Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU UKUR TANAH

DIKERJAKAN OLEH :
NAMA

: ALVIAN MADUWU
ZOSEN K. TAMBUNAN
NELSON A. HUTAPEA
JOHANES F. GINTING
SOFRINIS NDRURU

DOSEN

: Drs. Ir. A. Gultom

[14.041.111.078]
[14.041.111.033]
[14.041.111.014]
[14.041.111.079]
[14.041.111.037]

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DARMA AGUNG
MEDAN
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karunianya sehingga tugas Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini dapat kami selesaikan dengan
baik, sesuai kurikulum yang berlaku di Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Darma
Agung Medan. Untuk mewujudkan tugas Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini dalam bentuk
tulisan kami sudah berusaha semaksimal mungkin disamping pengaruh dari dosen serta
perbandingan dengan berbagai literatur dengan bantuan Mahasiswa.
Kami menyadari bahwa penyajian tulisan ini masih terdapat kesilafan dalam hal
pembacaan rambu sewaktunya berlangsungnya praktikum maupun analisa dilapangan juga
dalam hal penulisan. Dengan hati yang tulus dan terbuka kami mengharapkan saran dari para
pembaca yang bersifat konstruktif bagi penyempurnaan laporan praktikum ini demi
kepentingan bersama. Akhirnya kami tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
Bapak Kepala Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Universitas Darma Agung Medan yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk dapat mengikuti praktikum ini.
Dosen Praktikum Ilmu Ukur Tanah Bapak Drs. Ir. A. Gultom yang dengan sabar
membimbing dalam penyusunan tugas laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini, semoga
Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segalanya.
Sebelum dan seudahnya kami tim penyusun banyak mengucapkan terima kasih, semoga
Laporan Praktiukum Ilmu Ukur Tanah ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan,

Maret 2016

Tim Penyusun.

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................................

Daftar Isi ..............................................................................................................................

ii

Bab I

Pengukuran Waterpass ..........................................................................................

Jenis-Jenis Pengukuran Waterpass Memanjang ...................................................

1.

Pengukuran Waterpass Memanjang Pergi Pulang .........................................

2.

Pengukuran Waterpass Polar .........................................................................

16

3.

Pengukuran Waterpass Memanjang Tertutup ................................................

22

4.

Pengukuran Waterpass Polar Tertutup ...........................................................

28

5.

Pengukuran Waterpass Profil Memanjang.....................................................

34

6.

Pengukuran Waterpass Profil Melintang .......................................................

38

BAB II Pengkuran Theodolite ...........................................................................................

48

Pengenalan Theodolit Laser ..................................................................................

49

Syarat-Syarat Theodolit ........................................................................................

50

Bagian-Bagian Dari Theodolit ..............................................................................

50

Bagian-Bagian Yang Terpenting Theodolit ..........................................................

51

Macam/Jenis Theodolit .........................................................................................

52

1.

Pengukuran Poligon Memanjang Tertutup ....................................................

53

2.

Pemetaan (Menentukan Titik Detail) .............................................................

58

LAMPIRAN

ii

BAB I
PENGUKURAN WATERPASS
Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan beda tinggi antara dua titik atau
lebih. Pengukuran waterpass ini sangat penting gunanya untuk mendapatkan data sebagai
keperluan pemetaan, perencanaan atau pun untuk pekerjaan konstruksi. Hasil-hasil dari
pengukuran waterpass di antaranya digunakan untuk perencanaan jalan, jalan kereta api,
saluran, penentuan letak bangunan gedung yang didasarkan atas elevasi tanah yang ada,
perhitungan urugan dan galian tanah, penelitian terhadap saluran-saluran yang sudah ada, dan
lain-lain. Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu :
Garis vertikal adalah garis yang menuju kepusat bumi, yang umum dianggap sama
dengan garis unting-unting.
Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertical pada setiap titik.
Bidang horizontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut.
Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk ketinggian,
misalnya permukaan laut rata-rata.
Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum.
Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya terhadap
datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah sekelilingnya.
Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu teropong
horisontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horizontal adalah nivo, yang
berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya.

Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu teropong horizontal
bagian yang membuat kedudukan menjadi horizontal adalah NIVO, yang berbentuk tabung
berisi cairan dengan gelembung didalamnya. Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus
dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo
2. Garis arah nivo harus tegak lurus I
3. Benang silang horizontal harus tegak lurus dengan sumbu I

Pada penggunaan alat ukur waterpass harus disertai dengan rambu ukur (baak) yang
terpenting dari rambu ukur ini adalah pembagian skalanya harus betul-betulteliti untuk dapat
menghasilkan pengukuran yang baik disamping itu cara memegangnya harus betul-betul
tegak atau vertikal. Agar rambu ukur berdiri dengan tegak maka digunakan nivo rambu.
Jika nivo rambu ini tidak tersedia dapat pula dengan cara menggoyangkan rambu ukur dengan
perlahan-lahan kedepan kemudian kemudian kebelakang kemudian pengamat mencatat rambu
ukur minimum. Cara ini tidak cocok bila rambu ukur yang digunakan alas berbentuk persegi.
Pada saat pembacaan rambu ukur harus selalu diperhatikan bahwa: 2Bt=Ba+Bb.
Dimana:
Bt

= bacaan benang tengah

Ba

= bacaan benang atas

Bb

= bacaan benang bawah

Bila hal di atas tidak terpenuhi maka kemungkinan salah pembacaan atau pembagian skala
pada rambu ukur tersebut tidak benar.

Jenis Jenis Pengukuran Waterpass Memanjang


1. Pengukuran Lepas
Adalah pengukuran di mana titik akhir dan titik awal tidak ada ikatan, dan untuk kontrol
ketelitian pengukuran dilakukan dengan 2 pengukuran yaitu pergi pulang dan double stand
Contoh kontrol pengukuran pergi pulang t Pergi = t Pergi
Contoh kontrol pengukuran double stand adalah t1 = t2

3
1

2. Pengukuran Terikat Lepas


Adalah pengukuran waterpass di mana titik awal ditentukan, dan pada titik akhir terlepas
dan untuk kontrol ketelitian pengukuran dilakukan dengan 2 pengukuran yaitu pergi
pulang dan double stand
Contoh kontrol pengukuran pergi pulang t Pergi = t Pergi
Contoh kontrol pengukuran double stand adalah t1 = t2

3. Pengukuran Terikat Sempurna


Adalah pengukuran waterpass di mana titik awal dan titik akhir telah ditentukan dan cukup
dilakukan satu kali pengukuran dan untuk kontrol ketelitian pengukuran dilakukan dengan
cara Txakhir Txawal = t

4. Pengukuran Tertutup
Adalah pengukuran waterpass dimana titik akhir kembali pada titik awal atau nol, dan
cukup dilakukan satu kali pengukuran dan untuk kontrol ketelitian dilakukan dengan cara
Txawal = Txakhir
1

4
3

1.

Pengukuran Waterpass Memanjang Pergi Pulang

1.1. Tujuan
Pengukuran sipat datar memanjang digunakan apabila jarak antara dua stasiun yang
akan ditentukan beda tingginya sangat berjauhan (berada diluar jangkauan jarak
pandang). Sedangkan pengukuran sipat datar memanjang pergi pulang merupakan salah
satu jenis dari sekian banyak macam pengukuran sipat datar memanjang. Pengukuaran
sipat datar memanjang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti, karena
mengadakan dua kali pengukuran.

1.2. Keselamatan Kerja


a.

Pelajari pesawat penyipat ini sebaik-baiknya sebelum memulai pengukuran

b.

Periksa alat-alat sebelum memulai pengukuran

c.

Perhatikan keadaan lapangan pengukuran supaya tidak terjadi kecelakaan

d.

Gunakan alat dan perlengkapan sesuai fungsinya.

1.3. Teori Singkat

a) Sket. Pengukuran Pergi

b) Sket. Pengukuran Pulang

Pengukuran profil berguna untuk perencanaan jalan raya, kanal, saluran, untuk galian
pipa-pipa saluran dan sebagainya. Hal utama dilakukan pengukuran adalah untuk
menentukan ketinggian titik dan jarak dari titik ke titik. Bila pengukuran dilakukan
pergi pulang, alat ditempatkan kira-kira di pertengahan kedua titik dan kira-kira segaris
dengan kedua titik tersebut. Jarak yang diambil adalah jarak langsung (diukur dengan
pita ukur). Beda tinggi antara kedua titik tersebut akan didapat dua buah yaitu beda
tinggi pergi dan beda tinggi pulang. Hasil kedua beda tinggi tersebut harus sama bila
tidak maka yang dibenarkan berbeda adalah angka terakhir (dalam mm) kemudain di
ambil rata-ratanya. Rumus-rumus untuk ketinggian yaitu :
a.

Koreksi Bt

= (Ba+Bb)

b.

Beda tinggi

= Bt Belakang Bt Muka (setiap pergi pulang)

c.

Tinggi titik

= tinggi titik yang diketahui + tinggi titik rata-rata

1.4. Alat dan Perlengkapan


1.

Pesawat Penyipat Datar

Gambar. Pesawat Waterpass

Alat ukur waterpass secara umum memiliki bagian-bagian sebagai berikut :


1.

Lingkaran horizontal berskala,

2.

Skala pada lingkaran horizontal,

3.

Okuler teropong,

4.

Alat bidik dengan celah penjara,

5.

Cermin nivo,

6.

Sekrup penyetel fokus,

7.

Sekrup penggerak horizontal,

8.

Sekrup pengungkit,

9.

Sekrup pendatar,

10. Obyektif teropong,


11. Nivo tabung,
12. Nivo kotak.

2.

Statif (Kaki Tiga)


Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan ketiga kakinya
dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing ujungnya runcing,
agar masuk ke dalam tanah.Ketiga kaki statif ini dapat diatur tinggi rendahnya
sesuai dengan keadaan tanah tempat alat itu berdiri. Seperti tampak pada gambar
dibawah ini :

Gambar. Statif (Kaki Tiga)

3.

Unting-Unting
Unting-unting ini melekat dibawah penyetel kaki statif, unting-unting ini berfungsi
sebagai tolak ukur apakah waterpass tersebut sudah berada tepat di atas patok.

Gambar. Unting-Unting

4.

Rambu Ukur
Rambu ukur mempunyai bentuk penampang segi empat panjang yang berukuran
34 cm, lebar 10 cm, panjang 300 cm, bahkan ada yang panjangnya mencapai
500 cm. Ujung atas dan bawahnya diberi sepatu besi. Bidang lebar dari bak ukur
dilengkapi dengan ukuran milimeter dan diberi tanda pada bagian-bagiannya
dengan cat yang mencolok. Bak ukur diberi cat hitam dan merah dengan dasar
putih, maksudnya bila dilihat dari jauh tidak menjadi silau.Bak ukur ini berfungsi
untuk pembacaan pengukuran tinggi tiap patok utama secara detail.

Gambar. Rambu Ukur


5.

Payung
Payung digunakan untuk melindungi pesawat penyipat dari sinar matahari langsung
maupun hujan karena lensa teropong pada pesawat sangat peka terhadap sinar
matahari.

Gambar. Payung
9

6.

Rol Meter
Rol meter terbuat dari fiberglass dengan panjang 30-50 m dan dilengkapi tangkai
untuk mengukur jarak antara patok yang satu dengan patok yang lain.

Gambar. Rol Meter


7.

Cat Semprot (Spray Paint)


Alat yang digunakan untuk suatu tanda tanda di lapangan untuk titik utama dalam
pengukuran.

Gambar. Spray Paint


8.

Alat Penunjang Lain


Alat penunjang lainnya seperti blangko data, kalkulator, tabel ukur, alat tulis
lainnya, yang dipakai untuk memperlancar pelaksanaan praktikum.

Gambar. Blangko data, Alat tulis, Kalkulator, tabel ukur dan lainnya
10

1.5. Langkah Kerja


1.

Persiapkan alat dan perlengkapan yang di perlukan sehingga alat dalam siap pakai

2.

Tinjau daerah dan buat rencana serta sket pengukuran

3.

Bagi tugas masing-masing anggota sehingga tidak ada yang tidak memperoleh
tugas

4.

Siapkan tabel pengukuran

5.

Tancapkan patok atau dirikan rambu ukur pengukuran sesuai dengan rencana
pengukuran dan beri nomor setiap patok

6.

Pengukuran dilakukan dengan sistem pergi pulang

7.

Pengukuran pergi
- Stel pesawat pada slag I, di antara P dan 1
- Dirikan bak ukur di patok P dan 1 tegak lurus
- Arahkan pesawat pada bak di P bacaan belakang (M1) serta baca bacaan benang
(Ba,Bt,Bb) serta koreksi Bt = (Ba+Bb)
- Putar pesawat dan arahkan ke 1 bacaan muka (M1) serta baca bacaan benang
(Ba,Bt,Bb) dan koreksi Bt = (Ba+Bb)
- Dengan cara yang sama pesawat dipindahkan ke slag berikutnya
- Ukur jarak masing-masing dari titik ke titik
- Catat semua hasil pengukuran pada tabel ukur.

8.

Pengukuran pulang
- Titik awal pada pengukuran pulang adalah titik akhir pada pengukuran pergi
yaitu titik 4
- Pesawat didirikan pada slag I (di anatar 4 dan 3)
- Dirikan bak ukur dititik 4 dan 3 tegak lurus

11

- Arahkan pesawat ke bak ukur di titik 4 (bacaan belakang/B1) dan baca bacaan
benang (Ba,Bt,Bb) serta koreksi Bt = (Ba+Bb)
- Dengan cara yang sama pesawat dipindahkan ke slag berikutnya.
9.

Dari hasil pengukuran pergi dan pulang pada setiap slag didapat beda tinggi yang
sama atau mendekati, jika terlalu jauh perbedaanya maka pengukuran tersebut di
ulang, setelah itu di ambil rata-ratanya.

10. Hitung ketinggian masing-masing titik dimana salah satu titik diketahui tingginya

12

1.6. Hasil Pengukuran

No
Titik
P

Bacaan Rambu
Pergi
Pulang
B
m
b
m
1,410
1,556
1,380
1,526
1,350
1,497
1,550 1,406 1,551 1,455
1,485 1,379 1,525 1,422
1,420 1,353 1,499 1,390
1,495 1,510 1,455 1,510
1,467 1,480 1,427 1,482
1,440 1,450 1,400 1,455
1,515 1,490 1,500 1,480
1,482 1,462 1,470 1,457
1,450 1,435 1,440 1,435
1,525 1,495
1,500 1,472
1,475 1,450
Jumlah ()

Jarak (D)

Tinggi
Titik
(Tx)

2x

Optis
(m)

Rantai
(m)

Pergi
(m)

Pulang
(m)

Rata
(m)

+8,600

+0,001

-0,001

+0,001

+9,500

+9,501
-

+9,150

+0,005

+0,005

+0,005
+9,506

+9,530

+0,005

-0,012

+0,008

+6,300

-0,018

+0,015

-0,016

+9,514

+9,498
-

Toleransi Pengukuran = D : 1000

Terjadi Dilapangan

Beda Tinggi (t)

+33,580

-0,007

+0,007

Batas Toleransi = 10 S

= +33,580 : 1000

= 10 0,03358

= +0,03358 mm

= +1,832 mm

= Pergi + Pulang
= -0,007 + 0,007
= +0,000 mm, maka hasil ketelitian pengukuran diterima

Keterangan :
Berdasarkan hasil pengukuran yang kami lakukan, masih ada kesalahan atau data yang tidak
sesuai seperti pada kesalahan beda tinggi di titik 2.

13

1.7. Grafik Pengukuran

9,514

9,506

9,501

9,500

9,498
Titik

Tx

9,500

9,501

9,506

9,514

9,498

Jarak

8,600

9,150

9,530

6,300

8,600

17,750

18,680

Panjang

15,830

14

1.8. Kesimpulan
Setelah melakukan pengukuran di lapangan dapat di simpulkan bahwa setiap
pengukuran tidak selalu sama atau masih ada terjadi kesalahan, karena ketepatan setiap
pengukuran di tentukan oleh ketelitian penglihatan mata dan kelembutan tangan kita
saat menggeser melewati bidang yang kita hitung.

15

2.

Pengukuran Waterpass Polar

2.1. Tujuan
Pengukuran sipat datar cara polar / pancar ini sangat cocok untuk mendapatkan
perbedaan ketinggian daerah yang luas dan beda tingginya tidak terlalu menyolok/
relatif datar. Dari data yang diperoleh yang sudah diadakan analisa dan hitungan serta
penggambaran dapat digunakan untuk perencanaan pekerjaan tanah.

2.2. Keselamatan Kerja


a.

Pelajari pesawat penyipat ini sebaik-baiknya sebelum memulai pengukuran

b.

Periksa alat-alat sebelum memulai pengukuran

c.

Perhatikan keadaan lapangan pengukuran supaya tidak terjadi kecelakaan

d.

Gunakan alat dan perlengkapan sesuai fungsinya.

2.3. Teori Singkat


2
1

3
P
Titik Bidikan

Sket. Pengukuran Polar

16

Pengukuran profil berguna untuk perencanaan jalan raya, kanal, saluran, untuk galian
pipa-pipa saluran dan sebagainya. Hal utama dilakukan pengukuran adalah untuk
menentukan ketinggian titik dan jarak dari titik ke titik. Bila pengukuran dilakukan
pengukuran polar, alat ditempatkan pada satu titik dan membidik pada semua titik
lainnya.

2.4. Alat dan Perlengkapan


1.

Pesawat Penyipat Datar

2.

Statif (Kaki Tiga)

3.

Unting-Unting

4.

Rambu Ukur

5.

Payung

6.

Nivo

7.

Rol Meter

8.

Cat Semprot (Spray Paint)

9.

Alat Penunjang Lain Seperti Blangko data, alat tulis, kalkulator dan lain-lai

2.5. Langkah Kerja


1.

Persiapkan alat dan perlengkapan yang di perlukan sehingga alat dalam siap pakai

2.

Tinjau daerah dan buat rencana serta sket pengukuran

3.

Bagi tugas masing-masing anggota sehingga tidak ada yang tidak memperoleh
tugas

4.

Siapkan tabel pengukuran

17

5.

Tancapkan patok atau dirikan rambu ukur pengukuran sesuai dengan rencana
pengukuran dan beri nomor setiap patok

6.

Pengukuran dilakukan dengan pengukuran polar


a.

Letakkan rambu ukur pada satu titik (titik bidikan)

b.

Kemudian bidik satu persatu pada semua titik, tanpa memindahkan waterpass

c.

Baca bacaan benang pada rambu ukur (Ba,Bt,Bb) hitung koreksi dengan cara
Bt = (Ba+Bb) 2

d.

Koreksi maksimum 2 mm

e.

Hitung beda tinggi

f.

Hitung jarak alat dengan titik, dengan cara d=(Ba-Bb)x100

18

2.6. Hasil Pengukuran

No
Titik
P

Bacaan Rambu
B
1,476
1,460
1,444
1,524
1,459
1,394
1.525
1,454
1,383
1,530
1,446
1,362

4
Jumlah ()

Jarak (D)
Optis
Rantai
(m)
(m)

Beda
Tinggi
(t) (m)

Tinggi
Titik
(Tx) (m)
+9,500

1,524
1,459
1,394
1.525
1,454
1,383
1,530
1,446
1,362
1,476
1,462
1,448

+16,800

+0,001
+9,501

+13,400

+0,005

+11,100

+0,008

+13,500

-0,016

+9,506

+9,514

+9,498
-

+12,500
+67,300

19

2.7. Grafik Pengukuran

9,514

9,506

9,501

9,500

9,498
Titik

Tx

9,500

9,501

9,506

9,514

9,498

Jarak

8,600

9,150

9,530

6,300

8,600

17,750

18,680

Panjang

15,830

20

2.8. Keterangan Dan Kesimpulan


Berdasarkan hasil pengukuran yang kami lakukan dilapangan, sebenarnya tidak sesuai
dengan data yang kami simpulkan atau masih ada data yang kami olah untuk memenuhi
data yang sesuai, dan harapan kami kedepan untuk dapat mendapat hasil pengukuran
yang lebih teliti dan mendapatkan hasil data pengukuran yang lebih efektif.
Pada hasil ketelitian pengukuran polar yang telah kami dapat setelah melakukan hasil
perbaiaki

disimpulkan

bahwa

pengukuran

tersebut

dapat

diterima,

dimana

Txakhir Txawal = Jumlah Beda Tinggi.

21

3.

Pengukuran Waterpass Memanjang Tertutup

3.1. Tujuan
Pengukuran sipat datar memanjang digunakan apabila jarak antara dua stasiun yang
akan ditentukan beda tingginya sangat berjauhan (berada diluar jangkauan jarak
pandang). Sedangkan pengukuran sipat datar memanjang tertutup merupakan salah satu
jenis dari sekian banyak macam pengukuran sipat datar memanjang. Pengukuaran sipat
datar memanjang tertutup perlu adanya koreksi, dengan asumsi bahwa tinggi titik awal
sama dengan tinggi titik akhir.

3.2. Keselamatan Kerja


a.

Pelajari pesawat penyipat ini sebaik-baiknya sebelum memulai pengukuran

b.

Periksa alat-alat sebelum memulai pengukuran

c.

Perhatikan keadaan lapangan pengukuran supaya tidak terjadi kecelakaan

d.

Gunakan alat dan perlengkapan sesuai fungsinya.

3.3. Teori Waterpass Memanjang Tertutup


2

4
5
Sket. Memanjang Tertutup

22

Sifat datar memanjang tertutup adalah suatu pengukuran sifat datar yang titik awal dan
titik akhir sama/berimpit. Agar dapat hasil yang teliti maka perlu adanya koreksi,
dengan asumsi bahwa tinggi titik awal sama dengan tinggi titik akhir.
Pengukuran ini dipakai didaerah yang jarang atau bahkan tidak ada titik kontrolnya serta
titik-titik ujungnya saling berimpit.

3.4. Alat-Alat Yang Digunakan


1.

Pesawat Penyipat Datar

2.

Statif (Kaki Tiga)

3.

Unting-Unting

4.

Rambu Ukur

5.

Payung

6.

Nivo

7.

Rol Meter

8.

Cat Semprot (Spray Paint)

9.

Alat Penunjang Lain Seperti Blangko data, alat tulis, kalkulator dan lain-lain

3.5. Langkah Kerja :


1.

Persiapkan alat dan perlengkapan yang di perlukan sehingga alat dalam siap pakai

2.

Tinjau daerah dan buat rencana serta sket pengukuran

3.

Bagi tugas masing-masing anggota sehingga tidak ada yang tidak memperoleh
tugas

4.

Siapkan tabel pengukuran

23

5.

Tancapkan patok atau dirikan rambu ukur pengukuran sesuai dengan rencana
pengukuran dan beri nomor setiap patok

6.

Pengukuran dilakukan dengan cara pengukuran waterpass memanjang tertutup


- Stel pesawat pada slag I, di antara titik P dan 1
- Dirikan bak ukur di patok P dan 1 tegak lurus
- Arahkan pesawat pada bak di P bacaan belakang (M1) serta baca bacaan benang
(Ba,Bt,Bb) serta koreksi Bt = (Ba+Bb)
- Putar pesawat dan arahkan ke 1 bacaan muka (M1) serta baca bacaan benang
(Ba,Bt,Bb) dan koreksi Bt = (Ba+Bb)
- Dengan cara yang sama pesawat dipindahkan ke slag berikutnya
- Dan kemudian titik bidikan kembali pada titik P atau tertutup
- Ukur jarak masing-masing dari titik ke titik
- Catat semua hasil pengukuran pada tabel ukur.

7.

Dari hasil pengukuran setiap slag akan didapat beda tinggi

8.

Hitung ketinggian masing-masing titik dimana salah satu titik diketahui tingginya

24

3.6. Hasil Pengukuran

No
Titik
P

Bacaan
Rambu
B
m
1,540
1,519
1,498
1,530 1,538
1,503 1,518
1,477 1,498
1,545 1,531
1,521 1,512
1,497 1,494
1,516 1,539
1,500 1,516
1,485 1,494
1,571 1,531
1,535 1,515
1,500 1,499
1,601 1,582
1,561 1,555
1,521 1,529
1,565
1,522
1,480
Jumlah ()

Jarak
(D) (m)
Optis
Rantai

Beda Tinggi
(t) (m)
Lapangan Koreksi Terkoreksi

Tinggi
Titik
(Tx) (m)
+9,500

+8,600

+0,001

+0,001

+0,002
+9,502

+9,150

-0,009

+0,001

-0,008
+9,494

+9,530

-0,005

+0,002

-0,003
+9,491

+6,300

-0,015

+0,001

-0,014
+9,477

+12,500

-0,020

+0,002

-0,018
+9,459

+16,800

+0,039

+0,002

+0,041
+9,500

+62,800

Toleransi Pengukuran = D : 1000

-0,009

+0,009

-0,000

Batas Toleransi = 10 S

= +62,800 : 1000

= 10 0,0628

= +0,0628 mm

= +2,505 mm

t = -0,009 m, maka Kt = +0,009 m


KtnP-1 = DP-1 x Kt
D

8,600 x (0,009) = +1 mm (penyimpangan yang akan dibagi)


62,800

25

3.7. Grafik Pengukuran

9,502

9,500

9,494

4,491

9,477

9,459
Titik

Tx

9,500

9,502

9,494

9,491

9,477

9,459

9,500

Jarak

8,600

9,150

9,530

6,300

12,500

16,800

8,600

17,750

18,680

15,830

18,800

29,300

Panjang

26

3.8. Keterangan Dan Kesimpulan


Berdasarkan hasil ketelitian pengukuran yang kami lakukan dilapangan maka dapat
disimpulkan bahwa pengukuran tersebut dapat diterima karena kontrol kesalahan atau
penyimpangan yang terjadi pada tinggi titik telah diperbaiki, maka pada penyimpangan
yang terjadi masing-masing titik diberi atau dibagikan hasil yang di dapat dari pencarian
solusi penyimpangan yaitu +1 mm, namun masih juga terjadi penyimpangan maka pada
salah satu jarak rantai (D) yang paling besar diberi atau dibagikan +2 mm pada beda
tinggi tersebut (pada kolom koreksi pada tabel) sehingga pengukuran dapat diterima.

27

4.

Pengukuran Waterpass Polar Tertutup

4.1. Tujuan
Pengukuran sipat datar cara polar tertutup ini sangat cocok untuk mendapatkan
ketinggian daerah yang luas dan beda tingginya tidak terlalu menyolok / relatif datar.
Dari data yang diperoleh yang sudah diadakan analisa dan hitungan serta penggambaran
dapat digunakan untuk perencanaan pekerjaan tanah. Pengukuran sipat datar polar
tertutup ini perlu adanya koreksi, atau dengan asumsi bahwa tinggi titik didapat dengan
meletakan pesawat pada satu titik atau di sebut titik bidikan guna untuk mendapatkan
beda tinggi.

4.2. Keselamatan Kerja


Dalam pelaksanaan praktikum harus berhati-hati karena dilapangan banyak rintangan/
tantangan baik dari segi resiko kendaraan jika praktek di jalan, cuaca dan berbagai
tantangan dalam bersosialisasi dengan masyarakat, dan mempersiapkan fisik yang sehat
agar memperoleh pengukuran yang tepat.

4.3. Teori Singkat


2
1

3
Titik Bidikan

4
5

Sket. Pengukuran Waterpass Polar Tertutup


28

Pengukuran profil berguna untuk perencanaan jalan raya, kanal, saluran, untuk galian
pipa-pipa saluran dan sebagainya. Hal utama dilakukan pengukuran adalah untuk
menentukan ketinggian titik dan jarak dari titik ke titik. Bila pengukuran dilakukan
pengukuran polar seperti terlihat pada sket pengukuran, maka alat ditempatkan pada
satu titik atau di sebut titik bidikan dan membidik pada semua titik lainnya guna untuk
mendapatkan beda tinggi dan lainnya.

4.4. Alat-Alat Yang Digunakan


1.

Pesawat Penyipat Datar

2.

Statif (Kaki Tiga)

3.

Unting-Unting

4.

Rambu Ukur

5.

Payung

6.

Nivo

7.

Rol Meter

8.

Cat Semprot (Spray Paint)

9.

Alat Penunjang Lain Seperti Blangko data, alat tulis, kalkulator dan lain-lain

4.5. Langkah Kerja


1.

Persiapkan alat dan perlengkapan yang di perlukan sehingga alat dalam siap pakai

7.

Tinjau daerah dan buat rencana serta sket pengukuran

8.

Bagi tugas masing-masing anggota sehingga tidak ada yang tidak memperoleh
tugas.

9.

Siapkan tabel pengukuran

29

10. Tancapkan patok atau dirikan rambu ukur pengukuran sesuai dengan rencana
pengukuran dan beri nomor setiap patok.
11. Pengukuran dilakukan dengan pengukuran polar tertutup
a. Letakkan rambu ukur pada satu titik (titik bidikan)
b. Kemudian bidik satu persatu pada semua titik, tanpa memindahkan waterpass
c. Baca bacaan benang pada rambu ukur (Ba,Bt,Bb) hitung koreksi dengan cara
Bt = (Ba+Bb) 2
d. Koreksi maksimum 2 mm
e. Hitung beda tinggi.

30

4.6. Pengukuran Waterpass Polar Tertutup

No
Titik
P

Bacaan Rambu
B
1,550
1,458
1,366
1,522
1,456
1,390
1,501
1,464
1,427
1,506
1,467
1,428
1,530
1,481
1,432
1,357
1,499
1,641

P
Jumlah ()

Jarak (D)
Optis
Rantai
(m)
(m)

Beda Tinggi
(t)

Tinggi Titik
(Tx) (m)
+1,500

1,522
1,456
1,390
1,501
1,464
1,427
1,506
1,467
1,428
1,530
1,481
1,432
1,357
1,499
1,641
1,550
1,458
1,366

+19,500

+0,002

+12,900

-0,008

+1,502

+1,494
-

+5,900

-0,003
+1,491

+7,000

-0,014

+8,800

-0,018

+7,200

+0,041

+1,477

+1,459

+1,500
-

Toleransi Pengukuran = D : 1000

+61,300

+0,000

Batas Toleransi = 10 S

= +61,300 : 1000

= 10 0,0613

= +0,0613 mm

= +2,475 mm

31

4.7. Grafik Pengukuran

1,502

1,500

1,494

1,491

1,477

1,459
Titik

Tx

1,500

1,502

1,494

1,491

1,477

1,459

1,500

Jarak

8,600

9,150

9,530

6,300

12,500

16,800

8,600

17,750

18,680

15,830

18,800

29,300

Panjang

32

4.8. Keterangan Dan Kesimpulan


Setelah melakukan pengukuran di lapangan dapat di simpulkan bahwa setiap
pengukuran tidak selalu sama atau masih ada terjadi kesalahan, karena ketepatan setiap
pengukuran di tentukan oleh ketelitian penglihatan mata dan kelembutan tangan kita
saat menggeser melewati bidang yang kita hitung. Berdasarkan hasil tersebut, maka
data yang kami peroleh pada lapangan perlu adanya asumsi bahwa pengukuran hasil
data tersebut perlu adanya koreksi atau adanya olah data untuk memenuhi data yang
sesuai dan harapan kami kedepan untuk dapat mendapat hasil pengukuran yang lebih
teliti dan mendapatkan hasil data pengukuran yang lebih efektif. Sehingga Dari hasil
ketelitian pengukuran dan hasil perbaiki data, tidak ada penyimpangan yang terjadi pada
tinggi titik atau beda tinggi, dimana Txakhir Txawal = Jumlah Beda tinggi.

33

5.

Pengukuran Waterpass Profil Memanjang

5.1. Tujuan :
Untuk menentukan elivasi titik-titik pada permukaan tanah sepanjang garis tertentu
sehingga akan diperoleh profil (potongan tegak dari permukaan tanah sepanjang garis
itu) karena potongan-potongan tersebut sangat diperlukan dalam bangunan sipil seperti
saluran irigasi dan drainase, jalan raya, kereta api dan lain-lain.

5.2. Keselamatan Kerja


Dalam pelaksanaan praktikum harus berhati-hati karena dilapangan banyak rintangan/
tantangan baik dari segi resiko kendaraan jika praktek di jalan, cuaca dan berbagai
tantangan dalam bersosialisasi dengan masyarakat, dan mempersiapkan fisik yang sehat
agar memperoleh pengukuran yang tepat.

5.3. Alat Yang Diperlukan


1.

Pesawat Penyipat Datar

2.

Statif (Kaki Tiga)

3.

Unting-Unting

4.

Rambu Ukur

5.

Payung

6.

Nivo

7.

Rol Meter

8.

Cat Semprot (Spray Paint)

9.

Alat Penunjang Lain Seperti Blangko data, alat tulis, kalkulator dan lain-lain

34

5.4. Teori Waterpass Profil Memanjang


Pada profil memanjang salah satu titik atau beberapa titik harus diketahui tingginya, dan
alat di letakan pasa satu titik untuk membidik semua titik atau rambu ukur laninnya.

P6

+64,000
P5

+54,000
P4

+43,000

P3

+32,000

P2

+16,000

P1

Titik Bididkan
Sket. Pengukuran Waterpass Profil Memanjang

35

5.5. Langkah Kerja :


1.

Letakkan waterpass dititik pertama kemudian mengatur sumbu menjadi vertikal

2.

Kemudian waterpass selalu tetap pada titik pertama selama pengukuran profil
memanjang

3.

Bidik rambu ukur pada titik kedua dengan alat bantu bidikan kasar (vizier)
kemudian mengunci pesawat.

4.

Tempatkan rambu sepanjang garis antara titik pertama dan titik kedua antara
interval 5 m, atau tergantung medan yang ditangani.

5.

Membidik rambu kemudian membaca bacaan benang

6.

Demikian juga untuk titik selanjutnya.

36

5.6. Hasil Pengukuran:

STA

Titik
Bidikan

Tinggi Alat
(TA)

Bacaan
Rambu

Jarak
(D)

Beda Tinggi
(t) (m)

Tinggi Titik
(Tx) (m)

P1

+1,510

-0,470

1,615
1,537
1,460
1,670
1,510
1,350
1,670
1,460
1,250
1,680
1,410
1,140
1,700
1,385
1,070
-

+16,000

-0,027

P2

P3

P4

P5

P6
Jumlah ()

-0,497
+32,000

+0,000
-0,470

+43,000

+0,050
-0,420

+54,000

+0,100
-0,370

+64,000

+0,125
-0,345

Ket:
*untuk mendapatkan beda tinggi yaitu t = TA-BT
*untuk mendapatkan tinggi titik berikutnya yaitu Txn = Tx-t

5.7. Kesimpulan
Dari hasil ketelitian pengukuran, tidak ada penyimpangan yang terjadi pada tinggi titik
atau beda tinggi dimana Txakhir Txawal = Jumlah Beda tinggi.

37

6.

Pengukuran Waterpass Profil Melintang

6.1. Tujuan :
Pengukuran ini dilakukan untuk menentukan elivasi titik-titik pada permukaan tanah
sepanjang garis tertentu sehingga akan di peroleh profil (potongan tegak dari permukaan
tanah sepanjang garis itu) karena potongan tersebut sangat diperlukan dalam bangunan
sipil seperti saluran irigasi dan drainase, jalan raya, kereta api, dan lain-lain. Kemudian
untuk mengetahui titik-titik yang jadi acuan pada pengukuran profil melintang dengan
jarak tiap sisinya.

6.2. Keselamatan Kerja :


Mahasiswa harus berhati-hati dalam pelaksanaan dilapangan karena dilapangan banyak
tantangan dan rintangan, baik dari segi resiko kendaraan jika praktek di jalan, cuaca dan
berbagai tantangan dalam bersosialisasi dengan masyarakat.

6.3. Alat-Alat Yang Digunakan


1.

Pesawat Penyipat Datar

2.

Statif (Kaki Tiga)

3.

Unting-Unting

4.

Rambu Ukur

5.

Payung

6.

Nivo

7.

Rol Meter

8.

Cat Semprot (Spray Paint)

9.

Alat Penunjang Lain Seperti Blangko data, alat tulis, kalkulator dan lain-lain

38

6.4. Teori Waterpass Profil Melintang


Profil (profile leveling) adalah penyipat datar dan berantai dengan sejumlah bacaan
kemuka antar titik pindah dengan demikian dalam pelaksanaan profil melintang
diusahakan sedetil mungkin artinya jarak yang diambil dalam pengukuran profil
melintang diusahakan dengan kondisi medan yang mendatar.

6.5. Langkah Kerja :


1.

Letakkan waterpass dititik pertama kemudian mengatur sumbu I menjadi vertikal

2.

Membuat arah 0000000 dengan cara membidik pesawat ketitik kedua

3.

Memutar pesawat sebesar 900, kemudian menetapkan rambu pertama pada titik
sejauh jarak, sedangkan rambu-rambu lain ditempatkan pada titik yang mempunyai
beda tinggi (mewakili medan datar)

4.

Membaca bacaan benang pada setiap titik dan mencatatnya

5.

Memutar pesawat sebesar 1800 sehingga bacaan sudut menjadi 2700

6.

Menempatkan rambu ukur pertama sejauh jarak titik terjauh

7.

Menempatkan rambu ukur lain searah pesawat

8.

Melakukan langkah yang sama untuk mendapatkan titik selanjutnya.

39

6.6. Hasil Pengukuran :

STA

Titik
Bidikan

Tinggi Alat
(TA)

Bacaan
Rambu

Jarak
(D)

Bedan Tinggi
(t) (m)

Tinggi Titik
(Tx) (m)

P1

+1,510

-0,470

1,615
1,601
1,587
1,432
1,417
1,402

a1P1

b1P1

P2

+1,400

b2P2

+1,550

b3P3

a4P4

b4P4

+0,093
-0,377

+16,000

+1,470

1,582
1,568
1,554
1,363
1,347
1,331

-0,497

-0,115
-0,612
+0,038
-0,441

+16,000

1,600
1,585
1,570
1,388
1,373
1,358

a3P3

P4

-0,561

1,530
1,515
1,500
1,353
1,362
1,371

a2P2

P3

-0,091

-0,470

-0,035
-0,505
+0,177
-0,293

+11,000

-0,420

-0,098
-0,518
+0,123
-0,297

40

STA

Titik
Bidikan

Tinggi Alat
(TA)

Bacaan
Rambu

Jarak
(D)

Bedan Tinggi
(t) (m)

Tinggi Titik
(Tx) (m)

P5

+1,560

+11,000

-0,370

1,711
1,696
1,681
1,481
1,465
1,450

a5P5

b5P5

P6

a6P6

b6P6
Jumlah ()

+1,570

1,675
1,660
1,645
1,510
1,497
1,485
-

-0,136
-0,506
+0,095
-0,275

+10,000

-0,345

-0,090
-0,435
+0,073
-0,272
+64,000

Ket:
*untuk mendapatkan beda tinggi yaitu t = TA-BT
*untuk mendapatkan tinggi titik berikutnya yaitu Txn = Tx-t

41

6.7. Grafik Pengukuran :


Grafik P1 P2
3m

3m
0,000
III

IV

P2
-0,441
-0,497
-0,612

16 m

0,000
I

II

P1
-0,377
-0,470
-0,561
Volume Pekerjaan P1 P2
Luas I

Luas II =
Luas III =
Luas IV =
Volume =
42

Grafik P2 P3
3m

3m
0,000
III

IV

P3
-0,293
-0,470
-0,505

16 m

0,000
I

II

P2
-0,441
-0,497
-0,612
Volume Pekerjaan P2 P3
Luas I

Luas II =
Luas III =
Luas IV =
Volume =

43

Grafik P3 P4
3m

3m
0,000
III

IV

P4
-0,297
-0,420
-0,518

11 m

0,000
I

II

P3
-0,293
-0,470
-0,505
Volume Pekerjaan P3 P4
Luas I

Luas II =
Luas III =
Luas IV =
Volume =

44

Grafik P4 P5
3m

3m
0,000
III

IV

P5
-0,275
-0,370
-0,506

11 m

0,000
I

II

P4
-0,297
-0,420
-0,518
Volume Pekerjaan P4 P5
Luas I

Luas II =
Luas III =
Luas IV =
Volume =

45

Grafik P5 P6
3m

3m
0,000
III

IV

P6
-0,272
-0,345
-0,435

10 m

0,000
I

II

P5
-0,275
-0,370
-0,506
Volume Pekerjaan P5 P6
Luas I

Luas II =
Luas III =
Luas IV =
Volume =

46

Volume Total P1 s/d P6


Volume = VP1-P2 + VP2-P3 + VP3-P4 + VP4-P5 + VP5-6
= 47,088 m3 + 45,408 m3 + 27,984 m3 + 26,196 m3 + 21,880 m3
= 168,556 m3

47

Anda mungkin juga menyukai