DIKERJAKAN OLEH :
NAMA
: ALVIAN MADUWU
ZOSEN K. TAMBUNAN
NELSON A. HUTAPEA
JOHANES F. GINTING
SOFRINIS NDRURU
DOSEN
[14.041.111.078]
[14.041.111.033]
[14.041.111.014]
[14.041.111.079]
[14.041.111.037]
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DARMA AGUNG
MEDAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karunianya sehingga tugas Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini dapat kami selesaikan dengan
baik, sesuai kurikulum yang berlaku di Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Darma
Agung Medan. Untuk mewujudkan tugas Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini dalam bentuk
tulisan kami sudah berusaha semaksimal mungkin disamping pengaruh dari dosen serta
perbandingan dengan berbagai literatur dengan bantuan Mahasiswa.
Kami menyadari bahwa penyajian tulisan ini masih terdapat kesilafan dalam hal
pembacaan rambu sewaktunya berlangsungnya praktikum maupun analisa dilapangan juga
dalam hal penulisan. Dengan hati yang tulus dan terbuka kami mengharapkan saran dari para
pembaca yang bersifat konstruktif bagi penyempurnaan laporan praktikum ini demi
kepentingan bersama. Akhirnya kami tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
Bapak Kepala Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Universitas Darma Agung Medan yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk dapat mengikuti praktikum ini.
Dosen Praktikum Ilmu Ukur Tanah Bapak Drs. Ir. A. Gultom yang dengan sabar
membimbing dalam penyusunan tugas laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini, semoga
Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segalanya.
Sebelum dan seudahnya kami tim penyusun banyak mengucapkan terima kasih, semoga
Laporan Praktiukum Ilmu Ukur Tanah ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan,
Maret 2016
Tim Penyusun.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ....................................................................................................................
ii
Bab I
1.
2.
16
3.
22
4.
28
5.
34
6.
38
48
49
50
50
51
52
1.
53
2.
58
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENGUKURAN WATERPASS
Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan beda tinggi antara dua titik atau
lebih. Pengukuran waterpass ini sangat penting gunanya untuk mendapatkan data sebagai
keperluan pemetaan, perencanaan atau pun untuk pekerjaan konstruksi. Hasil-hasil dari
pengukuran waterpass di antaranya digunakan untuk perencanaan jalan, jalan kereta api,
saluran, penentuan letak bangunan gedung yang didasarkan atas elevasi tanah yang ada,
perhitungan urugan dan galian tanah, penelitian terhadap saluran-saluran yang sudah ada, dan
lain-lain. Dalam pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu :
Garis vertikal adalah garis yang menuju kepusat bumi, yang umum dianggap sama
dengan garis unting-unting.
Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertical pada setiap titik.
Bidang horizontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut.
Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk ketinggian,
misalnya permukaan laut rata-rata.
Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum.
Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya terhadap
datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah sekelilingnya.
Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu teropong
horisontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horizontal adalah nivo, yang
berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya.
Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu teropong horizontal
bagian yang membuat kedudukan menjadi horizontal adalah NIVO, yang berbentuk tabung
berisi cairan dengan gelembung didalamnya. Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus
dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo
2. Garis arah nivo harus tegak lurus I
3. Benang silang horizontal harus tegak lurus dengan sumbu I
Pada penggunaan alat ukur waterpass harus disertai dengan rambu ukur (baak) yang
terpenting dari rambu ukur ini adalah pembagian skalanya harus betul-betulteliti untuk dapat
menghasilkan pengukuran yang baik disamping itu cara memegangnya harus betul-betul
tegak atau vertikal. Agar rambu ukur berdiri dengan tegak maka digunakan nivo rambu.
Jika nivo rambu ini tidak tersedia dapat pula dengan cara menggoyangkan rambu ukur dengan
perlahan-lahan kedepan kemudian kemudian kebelakang kemudian pengamat mencatat rambu
ukur minimum. Cara ini tidak cocok bila rambu ukur yang digunakan alas berbentuk persegi.
Pada saat pembacaan rambu ukur harus selalu diperhatikan bahwa: 2Bt=Ba+Bb.
Dimana:
Bt
Ba
Bb
Bila hal di atas tidak terpenuhi maka kemungkinan salah pembacaan atau pembagian skala
pada rambu ukur tersebut tidak benar.
3
1
4. Pengukuran Tertutup
Adalah pengukuran waterpass dimana titik akhir kembali pada titik awal atau nol, dan
cukup dilakukan satu kali pengukuran dan untuk kontrol ketelitian dilakukan dengan cara
Txawal = Txakhir
1
4
3
1.
1.1. Tujuan
Pengukuran sipat datar memanjang digunakan apabila jarak antara dua stasiun yang
akan ditentukan beda tingginya sangat berjauhan (berada diluar jangkauan jarak
pandang). Sedangkan pengukuran sipat datar memanjang pergi pulang merupakan salah
satu jenis dari sekian banyak macam pengukuran sipat datar memanjang. Pengukuaran
sipat datar memanjang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti, karena
mengadakan dua kali pengukuran.
b.
c.
d.
Pengukuran profil berguna untuk perencanaan jalan raya, kanal, saluran, untuk galian
pipa-pipa saluran dan sebagainya. Hal utama dilakukan pengukuran adalah untuk
menentukan ketinggian titik dan jarak dari titik ke titik. Bila pengukuran dilakukan
pergi pulang, alat ditempatkan kira-kira di pertengahan kedua titik dan kira-kira segaris
dengan kedua titik tersebut. Jarak yang diambil adalah jarak langsung (diukur dengan
pita ukur). Beda tinggi antara kedua titik tersebut akan didapat dua buah yaitu beda
tinggi pergi dan beda tinggi pulang. Hasil kedua beda tinggi tersebut harus sama bila
tidak maka yang dibenarkan berbeda adalah angka terakhir (dalam mm) kemudain di
ambil rata-ratanya. Rumus-rumus untuk ketinggian yaitu :
a.
Koreksi Bt
= (Ba+Bb)
b.
Beda tinggi
c.
Tinggi titik
2.
3.
Okuler teropong,
4.
5.
Cermin nivo,
6.
7.
8.
Sekrup pengungkit,
9.
Sekrup pendatar,
2.
3.
Unting-Unting
Unting-unting ini melekat dibawah penyetel kaki statif, unting-unting ini berfungsi
sebagai tolak ukur apakah waterpass tersebut sudah berada tepat di atas patok.
Gambar. Unting-Unting
4.
Rambu Ukur
Rambu ukur mempunyai bentuk penampang segi empat panjang yang berukuran
34 cm, lebar 10 cm, panjang 300 cm, bahkan ada yang panjangnya mencapai
500 cm. Ujung atas dan bawahnya diberi sepatu besi. Bidang lebar dari bak ukur
dilengkapi dengan ukuran milimeter dan diberi tanda pada bagian-bagiannya
dengan cat yang mencolok. Bak ukur diberi cat hitam dan merah dengan dasar
putih, maksudnya bila dilihat dari jauh tidak menjadi silau.Bak ukur ini berfungsi
untuk pembacaan pengukuran tinggi tiap patok utama secara detail.
Payung
Payung digunakan untuk melindungi pesawat penyipat dari sinar matahari langsung
maupun hujan karena lensa teropong pada pesawat sangat peka terhadap sinar
matahari.
Gambar. Payung
9
6.
Rol Meter
Rol meter terbuat dari fiberglass dengan panjang 30-50 m dan dilengkapi tangkai
untuk mengukur jarak antara patok yang satu dengan patok yang lain.
Gambar. Blangko data, Alat tulis, Kalkulator, tabel ukur dan lainnya
10
Persiapkan alat dan perlengkapan yang di perlukan sehingga alat dalam siap pakai
2.
3.
Bagi tugas masing-masing anggota sehingga tidak ada yang tidak memperoleh
tugas
4.
5.
Tancapkan patok atau dirikan rambu ukur pengukuran sesuai dengan rencana
pengukuran dan beri nomor setiap patok
6.
7.
Pengukuran pergi
- Stel pesawat pada slag I, di antara P dan 1
- Dirikan bak ukur di patok P dan 1 tegak lurus
- Arahkan pesawat pada bak di P bacaan belakang (M1) serta baca bacaan benang
(Ba,Bt,Bb) serta koreksi Bt = (Ba+Bb)
- Putar pesawat dan arahkan ke 1 bacaan muka (M1) serta baca bacaan benang
(Ba,Bt,Bb) dan koreksi Bt = (Ba+Bb)
- Dengan cara yang sama pesawat dipindahkan ke slag berikutnya
- Ukur jarak masing-masing dari titik ke titik
- Catat semua hasil pengukuran pada tabel ukur.
8.
Pengukuran pulang
- Titik awal pada pengukuran pulang adalah titik akhir pada pengukuran pergi
yaitu titik 4
- Pesawat didirikan pada slag I (di anatar 4 dan 3)
- Dirikan bak ukur dititik 4 dan 3 tegak lurus
11
- Arahkan pesawat ke bak ukur di titik 4 (bacaan belakang/B1) dan baca bacaan
benang (Ba,Bt,Bb) serta koreksi Bt = (Ba+Bb)
- Dengan cara yang sama pesawat dipindahkan ke slag berikutnya.
9.
Dari hasil pengukuran pergi dan pulang pada setiap slag didapat beda tinggi yang
sama atau mendekati, jika terlalu jauh perbedaanya maka pengukuran tersebut di
ulang, setelah itu di ambil rata-ratanya.
10. Hitung ketinggian masing-masing titik dimana salah satu titik diketahui tingginya
12
No
Titik
P
Bacaan Rambu
Pergi
Pulang
B
m
b
m
1,410
1,556
1,380
1,526
1,350
1,497
1,550 1,406 1,551 1,455
1,485 1,379 1,525 1,422
1,420 1,353 1,499 1,390
1,495 1,510 1,455 1,510
1,467 1,480 1,427 1,482
1,440 1,450 1,400 1,455
1,515 1,490 1,500 1,480
1,482 1,462 1,470 1,457
1,450 1,435 1,440 1,435
1,525 1,495
1,500 1,472
1,475 1,450
Jumlah ()
Jarak (D)
Tinggi
Titik
(Tx)
2x
Optis
(m)
Rantai
(m)
Pergi
(m)
Pulang
(m)
Rata
(m)
+8,600
+0,001
-0,001
+0,001
+9,500
+9,501
-
+9,150
+0,005
+0,005
+0,005
+9,506
+9,530
+0,005
-0,012
+0,008
+6,300
-0,018
+0,015
-0,016
+9,514
+9,498
-
Terjadi Dilapangan
+33,580
-0,007
+0,007
Batas Toleransi = 10 S
= +33,580 : 1000
= 10 0,03358
= +0,03358 mm
= +1,832 mm
= Pergi + Pulang
= -0,007 + 0,007
= +0,000 mm, maka hasil ketelitian pengukuran diterima
Keterangan :
Berdasarkan hasil pengukuran yang kami lakukan, masih ada kesalahan atau data yang tidak
sesuai seperti pada kesalahan beda tinggi di titik 2.
13
9,514
9,506
9,501
9,500
9,498
Titik
Tx
9,500
9,501
9,506
9,514
9,498
Jarak
8,600
9,150
9,530
6,300
8,600
17,750
18,680
Panjang
15,830
14
1.8. Kesimpulan
Setelah melakukan pengukuran di lapangan dapat di simpulkan bahwa setiap
pengukuran tidak selalu sama atau masih ada terjadi kesalahan, karena ketepatan setiap
pengukuran di tentukan oleh ketelitian penglihatan mata dan kelembutan tangan kita
saat menggeser melewati bidang yang kita hitung.
15
2.
2.1. Tujuan
Pengukuran sipat datar cara polar / pancar ini sangat cocok untuk mendapatkan
perbedaan ketinggian daerah yang luas dan beda tingginya tidak terlalu menyolok/
relatif datar. Dari data yang diperoleh yang sudah diadakan analisa dan hitungan serta
penggambaran dapat digunakan untuk perencanaan pekerjaan tanah.
b.
c.
d.
3
P
Titik Bidikan
16
Pengukuran profil berguna untuk perencanaan jalan raya, kanal, saluran, untuk galian
pipa-pipa saluran dan sebagainya. Hal utama dilakukan pengukuran adalah untuk
menentukan ketinggian titik dan jarak dari titik ke titik. Bila pengukuran dilakukan
pengukuran polar, alat ditempatkan pada satu titik dan membidik pada semua titik
lainnya.
2.
3.
Unting-Unting
4.
Rambu Ukur
5.
Payung
6.
Nivo
7.
Rol Meter
8.
9.
Alat Penunjang Lain Seperti Blangko data, alat tulis, kalkulator dan lain-lai
Persiapkan alat dan perlengkapan yang di perlukan sehingga alat dalam siap pakai
2.
3.
Bagi tugas masing-masing anggota sehingga tidak ada yang tidak memperoleh
tugas
4.
17
5.
Tancapkan patok atau dirikan rambu ukur pengukuran sesuai dengan rencana
pengukuran dan beri nomor setiap patok
6.
b.
Kemudian bidik satu persatu pada semua titik, tanpa memindahkan waterpass
c.
Baca bacaan benang pada rambu ukur (Ba,Bt,Bb) hitung koreksi dengan cara
Bt = (Ba+Bb) 2
d.
Koreksi maksimum 2 mm
e.
f.
18
No
Titik
P
Bacaan Rambu
B
1,476
1,460
1,444
1,524
1,459
1,394
1.525
1,454
1,383
1,530
1,446
1,362
4
Jumlah ()
Jarak (D)
Optis
Rantai
(m)
(m)
Beda
Tinggi
(t) (m)
Tinggi
Titik
(Tx) (m)
+9,500
1,524
1,459
1,394
1.525
1,454
1,383
1,530
1,446
1,362
1,476
1,462
1,448
+16,800
+0,001
+9,501
+13,400
+0,005
+11,100
+0,008
+13,500
-0,016
+9,506
+9,514
+9,498
-
+12,500
+67,300
19
9,514
9,506
9,501
9,500
9,498
Titik
Tx
9,500
9,501
9,506
9,514
9,498
Jarak
8,600
9,150
9,530
6,300
8,600
17,750
18,680
Panjang
15,830
20
disimpulkan
bahwa
pengukuran
tersebut
dapat
diterima,
dimana
21
3.
3.1. Tujuan
Pengukuran sipat datar memanjang digunakan apabila jarak antara dua stasiun yang
akan ditentukan beda tingginya sangat berjauhan (berada diluar jangkauan jarak
pandang). Sedangkan pengukuran sipat datar memanjang tertutup merupakan salah satu
jenis dari sekian banyak macam pengukuran sipat datar memanjang. Pengukuaran sipat
datar memanjang tertutup perlu adanya koreksi, dengan asumsi bahwa tinggi titik awal
sama dengan tinggi titik akhir.
b.
c.
d.
4
5
Sket. Memanjang Tertutup
22
Sifat datar memanjang tertutup adalah suatu pengukuran sifat datar yang titik awal dan
titik akhir sama/berimpit. Agar dapat hasil yang teliti maka perlu adanya koreksi,
dengan asumsi bahwa tinggi titik awal sama dengan tinggi titik akhir.
Pengukuran ini dipakai didaerah yang jarang atau bahkan tidak ada titik kontrolnya serta
titik-titik ujungnya saling berimpit.
2.
3.
Unting-Unting
4.
Rambu Ukur
5.
Payung
6.
Nivo
7.
Rol Meter
8.
9.
Alat Penunjang Lain Seperti Blangko data, alat tulis, kalkulator dan lain-lain
Persiapkan alat dan perlengkapan yang di perlukan sehingga alat dalam siap pakai
2.
3.
Bagi tugas masing-masing anggota sehingga tidak ada yang tidak memperoleh
tugas
4.
23
5.
Tancapkan patok atau dirikan rambu ukur pengukuran sesuai dengan rencana
pengukuran dan beri nomor setiap patok
6.
7.
8.
Hitung ketinggian masing-masing titik dimana salah satu titik diketahui tingginya
24
No
Titik
P
Bacaan
Rambu
B
m
1,540
1,519
1,498
1,530 1,538
1,503 1,518
1,477 1,498
1,545 1,531
1,521 1,512
1,497 1,494
1,516 1,539
1,500 1,516
1,485 1,494
1,571 1,531
1,535 1,515
1,500 1,499
1,601 1,582
1,561 1,555
1,521 1,529
1,565
1,522
1,480
Jumlah ()
Jarak
(D) (m)
Optis
Rantai
Beda Tinggi
(t) (m)
Lapangan Koreksi Terkoreksi
Tinggi
Titik
(Tx) (m)
+9,500
+8,600
+0,001
+0,001
+0,002
+9,502
+9,150
-0,009
+0,001
-0,008
+9,494
+9,530
-0,005
+0,002
-0,003
+9,491
+6,300
-0,015
+0,001
-0,014
+9,477
+12,500
-0,020
+0,002
-0,018
+9,459
+16,800
+0,039
+0,002
+0,041
+9,500
+62,800
-0,009
+0,009
-0,000
Batas Toleransi = 10 S
= +62,800 : 1000
= 10 0,0628
= +0,0628 mm
= +2,505 mm
25
9,502
9,500
9,494
4,491
9,477
9,459
Titik
Tx
9,500
9,502
9,494
9,491
9,477
9,459
9,500
Jarak
8,600
9,150
9,530
6,300
12,500
16,800
8,600
17,750
18,680
15,830
18,800
29,300
Panjang
26
27
4.
4.1. Tujuan
Pengukuran sipat datar cara polar tertutup ini sangat cocok untuk mendapatkan
ketinggian daerah yang luas dan beda tingginya tidak terlalu menyolok / relatif datar.
Dari data yang diperoleh yang sudah diadakan analisa dan hitungan serta penggambaran
dapat digunakan untuk perencanaan pekerjaan tanah. Pengukuran sipat datar polar
tertutup ini perlu adanya koreksi, atau dengan asumsi bahwa tinggi titik didapat dengan
meletakan pesawat pada satu titik atau di sebut titik bidikan guna untuk mendapatkan
beda tinggi.
3
Titik Bidikan
4
5
Pengukuran profil berguna untuk perencanaan jalan raya, kanal, saluran, untuk galian
pipa-pipa saluran dan sebagainya. Hal utama dilakukan pengukuran adalah untuk
menentukan ketinggian titik dan jarak dari titik ke titik. Bila pengukuran dilakukan
pengukuran polar seperti terlihat pada sket pengukuran, maka alat ditempatkan pada
satu titik atau di sebut titik bidikan dan membidik pada semua titik lainnya guna untuk
mendapatkan beda tinggi dan lainnya.
2.
3.
Unting-Unting
4.
Rambu Ukur
5.
Payung
6.
Nivo
7.
Rol Meter
8.
9.
Alat Penunjang Lain Seperti Blangko data, alat tulis, kalkulator dan lain-lain
Persiapkan alat dan perlengkapan yang di perlukan sehingga alat dalam siap pakai
7.
8.
Bagi tugas masing-masing anggota sehingga tidak ada yang tidak memperoleh
tugas.
9.
29
10. Tancapkan patok atau dirikan rambu ukur pengukuran sesuai dengan rencana
pengukuran dan beri nomor setiap patok.
11. Pengukuran dilakukan dengan pengukuran polar tertutup
a. Letakkan rambu ukur pada satu titik (titik bidikan)
b. Kemudian bidik satu persatu pada semua titik, tanpa memindahkan waterpass
c. Baca bacaan benang pada rambu ukur (Ba,Bt,Bb) hitung koreksi dengan cara
Bt = (Ba+Bb) 2
d. Koreksi maksimum 2 mm
e. Hitung beda tinggi.
30
No
Titik
P
Bacaan Rambu
B
1,550
1,458
1,366
1,522
1,456
1,390
1,501
1,464
1,427
1,506
1,467
1,428
1,530
1,481
1,432
1,357
1,499
1,641
P
Jumlah ()
Jarak (D)
Optis
Rantai
(m)
(m)
Beda Tinggi
(t)
Tinggi Titik
(Tx) (m)
+1,500
1,522
1,456
1,390
1,501
1,464
1,427
1,506
1,467
1,428
1,530
1,481
1,432
1,357
1,499
1,641
1,550
1,458
1,366
+19,500
+0,002
+12,900
-0,008
+1,502
+1,494
-
+5,900
-0,003
+1,491
+7,000
-0,014
+8,800
-0,018
+7,200
+0,041
+1,477
+1,459
+1,500
-
+61,300
+0,000
Batas Toleransi = 10 S
= +61,300 : 1000
= 10 0,0613
= +0,0613 mm
= +2,475 mm
31
1,502
1,500
1,494
1,491
1,477
1,459
Titik
Tx
1,500
1,502
1,494
1,491
1,477
1,459
1,500
Jarak
8,600
9,150
9,530
6,300
12,500
16,800
8,600
17,750
18,680
15,830
18,800
29,300
Panjang
32
33
5.
5.1. Tujuan :
Untuk menentukan elivasi titik-titik pada permukaan tanah sepanjang garis tertentu
sehingga akan diperoleh profil (potongan tegak dari permukaan tanah sepanjang garis
itu) karena potongan-potongan tersebut sangat diperlukan dalam bangunan sipil seperti
saluran irigasi dan drainase, jalan raya, kereta api dan lain-lain.
2.
3.
Unting-Unting
4.
Rambu Ukur
5.
Payung
6.
Nivo
7.
Rol Meter
8.
9.
Alat Penunjang Lain Seperti Blangko data, alat tulis, kalkulator dan lain-lain
34
P6
+64,000
P5
+54,000
P4
+43,000
P3
+32,000
P2
+16,000
P1
Titik Bididkan
Sket. Pengukuran Waterpass Profil Memanjang
35
2.
Kemudian waterpass selalu tetap pada titik pertama selama pengukuran profil
memanjang
3.
Bidik rambu ukur pada titik kedua dengan alat bantu bidikan kasar (vizier)
kemudian mengunci pesawat.
4.
Tempatkan rambu sepanjang garis antara titik pertama dan titik kedua antara
interval 5 m, atau tergantung medan yang ditangani.
5.
6.
36
STA
Titik
Bidikan
Tinggi Alat
(TA)
Bacaan
Rambu
Jarak
(D)
Beda Tinggi
(t) (m)
Tinggi Titik
(Tx) (m)
P1
+1,510
-0,470
1,615
1,537
1,460
1,670
1,510
1,350
1,670
1,460
1,250
1,680
1,410
1,140
1,700
1,385
1,070
-
+16,000
-0,027
P2
P3
P4
P5
P6
Jumlah ()
-0,497
+32,000
+0,000
-0,470
+43,000
+0,050
-0,420
+54,000
+0,100
-0,370
+64,000
+0,125
-0,345
Ket:
*untuk mendapatkan beda tinggi yaitu t = TA-BT
*untuk mendapatkan tinggi titik berikutnya yaitu Txn = Tx-t
5.7. Kesimpulan
Dari hasil ketelitian pengukuran, tidak ada penyimpangan yang terjadi pada tinggi titik
atau beda tinggi dimana Txakhir Txawal = Jumlah Beda tinggi.
37
6.
6.1. Tujuan :
Pengukuran ini dilakukan untuk menentukan elivasi titik-titik pada permukaan tanah
sepanjang garis tertentu sehingga akan di peroleh profil (potongan tegak dari permukaan
tanah sepanjang garis itu) karena potongan tersebut sangat diperlukan dalam bangunan
sipil seperti saluran irigasi dan drainase, jalan raya, kereta api, dan lain-lain. Kemudian
untuk mengetahui titik-titik yang jadi acuan pada pengukuran profil melintang dengan
jarak tiap sisinya.
2.
3.
Unting-Unting
4.
Rambu Ukur
5.
Payung
6.
Nivo
7.
Rol Meter
8.
9.
Alat Penunjang Lain Seperti Blangko data, alat tulis, kalkulator dan lain-lain
38
2.
3.
Memutar pesawat sebesar 900, kemudian menetapkan rambu pertama pada titik
sejauh jarak, sedangkan rambu-rambu lain ditempatkan pada titik yang mempunyai
beda tinggi (mewakili medan datar)
4.
5.
6.
7.
8.
39
STA
Titik
Bidikan
Tinggi Alat
(TA)
Bacaan
Rambu
Jarak
(D)
Bedan Tinggi
(t) (m)
Tinggi Titik
(Tx) (m)
P1
+1,510
-0,470
1,615
1,601
1,587
1,432
1,417
1,402
a1P1
b1P1
P2
+1,400
b2P2
+1,550
b3P3
a4P4
b4P4
+0,093
-0,377
+16,000
+1,470
1,582
1,568
1,554
1,363
1,347
1,331
-0,497
-0,115
-0,612
+0,038
-0,441
+16,000
1,600
1,585
1,570
1,388
1,373
1,358
a3P3
P4
-0,561
1,530
1,515
1,500
1,353
1,362
1,371
a2P2
P3
-0,091
-0,470
-0,035
-0,505
+0,177
-0,293
+11,000
-0,420
-0,098
-0,518
+0,123
-0,297
40
STA
Titik
Bidikan
Tinggi Alat
(TA)
Bacaan
Rambu
Jarak
(D)
Bedan Tinggi
(t) (m)
Tinggi Titik
(Tx) (m)
P5
+1,560
+11,000
-0,370
1,711
1,696
1,681
1,481
1,465
1,450
a5P5
b5P5
P6
a6P6
b6P6
Jumlah ()
+1,570
1,675
1,660
1,645
1,510
1,497
1,485
-
-0,136
-0,506
+0,095
-0,275
+10,000
-0,345
-0,090
-0,435
+0,073
-0,272
+64,000
Ket:
*untuk mendapatkan beda tinggi yaitu t = TA-BT
*untuk mendapatkan tinggi titik berikutnya yaitu Txn = Tx-t
41
3m
0,000
III
IV
P2
-0,441
-0,497
-0,612
16 m
0,000
I
II
P1
-0,377
-0,470
-0,561
Volume Pekerjaan P1 P2
Luas I
Luas II =
Luas III =
Luas IV =
Volume =
42
Grafik P2 P3
3m
3m
0,000
III
IV
P3
-0,293
-0,470
-0,505
16 m
0,000
I
II
P2
-0,441
-0,497
-0,612
Volume Pekerjaan P2 P3
Luas I
Luas II =
Luas III =
Luas IV =
Volume =
43
Grafik P3 P4
3m
3m
0,000
III
IV
P4
-0,297
-0,420
-0,518
11 m
0,000
I
II
P3
-0,293
-0,470
-0,505
Volume Pekerjaan P3 P4
Luas I
Luas II =
Luas III =
Luas IV =
Volume =
44
Grafik P4 P5
3m
3m
0,000
III
IV
P5
-0,275
-0,370
-0,506
11 m
0,000
I
II
P4
-0,297
-0,420
-0,518
Volume Pekerjaan P4 P5
Luas I
Luas II =
Luas III =
Luas IV =
Volume =
45
Grafik P5 P6
3m
3m
0,000
III
IV
P6
-0,272
-0,345
-0,435
10 m
0,000
I
II
P5
-0,275
-0,370
-0,506
Volume Pekerjaan P5 P6
Luas I
Luas II =
Luas III =
Luas IV =
Volume =
46
47