Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS SENYAWA VOLATIL SERTA KEMURNIAN

EPA DAN DHA MINYAK IKAN KOMERSIAL


DENGAN TEKNIK GC-MS
(Gas Chromatography-Mass Spectrometry)

Asti Permata Nauli


091614153001
 
 S2 BIOTEKNOLOGI PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017
Latar Belakang

Lemak yang terkandung dalam ikan


umumnya adalah asam lemak poli tak jenuh
yang diantaranya dikenal dengan Omega-3
dan Omega-6

Asam-asam lemak alami yang termasuk asam


lemak Omega-3 adalah EPA dan DHA yang
merupakan asam lemak esensial yang dibutuhkan
tubuh untuk mempertahankan kesehatan

Kandungan minyak di dalam ikan ditentukan


beberapa faktor yaitu: jenis ikan, jenis kelamin,
umur (tingkat kematangan), musim, siklus
bertelur, letak geografis perairan dan jenis
makanan yang dikonsumsi ikan tersebut
EPA (eicosapentanoic acid)
- Merupakan asam karboksilat yang memiliki 20 rantai karbon
dan lima ikatan ganda
- Sumber utama dari minyak ikan
- Mencegah penyakit kardiovaskular, kanker, alzheimer

DHA (docosahexaenoic acid)


- Banyak dijumpai di otak dan retina mata, sehingga sangat
penting untuk fungsi penglihatan
- Sumber utama dari minyak ikan
- Mencegah penimbunan plak pada dinding pembuluh darah
oleh lemak jahat , sehingga menurunkan risiko penyakit
jantung dan stroke
Pembuatan Fish Oil
GC-MS (Gas chromatography mass spectrometry)
PRINSIP KERJA GC-MS

Injector  kolom  sumber ion  filter  detektor


• Penelitian dilakukan untuk menganalisa
tingkat kemurnian EPA & DHA pada 10 produk
minyak ikan komersial berbeda di Hongkong

1
Metode

Validasi Uji dan


Penentuan Sampel
Pembuatan Larutan
Sampling Standar dan Sampel
• Pengambilan 10
sampel minyak
ikan berbeda di
Hongkong
Pembuatan Larutan Standar dan Sampel
• Pengenceran stock EPA & DHA konsentrasi 1; 2,5; 5; 10; 20; 25; dan 30 mg/L
• GC-MS dikalibrasi dengan larutan standar sebanyak 1μL
• Sampel sebanyak 60 mg ditempatkan dalam tabung sentrifuge
• Ditambahkan 3 mL potassium hydroxide methanol (0,5M)
• Dipanaskan pada water bath 60oC selama 20 menit
• Setelah tetesan minyak hilang, boron trifluoride methanol sebanyak 3 mL
ditambahkan dan dicampur dengan gas nitrogen
• Diletakkan kembali di water bath selama 5 menit, suhu 60oC
• Larutan natrium klorida sebanyak 2 mL ditambahkan ke dalam 2 mL larutan n-
hexane dan dihomogenkan.
• Sentrifuge dilakukan dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit
• Supernatant diambil dan digunakan sebagai larutan sampel
• Aliquot 1μL dari supernatant disuntikan ke dalam alat GC-MS
Validasi Uji dan Penentuan Sampel

• Presisi dievaluasi dengan 6 suntikan sampel


yang dilakukan selama 1 hari.
• Stabilitas dilakukan dengan menganalisis
larutan sampel selama 24 jam.
• Relatif Standar Deviasi (RSD) untuk mengukur
presisi, pengulangan dan stabilitas
Hasil

(A) sampel minyak ikan pada mode full scan; dan (B) sampel minyak ikan di mode
ion selektif. 1. Methyl miristat (18,4 menit); 2. Methyl palmitoleinate (25,5 menit); 3.
Metil palmitat (26,5 menit); 4. Metil heptadecanoate (33.1 menit); 5. Linoleic acid
methyl ester (33,7 menit); 6. octadecenoic acid metil ester (34,0 menit); 7.
Eicosapentaenoic acid methyl ester (40,8 menit); 8. Docosahexaenoic acid methyl
ester (48,5 menit).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan senyawa
volatil EPA dan DHA pada tepung ikan dengan penambahan FO (fish
oil).

2
Hasil
Hasil

Peningkatan aldehid dan keton ini terjadi disebabkan adanya oksidasi lipid
dari asam lemak masing-masing, terutama asam linoleat pada FO.
Namun dengan adanya peningkatan octanal dan nonanal akibat adanya penambahan
asam oleat dari FO dapat memperngaruhi aroma tepung ikan yang dihasilkan.
Penelitian pada jurnal ini untuk mengetahui nilai
peroksida (PV) dan senyawa volatil dengan
penambahan antioksidan pada EPA DHA.

3
Hasil

Jumlah senyawa yang teridentifikasi dengan waktu retensi untuk


propanal, pentanal, standar internal, heksanal dan heptanal
masing-masing adalah 2,25; 3,15; 3,47; 5,4 dan 8,25 min.
Hasil

• Perbandingan perubahan PV dalam liposom


ada/tidaknya penambahan antioksidan.
• Nilai PV meningkat dengan penambahan antioksidan.
Suplemen dalam bentuk triasilgliserol (TAG) dijual dengan harga yang
lebih mahal dibandingkan dengan suplemen minyak ikan yang
mengandung etil ester (EE). Oleh sebab itu produsen memerlukan
metode yang cepat untuk menentukan keaslian bahan baku
menggunakan tahap analisis GC-MS.

4
Hasil

Terdeteksi adanya EE pada sampel A dan pada 19 menit sebelumnya terdapat


senyawa-senyawa dari rasa yang ditambahkan ke dalam produk untuk
menghilangkan aroma amis. Pada sampel B juga mengandung EE serta gliserol.
Sedangkan pada sampel C dapat dilihat bahwa tidak terkandung EE bahkan gliserol.
Transesterifikasi adalah proses transformasi kimia molekul
trigliserida yang besar, bercabang dari lemak menjadi molekul
yang lebih kecil. Pada penelitian jurnal terkait, dilakukan
penambahan basa tetramethylammonium hydroxide (TMAH)
reaksi transesterifikasi. Sedangkan pada proses esterifikasi
digunakan boron trifluoride (BF3) sebagai katalis karena bersifat
asam. Laju reaksi transesterifikasi sangat dipengaruhi oleh suhu
reaksi. 
Hasil

Minyak ikan ditransesterifikasi dengan TMAH selama 10


menit pada suhu 25oC yang menunjukan double peaks pada
EPA DHA dengan waktu retensi 21,1 dan 21,4 menit serta
24,8 dan 25,0 menit dalam bentuk etil dan metil ester.
Hasil

Penggunaan BF3 tidak mampu mengkonversi etil ester secara


sempurna menjadi metil ester yang menyebabkan single peak
pada kromatogram.
Kesimpulan

Berdasarkan review jurnal yang dilakukan didapatkan


kesimpulan sebagai berikut, yaitu:

• Metode gc-ms mampu mengidentifikasi berbagai senyawa


yang berperan sebagai komponen oksidasi utama dalam
EPA DHA yang terkandung di dalam produk dengan cara
kualitatif (full scan) maupun kuantitatif (ion selektif)

• TMAH memiliki peran yang lebih baik dibandingkan BF3


dalam mengkonversi etil ester secara sempurna menjadi
metil ester

Anda mungkin juga menyukai