Anda di halaman 1dari 8

TUGAS ARTIKEL METODE ANALISIS PANGAN

ANALISIS ASAM LEMAK PADA MINYAK IKAN DENGAN GC-MS

FAJAR SYUKRON
1310247060

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KELAUTAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS RIAU
2015
Industri pengolahan perikanan merupakan industri yang sangat dinamis. Fokus
produksi pengolahan perikanan dunia saat ini bukan hanya tertuju pada produk utama hasil
pengolahan, namun juga tertuju pada pengolahan hasil samping (by-product) dari proses
pengolahan yang juma memiliki nilai ekonomis yang tidak kalah tinggi dari produk
utamanya. Salah satu produk olahan dari hasil samping pengolahan ikan yang sedang
booming saat ini adalah pengolahan minyak ikan.
Pada proses pengolahan tepung ikan atau pengalengan ikan mempunyai hasil samping
berupa minyak ikan. Biasanya minyak ikan ini diperdagangkan untuk pakan ternak, pelumas
penyamak kulit, industri cat dan tinta dengan harga murah bahkan minyak ini terkadang
dibuang, namun pemanfaatan minyak ikan saat ini lebih terfokus sebagai obat dan suplemen
karena kandungan asam lemak tidak jenuh yang terkandung didalamnya memiliki efek yang
baik untuk tubuh. Kandungan asam lemak tidak jenuh seperti EPA dan DHA yang yaik untuk
kesehatan dan kecerdasan telah mendorong industri ini sederajat dengan industri
pengolahan perikanan lainnya dengan munculnya produk-produk unggulan berbasis minyak
ikan seperti minyak hati ikan cod, minyak ikan hiu serta minyak ikan lemuru.
Minyak ikan merupakan hasil ekstraksi lipid yang dikandung dalam ikan dan bersifat
tidak larut dalam air. Minyak atau lemak merupakan campuran dari ester asam lemak dan
gliserol yang kemudian membentuk gliserida. Minyak berbentuk cair pada suhu kamar dan
lemak merupakan bahan padat pada suhu kamar (Winarno 1992). Sebagian besar asam lemak
yang terdapat pada hewan laut adalah asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuhnya hanya
20 - 30 % dari total asam lemak. Pada umumnya kandungan asam lemak tak jenuh dengan
satu ikatan rangkap pada minyak ikan terdiri dari asam palmitat (C16H22O2) dan asam stearat
(C18H36O2) Komposisi minyak ikan berbeda dengan minyak nabati dan lemak hewan darat.
Minyak ikan pada umumnya mempunyai komposisi asam lemak dengan rantai karbon yang
panjang dan ikatan rangkap yang banyak. Perbedaan lainnya adalah terletak pada posisi
ikatan rangkap asam lemaknya, dimana asam lemak pada minyak ikan mengandung asam
lemak berkonfigurasi omega-3, sedangkan pada tumbuhan dan hewan darat sedikit
mengandung asam lemak omega-3. Sifat-sifat kimiawi dari minyak ikan secara umum adalah
mudah teroksidasi oleh udara, mudah terhidrolisa (bersifat asam), dapat tersabunkan dan
berpolimerisasi. Sedangkan sifat-sifat fisika minyak ikan adalah mempunyai berat jenis yang
lebih kecil daripada berat jenis air, membiaskan cahaya dengan sudut yang spesifik,
mempunyai derajat kekentalan tertentu dan berwarna kuning emas. Komposisi minyak pada
ikan air laut lebih banyak dibandingkan dengan air tawar, hal ini terlihat dari kandungan
asam lemak ikan air laut yang lebih kompleks dan memiliki asam lemak tak jenuh berantai
panjang yang banyak. Asam lemak tak jenuh berantai panjang pada minyak ikan air laut
terdiri dari kandungan C18, C20 dan C22 dengan kandungan C20 dan C22 yang tinggi dan
kandungan C16 dan C18 yang rendah. Sedangkan komposisi asam lemak ikan air tawar
mengandung C16 dan C18 yang tinggi dan C20 dan C22 yang rendah. Deposit minyak pada ikan
yang utama adalah di hati, sedangkan pada beberapa jenis ikan terdapat pada bagian tubuh
termasuk pyloric caeca, mesenteria, daging, kulit dan telur (Stansby 1990).
Kandungan asam lemak pada minyak ikan dapat dianalisis dengan metode
kromatografi gas (GC). GC dapat digunakan untuk menguji kemurnian dari bahan tertentu,
atau memisahkan berbagai komponen dari campuran. Kromatografi gas memisahkan suatu
campuran berdasarkan kecepatan migrasinya di dalam fase diam yang dibawa oleh fase
gerak. Sedangkan perbedaan migrasi ini disebabkan oleh adanya perbedaan interaksi diantara
senyawa-senyawa kimia tersebut (di dalam campuran) dengan fase diam dan fase geraknya.
Interaksi ini adalah adsorbsi, partisi, penukar ion dan jel permiasi. Kromatografi gas termasuk
dalam salah satu alat analisa (analisa kualitatif dan analisa kuantitatif), kromatografi gas
dijajarkan sebagai cara analisa yang dapat digunakan untuk menganalisa senyawa-senyawa
organic (Suyata et al. 2000).
Kromatografi gas mempunyai prinsip yang sama dengan kromatografi lainnya, tapi
memiliki beberapa perbedaan misalnya proses pemisahan campuran dilakukan antara
stasionary fase cair dan gas fase gerak dan pada oven temperur gas dapat dikontrol sedangkan
pada kromatografi kolom hanya pada tahap fase cair dan temperatur tidak dimiliki.
Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan yang mana solut-solut yang mudah menguap
(dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase diam dengan
suatu kecepatan yang tergantung pada rasio distribusinya. Pemisahan pada kromatografi gas
didasarkan pada titik didih suatu senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin
terjadi antara solute dengan fase diam. Selain itu juga penyebaran cuplikan diantara dua fase.
Salah satu fase ialah fase diam yang permukaannya nisbi luas dan fase yang lain yaitu gas
yang mengelusi fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solute dari ujung
kolom lalu menghantarkannya ke detector. Prinsip utama pemisahan dalam kromatografi gas
adalah berdasarkan perbedaan laju migrasi masing-masing komponen dalam melalui kolom.
Komponen-komponen yang terelusi dikenali (analisa kualitatif) dari nilai waktu retensinya
(Tr) (Suyata et al. 2000).
Gas pembawa (biasanya digunakan Helium, Argon atau Nitrogen) dengan tekanan
tertentu dialirkan secara konstan melalui kolom yang berisi fase diam. Selanjutnya sampel di
injeksikan kedalam injektor (Injection Port) yang suhunya dapat diatur. Komponen-
komponen dalam sampel akan segera menjadi uap dan akan dibawa oleh aliran gas pembawa
menuju kolom. Komponen- komponen akan teradopsi oleh fase diam pada kolom kemudian
akan merambat dengan kecepatan berbeda sesuai dengan nilai Kd masing- masing komponen
sehingga terjadi pemisahan. Komponen yang terpisah menuju detektor dan akan terbakar
menghasilkan sinyal listrik yang besarnya proporsional dengan komponen tersebut. Sinyal
lau diperkuat oleh amplifier dan selanjutnya oleh pencatat (recorder) dituliskan sebagai
kromatogram berupa puncak. Puncak konsentrasi yang diperoleh menggambarkan arus
detektor terhadap waktu. Secara sederhana prinsip kromatografi gas adalah udara dilewatkan
melalui nyala hydrogen (hydrogen flame) selanjutnya uap organik tersebut akan terionisasi
dan menginduksi terjadinya aliran listrik pada detektor, kuantitas aliran listrik sebanding
dengan ion (Suyata et al. 2000).
Langkah-langkah pengujian kandungan asam lemak pada minyak ikan dengan
menggunakan GC-MS umumnya mengacu pada AOCS tahun 1990. Profil asam lemak
dilakukan pada sampel minyak, sampel 25 ml ditambah dengan 1 ml larutan standar internal
C16:0 sebanyak 1 mg/ml. Heksana dalam campuran diuapkan dengan N2 kemudian
ditambahknan 1,5 ml NaOH-metanol dan diisi dengan N2, ditutup rapat, divorteks dan
dipanaskan dalam penangas air suhu 100C selama 5 menit. Setelah didinginkan, ditambah
2 ml BF3-metanol (14% b/v), diisi N2, ditutup rapat dan dipanaskan selama 30 menit. Setelah
didinginkan pada suhu ruang, ditambah 1 ml heksan dan divorteks. Kemudian ditambah 5 ml
larutan NaCl jenuh dan divorteks. Lapisan heksan yang terpisah diberi Na2SO4 dan siap
diinjeksikan ke dalam alat GC. Sebanyak 1 l sampel disuntikan pada GC dengan injector
250C, suhu detektor 260C, suhu kolom awal 140C yang dipertahankan selama 6 menit,
penambahan suhu kolom 3oC/menit sehingga mencapai suhu 230C dan dipertahankan
selama 25 menit. Gas helium digunakan sebagai gas pembawa tekanan 0,5 kg/cm2. Untuk
identifikasi asam lemak dalam sampel digunakan asam lemak standar sebagai pembanding.
Jenis asam lemak ditentukan dengan membandingkan RRT (Relative Tetention Time) asam
lemak pada sampel dengan RRT asam lemak pada standar eksternal. Hasil pembacaan
komponen asam lemak berupa kurva dimana setiap peak yang dihasilkan akan disesuaikan
dengan standar untuk mengetahui jenis asam lemaknya serta kandungannya.
Hasil penilitian Yogaswara (2008) telah mengidentifikasi kandungan asam lemak
pada minyak ikan dari hasil samping pengolahan tepung ikan lemuru (Sardinella lemuru).
Profil asam lemak minyak ikan lemuru hasil samping pengolahan tepung ikan dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1 Profil asam lemak minyak ikan lemuru (mg/100gr)

Sumber: Yogaswara (2008)

Hasil analisis kandungan asam lemak pada minyak ikan lemuru menunjukkan bahwa
kandungan asam lemak tertinggi adalah linoleat dan EPA. Hasil ini menunjukkan bahwa
kandungan Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) mendominasi kandungan asam lemak yang
terkandung pada minyak ikan lemuru. Hasil ini menunjukkan bahwa ikan laut memiliki
kandungan asam lemak tidak jenuh yang lebih tinggi dibandingkan denga kandungan asam
lemak jenuh.
Penelitian Damongilala (2008) menganalisis kandungan asamlemak tidak jenuh pada
minyak hati ikan cucut dengan menggunakan GC-MS. Hasil penelitan tersebut menunjukkan
bahwa kandungan asam lemak tidak jenuh yang dominan pada miyak ikan cucut adalah
Oktadekanoat (18:2-3), Linolenat (18:3-3), Oktadekatetraenoat (18:4-3),
Eikosatetraenoat (20:4-3), dan Eikosapentaenoat (EPA) (20:5-3). Penelitian Wibawa et al.
(2006) menganalisis kandungan asam lemak dari minyak ikan kembung menggunakan
GC-MS. Kromatogram dari hasil pembacaan profil asam lemak penelitian tersebut disajikan
pada Gambar 1.
Gambar 1 Kromatogram minyak ikan kembung
Sumber: Wibawa et al. (2006)

Puncak-puncak kromatogram pada Gambar 1 itu menunjukkan bahwa minyak ikan


Kembung mengandung tidak kurang dari 29 jenis senyawa organik yang merupakan asam
lemak atau turunannya. Dari 29 senyawa tersebut tampak terdapat 5 senyawa dominan yang
direpresentasikan oleh puncak 3, 8, 9, 15 dan 16. Kelimpahan relatif dan waktu retensi
(menit) kelima puncak mayor tersebut secara berurutan adalah 3(5,13%/17,86),
8(7,26%/19,96), 9(24,71%/20,16), 15(15,80%/21,99) dan 16(8,12%/ 22,19). Kelima senyawa
dominan inilah yang kemudian dilakukan fragmentasi massa yang spektranya ditampilkan
secara berurutan pada Gambar 2, 3, 4, 5 dan 6.

Gambar 2 Spekrum massa puncak 3 minyak ikan kembung


Sumber: Wibawa et al. (2006)

Gambar 3 Spekrum massa puncak 8 minyak ikan kembung


Sumber: Wibawa et al. (2006)
Gambar 4 Spekrum massa puncak 9 minyak ikan kembung
Sumber: Wibawa et al. (2006)

Gambar 5 Spekrum massa puncak 15 minyak ikan kembung


Sumber: Wibawa et al. (2006)

Gambar 6 Spekrum massa puncak 16 minyak ikan kembung


Sumber: Wibawa et al. (2006)

Hasil pembacaan spektum massa yang disandingkan dengan basis data menunjukkan
bahwa asam lemak yang terdeteksi pada kromatogram beserta kandungannya dalam minyak
ikan kembung secara berurutan adalah sebagi berikut: puncak 3 adalah asam miristat
sebanyak 17,68%, puncak 8 adalah asam palmitoleat sebanyak 19,96%, puncak 9 adalah
asam palmitat sebanyak 20,16%, puncak 15 adalah asam oleat 21,99% , dan puncak 16
adalah asam stearat sebanyak 22,19%.
DAFTAR PUSTAKA

Damongilala LJ. 2008. Kandungan asam lemak tak jenuh minyak hati ikan cucut
(Cenctrophorus sp.) yang diekstraksi dengan cara pemanasan. Jurnal Ilmiah Sains
8(2): 1-5.
Stansby ME. 1990. Properties of Fish Oil and Their Application to Handling of Fish and to
Nutrinional and Industrial Use. Di dalam R E. Martin, G.J. Flick, C.E. Hebord and
D.R Ward (Ed). Chemistry and Biochemistry of Marine Food Products. AVI
Publishing Company, Connecticut.
Suyata, Tutik R, Sunarto. 2000. Petunjuk Praktikum Kimia Analisis Instrumen. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogaswara G. 2008. Mikroenkapsulasi minyak ikan dari hasil samping industri penepungan
ikan lemuru (Sardinella lemuru) dengan metode pengeringan beku (Freeze Drying)
[Skripsi]. Fakultar Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Wibawa PJ, Listiyorini D, Fachriyah E. 2006. Penentuan komposisi asam lemak ekstrak
minyak ikan kembung (Rastrelliger kanagurta) dengan GC-MS dan uji toksisitasnya
menggunakan metode BSLT. Jurnal Sains & Matematika 14 (4): 169-174.
Winarno FG. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai