Assalamualaikum Wr. Wb
Bismillahirahmanirrahim
Segala puji saya panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah memberikan
kesempatan untuk saya bisa menyelesaikan laporan ini, yaitu tentang
Pengukuran Penyipat Datar dengan baik dan tepat pada waktunya.
Terimakasih banyak atas dukungan dari kawan-kawan sekalian terutama
untuk asisten Laboratorium Eksplorasi, khususnya asisten praktikum perpetaan
Universitas Islam Bandung yang telah memberikan pengetahuan dan tuntunan
kepada saya dalam penyusunan laporan ini.
Dalam laporan ini dijelaskan tentang penjelasan pengukuran penyipat datar
yang betujuan untuk mengukur dan beda tinggi dari suatu lokasi atau wilayah
kerja.
Akhir kata saya ucapkan terimaksih dan semoga laporan ini bermanfaat
untuk khalayak.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
1
1
1
1
1
2
2
3
5
7
10
10
10
10
11
13
14
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Gambar 2.1
pengukuran penyipat datar
Sebelum digunakan alat sipat datar mempunyai syarat yaitu, garis bidik
harus sejajar dengan garis jurusan nivo. Dalam keadaan di atas, apabila
gelembung nivo tabung berada di tengah garis bidik akan mendatar. Oleh sebab
itu, gelembung nivo tabung harus di tengah setiap kali akan membaca skala
rambu. Karena interval skala rambu umumnya 1 cm, maka agar kita dapat
menaksir bacaan skala dalam 1 cm dengan teliti, jarak antara alat sipat datar
dengan rambu tidak lebih dari 60 meter. Artinya jarak antara dua titik yang akan
diukur beda tingginya tidak boleh lebih dari 120 meter dengan alat sipat datar
ditempatkan di tengah antar dua titik tersebut dan paling dekat 3,00 m.
Stasion
Stasion adalah titik dimana rambu ukur ditegakan; bukan tempat alat sipat
datar ditempatkan. Tetapi pada pengukuran horizontal, stasion adalah titik
tempat berdiri alat.
Tinggi Alat
Tinggi alat adalah tinggi garis bidik diatas tanah dimana alat sipat datar
didirikan.
Pengukuran Kebelakang
Pengukuran
ke
rambu
yang
ditegakan
distasion
yang
diketahui
Pengukuran Ke Muka
Pengukuran
ke
rambu
yang
ditegakan
distasion
yang
diketahui
Titik Putar
Titik putar (turning point) adalah stasion dimana pengukuran ke belakang
dan ke muka dilakukan pada rambu yang ditegakan di stasion tersebut.
Stasion Antara
Stasion Antara (Intermediate Stasion) adalah titik antara dua titik putar,
dimana hanya dilakukan pengukuran kemuka untuk menentukan ketinggian
stasion tersebut.
Seksi
Adalah jarak antara dua stasion yang berdekatan, yang sering pula disebut
slag.
Beberapa istilah tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah.
Gambar 2.2
Keterangan pengukuran sipat datar
Cara Pertama
Alat sipat datar ditempatkan di stasion yang diketahui ketinggiannya.
Dengan demikian dengan mengukur tinggi alat, tinggi garis bidik dapat dihitung.
Apabila pembacaan rambu di stasion lain diketahui, maka tinggi stasion ini dapat
pula dihitung.
Gambar 2.3
Pengukuran tinggi garis bidik cara peratama
Keterangan :
ta
= tinggi alat di A
HA = tinggi stasion A
b
= bacaan rambu di B
HB = tinggi stasion B
hAB = beda tinggi dari A ke B = ta - b
b.
Cara Kedua
Alat sipat datar ditempatkan diantara dua stasion (tidak perlu segaris).
Gambar 2.4
Pengukuran tinggi garis bidik cara kedua
Keterangan :
hAB = a - b
hBA = b - a
c.
Cara ketiga
Alat sipat datar tidak ditempatkan diantara atau pada stasion.
Gambar 2.5
Pengukuran tinggi garis bidik cara ketiga
Keterangan :
hAB = a - b
hBA = b - a
pembacaan a dan b dapat diusahakan sama teliti yaitu menempatkan alat sipat
datar tepat di tengah-tengah antara stasion A dan B (jarak pandang ke A sama
dengan jarak pandang ke B).
Pada cara pertama pengukuran ta kurang teliti dibandingkan dengan
pengukuran b, dan pada cara ketiga pembacaan a kurang teliti dibandingkan
dengan pembacaan b. Selain itu, dengan cara kedua hasil pengukuran akan
bebas dari pengaruh kesalahan - kesalahan garis bidik, refraksi udara serta
kelengkungan bumi.
Foto 2.1
Autolevel
tinggi dan mengukur jarak dengan menggunakan pesawat. Rambu ukur biasanya
dibaca langsung oleh pembidik.
Statif merupakan tempat dudukan alat dan untuk menstabilkan alat seperti
Sipat datar. Alat ini mempunyai 3 kaki yang sama panjang dan bisa dirubah
ukuran ketinggiannya. Statip saat didirikan harus rata karena jika tidak rata dapat
mengakibatkan kesalahan saat pengukuran
Foto 2.2
Rambu ukur dan statif
Salah
satu
contoh
kegiatan
pengukuran
dilapangan
dengan
Foto 2.3
Pengukuran beda tinggi
BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN
3.1 Tugas
3.2 Pembahasan
3.2.1 Menghitung Titik Koordinat
Dalam menentukan titik-titik koordinat dalam daerah pengukuran PT.
Eksplorasi Unisba dilakukan dengan perhitungan menggunakan metode polar,
dimana jarak datar dan azimuth telah diketahui. Dalam perhitungannya,
penentuan koordinat dilakukan dengan cara menghitung jarak datar dalam peta
yang dikalikan dengan skala peta (1:1000 m) yang dikalikan dengan sudut
azimuth yang telah diketahui dan ditambahkan dengan koordinat sebelumnya
(Xawal, Yawal). Perhitungan sebagai berikut :
Untuk koordiant X
X
Untuk koordinat Y
Y
Titik P3
Untuk koordinat X
X
10
11
= 983,78
Untuk koordinat Y
Y
Untuk nilai koordinat dari titik-titik P4 sampai P12, dilakukan dengan cara
perhitungan yang sama seperti diatas, dimuat dalam tabel dibawah untuk hasil
perhitungan.
Tabel 3.1
Data koordinat titik pengukuran P1 - P12
3.2.2
Titik
P1
1000
1000
P2
1027,01
980,83
P3
983,78
961,14
P4
983,78
817,14
P5
1127,78
817,14
P6
1127,78
961,14
P7
1104,93
922,37
P8
1009,93
922,37
P9
1009,93
882,37
P10
1059,93
882,37
P11
1059,93
842,37
P12
1099,93
842,37
Luas
)-(
12
983,78
961,14
983,78
817,14
1127,78
817,14
1127,78
961,14
Untuk x.y
= 3775680,917
Untuk x.y
= 3734208,917
= 1 2 x 3775680,917 - 3734208,917
= 20736 m2
= 2,0736 ha
1104,93
922,37
1009,93
922,37
1009,93
882,37
1059,93
882,37
1059,93
842,37
1099,93
842,37
Untuk x.y
= 5601667,055
Untuk x.y
= 5590867,005
= 1 2 x 5601667,055 - 5590867,005
= 5400 m2
= 0,54 ha
13
10
x 3,3 = 0,33
100
5
x 0,37 = 0 23
10
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Interval Jarak
kontur datar
10
3,7
10
3
10
3,8
10
4,4
10
5,6
10
3,9
10
8,2
10
7,2
10
5,8
10
4,8
10
5,2
10
5,6
10
3,1
10
0,33
Beda
tinggi
275
375
100
275
200
75
275
350
250
175
75
100
175
10
Sisa
0
0
0
0
0
0
0
0
5
0
0
0
0
0
Jarak
kontur
0,13
0,08
0,38
0,16
0,28
0,52
0,298
0,20
0,23
0,27
0,69
0,56
0,017
0,16
Jarak
sisa
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,011
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
14
15
16
17
18
19
10
10
10
10
10
0,23
4,3
4,9
3,7
5,5
10
100
150
50
75
0
0
0
0
0
0,11
0,43
0,32
0,74
0,73
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
dengan cara
mengukur kedepan (front side) dan pengukuran kebelakang (back side), dari
hasil pengukuran diperoleh data hasil pengukuran yaitu :
Titik P4
Benang atas
= 6.05
Benang tengah
= 5.1
Benang bawah
= 4.2
BS (Back side)
Benang atas
= 16.2
Benang tengah
= 15.8
Benang bawah
= 15.6
Titik P5
FS (Front side)
FS (Front side)
Benang atas
= 21.45
Benang tengah
= 20.55
Benang bawah
= 19.85
BS (Back side)
Benang atas
= 23.05
Benang tengah
= 22.1
Benang bawah
= 21.2
Titik P6
Untuk titik P6 ini, dilakukan pengukuran untuk beberapa titik beda tinggi.
Dimana data pengukuran sebagai berikut :
FS (Front side) I
Benang atas
= 14.9
Benang tengah
= 14.4
15
Benang bawah
= 13.9
FS (Front side) II
Benang atas
= 16.2
Benang tengah
= 15.75
Benang bawah
= 15.1
= 18,05
Benang tengah
= 17.55
Benang bawah
= 16.85
FS (Front side) IV
Benang atas
= 18.1
Benang tengah
= 17.6
Benang bawah
= 16.8
BS (Back side) I
Benang atas
= 6.5
Benang tengah
= 5.6
Benang bawah
= 4.85
BS (Back side) II
Benang atas
= 10.25
Benang tengah
= 9.6
Benang bawah
= 8.85
= 13.6
Benang tengah
= 12.9
Benang bawah
= 12.25
BS (Back side) IV
Benang atas
= 8.05
Benang tengah
= 7.75
Benang bawah
= 6.85
Dari hasil pengukuran ini dapat diketahui beda tinggi dari tiap titik
pengukuran dan jarak datar antara titik satu ke titik yang lain.
Untuk penentuan jarak datar digunakan rumus :
JD = (Benang atas Benang bawah) x 100
16
Untuk beda tinggi dari tiap titik dapat dilihat dalam penampang dua
dimensi yang digambarkan dengan skala horizontal 1 : 100 m dan
skala vertikal 1 : 50 m. (Terlampirkan).
BAB IV
ANALISA
Dari pembahasan tugas pada bab sebelumnya, ada beberapa hal yang
dapat dianalisa, yaitu diantaranya untuk mengetahui suatu titik koordinat, dapat
dilakukan dengan hanya mengatahui jarak datar dalam pengukuran dari titik satu
ke ttitik selanjutnya dan sudut azimuth yang diukur dari arah utara dengan syarat
adanya satu titik koordiant yang telah diketahui sebelumnya.
Untuk peta topografi yang dibuat dapat dianalisa untuk morfologi daerah
tersebut, dimana adanya aliran sungai didalam wilayah yang dibuat peta
topografinya, sesuai dengan sifat dari garis kontur yang membentuk seperti huruf
(v) yang terdapat diantara elevasi 425, 325, 150, 100, dan 50 mdpl. Aliran sungai
berawal dari elevasi paling tinggi atau hulu dari sungai dan menglair diantara dua
elevasi 150 dan 100 mdpl.
Untuk pengukuran beda tinggi yang dilakukan, dapat dianalisa bahwa
dengan metode pengkuran kebelakang dan metode pengukuran kedepan, dapat
diketahui beda tinggi dari dua lokasi pengukuran yang berbeda, dengan bantuan
alat berupa pesawat penyipat datar (waterpass dan rambu ukur). Dari
pembacaan benang atas dan benang bawah pada rambu ukur, dapat diketahui
jarak datar dari dua lokasi tersebut.
17
BAB V
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN