Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Kesadahan Air


Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA) merupakan salah satu senyawa yang
dapat ereaksi dengan kation logam membentuk senyawa kompleks kelat yang
larut pada pH tertentu. Pada pH 10 ± 0.1, ion logam Ca 2+ dan Mg 2+ membentuk
larutan berwarna merah keunguan dengan penambahan indicator Eriochrome
Black T (EBT) atau Maurexide. Selanjutnya jika ditambahkan kembali EDTA
sebagai titran, maka ion logam Ca2+ dan Mg2+ akan membentuk senyawa
kompleks dengan EDTA yang ditandai dengan erubahnya warna larutan dari
merah keunguan menjadi biru jika indicator yang ditambahkan adalah EBT,
ataupun berubah menjadi ungu jika indicator yang ditambahkan adalah
maurexide. Kondisi ini disebut titik akhir titrasi.

1.1.2 Ion Klorida (Cl-)


Kebanyakan klorida larut dalam air, sehingga banyak sekali kemungkinan
limbah hasil produksi yang berupa cairan mengandung klorida, dan jika limbah ini
mengalir dan bercampur pada air sungai, danau, laut, dan meresap dalam tanah
dalam jumlah yang berlebihan akan mengakibatkan kerusakan lingkungan, karena
klorida mempunyai sifat yang beracun pada lingkungan. Oleh sebab itu perlu
adanya analisis klorida dengan menggunakan berbagai macam metode untuk
menentukan besarnya kadar klorida yang terkandung dalam suatu sampel.
Untuk menetapkan ion klorida dilakukan dengan metode yang sederhana,
yakni pengendapan melalui titrasi Argentometri. Prinsip metode ini adalah Ion
klorida diendapkan sebagai AgCl pada kondisi netral ataupun sedikit basa, dengan
menggunakan larutan perak nitrat (AgNO3). Penambahan kalium bikromat pada
sampel air sebelum dititrasi berguna sebagai indikator, yaitu untuk memudahkan
mengetahui titik akhir titrasi, yaitu ketika terbentuk endapan perak kromat yang
berwarna merah bata. Pada kondisi tersebut semua ion klorida dalam sampel air
sudah diendapkan sebagai AgCl, sehingga ion Ag+ akan bereaksi dengan ion
CrO42- membentuk endapan Ag2CrO4. Penentuan klorida dengan metode
argentometri ini hanya dapat digunakan untuk air yang relatif jernih.

1.1.3 Sisa Klor


Sisa klor hasil proses klorinasi pada air berbahaya bagi kesehatan manusia
karena bersifat karsinogenik. Sisa penetapan sisa klor dilakukan dengan
menggunakan metode Larutan Kanji-Iodida (Stratch-Iodide) dengan cara
Iodometri. Metode Iodometri ini didasarkan pada klor yang akan mengoksidasi
ion Iodin (I-) menjadi iodida (I2). Dengan penambahan indikator kanji, I2 akan
menghasilkan warna biru pada larutan. Selanjutnya I2 yang terbentuk dititrasi
dengan laruan natrium tiosulfat (Na2S2O3). Titik akhir titrasi ditandai dengan
hilangnya warna biru dari larutan.

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan percobaan ini adalah untuk :
1. Menentukan kesadahan air dengan metode EDTA
2. Menentukan ion klorida dalam sampel air dengan metode titrasi
Argentometri
3. Menentukan sisa klor dalam sampel air dengan metode iodometri
4. Menghitung kesadahan total, kesadahan ion kalsium, dan kesadahan
magnesium
5. Membandingkan sampel air dengan baku mutu air menurut PERGUB
Nomor 582 Tahun 1995

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesadahan

Kesadahan merupakan penunjuk kemampuan air untuk membentuk busa


apabila dicampur dengan sabun (APHA, 1998; Sawyer et al., 2003;
Purwakusuma, 2007). Kesadahan dalam air disebabkan oleh adanya kation
logam bervalensi dua, seperti kalsium, magnesium, stronsium, ferro, dan ion
magnesium (Sawyer et al., 2003). Kesadahan penting bagi organisme akuatik
karena setiap jenis organisme memiliki nilai kesadahan pada selang tertentu
untuk hidupnya (Purwakusuma, 2007).
Pengukuran kesadahan air dengan menggunakan metode titrasi
kompleksometri dengan EDTA. Pengukuran tersebut berdasarkan prinsip

++ ++
bahwa Ca dan Mg dalam air dapat membentuk senyawa komplek
dengan Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA) pada pH tertentu. Untuk
mengetahui titik akhir titrasi dengan menggunakan indikator logam
(Eriochrom blak T dan Murexida). Kesadahan dapat menyebabkan
pengendapan pada dinding pipa. Kesadahan yang tinggi disebabkan oleh
Calsium, Magnesium, Stronsium dan Ferrum. Masalah yang timbul adalah
sulitnya sabun berbusa. Kesadahan dinyatakan dalam mg/lt padanan
Kalsium Karbonat.
Kesadahan atau kekerasan (hardness) air berbeda dengan keasaman air,
sekalipun keduanya erat kaitannya. Keduanya dapat dibedakan dengan
mudah. Air asam biasanya menunjukkan reaksi lunak, sedangkan air sadah
biasanya keras. Oleh karena itu, kesadahan air sering disebut kekerasan air
(hardness). Totok Sutrisno (2010:36), menyatakan bahwa kesadahan
merupakan sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion (kation) logam
valensi dua. Dapat pula oleh banyaknya material dalam air yang berasal dari
batuan dalam tanah, baik dalam bentuk ion maupun ikatan molekul.
Elemen terbesar (major elemen) yang terkandung dalam air adalah

++ ++ + +
kalsium (Ca ), magnesium (Mg ), natrium (Na ), dan kalium (K ). Ion-ion

- - - - -
tersebut dapat berikatan dengan CO3 , HCO3, SO4 , Cl , NO3 , dan PO4 .
Kadar mineral tersebut dalam tanah sangat bervariasi, tergantung jenis
tanahnya. Kandungan mineral, inilah yang menentukan parameter keasaman
dan kekerasan air (M. Ghufran H. Khordi K, 2011:75).

Untuk menghitung kesadahan total digunakan rumus :


CacO3 1000
KesadahanTotal = X V EDTA X M EDTA X BE CaCO3
L volume sampel

Untuk menghitung kesadahan Ca2+ digunakan rumus :


mgCa 1000
Kesadahan Ca2+ = X V EDTA X M EDTA X Ar Ca
L volume sampel

Untuk menghitung kesadahan Mg2+ digunakan rumus :

KesadahanMg2+

mg Mg 1000
= X (V EDTA( a)−V EDTA (b )) X M EDTA X Ar Mg
L volume sampel
2.2 ion klorida

Klorida adalah anion utama (ion bermuatan negatif) yang dapat


ditemukan di perairan bahkan di dalam darah sekalipun. Air laut yang
salinitasnya tinggi sebagian besar terdiri dari unsur klorida yang tinggi.
Klorida dapat terserap dalam perairan dengan dengan berbagai cara.
Totok Sutrisno (2010:40) berpendapat, bahwa percikan dari laut dapat terbawa
ke pedalaman sebagai tetesan/sebagai kristal-kristal garam kecil yang dihasilkan
dari penguapan air dalam tetes-tetes tersebut. Sumber-sumber semacam ini
secara tetap mengisi klorida di daerah pedalaman dimana mereka jatuh. Selain
itu, urin manusia juga mengandung klorida. Kosentrasi klorida lebih dari
250 mg/l di dalam air dapat mengakibatkan air menjadi terasa asin. Apabila
klorida banyak tertelan oleh manusia maka akan dapat menyebabkan
terjadinya Hyperchloremia. Kelebihan anion klorida dalam tubuh manusia
dapat menyebabkan permasalahan kesehatan seperti diare dan dioveractivity
kalenjar. Namun sebaliknya, kadar klorida dalam tubuh manusia dapat
berkurang melalui urin maupun keringat. Oleh karena itu, konsetrat klorida
dikatakan tinggi apabila lebih dari 250 mg/l.
Besarnya nilai klorida di dalam air secara alami dapat dipengaruhi oleh
besarnya jarak antara sumber air dengan pantai atau air laut. Seperti yang
diketaui air laut memiliki kepekatan garam yang sangat tinggi dan mampu
merembes ke wilayah daratan di sekitarnya melalui kedalaman tanah setempat.
Dalam proses alami yang dikenal sebagai intrusi air laut tersebut, air laut
dapat mencemari air tanah di daratan, sehingga air tanah dan sumur-sumur
warga di daerah pesisir cenderung memiliki rasa yang agak asin atau payau.
Selain oleh karena gejala intrusi air laut, besarnya penguapan dan melimpahnya
curah hujan turut mempengaruhi konsentrasi klorida di dalam air.
Dalam standar persyaratan kualitas air bersih nomor
416/MENKES/PER/IX/1990 menyatakan bahwa, batas maksimum kadar
klorida yang diperbolehkan di dalam air dan dapat dikatakan cukup baik
adalah tidak lebih dari 600 mg/l. Apabila kadar klorida air dibawah 600 mg/l
dinyatakan baik.
Untuk menghitung ion klorida digunakan rumus :
( VA −VB ) X N AgNO3 X 35,45 X 1000
−¿= ¿
volume sampel
KloridaCl

2.3 Sisa Klor

Desinfektan yang umum digunakan adalah senyawa yang mengandung


klor karena stabil dan ekonomis. Sisa klor bertujuan untuk membunuh bakteri
yang masuk selama pendistribusian air minum kepada masyarakat. Jika sisa klor
dalam sistem distribusi air terlalu rendah, bakteri dapat berkembang dalam air
dan mengakibatkan waterborne diseases pada masyarakat (Soemirat, 2002).
Kadar sisa klor yang terlalu tinggi, akan menyebabkan bau kaporit yang tajam
dan membahayakan kesehatan manusia jika terkonsumsi. Salah satu efek
samping dari proses klorinasi adalah Trihalomethane (THM) yaitu produk sisa
klorinasi yang bersifat karsinogenik (Garcia., dkk. 1997). Banyak hal yang
mempengaruhi kadar sisa klor di jaringan distribusi seperti sumber air, jarak,
kondisi pipa, dan kualitas air (Waluyo, 2009).
Untuk menghitung sisa klor digunakan rumus :
Sisa Klor Cl−¿=¿¿ ¿
BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kualitas air sungai yang
berada pada Jalan Kali Sekertariat Utara. Tingkat parameter yang diukur adalah
penetapan kesadahan dan klorida pada air. Metode yang digunakan pada
praktikum ini adalah metode survey, yaitu dengan cara mengunjungi langsung
lokasi pengambilan sampel. Penelitian yang dilakukan ada dua jenis yaitu
penelitian ex-situ di laboratorium dan penelitian in-situ. Adapun teknik yang
digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode grab sampling, yaitu
dengan menggunakan alat sampling, water sampler.

Dari hasil yang diambil kemudian akan diteliti di laboratorium. Setelah


memperoleh hasil pengamatannya kemudian akan dibandingkan dengan baku
mutu yang tertera pada PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air. PERMENKES No. 461 Tahun 1990 dan
Peraturan Gubernur DKI Jakarta No.122 tahun 2005. Adapun tempat dan waktu
pelaksanaan adalah sebagai berikut :

3.1 Waktu dan Tempat

Lokasi : Jalan Kali Sekretariat Utara Kec. Grogol


Hari, Tanggal : Selasa, 10 April 2018
Pukul : 07.00 – 07.30
Cuaca : Cerah
Koordinat : 6P58RQFR+WG
Kondisi : Aliran mengalir lambat, warna air hitam keruh
Foto Lokasi :

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Kesadahan Total

3.1 Tabel Alat dan Bahan Kesadahan Total

No Alat Bahan
.

1. Pipet gondok 25 ml Sampling Air

2. pH meter Air Suling

3. Labu erlenmeyer 250ml Indikator EBT

4. Buret Larutan Penyangga

5. Statif EDTA 0,0084 N


3.2.2 Kesadahan Ca+

3.2 Tabel Alat dan Bahan Kesadahan Ca2+

No Alat Bahan
.

1. Pipet gondok 25 ml Sampel air

2. pH meter Air suling

3. Labu erlenmeyer 250ml NaOH 0,0084 N

4. Buret KCN 10%

5. Statif Indicator mourexide

6. - EDTA 0,0084 N

3.2.3 Klorida

3.3 Tabel Alat dan Bahan Klorida

No Alat Bahan
.

1. Pipet gondok 25 ml Sampling air

2. Labu erlenmeyer 250ml Air suling

3. Buret KI 5%

4. Statif AgNO3 0,0123 N


3.2.4 Sisa Klor
3.4 Tabel Alat dan Bahan Sisa Klor
No Alat Bahan
.

1. Pipet gondok 25 ml Sampling air

2. Labu erlenmeyer 250ml Air suling

3. Buret KH-NaOH

4. Statif CH3COOH

No Alat Bahan
.

5. - Larutan kanji

6. - Na2S2O3 0,0125 N

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Sampling
Tabel 3.1 Cara Kerja Sampling
No Cara Kerja Gambar
1. Siapkan alat sampling vertikal.
Celupkan alat sampling ke dalam
sungai sedalam ½ sampai dengan
2/3 kedalaman.

2. Tarik kembali alat sampling yang


telah terisi penuh oleh sampel air
sungai. Pindahkan sampel air
kedalam dirigen sampai penuh.
3.3.2 Kesadahan Total

3.2 Cara Kerja Percobaan Kesadahan Total

No Cara Kerja Gambar


1. Pipet 25 ml air sampel
menggunakan pipet gondok.

2. Tambahkan air suling sampai


volumenya 50 ml

3. Tambahkan larutan penyangga 1-2


ml

No Cara Kerja Gambar


4. Tambahkan 5ml/gram indicator
EBT

5. Letakkan erlenmeyer tepat di bawah


buret yang sudah berisi larutan
EDTA 0,0084N sebanyak 25 ml.

6. Ketika warna sampel air sudah


mulai berubah menjadi warna biru,
putar tap hingga tidak
mengeluarkan tetesan EDTA. Baca
miniskus pada buret dan catat
seberapa banyak EDTA yang
digunakan.

3.3.3 Kesadahan Ca2+

3.3 Cara Kerja Percobaan Ca2+


No Cara Kerja Gambar

1. Pipet 25 ml air sampel


menggunakan pipet gondok.v

2. Tambahkan larutan NaOH 0,1N.

3. Cek pH air sampel (12-13).

4. Tambahkan indicator mourexide.

No Cara Kerja Gambar

5. Bersihkan buret dengan


memasukkan aquades ke dalamnya
miringkan buret hingga buret
horizontal lalu putar buret tersebut.
Keluarkan aquades dari buret
dengan memutar tap.

6. Masukan larutan EDTA 0,0084N


kedalam buret sebanyak 25 ml
dalam keadaan tap tertutup.

7. Letakkan erlenmeyer tepat di


bawah buret dan perlahan putar tap
sampai mengeluarkan tetes-tetesan
EDTA. Ketika warna sampel air
sudah mulai berubah menjadi warna
ungu, putar tap hingga tidak
mengeluarkan tetesan EDTA. Lalu
baca miniskus pada buret dan catat.

3.3.4 Klorida

Tabel 3.4 Cara Kerja Percobaan Klorida

No Cara Kerja Gambar


1. Pipet 100 ml air sampel
menggunakan pipet gondok.
2. Tambahkan 1ml larutan K2Cr2O4 5%

3. Berishkan buret lalu masukan


larutan AgNO3 0,0123 N kedalam
buret sebanyak 25 ml dalam
keadaan tap tertutup.

4. Letakkan erlenmeyer tepat di bawah


buret dan perlahan-lahan putar tap
sampai mengeluarkan tetes-tetesan
AgNO3 0,0123 N.

No Cara Kerja Gambar


5. Ketika warna sampel air sudah
mulai berubah berwarna merah bata,
putar tap hingga tidak mengeluarkan
tetesan AgNO3. Baca miniskus pada
buret dan catat seberapa banyak
AgNO3 yang digunakan.
3.3.5 Sisa Klor

Tabel 3.4 Cara Kerja Percobaan Sisa Klor

No Cara Kerja Gambar


1. Pipet 25 ml air sampel menggunakan
pipet gondok.

2. Tambahkan 1 ml larutan KI

No Cara Kerja Gambar

3. Tambahkan 1 ml CH3COOH glasial


4. Tambahkan 1 ml larutan kanji

5. Titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,025


N sampai warna larutan tepat hilang
tidak berwarna.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


4.1.1. In Situ
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan In Situ
NO. Gambar Keterangan

1 Pengambilan Sampel

2 Suhu

3 pH

4 DHL
4.1.2 Hasil Pengamatan Kesadahan Total

Tabel 4.1.2 Hasil Pengamatan Kesadahan Total

Gambar
NO. Sebelum diteteskan Sesudah diteteskan
Sesudah dititrasi
indikator indikator

1.

Warna larutan: Warna larutan: merah Warna larutan: biru


tidakberwarna anggur keruh
Volume EDT yang didapatadalah 5,5 mL

4.1.3 Hasil Pengamatan Kesadahan Total Ca2+

Table 4.1.3 Hasil Pengamatan Kesadahan Ca2+

NO Gambar
Sebelum diteteskan Setelah ditambahkan Sesudah titrasi
.
indikator maurixide

1.

Warna larutan: Warna larutan:


Warna larutan: ungu
tidak berwarna merah anggur
Volume EDTAyang didapat adalah 5,5 mL, warna titik akhir titrasi pink
keunguan

4.1.4 Hasil Pengamatan Ion Klorida

Table 4.1.4 Hasil Pengamatan Ion Klorida

Gambar
NO. Sebelum diteteskan Setelah di teteskan
Sesudah titrasi
indikator indikator
1.

Warna larutan: tidak Warna larutan: Warna larutan: merah


berwarna kuning terang bata
Volume AgNO3 yang didapat adalah 15,7 mL

V 4.1.5 Hasil Pengamatan Pengamatan Sisa Klor

Tabel 4.1.5 Hasil Pengamatan Sisa Klor

Gambar
Setelah di tambahkan
NO
Sebelum ditambahkan larutan kanji + serbuk
. Sesudah titrasi
indikator KI + Larutan
CH3COOH
1.

Warna larutan: tidak Warna larutan: biru Warna larutan: tidak


berwarna cv berwarna
Volume Na2S2O3 yang didapat adalah 31,4 mL

4.2. Perhitungan

4.2.1 Kesadahan Total


Perhitungan
Dik : Vol EDTA percobaan pertama = 5,6 mL
Vol EDTA percobaankedua = 5,4mL
Vol air sampel = 25 mL
Konsentrasi EDTA = 0,01 M
mgCacO 3
Dit : Kesadahan Total
L
Jawab :
vol percobaan1+ vol percobaan 2
Vol EDTA=
2
5,6 mL+5,4 mL
¿
2
¿ 5,5 mL
CacO3 1000 50 mL
KesadahanTotal = X V EDTA X M EDTA X
L volume sampel 25 mL
1000 50 mL
¿ X 5,5 mL X 0,01 M x
25 mL 25 mL
¿ 440 mg CaCO3 / L
4.2.2 Kesadahan Ca2+dan Mg2+

Perhitungan

Dik : Vol EDTA percobaan pertama = 5,5 mL


Vol EDTA percobaan kedua = 5,5 mL
Vol air sampel = 100 mL
Konsentrasi EDTA = 0,01 M
Ar Ca = 40
Ar Mg = 24
mgCa
Dit : a. Kesadahan Ca2+
L
mg Mg
b. Kesadahan Mg2+
L
Jawab :
vol percobaan1+ vol percobaan 2
Vol EDTA=
2
5,5mL +5,5 mL
¿
2
¿ 5,5 mL
mgCa 1000
a. Kesadahan = X (V rata−ratab) X M EDTA X Ar Ca
L volume sampel
1000
¿ X 5,5 mL X 0,01 M X 40
25 mL
¿ 88 mgCa /L
b. Kesadahan Mg2+

mg Mg 1000
= X ( Vrata−rata a ) −(Vrata−rata b) X M EDTA X Ar Mg
L volume sampel

1000
¿ X (5,5 mL−5,5mL ) X 0,01 M X 24
25 ml
¿ 0 mgMg/ L

4.2.3 Ion Klorida


Perhitungan
Dik : Vol AgNO3 = 15,7 mL
Vol larutan blanko = 1,80 mL
Vol air sampel = 100 mL
N AgNO3 = 0,0123 N
Berat equivalen Cl- = 35,45
Ket : A= vol AgNO3 untuk titrasi larutan sampel air
B =vol AgNO3 untuk titrasi larutan blanko
Dit : Klorida (mg Cl-)
( VA −VB ) X N AgNO3 X 35,45 X 100
Jawab : KloridaCl−¿= volume sampel
¿

(100 mL−1,80 mL ) X 0,0123 N X 35,45 x 100


¿ ¿ 42,82 mg Cl−¿ ¿
100 ml

4.2.4 Sisa Klor

Perhitungan
Dik : Vol Na2S2O3 = 31,4 mL
Vol air sampel = 25 mL
Konsentrasi Na2S2O3 = 0,025 N
Berat equivalen Cl- = 35,45

Dit : Sisa Klor (mg Cl-)


Jawab : Sisa Klor Cl−¿=¿¿ ¿

( 31,4 mL X 0,025 N ) X 35,45 X 1000


¿
25 ml

¿ 1113,13 mgCl−¿¿
4.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan tentang penetapan
kesadahan, ion klorida, dan sisa klor pada air sampel. Pengambilan air sampel ini
diambil di Kali Sekretaris Jalan Utara pada pukul 07.25. Air sampel di masukkan
ke dalam jerigen dengan posisi dimiringkan hingga penuh sampai tidak ada
gelembung udara di dalam jerigen tersebut. Setelah itu sampel yang sudah
dipindahkan ke dalam gelas piala di ukur pH, suhu, DO, dan DHL yang
terkandung dalam larutan tersebut. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan
diperoleh hasil pH 12, suhu 26,3 ℃, DHL 334 µs/cm
Pada percobaan pertama, praktikan melakukan percobaan penetapan
kesadahan total. Penetapan kesadahan total ini dilakukan dengan metode EDTA
(Etilen Diamin Tetra Asetat) dengan mengukur volume larutannya yang
digunakan sebagai titran. 25 ml air sampel yang dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer di encerkan dengan air suling sampai 50 ml. setelah di tambahkan
larutan penyangga dan indikator EBT, ketika indikator EBT sebanyak satu spatula
ditambahkan, warna larutan di dalam labu erlenmeyer berubah warna menjadi
merah anggur. Ketika di titrasi dengan larutan EDTA 0,0084 N larutan berubah
warna menjadi biru keruh. Praktikan melakukan titrasi sebanyak empat kali,
volume EDTA yang terpakai pada titrasi pertama sebanyak 8 ml, titrasi kedua
sebanyak 11,6 ml, titrasi ke tiga sebanyak 16,1 ml dan titrasi terakhir sebanyak
16,2 ml. Maka dari ke empat titrasi tersebut volume yang digunakan sebagai
perhitungan yaitu titrasi ke tiga dan ke empat karena memiliki perbedaan volume
0,1 ml dimana batas perbedaan volume yang diizinkan adalah sebanyak ± 1 m.
kedua volume tersebut di rata-rata sebagai volume larutan EDTA yang terpakai.
Setelah melakukan perhitungan untuk mengetahui kesadahal total (mg CaCO3/L)
adalah 542,640 mg CaCO3/L .
Pada percobaan kedua, yaitu kesadahan Ca2+. Dengan menggunakan larutan
EDTA 0,0084 N sebagai larutan titran yang dititrasi dengan 25 ml air sampel
yang telah ditambahkan dengan larutan NaOH 0,1 N. Larutan ini menghasilkan
warna yang keruh sehingga perlu ditambahkan larutan KCN 10% kemudian
ditambahkan satu spatula indikator Mourixide. Titrasi dilakukan sebanyak tiga
kali. Titrasi pertama menggunakan EDTA sebanyak 7,8 ml, titrasi kedua
sebanyak 2,7 ml, dan titrasi yang ketiga sebanyak 2,8 ml. Dari ketiga titrasi ini
volume yang digunakan adalah 2,7 ml dan 2,8 ml yang dirata-rata menjadi 2,75
ml. Kesalahan yang terjadi pada titrasi pertama adalah kebocoran pada buret yang
digunakan, sehingga hasil titrasi tidak akurat. Setelah melakukan perhitungan,
kesadahan Ca2+ adalah sebesar 36,96 mgCa /L dan kesadahan Mg2+ adalah sebesar
108,0576 mgMg/ L.
Percobaan ketiga adalah penetapan ion klorida dengan menggunakan larutan
AgNO3 0,0123 N sebagai larutan titran yang dititrasi dengan 100 ml air sampel
yang ditambahkan dengan 1 ml K2CrO4 5%, sehingga larutan berubah warna
menjadi warna kuning terang. Ketika dititrasi dengan larutan AgNO3 0,0123 N
sebanyak 13,4 ml warna larutan berubah menjadi warna merah bata. Larutan ini
merupakan larutan sampel uji. Sedangkan untuk larutan blanko sebanyak 1,2 ml.
Percobaan terakhir adalah penetapan sisa klor dengan larutan Na2S2O3
0,0125 N sebagai larutan titran yang dititrasi dengan larutan 25 ml air sampel
yang telah ditambahkan larutan KI-NaOH sebanyak 1 ml, kemudian ditambahkan
pula larutan CH3COOH sebanyak 1 ml. Setelah itu ditambahkan pula larutan kanji
yang merubah warna menjadi biru. Larutan ini harus segera dititrasi dengan
larutan Na2S2O3 0,0125 N karena warna yang diberikan oleh larutan kanji akan
cepat berubah sehingga dapat memengaruhi jumlah volume larutan titran yang
dibutuhkan. Titrasi dihentikan setelah warna larutan menjadi tepat hilang, didapat
volume yang dibutuhkan sebanyak 0,2 ml. Setelah dilakukan perhitungan jumlah
sisa klor yang terdapat di dalam larutan tersebut adalah sebesar 3,5450 mg/L.
Berdasarkan PERGUB No. 582 tahun 1995 Kali sekretaris dapat di golongkan ke
golongan D yang peruntukkannya adalah usaha perkotaan.

DAFTAR PUSTAKA

Abditya, Hendra. 2010. Analisis biaya uji kualitas air sumur. Other Thesis,
Uns. Dalam
http://eprints.uns.ac.id/182/7rct=j&sa=U&ved=analisis+biaya+uji+kualitas+a
ir+sumur&usg=AOvVaw3N8TZBA50BqNRq_eTLyqn8 (diakses pada
tanggal 13 april 2018 pukul 13.44)

Purwakusuma, W. 2007. Pengendalian hama dan penyakit ikan karnisius.


Yogyakarta. Dalam https:// www.google.co.id/url?
url=http://digilib.itb.ac.id/files/jbptitbpp-gdl-nopistiyat-31577-7-2008tsa.pdf
(diakses pada tanggal 13 april 2018 pukul 14.22)

Sawyer, lawrence. B, ET AL. 2003. Sawyer’s International Editing . The


Practice Of Modern Internal Auditing. 5 Edition, Florida , The Instituteof
Internal Auditors. Dalam http://digilib.itb.ac.id/files/jbptitbpp-gdl-nopistiyat-
31577-7-2008tsa.pdf (diakses pada tanggal 13 april 2018 pukul 12.25)

Anda mungkin juga menyukai