Anda di halaman 1dari 13

BAB 1.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kristalisasi merupakan salah satu proses pemisahan suatu pembentukan solute
dalam larutan toleransinya, dapat terjadi pula pembentukan partikel-partikel padat
dalam uap. Biasanya pengkristalan banyak ditemui pembuatan Kristal dari fase cair
menjadi fase padat seperti pembuatan garam, gula putih, gula merah dan monosodium
glutamate. Pada praktikum kami akan dilakukan pemgkristalan dengan menggunakan
bahan kapur barus yang dicampur dengan pasir menjadi residu atau kapur barus kotor,
agar terjadi kristalisasi maka larutan harus dalam keadaan supernaturasi dan
pembentukan kristal, maka konsetrasi bahan yang akan dikristalkan dalam larutan harus
lebih tinggi dari pada kelarutanya pada suhu yang dinginkan, dimana perbedaan
konsentrasi sebagai gaya pendorong kristalisasi.
Pada pengkristalan untuk mencapai keadaan supernaturasi dapat dilakukan
dengan pemanasan, pendinginan dan kombinasi pemanasan dan pendingnan. Kapur
barus barus kotor yang akan dikristalkan penguapan yang disebut juga dengan
penyubliman. Sublimasi merupakan proses perubahan zat padat menjadi uap dan uap
tersebut akan terkondensasi langsung menjadi padat tanpa melalui fase cair. Pada
praktikum kami menggunakan kombinasi pemanasan dan pendinginan. Proses
pemanasan terjadi pada saat kapur barus kotor dipanaskan yang akan mengalami
sublimasi berupa gas. Gas tersebut ditampung kemudian didinginkan kembali dan pada
proses pendinginan kapur barus akan menjadi kristal. Oleh karena itu, dilakukan
praktikum tersebut agar mahasiswa mengetahui proses pembuatan Kristal dan metodemetode dalam kristalisasi serta mahasiswa mengatahui dan menghitung massa Kristal
yang terbentuk setelah dilakukanya kristalisasi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami salah satu metode pemisahan
kristalisasi dengan konsep yang tepat.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan menghitung massa Kristal yang terbentuk setelah
dilakukan kristalisasi
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dilakukan praktikum adalah sebagai berikut:

1. Dapat memahami metode kristalisasi berdasarkan konsep yang tepat , maka harus
bias menghasilkan penerapan dan pengaplikasian metode kristalisasi dengan
langkah-langkag yang tepat.
2. Dapat mengetahui massa Kristal yang terbentuk dan bias membandingkan massa
awal dari bahan dengan massa akhir Kristal.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Teori Pemisahan
Kristalisasi (proses pembentukan kristal) maerupakan proses pemisahan kristal
padat dari suatu larutan induk yang homogen. Kristal yang terbentuk bila uap air
partikel yang sedang mengalami sublimasi. Pembentukan Kristal dapat terjadi bila suatu
larutan telah melampaui titik jenuhnya, dimana kondisi melampaui titik jenuh adalah
kondisi pelarut (solven) mengandung zat terlarut (solute) melebihi kemampuan pelarut
tersebur untuk melarutkan solute pada suhu tetap. Menurut Nosen (2001) menyatakan
bahwa, kristalisasi meroakan proses pembentukan bahan padat dari pengendapan atau
lebih sering pengendapan langsung dari zat.
2.2 Metode Teori Pemisahan
Metode kritalisasi terdapat empat cara yaitu sebagai berikut:
1. Pendinginan
Untuk bahan-bahan yang kelarutnya berkurang dratis dengan menurunya
temperature, kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan pendinginan larutan panas yang
jenuh.
2. Pemanasan
Untuk bahan-bahan yang kelarutanya berkurang sedikit dengan menurunya
suhu, kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan penguapan sebagai palarut.
3. Kombinasi pemanasan dan pendinginan
Metode ini merupakan gabungan dari dua metode yaitu pemanasan dan
pendinginan. Larutan panas yang jenuh dialirkan kedalam sebuah ruangan yang
divakumkan. Sebagian pelarut menguap, panas penguapan diambil dari larutan itu
sendiri sehingga larutan menjadi dingin dan lewat jenuh.
4. Penambahan bahan(zat) lain

Untuk pemisahan organik dari larutan seringkali ditambahkan suati garam.


Garam tersebut larut lebih baik daripada bahan padat yang didinginkan sehingga terjadi
desakan dan membuat bahan padat menjadi terkristalisasi.
2.3 Pengertian Bahan yang Digunakan
2.3.1 Kapur Barus
Kapur barus merupakan zat yang dapat menyublim bila dipanaskan. Kapur barus
yang tercampur dengangan pengotor seperti pasir, untuk memisahkan kapur barus
dengan zat pengotor dapat dilakukan dengan proses sublimasi. Ketika kapur barus dan
pasir dipanaskan, kapur barus tersebut akan menguap sedangkan pasir tidak. Uap kapur
barus akan mengkristal ketika menemui daerah yang dingin. Pemurnian kapur barus
dengan menggunakan proses sublimasi dikarenakan sifat kapur barus yang mudah
menguap dan merupakan padatan Kristal yang tidak berwarna. Perubahan tersebut
dengan cepat karena za padat dalam proses sublimasi mengalami perubahan langsung
menjadi gastanpa melalui fase cair dan terkondensasi menjadi padatan (Riswiyanto dkk,
2003). Salah satu kandungan dalam kapur barus adalah naftalena hidrokarbon kristalin
aromatic benrbentuk padatan berwarna putih dan berbentuk dua cincin benzene yang
bersatu. Senyawa ini bersifat volatil, mudah menguap walau dalam bentuk padatan. Uap
yang dihasilkan mudah terbakar.
2.3.2

Pasir
Pasir yang digunakan untuk praktikum adalah pasir sungai. Pasir sungai adalah

pasir yang berasal dari sungai, jenis pasir ini biasanya ditambang di muara sungai yang
memiliki kualitas yang baik apabla tidak mengandung lumpur. Pasir sungai merupakan
hasil gigisan batu-batuan yang keras dan tajam, dengan butiran yang cukup baik (antara
0,063 mm 5 mm). pada umumnya apsir mengandung mineral yang didalamnya
terdapat unsure besi, titanium dan unsure lainyayang bias dimanfaatkan untuk bahan
industri. Di dalam pasir juga mengandung besi juga dimanfaatkan untuk bahan
pembuatan semen. Endapan pasir besi mengandung mineral magnetik seperti magnetit,
hematite dan maghemit (Afdal dan Lusi, 2013).

2.3.3 Es Batu
Es batu adalaha air yang membeku. Pembekuaan terjadi karena air yang
didinginkan dibawah 0C (273,150K,320K) pada tekanan atmosfer standart. Es dapat
dibentuk pada suhu yang lebih tinggi dengan tekanan yang lebih tinggi juga dana ir akan
tetap sebagai cairan atau gas sampai 30C pada tekanan yang lebih rendah. Pembuatan
es batu dari bahan mentah akan tampak berwarna putih karena masih banyak gas yang
terperangkap di dalamnya. Sedangkan es yang terbuat dari air matang akan terlihat
bening karena gas di dalam air terlepaskann ketika proses perebusan. Bahaya pada
pembuata es batu dari air mentah yaitu banyak mengandung jenis bakteri salah satunya
bakteri E.Coli dan Salmonella. Menurut SNI-01-4872.1-2006 sumber bahan baku es
batu adalah air yang berasal dari PDAM, air tanah, perairan umum, air laut yang tidak
tercemar dan telah mengalami perlakuan sehingga memnuhi persyaratan mutu air
minum.

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum pemisahan kristalisasi Kapur barus dan pasir sebagai pengotor
dengan metode kombinasi pemanasan dan pendinginan dilaksanakan pada hari jumat
tanggal 28 Oktober 2016 di Laboratorium Rekayasa Pengolahan Hasil Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Piring seng
2. Panci
3. Spatula
4. Hotplat
5. Batang Pengaduk
6. Neraca massa
3.2.2 Bahan
1. Kapur Barus 10 gram
2. Pasir 10gram dan 20 gam
3. Es Batu
3.3 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
3.3.1 Skema Kerja
Skema kerja pada proses kristalisasi

Kapur Barus 10gr +


Pasir 10gr (1:1) (1:2)

Dicampur

Kapur barus
kotor/residu

Dipanaskan selama 10
menit
Ditutup dengan piring seng
yang berisi es batu

Dikumpulkan
Didinginkan

Kristal

Ditimbang

3.3.2 Fungsi Perlakuan


Pada praktikum membutuhkan kapur barus total 20 gram dan total pasir 30
gram. Perlakuan pertama membutuhkan kapur barus 10 gram dan pasir (pengotor) 10
gram sedangkan pada perlakuan yang kedua membutuhkan kapur barus 10 gram dan 20
gram bahan tersebut dicampur menjadi satu. Kemudian campuran kedua tersebut
menjadi kapur barus kotor ditimbang menjadi 20 gram pada perlakuan pertama dan 30
gram pada perlakuan yang kedua. Setelah dcampur dipanaskan menggunakan panci
untuk memanaskan kapur barus kotor selama 10 menit, kemudian ditutup dengan piring
seng untuk ditempatka di atas panci gunanya sebagai penutup, diatas piring seng diisi es
batu secukupnya. Kapur barus kotor yang ditutup dengan piring seng akan mengalami
penguapan atau penyubliman. Setelah itu dikumpulkan dan didinginkan sehingga akan
terbentuk Kristal. Setelah terkumpul Kristal kapur barus tersebut ditimbang dan
dibandingkan.

BAB. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Data Hasil Pengamatan dan Perhitungan
4.1.1 Hasil Pengamatan
Perlakua
n

Massa Kapur
Barus Awal
(gram)

1.

10 gram

Massa Pasir
atau Zat
Pengotor
(gram)
10 gram

2.

10 gram

20 gram

Massa
Kristal
(gram)
0.72 gram
1.45

Perbandingan Massa
Kapur Barus Kotor :
Massa Kristal
20 gram : 0.72 gram

gram 30 gram : 0.45 gram

4.1.2 Hasil Perhitungan


Perlakua
n

Massa Kristal (gram)

Massa Sisa Zat


Pengotor (gram)

Rendemen

1.

0.72 gram

9.28 gram

3.6%

2.

0.45 gram

9.55 gram

1.5%

4.2 Analisis Data


Berdasarkan

hasil

pengamatan

percobaan

praktikum

diketahui

bahwa

perbandingan pada perlakuan pertama massa kapur barus kotor 20 gram dan massa
kristal 0.72 gram serta rendemen 3.6% dengan perlakuan kedua massa kapur barus
kotor 30 gram dan massa kristal 0.45 serta rendemen 1.5% dari perbandingan tersebut
perlakuan yang pertama lebih besar massanya dibandingkan dengan perlakuan yang
kedua, hal tersebut disebabkan pasir yang ditambahkan lebih banyak justru
menghasilkan massa kristal yang lebih sedikit karena pasir sebagai residu yang
berfungsi untuk memfilter gas kapur barus yang menyublim dengan pemanasan yang
kurang sempurna dan udara yang keluar dari panci yang ditutup piring serta air yang
menetes menyebabkan kapur barus dan pasir menyatu atau lengket pada panci sehingga
kapur barus yang menyublim sedikit. Setelah melakukan praktikum massa pasir akhir
seharusnya sama dengan massa pasir awal hal ini disebabkan pada saat pemanasan
kapur barus kotor setelah beberapa saat pasir ikut terangkat oleh uap kapur barus
sehingga pada krisal kapur barus yang terbentuk setelah didinginkan terdapat beberapa

butiran pasir dan massa zat sisa pengotor disebabkan pada penumbukan kapur barus
yang kurang halus (Rasyidi dkk, 2008).

BAB. 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
Afdal dan L. Niarti. 2013. Karakterisasi Sifat Magnet dan Kandungan Mineral Pasir
Besi Sungai Batang Kuranji Padang Sumatera Barat. Jurnal Ilmu Fisika, 5 (1):
24-30.
Nosen, M. 2003. Metode Kristalisasi. New York: Prentic Hall inc.
Rasyidi A. F,. J. Tumanggor,. N. P. E. Yuni. 2008. Pengaruh Kristalisasi dengan Proses
Pendinginan Terhadap Pertumbuhan Kristal. Jurnal Teknik Kimia, 15 (2): 9-16.
Riswiyanto., R. Bakri dan B. Prawira. 2003. Sains Indonesia 7 (3): 75-80.

LAMPIRAN PERHITUNGAN
Perlakuan 1
Massa zat pengotor = Massa kapur barus awal - Massa Kristal
= 10 gram 0.72 gram
= 9.28 gram
Rendemen =

berat akhir
x 100
berat awal
0.72 gram
x 100
20 gram

=3.6 %
Perlakuan 2
Massa zat pengotor = Massa kapur barus awal Massa Kristal
= 10 gram 0.45 gram
= 9.55 gram
Rendemen =

berat akhir
x 100
berat awal
0.45 gram
x 100
10 gram

= 1.5%

Anda mungkin juga menyukai