MODUL PRAKTIKUM
Mata Kuliah Biokimia Hasil Perikanan
Semester Gasal 2020
Disusun oleh :
Laras Rianingsih, S.Pi., M.Sc
Prof. Dr. Ir.Y.S Darmanto, M.Sc
Kelompok : 15
Tgl: .........................................
Tujuan
Setelah menyelesaikan mata acara praktikum ini, mahasiswa mampu melakukan dengan
benar:
1. Mengetahui perubahan lemak pada proses kemunduran mutu hasil perikanan
2. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan lemak selama
proses kemunduran mutu hasil perikanan dan cara menghambatnya.
Modul Praktikum Biokimia Hasil Perikanan
Kompetensi
Setelah menyelesaikan praktikum topik ini Mahasiswa mengetahui proses biokimia
selama penyimpanan produk hasil perikanan.
Metode Praktikum
a. Bahan
1. Ikan lele (Clarias sp.) segar dan mundur mutu
2. Ikan bandeng (Chanos chanos Forsk) segar dan mundur mutu
3. Ikan kurisi (Nemipterus nematophorus) segar dan mundur mutu
4. Ikan tongkol (Euthynnus sp.) segar dan mundur mutu
5. Ikan patin (Pangasius sp.) segar dan mundur mutu
6. Aquades
7. 25 ml Larutan eter:etanol 96% (1:1)
8. Phenolptalein
9. Larutan KOH 0,1 N
10. Kertas Saring
b. Alat
1. Timbangan analitik
2. Blender
3. Beaker glass
4. pH meter
5. Gelas ukur
6. Pisau
7. Talenan
c. Prosedur Kerja
1. Timbang sampel yang telah dihaluskan sebanyak 1 gram
2. Tambahkan 25 ml larutan (campuran eter:etanol 96%) dengan perbandingan
1:1, lalu homogenkan di dalam beaker glass
3. Disaring menggunakan kertas saring
4. Filtrat yang telah berada didalam erlenmeyer ditambah indikator phenolptalein
sebanyak 3 tetes
5. Titrasi menggunakan larutan KOH 0,1 N hingga larutan berwarna merah muda
d. Perhitungan:
Hasil
Perhitungan Angka Asam
: 11,78
9
: 1,31 mg KOH/g
2. Perhitungan Angka asam pada ikan Kurisi (Nemipterus nematophorus) mundur mutu
: 14,03
9
: 1,56 mg KOH/g
Modul Praktikum Biokimia Hasil Perikanan
Pembahasan:
Ikan Kurisi (Nemipterus nematophorus) merupakan salah satu ikan demersal
yang bernilai ekonomis dalam perikanan Indonesia. Ikan demersal adalah ikan yang
hidup di dasar laut yang tidak terlalu dalam, dengan dasar pasir atau lumpur. Ikan
demersal dikenal sebagai ikan yang memiliki kandungan protein tinggi dan kandungan
lemak yang rendah. Bersama dengan ikan famili Nemipteridae lainnya, ikan kurisi
(Nemipterus nematophorus) menjadi ikan yang banyak disuplai untuk permintaan
ekspor. Ikan kurisi merupakan salah satu ikan ekonomis penting dari suku
Nemipteridae. Ikan ini hidup di perairan dengan substrat lumpur atau pasir dan tidak
bermigrasi secara alami, melimpah di perairan pesisir dan hidup bergerombol pada
kedalaman 5-80 meter. Jenis ikan ini menyebar luas di Samudera Hindia dan Pasifik
bagian barat serta terdapat di Laut Merah dan pantai timur Afrika hingga ke Filipina dan
Jepang. Komposisi kimia dari ikan kurisi yaitu kadar air sebesar 79,55%, kadar abu
sebesar 0,97%, kadar protein sebesar 16,85%, dan kadar lemak sebesar 2,2%. Ikan Kurisi
memiliki bentuk mulut yang letaknya agak ke bawah dan adanya sungut yang terletak di
dagunya yang digunakan untuk meraba dalam usaha pencarian makanan, memiliki
badan langsing dan padat. Ikan ini memiliki warna sangat bervariasi, seperti kemerah-
merahan, merah kekuningan ataupun kehijau-hijauan. Warna kepala dan bagian
punggung kemerahan dan terdapat cambuk berwarna kuning pada sirip ekornya. Bagian
perut badan ikan kurisi berwarna putih kecokelatan. Ukuran ikan kurisi pada umumnya
yaitu 11–18 cm dan dapat mencapai panjang 25 cm. Ikan kurisi (Nemipterus sp.) bentuk
badan yang agak bulat dan memanjang, tertutup sisik yang mudah tanggal atau lepas.
Memiliki sirip punggung D.X.9 jari-jari keras pertama dan kedua tumbuh memanjang
seperti serabut. Demikian juga jari-jari teratas lembaran sisip ekornya. Sirip dubur
berjari-jari keras 3 dan 7 jari-jari lemah. Kandungan protein ikan kurisi cukup tinggi yaitu
sebesar 16,85% dan mampu mencapai 19,66%. Tidak hanya tinggi akan protein, ikan
kurisi juga memiliki keunggulan lain yaitu rendah akan lemak. Menurut Setyawan et al.
(2017), ikan Kurisi tergolong ikan dengan protein tinggi serta rendah lemak. Ikan Kurisi
memiliki kandungan protein kurang lebih 15.20%, dan kandungan lemaknya kurang dari
5%.
Angka asam atau bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH
yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram
sampel. Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam
sampel akibat terjadi reaksi hidrolisis pada minyak terutama pada saat pengolahan.
Bilangan asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar pula, yang
berasal dari hidrolisis sampel, ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik.
Makin tinggi bilangan asam, maka makin rendah kualitasnya. Bilangan asam juga
merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas sampel. Penentuannya dapat
dilakukan dengan metode titrasi. Menurut Wolak (2018), penentuan bilangan asam
yaitu jumlah miligram yang diperlukan untuk menetralkan semua komponen asam yang
terkandung dalam 1g produk uji terdiri dari titrasi larutan sejumlah zat uji yang
ditimbang dalam pelarut yang mengandung indikator. Perubahan bilangan asam yang
Modul Praktikum Biokimia Hasil Perikanan
begitu besar dapat disebabkan oleh suhu pengoperasian yang tinggi (kondisi
pengoperasian yang sulit).
Asam lemak bebas adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisis dari lemak.
Apabila trigliserida bereaksi dengan air maka menghasilkan gliserol dan asam lemak
bebas. Enzim lipase bertindak sebagai katalisator dalam pembentukan trigliserida dan
kemudian memecahnya kembali menjadi asam lemak bebas (ALB). Asam lemak bebas
sangat berkaitan dengan mutu suatu sampel. Kandungan asam lemak bebas yang tinggi
menyebabkan mutu sampel menjadi rendah. Asam lemak bebas, walaupun berada
dalam jumlah kecil mengakibatkan rasa tidak lezat. Hal ini berlaku pada lemak yang
mengandung asam lemak tidak dapat menguap, dengan jumlah atom C lebih besar dari
14. Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat
sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi
biasanya bergabung dengan lemak netral. Reaksi ini akan dipercepat dengan adanya
faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini
berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk. Asam lemak bebas
adalah asam lemak yang sudah lepas dari trigliseraldehida yang dikandung pada
sampel. Asam lemak bebas ini dianalisis sebagai angka asam dengan menggunakan
metode titrasi alkalimetri. Prinsipnya, analisa asam lemak bebas (Free Fatty Acid)
dilakukan dengan menitar sampel menggunakan larutan basa yang telah di standarisasi.
Larutan basa yang umumnya digunakan adalah Larutan Natrium Hidroksida (NaOH)
atau Kalium Hidroksida (KOH). Semakin tinggi nilai angka asam maka semakin banyak
asam lemak bebas yang terkandung dalam sampel dan menyebabkan kualitas sampel
semakin rendah. Keberadaan asam lemak bebas dalam sampel biasanya merupakan
indikator awal terjadinya kerusakan minyak karena proses hidrolisis. Pembentukan
asam lemak bebas akan mempercepat kerusakan oksidatif lemak, ini dikarenakan asam
lemak bebas mudah teroksidasi dibandingkan dengan bentuk esternya. Asam lemak
bebas terbentuk karena proses oksidasi serta proses hidrolisis lemakm yang disebabkan
selama pengolahan maupun penyimpanan oleh air dengan katalis enzim atau panas
selama pada ikatan ester trigliserida. Menurut Patty et al. (2017), asam lemak bebas
merupakan karakteristik yang paling umum digunakan sebagai kontrol kualitas, karena
asam lemak tersebut akan mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan stabilitas selama proses.
Asam lemak bebas juga dihasilkan dari proses oksidasi, tetapi pada tahap selanjutnya
asam lemak bebas dihasilkan dari proses hidrolisis yang disebabkan oleh keberadaan
air.
Pengujian angka asam ini bertujuan untuk menguji kualitas sampel dengan
penentuan bilangan asam menggunakan metode titrasi basa. Prinsip dari metode ini
adalah penetralan asam oleh basa di mana asam kuat yakni asam lemak bebas dari
sampel, akan berikatan dengan basa kuat (KOH). Metode yang digunakan untuk
pengujian angka asam yang pertama yaitu timbang sampel yang telah dihaluskan
sebanyak 1 gram, lalu tambahkan 25 ml larutan campuran eter etanol 95% dengan
perbandingan 1:1 kemudian homogenkan di dalam gelas beker. Setelah di homogenkan
kemudian di saring menggunakan kertas saring. Kemudian ambil fitrat dari saringan dan
Modul Praktikum Biokimia Hasil Perikanan
A. Kesimpulan
B. Saran
Berdasarkan praktikum angka asam yang telah dilakukan diperoleh saran
sebagai berikut:
1. Sebaiknya perhitungan di lakukan dengan baik dan benar supaya hasil yang diperoleh
benar.
2. Sebaiknya cara titrasi dipahami supaya pengujiannya diperoleh hasil yang diinginkan.
3. Sebaiknya bahan dan alat yang telah digunakan dibersihkan dan dikemasi dengan
benar.
Nilai :……………………………………………….
Draft :……………………………………………….
Nama dan paraf asisten:……………………..
…………………………………………………………
…………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, A dan E. Mukhtadi. 2017. Pembuatan Minyak Biji Karet dari Biji Karet dengan
Menggunakan Metode Screw Pressing: Analisis Produk Penghitungan Rendemen,
Penentuan Kadar Air Minyak, Analisa Densitas, Analisa Viskositas, Analisa Angka
Asam dan Analisa Angka Penyabunan. Metana,13(1): 13-22.
Khoirunnisa, Z., A. S. Wardana dan R. Rauf. 2019. Angka Asam dan Peroksida Minyak Jelantah
dari Penggorengan Lele Secara Berulang. Jurnal Kesehatan,12(2): 81-90.
Patty, D. N., P. M. Papilaya dan R. L. Karuwal. 2017. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas pada
Minyak Jelantah dengan Penambahan Antioksidan Alami Kulit Pisang Raja (Musa
sapientum). Biopendix, 3(2): 124-128.
Setyawan, F., H. Santoso dan A. Syauqi. 2017. Protein Surimi Ikan Kurisi (Nemipterus hexodon)
karena Pengaruh Penyimpanan Beku dan Kontribusinya di dalam Pemenuhan
Kecukupan Protein. Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience-Tropic), 3(1): 31-38.
Silalahi, R. L. R., D. P. Sari dan I. A. Dewi. 2017. Pengujian Free Fatty Acid (FFA) dan Colour
untuk Mengendalikan Mutu Minyak Goreng Produksi PT. XYZ. Industria: Jurnal
Teknologi dan Manajemen Agroindustri, 6(1): 41-50.
Wolak, A. 2018. Changes in Lubricant Properties of Used Synthetic Oils Based on the Total Acid
Number. Measurement and Control, 51(4): 65-72.