Methyl Ester Glycerol
7
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
A + 3B C + D
Karena reaksi ini menggunakan methanol yang berlebihan, maka reaksi dapat
dianggap searah dan berorde satu terhadap minyak, sehingga reaksinya menjadi :
A + 3B C + D
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
8
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
III. Metodologi
Keterangan :
1. Heating mantle
2. Magnetic stirrer
3. Labu leher tiga
4. Thermometer
5. Condenser
6. Pipet hisap
7. Pompa
8. Ember
9
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
10
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
KOROSI
I. Tujuan
1. Untuk mengetahui laju korosi pada logam besi , aluminium dan tembaga
yang telah mengalami perlakuan , yaitu : digores, dipukul, atau tidak
mengalami perlakuan, bila dimasukkan dalam media asam , basa , ataupun
netral.
2. Untuk mengetahui pengaruh terjadinya korosi pada setiap logam.
3. Untuk mengetahui cara menghitung laju korosi.
4. Mengetahui macam macam korosi dan pengaruhnya pada industri kimia.
11
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
yang bocor akibat korosi sumuran, lambung kapal menipis dan akhirnya
pecah akibat korosi merata, sebuah jembatan runtuh akibat korosi retak
tegang , dan lainnya.
Prinsip dasar korosi , adanya reaksi kimia disertai transfer elektron; meliputi
terpenuhinya empat syarat pokok, yaitu :
1. Hubungan listrik
2. Logam anoda
3. Logam katoda
4. Elektrolit
12
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
Di anoda
Oksidasi : M M+n + ne-
Di Katoda
Reduksi :
2H+ + 2e- H2 Pelepasan Hidrogen
13
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
14
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
15
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
3. Coating (pelapisan)
Dilakukan dengan cara :
o Dipping ( pencelupan untuk logam yang berukuran kecil )
o Spraying ( penyemprotan untuk logam yang berukuran besar )
o Cladding (pembungkusan )
o Vapror deposisiton ( penempatan zat dalam serbut zat pelindung )
o Electrodeposition ( zat dilindungi di katoda, zat pelindung di anoda ,
dialirkan listrik selama waktu tertentu )
o Diffusion ( logam yang akan melindungi terdifusi ke permukaan
karena suhu tinggi ).
16
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
4. Pengaturan lingkungan
o Menurunkan suhu
o Flowrate diperkecil
o Menurunkan konsentrasi elektrolit (O2 dalam air dengan O2
Scavenger, hidrazin, Na2SO3)
o Penggunaan Inhibitor (bahan kimia yang jika ditambahkan dalam
lingkungan yang dapat mengkorosikan logam, dengan penambahan
sedikit saja efektif untuk mencegah korosi)
17
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
III. Metodologi
I. Alat :
1. Beker Gelas
2. Logam : Besi, Tembaga, Aluminium
3. Amplas
4. Dryer
5. Solder
6. Timah Solder
II. Bahan :
1. Aquadest
2. Larutan HCl 1 N, H2SO4 1 N, NaOH 1 N
PROSEDUR PERCOBAAN
18
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
19
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
HASIL PENGAMATAN
Waktu pencelupan :
Waktu pengambilan :
1. Larutan HCL 1 N
2. Larutan H2SO4 1 N
3. Larutan NaOH 1 N
20
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
Safonifikasi
I. Tujuan
1. Mengetahui prinsip dan proses Safonifikasi
2. Mengetahui cara menghitung konversi dan yield safonifikasi
3. Mengetahui cara menghitung neraca massa dan neraca panas safonifikasi
Atau secara singkat safonifikasi merupakan suatu reaksi yang terjadi antara lemak
dan kaustik soda atau peristiwa dari ester- ester.
A. Jenis Sabun
Jenis sabun yang sering ditemui adalah:
1. Sabun Keras
Sabun keras adalah reaksi antara asam alkanoat suhu tinggi dengan NaOH
yang menghasilkan garam natrium.
21
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
2. Sabun Lunak
Sabun lunak adalah reaksi antara asam alkanoat dengan KOH yang
menghasilkan garam kalium.
H C OOCR
H C OOCR
H C OOCR
Gugus tersebut diatas adalah merupakan ester-ester dari lemak atau gliserida.
Lemak-lemak adalah ester dari gliserol atau asam palmitat atau asam stearat.
Gugus alkyl (R), untuk masing- masing R, R, R bisa sama di dalam ikatan
molekulnya dan juga R = R = R. Hal ini tergantung dari ikatan molekul asam
lemak itu sendiri. Ester ester lemak suku tinggi dari asam lemak jenuh lebih
stabil. Sebagai contoh :
22
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
H H
H C OOC15H31 H C OOC17H35
H C OOC15H31 H C OOC17H35
H C OOC15H31 H C OOC17H35
H H
Karena sumber fatty acid merupakan bagian yang penting dari molekul
molekul gliserida dan merupakan bagian yang aktif maka sifat sifat fisis dan
kimia dari lemak sebagian besar tergantung dari sifat sifat fisis dan kimia setiap
komponen fatty acid.
Hasil dari hidrolisa lemak akan diperoleh gliserol dan fatty acid. Bila
ditambahkan kaustik soda kedalam larutan tersebut akan diperoleh sabun dari
asam lemak.
Reaksinya :
Gliseril tristearat + 3 NaOH Sodium tristearat + Gliserol
23
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
24
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
Jika sabun bertemu dengan kotoran tanah, maka akan diabsorbsi oleh
sabun dan membentuk suspensi butiran tanah, air dimana sabun sebagai zat
pembentuk suspensi. Lemak adalah senyawa yang tak larut dalam air, dapat larut
dalam pelarut polar, misalnya eter atau chloroform. Secara kimiawi lemak dapat
diartikan sebagai trimester gliserol yang biasa disebut trigliserida.
25
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
III. Metodologi
3.1 Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan, yaitu :
Beaker glass 1000 ml 2 buah
Beaker glass 100 ml 1 buah
Termometer 1 buah
Gelas ukur 100 ml 1 buah
Pengaduk Kayu
Pemanas (water bath)
Neraca Analitis
Mortar
26
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
27
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
Water Treatment
1. Tujuan
a. Untuk mengetahui proses-proses yang terjadi dalam suatu peralatan water
treatment.
b. Mengetahui jenis-jenis peralatan dalam pengolahan air.
c. Mengetahui prinsip kerja dan manfaat dalam aplikasi kehidupan dan dalam
lingkungan pabrik.
2. Dasar Teori
Air yang berasal dari alam (ex.sungai) mengandung kotoran (impurities).
Impurities dalam air dapat dikelompokan menjadi dua jenis yaitu :
1. Impurities yang tidak larut (suspended solid).
Contoh : Partikel partikel halus yang menyebabkan air keruh, gas-gas
terlarut (ex: Oksigen, Karbondioksida, Hidro Sulfida, dan
ammonia. Mikroorganisme yang menimbulkan bau,dll.
2. Impurities yang larut (Dissolved solid)
Contoh : Calcium Bikarbonat, Natrium Klorida, Calcium Sulfat,
Magnesium Bikarbonat, garam-garam silikat, dll.
Metoda yang dipakai untuk kedua jenis impurities tersebut berbeda yaitu :
Suspended solid yang dihilangkan melalui proses : klarifikasi dan filtrasi.
Dissolved solid dihilangkan melalui proses : softening dan demineralisasi.
28
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
PROSES KOAGULASI
Chemicals Alumunium Sulfat Al2(SO4)3 . 18 H2O (KOAGULAN)
Alumunium Sulfat (alum) sebagai koagulan diinjeksikan kedalam
clarifier dengan dosis berkisar antara (45 50) ppm, tergantung dari
kualitas raw water intakenya.
Fungsi alum adalah membentuk flok inti (pin floc)
Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut :
PROSES FLOKULASI
Pin-floc halus yang dihasilkan pada proses awal koagulasi masih belum
cukup besar untuk bisa mengendap (settling) dengan baik dibawah
pengaruh gravitasi.
Penggabungan pin-floc dapat dibantu / dipercepat dengan suatu
flokulan (bisa disebut coagulant aid = flocculant), yaitu suatu senyawa
polimer yang berantai panjang dan mempunyai berat molekul tinggi.
Sifat polimer flokulan biasanya tidak bermuatan (non-ionik) atau sedikit
kationik (slighty cationic) ataupun sedikit anionic (slightly anionic).
Rantai yang panjang dan banyak cabangnya (BM-tinggi) adalah
persyaratan utama bagi flokulan, dengan rantai yamg panjang dan
bercabang tersebut, flokulan dapat berfungsi sebagai jembatan
penhubung bagi pin-floc untuk membentuk suatu flok yang lebih
besar.
Jika mekanisme flokulasi diatas telah dipahami maka dapat terlihat
dengan jelas bahwa rantai flokulan tersebut harus diusahakan agar tidak
pecah / terputus dalam pemakaiannya.
30
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
Proses Sedimentasi
Dasar teori yang dipakai untuk proses sedimentasi adalah hukum
STOKES dengan rumus sebagai berikut :
V = 18.5 D2 ( S1 S2) / Z .. Hukum Stokes
Dengan :
V = kecepatan jatuhnya partikel (pengendapan).
D = diameter partikel
S1 = densitas partikel
S2 = densitas media (fluida)
Z = viskositas media (fluida)
Dibagian atas Clarifier akan terbentuk air yang relatif sudah bersih,
untuk kemudian dialirkan dengan cara di over flowkan untuk kemudian
dialirkan ke unit filtrasi.
Proses filtrasi terjadi di Unit Sand Filter.
FILTRASI (penyaringan) dilakukan dengan menggunakan pasir
(sand), koral (gravel), dan anthrasit untuk menghilangkan / merduksi
zat tersuspensi (pin-floc) yang terikut bersama air umpan (dari outlet
clarifier). Secara periodik (24 jam), saringan harus di backwash untuk
menghilangkan flok yang tersaring di permukaan filter.
Air yang keluar dari sand filter kemudian dipompakan ke tangki
pengumpul (storage tank).
Untuk menjaga agar pH air bersih tersebut on specification (7.5-8.5)
maka diinjeksikan NaOH liquid.
Sedangkan kumpulan flok yang turun mengendap akan dibuang secara
intermitten melalui blowdown dengan tetap menjaga keseimbangan flok
di dalam clarifier agar tidak pecah/rusak ataupun jangan sampai flok
berlebihan.
31
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
Produk air bersih (treated water) ditampung pada storage tank dan siap
didistribusikan.
Distribusi air bersih (treated water) sbb :
1. Proses lebih lanjut untuk :
- Air minum (drinking water).
- Air Umpan Boiler (demineralized water)
2. Air Pendingin Sirkulasi (circulated cooling water).
3. Service water, penggunaan air dalam kilang.
32
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
Bahan ;
- Tawas.
- Alumunium Sulfat.
- Air Comberan 4500 ml.
- Air Rawa 4500 ml.
4. Prosedur Percobaan.
a. Persiapkan peralatan Water Treatment agar dapat digunakan.
b. Persiapkan air yang akan dimasukkan ke dalam Water Treatment.
c. Analisa pH meter serta bagaimana kondisi air.
d. Masukkan air kedalam Clarifier lalu diberikan Alumunium Sulfat
sebanyak 7 gram.
e. Aduk air dalam Clarifier dengan pelan sampai zat pengotor dalam air
mengendap.
f. Uji pH meter pada air di Clarifier.
g. Masukkan air kedalam sand filter, sebelumnya ditimbang dulu air yang
akan dimasukkan.
h. Setelah air melalui sand filter, analisa bau, warna serta pH air tersebut.
i. Timbang berta air yang telah melalui sand filter.
j. Hitung % yield air tersebut.
k. Buat hasil gambar sebagai pembanding.
33
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
34
Laboratorium Unit Proses II Teknik Kimia Universitas Jambi
DAFTAR PUSTAKA
Coulson, J.M, J.F. Richardson, J.R Backhurst, dan J.H. Harker. 1991. Coulson
Richardsons Chemical Engineering Series, Volume 2: Particle
technology And Separation Processes. Fouth edition. Butterworth
Heinenmann.
Coulson, J.M,. J.F. Richardson, J.R. Backhurst, dan J.H Harker. 1979. Coulson
Richardsons Chemical Engineering Series, Volume 5. Solutions to the
Problem Chemical Engineering Volume 2. Pergamon Press.
Holland, F.A. dan F.S Chapman. 191966. Liquid Mixing and Processing in
Stirred Tanks, New York: Reinhold Publishing Coorporation.
Ludwig, E.E. 1979. Applied Process Design for Chemical and Petrochemical
Plant Volume II. Second Edition. Houston, Texas. Gulf Publishing
Company.
35