Anda di halaman 1dari 2

Cumi-cumi berasal dari ordo Teuthida, yang mencakup sekitar 304 spesies.

Seperti cephalopoda yang


lainnya , cumi-cumi memiliki kepala, mantel, dan lengan yang berbeda. Tubuh utama cumi-cumi
tertutup mantel, memiliki sirip renang di setiap sisinya (HIMABINDU et al. 2017).
Cumi-cumi tergolong hewan yang sebarannya berasal dari permukaan air sampai kedalaman
tertentu. Hidup bergerombol dan tertarik pada cahaya lampu. Cumi-cumi merupakan salah satu
sumber daya hayati laut yang memiliki nilai ekonomis penting, dan mengandung nilai gizi yang tinggi
dengan cita rasa yang khas. Bagian yang dapat dimakan mencapai hampir 100%, karena termasuk
hewan lunak dengan cangkang yang sangat tipis pada bagian punggung. Menurut Prakasa et al.
(2014), cumi-cumi (Loligo sp) merupakan salah satu sumber daya perikanan yang memiliki potensi
untuk dimanfaatkan sebagai komoditas komersial. Cumi-cumi merupakan salah satu sumber daya
ikan yang bernilai ekonomis.

Kabupaten Belitung dengan wilayah kepulauannya merupakan salah satu daerah sentra atau
penghasil utama perikanan. Besarnya potensi perikanan dikarenakan karakteristik daerah ini secara
geografis dikelilingi oleh laut dan selat. Menurut Saputra et al. (2018), kabupaten Belitung
merupakan bagian dari wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang juga merupakan wilayah
kepulauan yang terdiri dari 98 buah pulau besar dan kecil. Sebagian besar penduduknya, terutama
yang tinggal di kawasan pesisir pantai, sangat akrab dengan kehidupan bahari yang kaya dengan
hasil ikan laut. Berbagai olahan makanan yang berbahan ikan menjadi makanan sehari-hari
penduduknya. Kekayaan laut menjadi salah satu sumber mata pencaharian penduduk Belitung.
Potensi cumi-cumi di perairan Kabupaten Belitung dinilai cukup menjanjikan mencapai 642 ton per
tahun karena ekosistem laut lestari sehingga populasinya masih terjaga. Harga cumi-cumi yang
berasal dari Kabupaten Belitung berbeda dibandingkan cumi-cumi yang berasal dari perairan Pulau
Jawa dan sekitarnya. Perbedaan itu juga dilihat dari segi ukuran cumi yang berasal dari perairan
Kabupaten Belitung rata-rata cukup besar bila dibandingkan dengan daerah lain. Cumi-cumi dari
Belitung juga menjadi salah satu komoditas hasil laut unggulan untuk diekspor dalam bentuk beku ke
luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan Vietnam. Jumlah pengiriman cumi-cumi ke luar daerah
pada bulan Januari hingga Maret atau triwulan pertama 2020 mencapai 182,5 ton, sedangkan pada
paruh triwulan kedua yakni bulan Mei dan April  mencapai 110, 3 ton, namun tangkapan cumi
memang tergantung musim.

Cumi bersifat mudah rusak dan cepat mengalami penurunan mutu, maka dari itu cumi harus
ditangani dengan baik dan tepat agar mutu dan kesegaran dari cumi tetap terjaga. Salah satu cara
untuk mempertahankan mutu dari cumi adalah dengan pembekuan. Pembekuan merupakan
metode yang digunakan untuk mengontrol kadar air yang terkandung dalam tubuh cumi sehingga
dapat terjaga kualitasnya. Menurut Zulfikar (2016), pembekuan dapat mempertahankan rasa dan
nilai gizi bahan pangan yang lebih baik daripada metode lain, karena pengawetan dengan suhu
rendah yaitu pembekuan dapat menghambat aktivitas mikroba, mencegah terjadinya reaksi-reaksi
kimia dan aktivitas enzim yang dapat merusak kandungan gizi bahan pangan. Metode pembekuan
untuk mempertahankan kesegaran cumi-cumi (Loligo sp) yaitu bisa dengan menggunakan air blast
freezer. Metode pembekuan cepat yang umumnya digunakan adalah Air Blast Freezer (ABF). Di
dalam ABF produk dibekukan dengan pendinginan cepat selama rentan waktu 8 jam/shif (Selan et
al. 2021). Perusahaan industri pembekuan seperti PT. Nelayan Mitra Mandiri dalam proses
pembekuan bahan bakunya menggunakan air blast freezer.

Berdasarkan latar belakang yang telah disusun mengenai hasil perikanan terutama cumi-cumi dan
proses penanganan demi mempertahankan kesegaran dan kualitas bahan baku maka diadakan
Praktek Kerja Lapangan untuk mengetahui tahapan proses pembekuan cumi-cumi (Loligo sp) dengan
metode air blast freezer di PT. Nelayan Mitra Mandiri, Belitung.

Daftar Pustaka
HIMABINDU, K., S. JYOTHI dan D. M. MAMATHA. 2017. Classification of Squids Using Morphometric
Measurements. Journal of Science, 30(2): 61-71.

Prakasa, G., H. Boesono dan D. Ayunita. 2014. ANALISIS BIOEKONOMI PERIKANAN UNTUK CUMI-
CUMI (Loligo sp) YANG TERTANGKAP DENGAN CANTRANG DI TPI TANJUNGSARI KABUPATEN
REMBANG. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology, 3(2): 19-28.

Saputra, D. O., Zulkarnain, F. Purwangka dan I. M. Apriliani. 2018. PENGGUNAAN UMPAN CACING
WAK-WAK (Xenosiphon sp.) PADA PANCING ULUR YANG DIOPERASIKAN SIANG HARI DI KECAMATAN
MANGGAR PULAU BELITUNG. Jurnal Akuatika Indonesia, 3(2): 110-118.

Zulfikar, R. 2016. Cara Penanganan yang Baik Pengolahan Produk Hasil Perikanan Berupa Udang.
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 5(2): 29-30.

Selan, R. N dan M. M. Dwinanto. 2021. STUDI KINERJA DAN KONSUMSI ENERGI AIR BLAST FREEZER
MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROFLUOROKARBON DAN HIDROKARBON. Jurnal Dinamika
Vokasional Teknik Mesin, 6(1): 26-34.

Anda mungkin juga menyukai