Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Bismillahirahmanirrahim
Segala puji saya panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah memberikan
kesempatan untuk saya bisa menyelesaikan laporan ini, yaitu tentang
Pengukuran Penyipat Datar dengan baik dan tepat pada waktunya.
Terimakasih banyak atas dukungan dari kawan-kawan sekalian terutama
untuk asisten Laboratorium Eksplorasi, khususnya asisten praktikum perpetaan
Universitas Islam Bandung yang telah memberikan pengetahuan dan tuntunan
kepada saya dalam penyusunan laporan ini.
Dalam laporan ini dijelaskan tentang penjelasan pengukuran penyipat datar
yang betujuan untuk mengukur dan beda tinggi dari suatu lokasi atau wilayah
kerja.
Akhir kata saya ucapkan terimaksih dan semoga laporan ini bermanfaat
untuk khalayak.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Bandung, 18 Maret 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................


1.1 Latar Belakang ...........................................................................
1.2 Maksud Dan Tujuan ...................................................................
1.2.1 Maksud .............................................................................
1.2.2 Tujuan ...............................................................................

1
1
1
1
1

BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................


2.1 Pengukuran Penyipat Datar .......................................................
2.2 Istilah Dalam Pengukuran Penyipat Datar...................................
2.3 Cara-Cara Pengukuran Penyipat Datar ......................................
2.4 Alat-alat Pengukuran Penyipat Datar .........................................

2
2
3
5
7

BAB III TUGAS DAN PEMBAHASAN ......................................................


3.1 Tugas .........................................................................................
3.2 Pembahasan ..............................................................................
3.2.1 Menghitung koordinat ........................................................
3.2.2 Menghitung luas ................................................................
3.2.3 Membuat peta topografi ....................................................
3.2.4 Data hasil pengukuran sipat datar .....................................

10
10
10
10
11
13
14

DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan ilmu perpetaan didasarkan terhadap ilmu tentang pemetaan.
Diawali dengan bagaimana cara memperoleh data untuk membuat peta, cara
untuk mengolah data, dan untuk membuat peta yang baik dan benar.
Dalam mengetahui suatu kondisi daerah tertentu, dengan adanya data
hasil survey lapangan yang digambarkan dalam bidang dua dimensi yaitu berupa
peta, maka akan dapat dengan mudah menganalisa bagaimana morfologi
keadaan suatu daerah tersebut, yang bilamana akan ditentukan sebagai lokasi
pembukaan lahan kerja, akan didapatkan hasil yang maksimal dan dengan
konsep perencanaan kerja yang baik dengan mengacu pada keadaan daerah
tersebut.

1.2 Maksud Dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum kali ini yaitu untuk memahami konsep dasar
pemetaan dilapangan dengan pengukuran kerangka dasar vertikal dengan
metode penyipat datar.
1.2.2 Tujuan

Mampu mengetahui langkah-langkah pekerjaan pengukuran metode


penyipat datar

Mampu menggunakan alat pemetaan yang berhubungan dengan metode


penyipat datar dalam mengambil data lapangan

Mampu mengolah data hasil pengukuran yang dilakukan.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengukuran Penyipat Datar


Metode sipat datar optis adalah proses penentuan ketinggian dari sejumlah
titik atau pengukuran perbedaan elevasi. Perbedaan yang dimaksud adalah
perbedaan tinggi di atas air laut ke suatu titik tertentu sepanjang garis vertikal.
Perbedaan tinggi antara titiktitik akan dapat ditentukan dengan garis sumbu pada
pesawat yang ditunjukan pada rambu yang vertikal. Tujuan dari pengukuran
penyipat datar adalah mencari beda tinggi antara dua titik yang diukur. Misalnya
bumi, bumi mempunyai permukaan ketinggian yang tidak sama atau mempunyai
selisih tinggi. Apabila selisih tinggi dari dua buah titik dapat diketahui maka tinggi
titik kedua dan seterusnya dapat dihitung setelah titik pertama diketahui
tingginya.

Gambar 2.1
pengukuran penyipat datar

Sebelum digunakan alat sipat datar mempunyai syarat yaitu, garis bidik
harus sejajar dengan garis jurusan nivo. Dalam keadaan di atas, apabila
gelembung nivo tabung berada di tengah garis bidik akan mendatar. Oleh sebab
itu, gelembung nivo tabung harus di tengah setiap kali akan membaca skala
rambu. Karena interval skala rambu umumnya 1 cm, maka agar kita dapat

menaksir bacaan skala dalam 1 cm dengan teliti, jarak antara alat sipat datar
dengan rambu tidak lebih dari 60 meter. Artinya jarak antara dua titik yang akan
diukur beda tingginya tidak boleh lebih dari 120 meter dengan alat sipat datar
ditempatkan di tengah antar dua titik tersebut dan paling dekat 3,00 m.

2.2 Istilah - Istilah Dalam Metode Pengukuran penyipat Datar


Dalam pengukuran dengan metode penyipat datar ini dikenal beberapa
istilah, yaitu :

Stasion
Stasion adalah titik dimana rambu ukur ditegakan; bukan tempat alat sipat
datar ditempatkan. Tetapi pada pengukuran horizontal, stasion adalah titik
tempat berdiri alat.

Tinggi Alat
Tinggi alat adalah tinggi garis bidik diatas tanah dimana alat sipat datar
didirikan.

Tinggi Garis Bidik


Adalah tinggi garis bidik diatas bidang referensi ketinggian (permukaan air
laut).

Pengukuran Kebelakang
Pengukuran

ke

rambu

yang

ditegakan

distasion

yang

diketahui

ketinggiannya, maksudnya untuk mengetahui tingginya garis bidik.


Rambunya disebut rambu belakang.

Pengukuran Ke Muka
Pengukuran

ke

rambu

yang

ditegakan

distasion

yang

diketahui

ketinggiannya, maksudnya untuk mengetahui tingginya garis bidik.


Rambunya disebut rambu muka.

Titik Putar
Titik putar (turning point) adalah stasion dimana pengukuran ke belakang
dan ke muka dilakukan pada rambu yang ditegakan di stasion tersebut.

Stasion Antara
Stasion Antara (Intermediate Stasion) adalah titik antara dua titik putar,
dimana hanya dilakukan pengukuran kemuka untuk menentukan ketinggian
stasion tersebut.

Seksi
Adalah jarak antara dua stasion yang berdekatan, yang sering pula disebut
slag.
Beberapa istilah tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah.

Gambar 2.2
Keterangan pengukuran sipat datar

Keterangan Gambar 2.2

A, B, dan C = stasion : X = stasion antara

Andaikan stasion A diketahui tingginya, maka :

Disebut pengukuran ke belakang, b = rambu belakang;

Disebut pengukuran ke muka, m = rambu muka.

Dari pengukuran 1 dan 2, tinggi stasion B diketahui, maka:

Disebut pengukuran ke belakang;

Disebut pengukuran ke muka, stasion B disebut titik putar

Jarak AB, BC dan seterusnya masing-masing disebut seksi atau slag.

Ta = tinggi alat; Tgb= tinggi garis bidik.


Pengertian lain dari beda tinggi antara dua titik adalah selisih pengukuran

ke belakang dan pengukuran ke muka. Dengan demikian akan diperoleh beda


tinggi sesuai dengan ketinggian titik yang diukur.

2.3 Cara - Cara Pengukuran Sipat Datar


Berikut adalah cara-cara pengukuran dengan sipat datar, diantaranya :
a.

Cara Pertama
Alat sipat datar ditempatkan di stasion yang diketahui ketinggiannya.

Dengan demikian dengan mengukur tinggi alat, tinggi garis bidik dapat dihitung.
Apabila pembacaan rambu di stasion lain diketahui, maka tinggi stasion ini dapat
pula dihitung.

Gambar 2.3
Pengukuran tinggi garis bidik cara peratama

Keterangan :
ta

= tinggi alat di A

= tinggi garis bidik

HA = tinggi stasion A
b

= bacaan rambu di B

HB = tinggi stasion B
hAB = beda tinggi dari A ke B = ta - b

Untuk menghitung tinggi stasion B digunakan rumus sebagai berikut:


HB = T - b
HB = HA + ta - b
HB = HA + hAB

Cara tersebut dinamakan cara tinggi garis bidik.

b.

Cara Kedua
Alat sipat datar ditempatkan diantara dua stasion (tidak perlu segaris).

Gambar 2.4
Pengukuran tinggi garis bidik cara kedua

Keterangan :
hAB = a - b
hBA = b - a

Bila tinggi stasion A adalah HA, maka tinggi stasion B adalah:


HB = HA + hAB = HA + a - b = T - b

Bila tinggi stasion B adalah HB, maka tinggi stasion A adalah:


HA = HB + hBA = HB + b - a = T - a

c.

Cara ketiga
Alat sipat datar tidak ditempatkan diantara atau pada stasion.

Gambar 2.5
Pengukuran tinggi garis bidik cara ketiga

Keterangan :
hAB = a - b
hBA = b - a

Bila tinggi stasion C diketahui HC, maka:


HB = HC + tc - b = T - b
HA = HC + tc - a = T - a

Bila tinggi stasion A diketahui, maka:


HB = HA + hAB = HA + a - b

Bila tinggi stasion B diketahui, maka:


HA = HB + hAB = HB + b - a
Dari ketiga cara di atas, cara yang paling teliti adalah cara kedua, karena

pembacaan a dan b dapat diusahakan sama teliti yaitu menempatkan alat sipat
datar tepat di tengah-tengah antara stasion A dan B (jarak pandang ke A sama
dengan jarak pandang ke B).
Pada cara pertama pengukuran ta kurang teliti dibandingkan dengan
pengukuran b, dan pada cara ketiga pembacaan a kurang teliti dibandingkan
dengan pembacaan b. Selain itu, dengan cara kedua hasil pengukuran akan
bebas dari pengaruh kesalahan - kesalahan garis bidik, refraksi udara serta
kelengkungan bumi.

2.4 Alat Yang Digunakan Dalam Pengukuran Penyipat datar


Pengukuran sipat datar memerlukan dua alat utama yaitu sipat datar dan
rambu ukur alat sipat datar. Biasanya alat ini dilengkapi dengan nivo yang
berfungsi untuk mendapatkan sipatan mendatar dari kedudukan alat dan untingunting untuk mendapatkan kedudukan alat tersebut di atas titik yang
bersangkutan.
Dalam pengukuran penyipat datar ini di lapangan, beberapa macam alat
pemetaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Pesawat Sipat datar


Biasanya penggunan alat ini menggunakan alat pemetaan yaitu waterpass
atau autolevel.

Foto 2.1
Autolevel

Rambu Ukur dan Statif


Fungsi rambu ukur adalah sebagai alat bantu dalam menentukan beda

tinggi dan mengukur jarak dengan menggunakan pesawat. Rambu ukur biasanya
dibaca langsung oleh pembidik.
Statif merupakan tempat dudukan alat dan untuk menstabilkan alat seperti
Sipat datar. Alat ini mempunyai 3 kaki yang sama panjang dan bisa dirubah
ukuran ketinggiannya. Statip saat didirikan harus rata karena jika tidak rata dapat
mengakibatkan kesalahan saat pengukuran

Foto 2.2
Rambu ukur dan statif

Salah

satu

contoh

kegiatan

pengukuran

dilapangan

dengan

megnggunakan alat-alat diatas. Pengukuran tersebut menggunkan cara ketiga


yang dijelaskan sebelumnya dengan pesawat sipat datar berada ditengah-tengah
antara dua buah rambu ukur.

Foto 2.3
Pengukuran beda tinggi

BAB III
TUGAS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tugas

Menghitung titik-titik pengukuran koordinat PT. Ekplorasi Unisba

Menghitung luas daerah dari batas-batas titik-titik pengukuran

Membuat peta topografi daerah PT.Eksplorasi Unisba

Mengukur beda tinggi untuk titik-titik pengamatan yang telah ditentukan.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Menghitung Titik Koordinat
Dalam menentukan titik-titik koordinat dalam daerah pengukuran PT.
Eksplorasi Unisba dilakukan dengan perhitungan menggunakan metode polar,
dimana jarak datar dan azimuth telah diketahui. Dalam perhitungannya,
penentuan koordinat dilakukan dengan cara menghitung jarak datar dalam peta
yang dikalikan dengan skala peta (1:1000 m) yang dikalikan dengan sudut
azimuth yang telah diketahui dan ditambahkan dengan koordinat sebelumnya
(Xawal, Yawal). Perhitungan sebagai berikut :

Titik P1 dengan koordinat (1000 ; 1000)


Untuk menghitung titik P2, dilakukan perhitungan sebagai berikut :

Untuk koordiant X
X

= Xawal + Jarak Datar . Sin


= 1000 + 33 . sin 1253030
= 1027,01

Untuk koordinat Y
Y

= Yawal + Jarak Datar . cos


= 1000 + 33 . cos 1253030
= 980,83

Titik P3

Untuk koordinat X
X

= Xawal + Jarak Datar . Sin


= 1027,01 + 47,5 . sin 2453030

10

11

= 983,78

Untuk koordinat Y
Y

= Yawal + Jarak Datar . cos


= 1000 + 47,5 . cos 2453030
= 961,14

Untuk nilai koordinat dari titik-titik P4 sampai P12, dilakukan dengan cara
perhitungan yang sama seperti diatas, dimuat dalam tabel dibawah untuk hasil
perhitungan.
Tabel 3.1
Data koordinat titik pengukuran P1 - P12

3.2.2

Titik

P1

1000

1000

P2

1027,01

980,83

P3

983,78

961,14

P4

983,78

817,14

P5

1127,78

817,14

P6

1127,78

961,14

P7

1104,93

922,37

P8

1009,93

922,37

P9

1009,93

882,37

P10

1059,93

882,37

P11

1059,93

842,37

P12

1099,93

842,37

Menghitung Luas Wilayah


Dalam perhitungan luas wilayah ini, dibagi kedalam dua bagian dalam

peta, dilakukan dengan metode perhitungan polygon, dimana titik-titik koordinat


telah dihitung dan diketahui untuk tiap titik pengukuran.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Luas

)-(

12

Untuk Batas ABCD (P3, P4, P5, P6)


Tabel 3.2
Perhitungan Luas untuk batas wilayah ABCD

Luas Wilayah (ABCD)


X

983,78

961,14

983,78

817,14

1127,78

817,14

1127,78

961,14

Untuk x.y

= 3775680,917

Untuk x.y

= 3734208,917
= 1 2 x 3775680,917 - 3734208,917
= 20736 m2
= 2,0736 ha

Untuk Batas PQRSTU (P7, P8, P9, P10, P11, P12)


Tabel 3.3
Perhitungan Luas untuk batas wilayah PQRSTU

Luas Wilayah (PQRSTU)


X

1104,93

922,37

1009,93

922,37

1009,93

882,37

1059,93

882,37

1059,93

842,37

1099,93

842,37

Untuk x.y

= 5601667,055

Untuk x.y

= 5590867,005
= 1 2 x 5601667,055 - 5590867,005
= 5400 m2
= 0,54 ha

13

3.2.3 Membuat Peta Topografi


Untuk proses pembuatan garis-garis kontur menggunakan metode
triangulasi atau dengan menggunakan segitiga-segitiga sebagai patokan
penarikan garis kontur yang mempunyai elevasi yang sama. Dan dalam
pembuatan peta topografi ini menggunakan interval kontur 10. Dengan
perhitungan sebagai berikut :

Untuk menhitung jarak kontur :


Jarak ontur =

10
x 3,3 = 0,33
100

Untuk menghitung jarak sisa :


Jarak sisa =

5
x 0,37 = 0 23
10

Dari pembuatan peta topografi dengan metode triangulasi ini didapatkan


data hasil perhitungan yang digambarkan dalam peta topografi manual ukuran
A4. Data perhitungan sebagai berikut :
Tabel 3.4
Perhitungan jarak kontur dan jarak sisa

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Interval Jarak
kontur datar
10
3,7
10
3
10
3,8
10
4,4
10
5,6
10
3,9
10
8,2
10
7,2
10
5,8
10
4,8
10
5,2
10
5,6
10
3,1
10
0,33

Beda
tinggi
275
375
100
275
200
75
275
350
250
175
75
100
175
10

Sisa
0
0
0
0
0
0
0
0
5
0
0
0
0
0

Jarak
kontur
0,13
0,08
0,38
0,16
0,28
0,52
0,298
0,20
0,23
0,27
0,69
0,56
0,017
0,16

Jarak
sisa
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,011
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00

14

15
16
17
18
19

10
10
10
10
10

0,23
4,3
4,9
3,7
5,5

10
100
150
50
75

0
0
0
0
0

0,11
0,43
0,32
0,74
0,73

0,00
0,00
0,00
0,00
0,00

3.2.4 Hasil Pengukuran Penyipat Datar Kampus Unisba


Dilakukan pada tiga titik pengukuran yaitu P4, P5, P6. Tujuan pengukuran
ini yaitu untuk mengetahui beda tinggi dari ketiga titik tersebut

dengan cara

mengukur kedepan (front side) dan pengukuran kebelakang (back side), dari
hasil pengukuran diperoleh data hasil pengukuran yaitu :

Titik P4

Benang atas

= 6.05

Benang tengah

= 5.1

Benang bawah

= 4.2

BS (Back side)
Benang atas

= 16.2

Benang tengah

= 15.8

Benang bawah

= 15.6

Titik P5

FS (Front side)

FS (Front side)
Benang atas

= 21.45

Benang tengah

= 20.55

Benang bawah

= 19.85

BS (Back side)
Benang atas

= 23.05

Benang tengah

= 22.1

Benang bawah

= 21.2

Titik P6
Untuk titik P6 ini, dilakukan pengukuran untuk beberapa titik beda tinggi.
Dimana data pengukuran sebagai berikut :

FS (Front side) I
Benang atas

= 14.9

Benang tengah

= 14.4

15

Benang bawah

= 13.9

FS (Front side) II
Benang atas

= 16.2

Benang tengah

= 15.75

Benang bawah

= 15.1

FS (Front side) III


Benang atas

= 18,05

Benang tengah

= 17.55

Benang bawah

= 16.85

FS (Front side) IV
Benang atas

= 18.1

Benang tengah

= 17.6

Benang bawah

= 16.8

BS (Back side) I
Benang atas

= 6.5

Benang tengah

= 5.6

Benang bawah

= 4.85

BS (Back side) II
Benang atas

= 10.25

Benang tengah

= 9.6

Benang bawah

= 8.85

BS (Back side) III


Benang atas

= 13.6

Benang tengah

= 12.9

Benang bawah

= 12.25

BS (Back side) IV
Benang atas

= 8.05

Benang tengah

= 7.75

Benang bawah

= 6.85

Dari hasil pengukuran ini dapat diketahui beda tinggi dari tiap titik
pengukuran dan jarak datar antara titik satu ke titik yang lain.
Untuk penentuan jarak datar digunakan rumus :
JD = (Benang atas Benang bawah) x 100

16

Dari rumus diatas, didapat hasil perhitungan untuk jarak datar

Jarak datar dari P4 P5 = 18,05 meter dengan

Jarak datar dari P5 P6 = 16 meter

Untuk beda tinggi dari tiap titik dapat dilihat dalam penampang dua
dimensi yang digambarkan dengan skala horizontal 1 : 100 m dan
skala vertikal 1 : 50 m. (Terlampirkan).

BAB IV
ANALISA

Dari pembahasan tugas pada bab sebelumnya, ada beberapa hal yang
dapat dianalisa, yaitu diantaranya untuk mengetahui suatu titik koordinat, dapat
dilakukan dengan hanya mengatahui jarak datar dalam pengukuran dari titik satu
ke ttitik selanjutnya dan sudut azimuth yang diukur dari arah utara dengan syarat
adanya satu titik koordiant yang telah diketahui sebelumnya.
Untuk peta topografi yang dibuat dapat dianalisa untuk morfologi daerah
tersebut, dimana adanya aliran sungai didalam wilayah yang dibuat peta
topografinya, sesuai dengan sifat dari garis kontur yang membentuk seperti huruf
(v) yang terdapat diantara elevasi 425, 325, 150, 100, dan 50 mdpl. Aliran sungai
berawal dari elevasi paling tinggi atau hulu dari sungai dan menglair diantara dua
elevasi 150 dan 100 mdpl.
Untuk pengukuran beda tinggi yang dilakukan, dapat dianalisa bahwa
dengan metode pengkuran kebelakang dan metode pengukuran kedepan, dapat
diketahui beda tinggi dari dua lokasi pengukuran yang berbeda, dengan bantuan
alat berupa pesawat penyipat datar (waterpass dan rambu ukur). Dari
pembacaan benang atas dan benang bawah pada rambu ukur, dapat diketahui
jarak datar dari dua lokasi tersebut.

17

BAB V
KESIMPULAN

Dari laporan ini yaitu tentang Pengukuran Penyipat Datar, dapat


disimpulkan bahwa dengan metode pengukuran ini bertujuan untuk mengukur
beda tinggi permukaan diatas permukaan laut di suatu daerah. Pengukuran
dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung dari kondisi daerah
pengukuran untuk penempatan alat penembak (waterpass atau autolevel) dan
posisi rambu ukurnya.

18

DAFTAR PUSTAKA

Muda, Iskandar, 2008. Teknik Survey Pemetaan.


http://bse.unej.ac.id/BSE/SMK/11SMK/data/Teknik%20Survei%20dan%2
0Pemetaan%20Jilid-2.pdf. Diakses tanggal 09 Maret 2013 (pdf, online).
Ir. Arifin, Zaenal, 2012. Penyipat Datar.
http://download.spmabanjarbaru.sch.id/files/Alat%20Penyipat%20Datar.p
df. Diakses tanggal 09 Maret 2013 (pdf, online).

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai