SKRIPSI
i
EVALUASI KEGIATAN PELEDAKAN UNTUK MENCAPAI TARGET
FRAGMENTASI BATUAN ≤ 50 CM
Skripsi
Oleh
2021 M/1442 H
ii
LEMBAR PENGESAHAN
FRAGMENTASI BATUAN ≤ 50 CM
Skripsi
Oleh
Menyetujui,
Mengetahui,
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Penguji 1, Penguji 2,
Pembimbing 1, Pembimbing 2,
iv
PERNYATAAN
LEMBAGA MANAPUN.
11160980000012
v
ABSTRAK
dibutuhkan untuk mencapai energi peledakan maksimal. Teori R.L. Ash telah
dengan bulder sebanyak 14% dan cost sebesar Rp 6.087 per bcm sedangkan teori
C.J. Konya menghasilkan boulder sebanyak 8% dengan biaya Rp 6.591 per bcm.
vi
ABSTRACT
The aim of the study is to optimize a rock blasting that produce boulders
which are less than 15%.
As a result, R.L. Ash blasting geometry was proven optimal, that produced
14% of boulders at Rp 6.087 per bcm while the C.J. Konya theory produced 8%
boulder at Rp 6.591 per bcm. This cost analysis has been undertaken with ignoring
the possibility of secondary blasting.
Keywords: fragmentation, boulder, blasting geometry, R.L. Ash, C.J. Konya, Kuz-
Ram Equation, Split Desktop.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-
(Studi Kasus: PT. Lotus SG Lestari)” Shalawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang teah menunjukkan kita dari
kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung sehingga skripsi ini
1. Kedua Orang Tua yang selalu memberi dukungan dan do’a kepada penulis.
2. Bapak Ir. Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains
3. Bapak Dr. Ambran Hartono, M.Si selaku Ketua Prodi Teknik Pertambangan
viii
6. Bapak Manan, Bapak Dini dan Bapak Ucok selaku pembimbing lapangan
penulis.
Jakarta.
ix
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ................................................................................................. iv
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
x
2.2.3 Bahan Peledak .............................................................................. 12
xi
4.7 Fragmentasi Hasil Peledakkan Dari Geometri Peledakan Aktual PT.
Lotus SG Lestari ................................................................................. 57
4.8 Penerapan Rancangan Usulan Geometri Peledakan R.L. Ash dan C.J.
Konya di Lapangan ............................................................................. 62
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 79
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
Gambar 4. 6 Fragmentasi Hasil Peledakan Teori R.L. Ash ................................. 65
Gambar 4. 7 Kurva Hasil Pengolahan Split Desktop R.L.Ash Dengan ................ 66
Gambar 4. 8 Lokasi Penerapan Rancangan Usulan Teori C.J.Konya .................. 68
Gambar 4. 9 Fragmentasi Batuan Hasil Peledakan Penerapan C.J.Konya ........... 69
Gambar 4. 10 Kurva Hasil Pengolahan Split Desktop C.J.Konya ........................ 70
Gambar 4. 11 Grafik Korelasi Banyak Boulder Terhadap Digging Time ............ 71
Gambar 4. 12 Distribusi Fragmentasi ................................................................. 74
Gambar 4. 13 Grafik Biaya Pemboran, Peledakan, Dan Pemuatan Masing-Masing
Kegiatan Peledakan..................................................................... 76
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Kelebihan dan Kekurangan Arah Pemboran Tegak dan Miring .......... 10
Tabel 2. 2 Bobot Isi Bahan Peledak .................................................................... 15
Tabel 2. 3 Pembobotan Massa Batuan untuk Peledakan ..................................... 24
Tabel 2. 5 Prioritas Reaksi Ledakan ................................................................... 26
Tabel 2. 6 Entalpi Pembentukan Standar ............................................................ 27
Tabel 2. 7 Penentuan Spasi Geometri Peledakan Menurut C.J.Konya ................. 33
Tabel 2. 8 Potensi yang Terjadi Akibat Variasi Stiffness Ratio ........................... 35
Tabel 3. 1 Rincian Waktu Kegiatan .................................................................... 38
Tabel 4. 1 Pembobotan Massa Batuan ................................................................ 50
Tabel 4. 2 Geometri Peledakan Aktual Bench 8 Blok Tarisi .............................. 52
Tabel 4. 3 Oxygen Balance Pada Setiap Kegiatan Peledakan .............................. 54
Tabel 4. 4 Energi Peledakan Pada Setiap Kegiatan Peledakan ............................ 55
Tabel 4. 5 Distribusi Fragmentasi Batuan Teoritis Kuz-Ram .............................. 59
Tabel 4. 6 Distribusi Fragmentasi Batuan Software Split Desktop....................... 61
Tabel 4. 7 Penerapan Rancangan Geometri Peledakan Usulan Teori R.L. Ash ... 64
Tabel 4. 8 Hasil Distribusi Fragmentasi Menurut Persamaan Kuz-Ram .............. 65
Tabel 4. 9 Hasil Fragmentasi Geometri Usulan R.L. Ash ................................... 66
Tabel 4. 10 Penerapan Rancangan Geometri Peledakan Teori C.J. Konya .......... 68
Tabel 4. 11 Hasil Distribusi Fragmentasi Menurut Persamaan Kuz-Ram ............ 69
Tabel 4. 12 Hasil Penerapan Rancangan Geometri Peledakan C.J.Konya ........... 69
Tabel 4. 13 Digging Time................................................................................... 70
Tabel 4. 14 Analisis Geometri Peledakan ........................................................... 73
Tabel 4. 15 Estimasi biaya peledakan ................................................................. 75
Tabel 4. 16 Selisih Biaya Geometri Usulan Terhadap Geometri Aktual .............. 77
xv
DAFTAR PERSAMAAN
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang diharapkan dapat mengurangi fragmentasi hasil batuan yang berukuran
boulder.
2
7. Pengaturan delay pada setiap kegiatan peledakan dianggap sama.
8. Perhitungan geometri peledakan usulan menggunakan metode R.L. Ash
dan C.J. Konya.
9. Parameter geometri yang menjadi fokus penelitian hanya pada burden dan
spasi.
10. Uji coba geometri peledakan usulan hanya dilakukan 1 kali.
11. Tidak dilakukan analisa pola peledakan.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
4
Gambar 2. 1 Peta Lokasi PT. Lotus SG Lestari
Sumber: PT. Lotus SG Lestari
5
diperkirakan mencapai 550 meter. Fosil dalam batulempung adalah
plankton yang menunjukkan umur Miosen Tengah. Satuan ini
dikorelasikan dengan formasi Subang di daerah Subang.
c) Anggota Batugamping Formasi Bojongmanik (Tmbl):
batugamping mengandung moluska. Satuan ini berupa lensa-lensa
dalam formasi Bojongmanik yang umurnya setara dengan Miosen
Tengah.
d) Anggota Breksi Formasi Cantayan (Tmcb): breksi polymict
dengan fragmen andesit - basal dan batugamping koral. Sisipan
batupasir sela dibagian atas, tebal satuan 1700 meter. Anggota ini
ditindih secara selaras oleh formasi Bojongmanik dan menindih
selaras formasi Klapanunggal. Umur anggota breksi ini Miosen
Tengah.
e) Formasi Klapanunggal (Tmk): terutama batugamping terumbu
padat dengan foraminifera besar dan fosil - fosil lainnya termasuk
moluska dan echinodermata. Umur satuan ini diduga setara dengan
formasi Lengkong dan Bojonglopang di zona pegunungan selatan
yaitu Miosen Awal. Formasi ini menjemari dengan formasi Jatiluhur
dan di bagian timur lembar ketebalannya mencapai 500 meter.
f) Formasi Jatiluhur (Tmj): Napal dan serpih lempungan dengan
sisipan batupasir kuarsa, bertambah pasiran ke arah timur. Bagian
atas formasi ini menjemari dengan formasi Klapanunggal dan
berumur Miosen Awal.
Skema stratigrafi wilayah Bogor telah diperkenalkan
sebelumnya oleh beberapa peneliti dengan klasifikasi atau penamaannya
berdasarkan lokasi penelitiannya masing-masing. T. Turkandi, Sidarto,
D. A. Agustiyanto, dan M.M. Purbo Hadiwidjoyo (1992),
mengklasifikasikan stratigrafi di daerah Bogor berdasarkan litologi dan
penafsiran sedimentasi serta menyesuaikan dengan Sandi Stratigrafi
Indonesia. Penamaan ini kemudian diusulkan sebagai satuan stratigrafi
resmi. Sementara itu Kartadinata (2009) menggunakan studi
tefrokronologi hasil erupsi Gunung Tangkubanparahu dalam
6
penelitiannya. Adanya persamaan dan perbedaan hasil analisis peneliti-
peneliti sebelumnya ini menjadi dasar acuan penulis, terutama dalam
penentuan umur di daerah penelitian.
7
dan loader serta dibantu dengan peledakan sebagai pemberai batuan dan
motor grader serta vibrator untuk perawatan jalan. Terdapat tiga
excavator pada PT. Lotus SG Lestari, dimana Excavator pertama dan
kedua bertugas pada loading point di bench yang telah ada aktifitas
peledakan sebelumnya, lalu dump truck bertugas mengangkut material
hasil peledakan menuju hopper atau crushing plant yang jaraknya ±1,4
km antara hopper dan loading point, proses penggilingan material batu
andesit diarea produksi crushing plant menghasilkan material pasir, abu
batu, screening, split 12, split 23, dan basecoarse 30, proses
penyimpanan stock material dipisah berdasarkan jenisnya. Selanjutnya
material andesit yang sudah melewati proses reduksi dan
pengelompokan ukuran akan di muat oleh loader ke truk pelanggan.
8
a. Pola bujur sangkar (square pattern), yaitu jarak burden dan
spasi yang sama
b. Pola persegi panjang (rectangular pattern), yaitu jarak spasi
dalam satu baris lebih besar dibandingkan dengan burden.
2. Pola pemboran selang-seling (staggered pattern), adalah pola
pemboran yang penempatan lubang ledak ditempatkan secara
selang-seling pada setiap kolomnya, dalam pola ini distribusi
energi peledakan antar lubang akan lebih terdistribusi secara
merata daripada pola bukaan sejajar. Pola pemboran selang-
seling terbagi menjadi:
a. Pola selang-seling bujur sangkar (B = S)
b. Pola selang-seling persegi panjang (S ≥ B)
Gambar 2. 3 Pola pemboran (a) pola pemboran sejajar bujur sangkar (b) pola pemboran
selang-seling bujur sangkar (c) pola pemboran sejajar persegi panjang (d) pola
pemboran selang-seling persegi panjang
Sumber : (Suwandi, 2009;6)
9
Tabel 2. 1 Kelebihan dan Kekurangan Arah Pemboran Tegak dan Miring
(a) (b)
Gambar 2. 4 Arah Pemboran Lubang Ledak (a) arah pemboran vertikal (b) arah
pemboran miring
Sumber: Ash.R.L
2.2.2 Peledakan
Kegiatan peledakan merupakan suatu upaya pemberaian batuan
dari batuan induk menggunakan bahan peledak. Peledakan memiliki
daya rusak yang bervariasi tergantung jenis bahan peledak yang
digunakan dan tujuan digunakannya bahan peledak tersebut. Peledakan
dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, baik itu positif maupun
negatif.
Suatu operasi peledakan dinyatakan berhasil dengan baik pada
kegiatan penambangan apabila (Koesnaryo, 1998; 1-2):
1. Target produksi terpenuhi,
2. Penggunaan bahan peledak efisien yang dinyatakan dalam jumlah
batuan yang berhasil dibongkar per kilogram bahan peledak (powder
factor),
10
3. Diperoleh fragmentasi batuan berukuran merata dengan sedikit
bongkah (kurang dari 15% dari jumlah batuan yang terbongkar per
peledakan).
4. Diperoleh dinding batuan yang stabil (tidak ada overbreak,
overhang, retakan-retakan),
5. Aman,
6. Dampak terhadap lingkungan minimal.
11
- Proses Pemecahan Tahap III
Dibawah pengaruh tekanan yang sangat tinggi dari gas-gas
hasil peledakan maka rekahan radial utama (tahap II) akan
diperlebar dan diperbesar secara cepat oleh efek kombinasi dari
tegangan tarik yang disebarkan kompresi radial (radial
compression) dan pneumatic wedging (pemijahan). Apabila massa
di depan lubang ledak gagal mempertahankan posisinya dan
bergerak ke depan maka tegangan tekan (compressive stress) tinggi
yang berada dalam batuan akan dilepaskan (unloaded), seperti spiral
kawat yang ditekan kemudian dilepaskan. Akibat pelepasan
tegangan tekan ini akan menimbulkan tegangan tarik yang besar di
dalam massa batuan. Tegangan tarik inilah yang melengkapi proses
pemecahan batuan yang sudah dimulai pada tahap II. Rekahan yang
terjadi dalam proses pemecahan tahap II merupakan bidang-bidang
lemah yang membantu fragmentasi utama pada proses peledakan.
12
tekanan, benturan gesekan atau ledakan awal dapat bereaksi dengan
cepat membentuk gas-gas dan menimbulkan efek panas serta tekanan
yang sangat tinggi. Peledakan memiliki daya rusak yang bervariasi
tergantung jenis bahan peledak yang diunakan dan tujuan penggunaan
bahan peledak. Umumnya bahan peledak memiliki kecepatan detonasi
sebesar 4500-7000 m/s.
Menurut Keputusan Presiden (Keppres) No.5 Tahun 1988 tentang
Pengadaan Bahan Peledak Pasal 1 Ayat (2) yang membagi bahan
peledak menjadi dua golongan yaitu bahan peledak industri (komersial)
dan bahan peledak militer. Berdasarkan komposisinya bahan peledak
industri dapat dibagi menjadi dua yaitu dynamite dan blasting agents.
a. Dynamite
Dynamite menggunakan nitroglycerin (NG) sebagai bahan
dasarnya. Dynamite merupakan bahan peledak komersial pertama
yang digunakan dengan specific gravity sebesar 1,6 dan kecepatan
detonasi ± 25000 ft/s. NG sangat sensitif terhadap getaran, gesekan
dan panas, sehingga sangat berbahaya apabila berinteraksi dengan
cairan.
b. Blasting agents
Dari keseluruhan bahan peledak, blasting agent merupakan
bahan peledak yang banyak digunakan saat ini. Blasting agent yang
umum digunakan saat ini adalah ANFO, Emulsi dan Heavy ANFO.
- ANFO
ANFO merupakan campuran dari Ammonium Nitrat dan
Fuel Oil, yang banyak digunakan sebagai produk komersil
blasting. Densitas ANFO berkisar antara 0,80 hingga 0,85
g/cm3.Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 7642
Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemanfaatan Oli Bekas Untuk
Campuran Amonium Nitrat Dengan Fuel Oil Pada Tambang
Terbuka menyatakan bahwa campuran amonium nitrat dan solar
yang optimal adalah sebesar 94,5% AN dan 5,5% FO.
- Emulsi (Emulsion)
13
Emulsi (Emulsion) adalah bahan peledak yang terbuat dari
fase oksida liquid dicampur dengan fase minyak (solar atau
minyak diesel) ditambah emulsifier untuk mempertahankan fase
emulsinya. Emulsi bahan peledak memiliki energi dan kekuatan
yang tinggi serta tahan terhadap air yang baik. Emulsi memiliki
densitas berkisar antara 1,0 g/cm3 hingga 1,45 g/cm3. Kecepatan
detonasi yang dihasilkan emulsi berkisar antara 4000 hingga
5000 m/s.
- Heavy ANFO
Heavy ANFO merupakan campuran dari dasar emulsi dan
ANFO. Heavy ANFO mengandung 45-50% Ammonium nitrate,
emulsi yang dicampur dengan ANFO untuk meningkatkan
densitas ANFO sehingga sensitivitas lebih baik dan dapat lebih
tahan terhadap air.
1. Kekuatan (Strength)
Kekuatan bahan peledak adalah ukuran dari kemampuan bahan
peledak untuk dapat memecahkan batuan. Kekuatan menujuk pada
energi yang mampu dihasilkan oleh suatu bahan peledak. Terdapat
banyak cara untuk mengekspresikan kekuatan dari sebuah bahan
peledak, terdapat tiga cara yang digunakan yaitu weight strength,
volume strength dan yang paling umum digunakan adalah Relative
Wight Strength (RWS).
14
dinyatakan dalam meter per detik atau feet per detik. Faktor yang
mempengaruhi kecepatan detonasi adalah densitas bahan peledak,
diameter bahan peledak, derajat pengurungan, ukuran partikel bahan
penyusunnya dan bahan yang terdapat dalam bahan peledak. Untuk
peledakan pada batuan keras dipakai bahan peledak yang
mempunyai kecepatan detonasi tinggi sedangkan pada batuan yang
lunak dipakai bahan peledak dengan kecepatan detonasi rendah.
3. Bobot isi (Density)
Densitas bahan peledak merupakan salah satu sifat penting
bahan peledak untuk menghitung berat bahan peledak yang dapat
dimasukan pada suatu diameter lubang peledakan. Dinyatakan
dalam satuan gr/cm3. Bahan peledak komersial rata-rata memiliki
densitas 0,5 gr/cc hingga 1,35 gr/cc (Charles. H, 1992). Bahan
peledak dengan densitas kurang dari satu dapat lebih cepat larut
dalam air. Untuk mendapatkan fragmentasi berukuran kecil
diperlukan densitas bahan peledak yang tinggi yang menghasilkan
kecepatan detonasi dan tekanan yang tinggi. Bobot isi dapat
dinyatakan dalam beberapa cara, yaitu:
a. Specific Grafity (SG), yaitu perbandingan antara densitas bahan
peledak terhadap densitas air pada kondisi standar, dinyatakan
dalam gr/cm3.
b. Stick count (SC), yaitu jumlah dodol ukuran standar 3,175 cm x
20,32 cm yang terdapat dalam satu dos seberat 50 pound.
c. Loading density (de), yaitu berat bahan peledak per meter
panjang isian yang dinyatakan dalam kg/m.
15
4. Kepekaan (Sensitivity)
Kepekaan bahan peledak didefinisikan dengan tingkat
kemudahan inisiasi bahan peledak. Beberapa faktor yang dapat
mempengarhi kepekaan bahan peedak yaitu seperti penyerapan air
dan terlapisnya kristal-kristal oleh zat lilin cenderung mengurangi
kepekaan, sedangkan peningkatan temperatur dapat menyebabkan
kepekaan. Jika diameter bahan peledak cukup besar maka
perambatan reaksinya akan lebih mudah karena permukaan bahan
peledak lebih luas, sedangkan tingkat pengurungan cenderung
memusatkan tenaga reaksinya mengarah sepanjang isian dan
menghindari penyebaran tenaga reaksi.
5. Kestabilan kimia dan karakteristik gas (Stability and Fumes)
Suatu bahan peledak harus memiliki kemampuan untuk tidak
berubah atau terdekomposisi dibawah kondisi normal selama
penyimpanan. Kestabilan kimia berkaitan dengan waktu maksimum
penyimpanan sehingga efek ledakan tidak berkurang. Faktor-faktor
yang mempercepat ketidakstabilan kimia antara lain temperatur,
kelembapan, kualitas bahan baku, kontaminasi, pengepakan,
fasilitas gudang.
Fumes merupakan gas-gas yang diasilkan dari detonasi bahan
peledak. Bahan peledak yang meledak dapat menghasilkam smoke
dan fumes. Smoke tidak berbahaya, terjadi apabila di dalam bahan
peledak terdapat jumlah oksigen yang tepat sehingga selama reaksi
seluruh hidrogen akan membentuk uap air (H2O), karbon bereaksi
membentuk karbon dioksida (CO2) dan nitrogen menjadi N2 bebas.
Sedangkan fumes berwarna kuning dan berbahaya karena sifatnya
beracun, yang terdiri dari karbon monoksida (CO) dan oksida
nitrogen baik itu NO maupun NO2.
6. Ketahanan terhadap air (Water Resistance)
Ketahanan bahan peledak terhadap air merupakan kemampuan
bahan peledak untuk mempertahankan fungsinya terhadap gangguan
air dalam waktu tertentu dan masih dapat diledakkan dengan baik.
16
Ketahanan ini dinyatakan dalam satuan jam. Sifat ini sangat penting
terutama sebagai parameter dalam pemilihan bahan peledak, dalam
hubungannya dengan kondisi tempat kerja.
17
Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Box Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhannya ke depan dan
membentuk kotak.
18
Gambar 2. 7 Blasting Mchine
Sumber: Dokumentasi Lapangan
19
2.2.6 Perlengkapan Peledakan
Perlengkapan peledakan adalah material yang diperlukan untuk
membuat rangkaian peledakan sehingga isian bahan peledak dapat
dinyalakan. Perlengkapan peledakan hanya dapat dipakai untuk satu kali
penyalaan saja. Perlengkapan bahan peledak terdiri dari:
Gambar 2. 10 Booster
Sumber: Dokumentasi Lapangan
20
3. Bahan Peledak, yaitu suatu bahan material yang tidak stabil secara
kimia atau energikal, atau dapat menghasilkan pengembangan
mendadak dari bahan tersebut diikuti dengan penghasilan panas dan
perubahan besar pada tekanan.
21
factor (A. Lilly 1986). Perhitungan dilakukan dengan memberi
pembobotan pada kelima parameter yang diberikan oleh Lilly, yaitu:
Rock Mass Description (RMD), Joint Plane Spacing (JPS), Joint Plane
Orientation (JPO), Specific Graity Influence (SGI), dan Mohs Hardness
(H). Parameter-parameter tersebut kenyataannya sangat bervariasi.
Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
1
𝐽𝑃𝑆 = ( 2.1 )
𝜆
Dengan λ adalah frekuensi bidang lemah per meter.
22
dilakukan pengamatan secara visual dilokasi penelitian apakah
orientasi bidang lemah mengarah ke dalam jenjang, keluar jenjang
horizontal, atau menjurus ke luar. Berikut merupakan ilustrasi
pengelompokkan nilai joint plane orientation dapat dilihat pada
Gambar 2.13 berikut:
𝑆𝐺𝐼 = 25 × 𝑆𝐺 − 50 ( 2.2 )
Keterangan:
SG = Specific grafity batuan (gr/cm3)
5. Hardness (Kekerasan)
Hardness merupakan sifat mekanik batuan yang dibutuhkan
untuk menentukan nilai faktor batuan. Kekerasan batuan dapat
ditentukan berdasarkan nilai Unconfined Compressor Stress (UCS).
Untuk mendapatkan nilai UCS tersebut perlu dilakukan uji kuat
tekan terhadap batuan hasil penelitian dilapangan.
23
Menurut Hariyanto, R dkk, nilai kuat tekan uniaksial dari
percontoh batuan merupakan tegangan yang terjadi pada percontoh
batuan pada saat percontoh tersebut mengalami keruntuhan (failure)
akibat pembebanan. Untuk mengetahui nilai kekerasan batuan dapat
diperoleh dari persamaan berikut :
Parameter Pembobotan
24
Persamaan yang memeberikan hubungan antara faktor batuan
dengan indeks kemampuledakan suatu batuan menurut Lily (1986)
adalah sebagai berikut :
𝐴 = 0,12 𝐵𝐼 ( 2.5 )
- Gas H2O, CO2, N2 disebut smoke (asap), gas yang dihasilkan tidak
beracun.
- Gas CO, NO, NO2 disebut fumes, gas yang dihasilkan adalah gas
yang sangat beracun.
25
Rumus sederhana yang dapat digunakan untuk menentukan Oxygen
Balance adalah sebagai berikut:
26
𝑄 = ∑[∆𝐻°𝑓(𝑒𝑥𝑝𝑙𝑜𝑠𝑖𝑣𝑒 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑠) ] − [∆𝐻°𝑓(𝑒𝑥𝑝𝑙𝑜𝑠𝑖𝑣𝑒 𝑟𝑒𝑎𝑐𝑡𝑎𝑛𝑠) ] ( 2.10 )
𝑉 0.8 𝐸 −0.63
𝑋̅ = 𝐴 (𝑄 ) × 𝑄0.17 × (115) ( 2.11 )
Keterangan :
𝑋̅ = Ukuran rata-rata fragmentasi batuan (cm)
A = Faktor batuan
V = Volume batuan yang terbongkar (m3)
Q = Berat bahan peledak (kg)
E = Relative weight strength bahan peledak (ANFO=100)
27
Dimana relative weight strength bahan peledak ditentukan
berdasarkan nilai energi peledakan yang dihasilkan pada bahan
peledak itu sendiri. Nilai relative weight strength bahan peledak
didapatkan dengan rumus sebagai berikut:
𝐴𝑊𝑆ℎ𝑎𝑛𝑑𝑎𝑘
𝑅𝑊𝑆ℎ𝑎𝑛𝑑𝑎𝑘 = ( 2.12 )
𝐴𝑊𝑆𝐴𝑁𝐹𝑂
Keterangan :
𝐵 1 𝑆 0,5 𝑊 𝑃𝐶
𝑛 = (2,2 − 14 𝐷 ) × (2 + 2𝐵 ) × (1 − 𝐵 ) × ( 𝐻 ) ( 2.13 )
𝑒
Keterangan:
De = Diameter bahan peledak atau lubang ledak (mm)
B = Burden (m)
W = Standar deviasi pemboran
S = Spasi (m)
H = Tinggi jenjang (m)
PC = Panjang isian bahan peledak (m)
𝑋̅
𝑋𝑐 = (0,693)1/𝑛 ( 2.14 )
Keterangan:
𝑋𝑐 = Ukuran karakteristik (cm)
𝑋̅ = Ukuran rata-rata fragmentasi batuan (cm)
28
n = Indeks keseragaman
29
3 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
𝐴𝐹2 = √ ( 2.17 )
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑙𝑒𝑑𝑎𝑘𝑘𝑎𝑛
𝑙𝑏
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 = 160
𝑐𝑢𝑓𝑡
𝐾𝑏 = 𝐾𝑏𝑠𝑡𝑑 × 𝐴𝐹1 × 𝐴𝐹2
Dimana :
Kb = konstanta burden
Kbstd = konstanta burden standar
𝐾𝑏×𝐷𝑒
𝐵𝑢𝑟𝑑𝑒𝑛 (𝐵) = ( 2.18 )
12
Dimana :
De = Diameter lubang ledak (inch)
2. Spasi (S)
Spasi adalah jarak antar lubang ledak pada baris yang sama dan
arahnya sejajar dengan bidang bebas, spasi dapat didapatkan dengan
melihat konstanta spasi (Ks)
30
3. Stemming (T)
Stemming merupakan panjang isian lubang ledak yang tidak diisi
oleh bahan peledak tetapi diisi oleh material penutup (cutting) dari
hasil pemboran maupun tanah lainnya yang fungsinya adalah
meningkatkan tekanan dari gas hasil peledakan agar energi yang
terlepas tidak terbuang sia-sia sehingga peledakan dapat optimal,
serta untuk mengendalikan kemungkinan flyrock dan airblast.
Rumus yang digunakan untuk menghitung panjang stemming adalah
31
pengurangan dari kedalaman lubang ledak dengan panjang
stemming, dengan rumus sebagai berikut:
1. Burden (B)
Burden adalah jarak tegak lurus terpendek antara muatan
bahan peledak dengan bidang bebas yang terdekat atau ke arah
mana pelemparan batuan akan terjadi.
a. Burden terlalu kecil, material terlalu hancur dan tergeser dari
dinding jenjang serta kemungkinan terjadinya batu terbang
sangat besar.
32
b. Burden terlalu besar, fragmentasi kurang baik (gelombang
tekan yang mencapai bidang batas menghasilkan gelombang
tarik yang sangat lemah di bawah kuat tarik batuan). Besarnya
burden tergantung dari karakteristik batuan peledak dan
diameter lubang ledak.
3 𝜌
𝐵 = 3,15 × 𝑑𝑒 × √(𝜌𝑒) ( 2.24 )
𝑟
Dimana :
B = burden
de = diameter bahan peledak (inch)
ρe = berat jenis bahan peledak, dan
ρr = berat jenis batuan
2. Spasi (S)
Spasi adalah jarak diantara lubang ledak dalam satu garis yang
sejajar dengan bidang bebas.
a. Spasi terlalu besar, fragmentasi tidak baik, dinding akhir yang
ditinggalkan relative tidak rata.
b. Spasi terlalu kecil, tekanan sekitar stemming yang lebih besar
dan mengakibatkan gas hasil ledakan dihamburkan ke
atmosfer diikuti dengan suara bising (noise).
33
3. Subdrilling (J)
Subdrillling merupakan tambahan kedalaman dari lubang
bor di bawah rencana lantai jenjang. Subdrilling berfungsi supaya
batuan dapat meledak secara “full face” sebagaimana yang
diharapkan. Lantai yang tidak rata disebabkan oleh tonjolan-
tonjolan yang terjadi setelah dilakukan peledakan akan
menyulitkan waktu pemuatan dan pengangkutan. Tingginya
subdrilling tergantung dari struktur dan jenis batuan dan arah
lubang bor. Pada lubang bor yang miring, subdrilling lebih kecil.
34
yaitu ketinggian jenjang (dalam feet) “Lima” kali diameter lubang
ledaknya (dalam inch).
35
4. Kelebihan prosesing gambar standar (scaling, filtering, dan
sebagainya),
5. Peralatan edit gambar,
6. Digitasi automatik partikel batuan,
7. Identifikasi automatik partikel halus,
8. Menggunakan ukuran ayakan yang bisa disesuaikan (standar ISO,
US, UK),
9. Hasil berupa grafik distribusi ukuran butir yang bisa disesuaikan
10. Basis pelaporan dalam HTML dan Text,
11. Menggnakan perhitungan algoritma untuk menggabung dua gambar
yang berbeda skala,
12. Kalkulasi automatik parameter dengan pendekatan metode distribusi
Rosiin-rammler atau Schumann.
يه ا ِم أن كُ ِل ِ ِ ِ
َ يه ا َر َواس َي َوأَنأ بَ تأ نَا ف
َ ض مَ َد أد ََن َه ا َوأَلأقَ يأ نَا ف
َ َو أاْل أَر
ٍ َش ي ءٍ م و ُز
ون أ َأ
36
Artinya :
37
BAB III
METODE PENELITIAN
38
3.3 Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
1. Data primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung dari
lapangan sehingga dapat diperoleh data yang objektif. Adapun urutan
pengambilan datanya meliputi observasi lapangan dan pengambilan data
secara langsung. Data yang diperoleh akan disesuaikan dengan data yang
akan dibutuhkan nantinya pada saat pengolahan data. Adapun data
tersebut, yaitu:
- Geometri peledakan (Burden, Spacing, Kedalaman lubang ledak,
Stemming, dan Charge Length)
- Penggunaan perlengkapan dan peralatan peledakan
- Fragmentasi hasil peledakan
- Digging time excavator
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh tanpa melakukan
pengamatan langsung di lapangan atau secara garis besar merupakan data
yang sebelumnya sudah dikumpulkan oleh PT. Lotus SG Lestari dan dapat
digunakan untuk kajian lain. Data sekunder yang digunakan pada
penelitian ini merupakan data sekunder yang diberikan PT. Lotus SG
Lestari, referensi dari internet dan jurnal serta laporan terkait. Adapaun
data sekunder yang digunakan meliputi:
- Metode peledakan
- Kondisi geologi lokasi penelitian
- Data UCS dan densitas batuan
- Biaya pemboran, peledakan dan pemuatan
39
Pengambilan data geometri aktual peledakan terdiri dari jarak
burden, spacing, stemming, kedalaman lubang bor dan tinggi jenjang,
diukur dengan alat berupa meteran dengan ukuran sepanjang 50 m,
kemudian hasil dari pengukuran tersebut dicatat ke dalam buku catatan
menggunakan pulpen. Untuk memperoleh data geometri aktual peledakan
dapat dilakukan seperti langkah berikut:
1. Menyiapkan meteran dan buku catatan.
2. Bentangkan meteran dari lubang ke lubang untuk mendapatkan ukuran
burden dan spacing. Untuk pengukuran burden, dilakukan dengan
cara menarik meteran tegak lurus dengan arah free face. Untuk
pengukuran spacing, dilakukan dengan cara mengukur jarak diantara
lubang tembak dalam baris (row) yang sama, sejajar dengan free face.
3. Pengukuran kedalaman lubang bor diperleh dengan cara memasukkan
meteran yang ujungnya telah diikat dengan batu kedalam lubang
ledak.
4. Pengukuran stemming diambil ketika lubang bor pada lokasi yang
akan diledakkan sudah diisi dengan bahan peledak.
5. Pengukuran tinggi jenjang dilakukan dengan menggunakan meteran
yang ujungnya telah diikat dengan batu, kemudian meteran tersebut
diulurkan dari crest (atas jenjang) menuju toe (kaki jenjang) lokasi
peledakan.
b. Pengamatan Fragmentasi Batuan Hasil Peledakan
Untuk dapat mengetahui fragmentasi batuan hasil kegiatan
peledakan, pengambilan gambar dari batuan hasil peledakan perlu
dilakukan untuk membantu mengetahui fragmentasi batuan hasil
peledakan. Pengambilan gambar fragmentasi hasil peledakan pada
penelitian ini menggunakan bantuan kamera handphone. Pengambilan
gambar dilapangan sangat berpengaruh pada proses perhitungan.
c. Pengamatan digging time alat muat
Pengamatan waktu digging alat muat pada lokasi yang telah
diledakkan bertujuan untuk mengetahui berapa lama waktu penggalian
terhadap fragmentasi batuan hasil peledakan. Waktu digging alat muat
40
dapat diketahui dengan cara menekan tombol start pada stopwatch saat
bucket excavator mulai menyentuh batuan dan menekan tombol stop saat
bucket excavator terangkat dari batuan lalu mencatatnya pada buku
catatan yang telah dipersiapkan.
41
Gambar 3. 1 Menginput Gambar pada Split Desktop
2. Scale Image
Scale image, dapat dilakukan dengan cara memasukkan
ukuran objek pembanding yang sudah diketahui diameternya. Dalam
penelitian ini, digunakan dua objek pembanding berupa helm safety
yang memiliki diameter 22 cm. untuk menginput ukuran diameter
objek pembanding adalah dengan cara berikut ini:
- Pada menu tools klik pada gambar scale tool kemudian tarik garis
pada diameter objek pembanding.
- Kemudian pada menu split, pilih scale image sehingga muncul
tampilan pada Gambar 3.2.
- Apabila objek pembanding yang digunakan hanya berjumlah satu,
maka klik pada single object kemuadian masukan ukuran diameter
objek pembanding lalu klik “get scale for bottom row” namun
apabila menggunakan dua objek pembanding klik dual object
kemudian masukan ukuran diameter pembanding paling atas, jika
ukuran pembanding sama untuk kedua objek pembanding maka
klik “get scale for lower object” kemudian klik Ok.
42
Gambar 3. 2 Scale Image pada Split Desktop
3. Find Particles
Pada tahapan ini, program akan mengenali partikel batuan
untuk dilakukan perhitungan. Pengukuran partikel dapat dilakukan
secara manual, otomatis, ataupun mengkombinasi keduanya. Untuk
pengukuran partikel dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
- Pada menu Split klik find particles maka akan muncul tampilan
seperti pada Gambar 3.3.
- Penyesuain garis dan warna partikel dapat diatur sesuai
keinginan.
- Apabila ingin menentukan partikel secara manual dapat
dilakukan dengan check list “Delineated Manually” pada
Delineate parameter, kemudian klik Go.
43
Setelah find particles selesai dilakukan baik secara otomatis
atau manual, kemudian pada menu Split pilih done editing, maka
akan muncul hasil seperti Gambar 3.4.
4. Compute size
Setelah selesai menentukan partikel, maka gambar dapat
diolah yaitu dengan compute size dan memilih metode perhitungan
yang ada dan menentukan distribusi partikel. Untuk menentukan
persamaan distibusi partikel terdapat tiga pilihan yaitu Rossin-Ramler,
Schuhman, dan Best Fit. Selanjutnya menentukan letak penyimpanan
file dengan cara klik browse dan pilih lokasi yang diinginkan.
Tampilan pada perhitungan partikel batuan dalam compute size dapat
dillihat pada gambar berikut.
44
5. Graphs and Outputs
Tahap terakhir dalam pengukuran fragmentasi pada Split
Desktop adalah mencari nilai distribusi partikel batuan yang telah
ditandai. Untuk mendapatkan distribusi partikel, terlebih dahulu
ditentukan jenis grafik dan output data pada pilihan dengan cara, pilih
menu Split klik Graphs and Ouutput kemudian akan muncul tampilan
seperti pada Gambar 3.6.
45
tahapan dilakukan, maka didapatkan hasil akhir berupa grafik
kelolosan terhadap ayakan seperti pada Gambar 3.7.
46
3.6 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian yang dipakai dalam menyelesaikan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Studi literatur
Kegiatan ini merupakan pembelajaran materi mengenai geometri
peledakan melalui literatur dari berbagai referensi yang nantinya akan
dicantumkan sebagai landasan teori.
2. Pengamatan lapangan
Pengamatan di lapangan dengan melakukan peninjauan lapangan
untuk melakukan pengamatan langsung terhadap kondisi daerah
penelitian dan kegiatan penambangan di lokasi tersebut.
3. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu melakukan
pengamatan dan pengambilan data di lapangan. Kondisi lapangan dan
gambaran aktivitas peledakan diamati secara langsung di lapangan.
Sedangkan pengambilan data di lapangan diperoleh dari data utama
(primer) dan literatur-literatur yang berhubungan dengan permasalahan
yang ada (data sekunder).
4. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan melakukan beberapa perhitungan
statistik distribusi frekuensi, penggambaran menggunakan grafik dan
tabel. Perhitungan fragmentasi dengan metode Kuz-Ram dan Split
Desktop, sedangkan perbaikan geometri peledakan menggunakan
persamaan R.L Ash dan C.J. Konya.
5. Analisis data
Analisis dan pembahasan yang akan dilakukan meliputi analisis
hasil fragmentasi peledakan menggunakan metode Kuz-Ram dan software
Split Desktop, analisis waktu digging alat muat, serta analisis biaya
terhadap masing-masing kegiatan peledakan.
6. Kesimpulan dan Saran
47
Berdasarkan hasil analisa, kemudian ditarik kesimpulan dari
penelitian yang dilakukan dan selanjutnya memberikan rekomendasi
saran yang dapat menjadi masukan bagi perusahaan.
Studi Literatur
Observasi Lapangan
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Geometri Aktual, Zero Oxygen Balance, Energi Peledakan, Fragmentasi
Hasil Peledakan, Digging Time, Biaya Pemboran, Peledakan dan Pemuatan.
Analisis Data
Analisis pengaruh oxygen balance dan geometri peleledakan terhdap
fragmentasi batuan, Analisis digging time dan Analisis biaya.
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
49
𝑌 = 1,36 ln 𝑋 − 0,84
𝑌 = 1,36 ln(54,36) − 0,84
𝑌 = 4,6
Intermediate
2 Joint Plane Spacing (JPS) 20
(Spasi 0,1-1 m)
Skala Mohs
5 Hardness 4,6
𝑌 = 1.36 𝑋 − 0,84
𝐴 = 𝐵𝐼 × 0,12
𝐴 = 37,3 × 0,12
𝐴 = 4,48
4.2 Metode Pemboran
Alat bor yang digunakan saat ini adalah HCR 910 DS merupakan
mesin bor jenis hydraulic. Kemiringan pemboran yang diterapkan pada saat
ini adalah 17° terhadap bidang vertikal dinilai sudah sesuai, karena menurut
Jukka Napuri (1988) kemiringan yang baik adalah 18° terhadap bidang
vertikal, dengan kemiringan dari pemboran akan mengurangi biaya
pemboran dan peledakan, memperbaiki bentuk dan posisi tumpukan,
50
jenjang akhir yang stabil dan mengurangi risiko dari back break dan toe
pada lantai jenjang.
Sebelum dilakukan kegiatan peledakan maka persiapan yang harus
dilakukan adalah membuat lubang ledak yang sesuai geometri yang telah
direncanakan. Adapun pola pemboran yang diterapkan adalah pola
pemboran selang-seling (staggered pattern). Pemilihan pola pemboran
selang-seling (staggered pattern) pada kegiatan pemboran sudah benar,
karena dengan pola pemboran seperti ini, energi yang dihasilkan akan
terdistribusi lebih merata sehingga akan mengurangi tejadinya boulder.
Tetapi dengan pemboran miring memerlukan ketelitian dan keterampilan
operator yang lebih besar dalam membuat lubang bor. Sehingga lubang
ledak yang dibuat sesuai dengan geometri yang telah direncanakan.
51
4.4 Gambaran Kegiatan Peledakan
Kegiatan peledakan pada Bench 8 Blok Tarisi PT. Lotus SG Lestari
menggunakan sistem inisiasi elektrik dengan pola peledakan echelon.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan maka didapatkan geometri pada
setiap kegiatan peledakan di Bench 8 Blok Tarisi dari tanggal 21 Desember
2020 – 7 Januari 2021 sebagai berikut :
Tabel 4. 2 Geometri peledakan aktual Bench 8 Blok Tarisi PT. Lotus SG Lestari
52
Gambar 4. 1 Fragmentasi Hasil Peledakan Blok Tarisi Bench 8 PT. Lotus SG Lestari
53
batuan yang lebih besar. Selain berpengaruh pada keseimbangan oksigen,
komposisi fuel oil pada amonium nitrat berdampak pada penurunan
sensitivitas ledakan. Oxygen balance yang dihasilkan pada setiap kegiatan
peledakan di Blok Tarisi PT. Lotus SG Lestari dapat dilihat pada tabel berikut:
Ammonium
Tanggal Fuel Oil Oxygen Balance
Nitrate
Peledakan
Kg % Kg % Kg %
21 Desember 2020 500 94,8 27,6 5,2 0,37 0,1
22 Desember 2020 500 93,2 36,28 6,8 - 1,52 - 0,3
29 Desember 2020 750 93,4 53,16 6,6 - 2,02 - 0,3
30 Desember 2020 275 95,4 13,36 4,6 0,57 0,2
5 Januari 2021 400 96,1 16,24 3,9 1,52 0,4
7 Januari 2021 600 95,2 29,95 4,8 1,08 0,2
54
Tabel 4. 4 Energi Peledakan pada setiap kegiatan peledakan
Gambar 4. 2 Grafik Pengaruh Energi Peledakan Dan Beban Batuan Terhadap Fragmentasi Batuan
55
Variasi Energi ANFO
120%
100%
60%
40%
20%
0%
0% 2% 4% 6% 8%
Fuel Oil
Pada grafik juga dapat dilihat bahwa penurunan energi akan lebih
signifikan atau lebih besar pada saat komposisi fuel oil lebih rendah
56
daripada 5,5% (underfuel), hal ini dibuktikan dengan dengan penurunan fuel
oil sebanyak 0,9% dapat mengurangi energi yang dihasilkan sebanyak 15%
sedangkan penambahan fuel oil sebanyak 1,3% hanya menurunkan energi
sebanyak 7%. Oleh karena itu, lebih baik komposisi fuel oil berlebih
daripada kurang walaupun sensitifitas bahan peledak berkurang.
57
Dimana :
A = Faktor batuan
V = Volume batuan yang terbongkar (m3)
Q = Jumlah bahan peledak (kg)
E = Relative weight strength bahan peledak
Dimana :
B = Burden (m)
De = Diameter lubang ledak (mm)
S = Spasi (m)
W = Standar deviaasi pemboran (m)
PC = Panjang isian bahan peledak (m)
L = Tinggi jenjang (m)
58
36,10
𝑋𝑐 = 1
(0,693)1,8
𝑋𝑐 = 42,79 𝑐𝑚
d. Perhitungan distribusi ukuran fragmentasi peeledakan
𝑛
−(𝑋⁄𝑋 )
𝑅=𝑒 𝑐
1,8
50⁄
𝑅 = 𝑒 −( 42,79)
𝑅 = 0,28
𝑅 = 27%
Fragmentasi
Tanggal Kegiatan Presentase
No. rata-rata
Peledakan Ukuran Boulder
(cm)
1 21 Desember 2020 34,89 27%
2 22 Desember 2020 35,11 27%
3 29 Desember 2020 34,61 25%
4 30 Desember 2020 43,04 40%
5 5 Januari 2021 43,23 40%
6 7 Januari 2021 37,02 30%
Rata-Rata 37,98 32%
59
Perhitungan fragmentasi dengan menggunakan persamaan Kuz-
Ram dapat dikatakan tidak valid karena dalam rumus Kuz-Ram
tidak memperhitungan faktor luar seperti, free face pada lokasi
peledakan, proses tie up atau perangkaian waktu tunda (delay) yang
digunakan pada kegiatan peledakan dan kemungkinan adanya air
pada lubang ledak akibat hujan.
1. Foto diambil pada saat pencahayaan bagus, yaitu siang hari yang
cerah dengan posisi pengambilan gambar membelakangi
matahari untuk meniadakan bayangan yang akan mengganggu
(noise).
2. Foto diambil langsung setelah kegiatan peledakan berlangsung
agar gambar sesuai kondisi aslinya.
3. Diambil sebanyak 5 foto per kegiatan peledakan (dengan sudut
pengambilan gambar yang dianggap mewakili), selama 6 kali
peledakan.
4. Objek pembanding yang digunakan berupa helm safety, dengan
diameter 22 cm.
5. Kamera yang digunakan adalah kamera handphone dengan
resolusi 13 Mega Pixels (13 MP)
Dari pengamatan, dengan menggunakan analisis software Split
Desktop 2.0 didapatkan hasil berupa rata-rata fragmentasi yang
dihasilkan dan distribusi ukuran, sebagai berikut (untuk perhitungan
secara rinci dapat dilihat pada lampiran 3):
60
Tabel 4. 6 Distribusi Fragmentasi Batuan Software Split Desktop
Presentase
Tanggal Kegiatan
No. Ukuran
Peledakan
Boulder (%)
1 21 Desember 2020 31%
2 22 Desember 2020 34%
3 29 Desember 2020 24%
4 30 Desember 2020 45%
5 5 Januari 2021 48%
6 7 Januari 2021 35%
Rata-Rata 36%
Gambar 4. 4 Kurva Hasil Pengolahan Software Split Desktop pada kegiatan peledakan
tanggal 21 Desember 2020
61
4.8 Penerapan Rancangan Usulan Geometri Peledakan R.L. Ash dan C.J.
Konya di Lapangan
Dilakukannya penerapan geometri rancangan usulan menurut teori R.L.
Ash dan C.J. Konya di lapangan bertujuan untuk melihat perbandingan
fragmentasi batuan yang dihasilkan dari kedua rancangan geometri peledakan
tersebut terhadap geometri aktual. Pada penelitian ini, rancangan usulan
geometri hanya terfokus pada parameter burden dan spasi. Untuk parameter
lainnya seperti kedalaman lubang ledak, stemming, powder column, dan
subdrilling adalah sama nilainya seperti perencanaan perusahaan yaitu
masing-masing sebesar 12 meter, 2,5 meter, 9,5 meter dan 0.5 meter.
62
1
𝜌𝐵𝑃 × [𝑉𝑂𝐷𝐵𝑃 ]2 3
=[ ]
1,2 × [1200]2
1
0,85 × [14.760]2 3
=[ ]
1,2 × [12.000]2
= 1,02
1
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐼𝑠𝑖 𝐵𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 3
AF2 =[ ]
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐼𝑠𝑖 𝐵𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑙𝑒𝑑𝑎𝑘𝑘𝑎𝑛
1
160 3
=[ ]
150
= 1,02
Kb = 𝐾𝑏𝑠𝑡𝑑 × 𝐴𝐹1 × 𝐴𝐹2
= 30 × 1,02 × 1,02
= 31,37
- Burden (B)
𝐾𝑏 × 𝐷𝑒
𝐵=
12
31,37 × 3
𝐵=
12
𝐵 = 7,84 𝑓𝑒𝑒𝑡
𝐵 = 2,39 𝑚
- Spacing (S)
Sesuai dengan kondisi lapangan, yaitu orientasi antar
rekahan mendekati 60°, maka digunakan nilai konstanta
spasi sebesar 1,15.
𝑆 = 1,15 × 𝐵
𝑆 = 1,15 × 2.39
𝑆 = 2,75 𝑚
63
Tabel 4. 7 Penerapan Rancangan Geometri Peledakan Usulan Teori R.L. Ash
64
gambaran fragmentasi hasil peledakan bisa dilihat pada gambar
berikut ini.
Fragmentasi Presentase
(cm) Tertahan (%)
10 86%
12.5 80%
25 52%
50 15%
75 3%
100 0%
65
Tabel 4. 9 Hasil Fragmentasi Geometri Usulan R.L. Ash
Fragmentasi Presentase
(cm) Tertahan (%)
10 87%
12.5 82%
25 52%
50 14%
75 1%
100 0%
66
dimana dilakukan percobaan sebanyak satu kali pada tanggal 10
Januari 2021 dengan jumlah lubang ledak sebanyak 15 lubang.
Adapun perhitungan geometri lengkapnya dapat dilihat sebagai
berikut:
De = 3 inch
SG handak = 0,85 gr/cc
SG Batuan = 2,4 gr/cc
- Burden (B)
3 𝑆𝐺𝑒
𝐵 = 3,15 × 𝐷𝑒 × √
𝑆𝐺𝑟
3 0,85
𝐵 = 3,15 × 3 × √
2,4
𝐵 = 6,69 𝑓𝑒𝑒𝑡
𝐵 = 2,04 𝑚
- Spacing (S)
Berdasarkan nilai burden 2,04 m maka didapatkan nilai
stifness ratio yaitu sebesar 5,6 dan karena kegiatan
peledakan yang dilakukan menggunakan sistem tunda
maka nilai digunakan nilai konstanta spasi sebesar 1,4.
𝑆 = 1,41 × 𝐵
𝑆 = 1,41 × 2,04
𝑆 = 2,85 𝑚
67
Tabel 4. 10 Penerapan Rancangan Geometri Peledakan Teori C.J. Konya
68
Gambar 4. 9 Fragmentasi Batuan Hasil Peledakan Dari Penerapan Teori C.J.Konya
Fragmentasi Presentase
(cm) Tertahan (%)
10 86%
12.5 80%
25 47%
50 7%
75 0%
100 0%
Fragmentasi Presentase
(cm) Tertahan (%)
10 79%
12.5 73%
25 49%
50 8%
75 0%
100 0%
69
Gambar 4. 10 Kurva Hasil Pengolahan Data Fragmentasi Teori C.J.Konya dengan
Split Desktop
Banyak Digging
Tanggal Peledakan Geometri
Boulder Time
21 Desember 2020 3x3 31% 7.60
22 Desember 2020 3x3 34% 7.41
29 Desember 2020 3x3 24% 6.76
30 Desember 2020 3x3 45% 7.98
5 Januari 2021 3x3 48% 8.13
7 Januari 2021 3x3 35% 7.82
R.L. Ash 2.4 x 2.8 14% 5.95
C.J. Konya 2 x 2.9 8% 5.02
70
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa peruahan pattern geometri
tentunya berkaitan dengan banyaknya boulder yang dihasilkan. Dengan
adanya perapatan pattern, boulder yang diasilkan semakin kecil sehingga
wakti gali dari alat muat tersebut juga menurun. Sedangkan jika pelebaran
pattern dilakukan, maka boulder yang dihasilkan akan lebih banyak sehingga
waktu yang digunakan alat gali-muat untuk mengambil material hasil
peledakan juga semakin lama.
6.00 R² = 0.9583
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%
Banyak Boulder
71
dan 3 m dilokasi penelitian belum dikatakan baik karena fragmentasi yang
dihasilkan dari kegiatan peledakan masih lebih dari 15%.
Perubahan ukuran burden dan spasi akan mempengaruhi ukuran
fragmentasi hasil peledakan. Apabila ukuran burden diperbesar maka
gelombang tekan akan menempuh jarak yang lebih jauh dan waktu yang lebih
lama untuk mencapai bidang bebas (free face). Setelah mencapai free face,
gelombang tersebut dipantulkan sebagai gelombang tarik kemudian
gelombang tarik ini akan berasosiasi dengan gelombang tekan berikutnya
dalam waktu yang lama sehingga rekahan radial yang dihasilkan terlalu kecil.
Hal ini akan menyebabkan gas-gas bertekanan tinggi hasil peledakan sulit
untuk membongkar rekahan radial tersebut ke arah bidang bebas sehingga
fragmentasi yang dihasilkan berukuran besar. Sebaliknya, apabila jarak
burden diperkecil maka gelombang tekan akan mnempuh jarak yang lebih
dekat dan waktu yang lebih cepat untuk mencapai free face sehingga ukuran
fragmentasi yang dihasilkan relatif kecil. Dengan demikian, penerapan ukuran
burden dan spasi saat ini dilokasi penelitian belum dikatakan baik karena
perambatan gelombang detonasi yang dihasilkan dari lubang ledak sampai ke
free face menjadi lama dan membuat asosiasi antar gelombang menjadi tidak
maksimal. Ukuran burden dan spasi di lokasi penelitian sebaiknya diperkecil
sehingga fragmentasi yang dihasilkan berukuran lebih kecil tetapi akan
meningkatkan penggunaan bahan peledak per lubang.
Keberadaan air pada lubang ledak tentunya juga akan mempengaruhi
ukuran fragmentasi hasil peledakan. Apabila terdapat air pada lubang ledak,
energi gelombang kejut yang dihasilkan dari bahan peledak dapat terbiaskan
sehingga energi yang dihasilkan dalam bahan peledak untuk memberai
material batuan berkurang atau tidak maksimal. Oleh karena itu ukuran
fragmentasi batuan hasil peledakan menjadi besar. Untuk itu perlu
diperhatikan pada saat persiapan lubang ledak.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan maka didapatkanlah
beberapa rekomendasi geometri peledakan berdasarkan teori R.L. Ash dan
C.J. Konya yang dapat memperbaiki hasil fragmentasi peledakan seperti pada
4.14 berikut ini.
72
Tabel 4. 14 Analisis Geometri Peledakan
73
presentase fragmentasi batuan yang berukuran ≥ 50 cm sebesar 8%, jika
dibandingkan dengan geometri aktual, geometri usulan dengan mengunakan
teori C.J. Konya dapat menurunkan presentase fragmentasi batuan yang
berukuran sebesar 23%.
100%
80%
60%
40%
20%
0%
10 12.5 25 50 75 100
Fragmentasi (cm)
74
lampiran 23, 24 dan 25. Total biaya pemboran, peledakan, dan pemuatan
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
75
lebih mudahnya beikut grafik perbandingan biaya total pemboran,
peledakan dan pemuatan pada masing-masing lokasi.
Gambar 4. 13 Grafik biaya pemboran, peledakan, dan pemuatan pada masing-masing kegiatan
peledakan
76
Tabel 4. 16 Selisih biaya geometri usulan terhadap geometri aktual
Selisih Biaya
Geometri Total Cost Selisih Boulder
Boulder (Rp/bcm)
Peledakan (Rp/bcm) *terhadap geometri
aktual *terhadap geometri
aktual
Geometri
Keterangan Satuan
Aktual R.L. Ash C.J. Konya
Target Produksi bcm/bulan 40000
Biaya Rp/bcm 5,497 6,087 6,591
TOTAL BIAYA Rp 219,880,000 Rp 243,480,000 Rp 263,640,000
77
Berdasarkan tabel 4.17 diatas dapat dilihat bahwa total biaya yang
dihasilkan pada geometri aktual sebesar Rp 219,880,000 yang merupakan
biaya paling kecil namun material yang dihasilkan belum memenuhi kriteria
target perusahaan. Sedangkan biaya paling besar diperoleh pada geometri
usulan menurut C.J. Konya dengan biaya sebesar Rp 263,640,000 dengan
material hasil peledakan yang dihasilkan sudah memenuhi target
perusahaan.
78
BAB V
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dapat disimpulkan bahwa
kegiatan peledakan yang dilakukan di Bench 8 Blok Tarisi PT. Lotus SG
Lestari menggunakan pola pemboran staggered dan pola peledakan echelon
dengan sistem inisiasi elektrik. Bahan peledak yang digunakan adalah
ANFO dengan densitas sebesar 0,8 gr/cc. Geometri yang digunakan yaitu
burden 3 m, spasi 3 m, tinggi jenjang 11,5 m.
79
dimana dapat menurunkan presentase fragentasi boulder sebesar 17% dari
geometri yang diterapkan perusahaan dengan hanya menambah biaya
sebesar Rp 590 per bcm.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan kepada
PT. Lotus SG Lestari agar geometri peledakan usulan menurut teori R.L.
Ash dapat digunakan sebagai pilihan dalam mendapatkan hasil frgamentasi
boulder yang ideal dan meningkatkan pengawasan terhadap pencampuran
bahan peledak dengan cara menambahkan waktu proses pencampuran
bahan peledak agar pencampuran bahan peledak tepat dan homogen
sehingga tercapainya zero oxygen balance dan energi peledakan yang
optimal serta untuk mengatasi keberadaan air pada lubang ledak dapat
digunakan air compressor atau plastik pelindung untuk ANFO.
80
DAFTAR PUSTAKA
Ash, R.L. 1990. Design of Blasting Round, Surface Mining. B.A. Kennedy Editor.
Society for Mining, Metallurgy, and Explotionn, Inc.
Gokhale, B V. 2010. Rotary Drilling and Blasting in Large Surface Mines. CRC
Press.
Hustrulid, William. 1999. Blasting Principles For Open Pit Mining : Vol 1 –
Generally Design Concepts. 1999. A.A Balkema : Rotterdam
Kursus Juru Ledak Kelas II. Diktat Teknik Peledakan Pada Kegiatan Penambangan
Bahan Galian. Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara : Bandung (2014)
Kuznetsov, V.M. 1973. The Mean diameter of the fragments formed by blasting
rock. Soviet Mining Science 9(2):144-148.
81
Napuri, Jukka. 1988. Sufrace Drilling and Blasting. Tamroc
82
Lampiran 1
Geometri Aktual Lokasi Peledakan
83
Lampiran 2
Hasil Perhitungan Kuz-Ram Pada Geometri Aktual Lokasi Peledakan
84
Lampiran 3
Hasil Analisis Split Desktop Kegiatan Peledakan Aktual
85
Lampiran 4
Foto Fragmentasi Hasil Peledakan 21 Desember 2020
Gambar 21e
86
Lampiran 5
Foto Fragmentasi Hasil Peledakan 22 Desember 2020
Gambar 22d
Gambar 22c
Gambar 22e
87
Lampiran 6
Foto Fragmentasi Hasil Peledakan 29 Desember 2020
Gambar 29e
88
Lampiran 7
Foto Fragmentasi Hasil Peledakan 30 Desember 2020
Gambar 30e
89
Lampiran 8
Foto Fragmentasi Hasil Peledakan 5 Januari 2021
Gambar 5a Gambar 5b
Gambar 5c Gambar 5d
Gambar 5e
90
Lampiran 9
Foto Fragmentasi Hasil Peledakan 7 Januari 2021
Gambar 7a Gambar 7b
Gambar 7c Gambar 7d
Gambar 7e
91
Lampiran 10
Energi Peledakan dan Hasil Fragmentasi Batuan
Berat Komposisi
Beban Energi Fragmentasi (Split Desktop)
ANFO Handak
Batuan per Peledakan
Tanggal Peledakan per
lubang AN FO per lubang
Lubang P20 P50 P80 Top Size n Boulder
(m3) (%) (%) (kJ)
(Kg)
21 Desember 2020 108.00 35.2 94.8 5.2 126,175.67 11.69 34.97 62.96 102.98 1.33 31%
22 Desember 2020 108.00 35.8 93.2 6.8 124,899.15 13.19 36.48 65.50 99.08 1.40 34%
29 Desember 2020 111.36 40.2 93.4 6.6 141,594.63 14.80 32.93 52.20 87.77 1.24 24%
30 Desember 2020 134.40 32.0 95.4 4.6 103,559.25 17.78 47.15 77.71 123.60 1.33 45%
5 Januari 2021 118.32 34.7 96.1 3.9 96,297.60 17.32 48.35 91.93 147.09 1.22 48%
7 Januari 2021 108.00 37.1 95.2 4.8 122,562.09 12.98 35.61 64.62 101.32 1.12 35%
92
Lampiran 11
Perhitungan Energi Peledakan
93
416,15 NH4NO3 + 172,74 CH2
Unsur N = 832,29; H = 2010,06; O = 1248,44; dan C = 172,74
• Explosive Reaction
- 172,74 CO
- 1005,03 H2O
- 172,74 CO + 70,67 O → 102,07 CO + 70,67 CO2
- 416,15 N2
• Energi
416,15 NH4NO3 + 172,74 CH2 → 1005,03 H2O + 102,07 CO + 70,67 CO2 + 416,15 N2
416,15 (-365,6) + 172,74 (-29,3) → 1005,03 (-241,8) + 102,07 (-110,5) + 70,67 (-393,5) +
416,15 (0)
-157204,41 → -282103,56
Qe = Qp –Qr
Qe = -282103,56 – (-157204,41)
Qe = -124899,15 kJ
94
468,16 (-365,6) + 189,87 (-29,3) → 1126,2 (-241,8) + 101,46 (-110,5) + 88,42 (-393,5) +
468,16 (0)
-176724,37 → -318319
Qe = Qp –Qr
Qe = -318319 – (-176724,37)
Qe = -141594,63 kJ
95
Berat Molekul AN = 80,1 gr Berat Molekul FO = 14 gr
33333,33 1353,39
Mol AN = = 416,15 mol Mol FO = = 96,67 mol
80,1 14
96
- 409,09 N2
• Energi
440,63 NH4NO3 + 125,85 CH2 → 125,85 CO2 + 1007,1 H2O + 63,08 NO + 409,09 N2
440,63 (-365,6) + 125,85 (-29,3) → 125,85 (-393,5) + 1007,1 (-241,8) + 63,08 (90,3) +
409,09 (0)
-164780,12 → -287342,21
Qe = Qp –Qr
Qe = -287342,21– (-164780,12)
Qe = -122562,09 kJ
97
Lampiran 12
Hasil Analisis Split Desktop Kegiatan Peledakan Usulan
98
Lampiran 13
Foto Fragmentasi Hasil Peledakan Usulan R.L. Ash
Gambar R1 Gambar R2
Gambar R3 Gambar R4
Gambar R5
99
Lampiran 14
Foto Fragmentasi Hasil Peledakan Usulan C.J. Konya
Gambar C1 Gambar C2
Gambar C4
Gambar C3
Gambar C5
100
Lampiran 15
Digging Time dan Produktivitas Hasil Peledakan 21 Desember 2020
101
• Perhitungan Digging Time
Diketahui :
Digging timemax = 9,8 s
Digging timemin = 5,8 s
Banyak data (n) = 30
𝑘 = 1 + 3,3 log 𝑛
𝑘 = 1 + 3,3 log 30
𝑘 = 5,9
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = Digging Time
𝑘
Kelas Xi Fi Xi*Fi
4
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 5.8 - 6.5 6.1 3 18.4
5,9
6.5 - 7.2 6.8 8 54.6
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 0,7 7.2 - 7.8 7.5 14 105.0
∑ 𝑋𝑖 𝐹𝑖 7.8 - 8.5 8.2 2 16.4
𝑀𝑒𝑎𝑛 = 8.5 - 9.2 8.9 1 8.9
𝑛
9.2 - 9.9 9.5 2 19.1
222,3
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = Jumlah 30 222.3
30
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 7,41
102
𝑘 = 1 + 3,3 log 𝑛
𝑘 = 1 + 3,3 log 30
𝑘 = 5,9
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = Cycle Time
𝑘
Kelas Xi Fi Xi*Fi
5,1
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 17.2 - 18.1 17.6 3 52.9
5,9 18.1 - 18.9 18.5 9 166.5
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 0,9 18.9 - 19.8 19.4 7 135.6
∑ 𝑋𝑖 𝐹𝑖 19.8 - 20.7 20.2 5 101.2
𝑀𝑒𝑎𝑛 = 20.7 - 21.5 21.1 2 42.2
𝑛
21.5 - 22.4 22.0 4 87.9
586,3
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = Jumlah 30 586.3
30
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 19,54
• Perhitungan Produktivitas
Keterangan
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑗𝑎𝑚
𝑃𝑒 = 𝐾𝑏 × 𝑏𝑓𝑓 × × 𝐸𝑘 × 𝑆𝑓 Pe = Produktivitas (m3/jam)
𝐶𝑇
Kb = Kapasitas Bucket (m3)
3600
𝑃𝑒 = 2,1 × 0,58 × × 0,8 × 0,82 Bff = Bucket fill factor
19,54
Ek = Efisiensi kerja
103
Lampiran 16
Digging Time dan Produktivitas Hasil Peledakan 22 Desember 2020
104
• Perhitungan Digging Time
Diketahui :
Digging timemax = 10,2 s
Digging timemin = 6,2 s
Banyak data (n) = 30
𝑘 = 1 + 3,3 log 𝑛
𝑘 = 1 + 3,3 log 30
𝑘 = 5,9
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = Digging Time
𝑘
Kelas Xi Fi Xi*Fi
4
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 6.2 - 6.9 6.5 7 45.8
5,9
6.9 - 7.6 7.2 12 86.7
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 0,7 7.6 - 8.2 7.9 5 39.5
∑ 𝑋𝑖 𝐹𝑖 8.2 - 8.9 8.6 3 25.7
𝑀𝑒𝑎𝑛 = 8.9 - 9.6 9.3 2 18.5
𝑛
9.6 - 10.3 9.9 1 9.9
226,2
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = Jumlah 30 226.2
30
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 7,54
105
𝑘 = 1 + 3,3 log 𝑛
𝑘 = 1 + 3,3 log 30
𝑘 = 5,9
• Perhitungan Produktivitas
Keterangan
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑗𝑎𝑚
𝑃𝑒 = 𝐾𝑏 × 𝑏𝑓𝑓 × × 𝐸𝑘 × 𝑆𝑓 Pe = Produktivitas (m3/jam)
𝐶𝑇
Kb = Kapasitas Bucket (m3)
3600
𝑃𝑒 = 2,1 × 0,58 × × 0,8 × 0,82 Bff = Bucket fill factor
19,68
Ek = Efisiensi kerja
106
Lampiran 17
Digging Time dan Produktivitas Hasil Peledakan 29 Desember 2020
107
• Perhitungan Digging Time
Diketahui :
Digging timemax = 8,3 s
Digging timemin = 5,6 s
Banyak data (n) = 30
𝑘 = 1 + 3,3 log 𝑛
𝑘 = 1 + 3,3 log 30
𝑘 = 5,9
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = Digging Time
𝑘 Kelas Xi Fi Xi*Fi
2,7 5.6 - 6.1 5.8 6 35.0
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 =
5,9 6.1 - 6.5 6.3 4 25.2
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 0,5 6.5 - 7.0 6.7 9 60.7
7.0 - 7.4 7.2 8 57.7
∑ 𝑋𝑖 𝐹𝑖
𝑀𝑒𝑎𝑛 = 7.4 - 7.9 7.7 0 0.0
𝑛 7.9 - 8.4 8.1 3 24.4
202,9 Jumlah 30 202.9
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 =
30
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 6,76
108
𝑘 = 1 + 3,3 log 30
𝑘 = 5,9
• Perhitungan Produktivitas
Keterangan
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑗𝑎𝑚
𝑃𝑒 = 𝐾𝑏 × 𝑏𝑓𝑓 × × 𝐸𝑘 × 𝑆𝑓 Pe = Produktivitas (m3/jam)
𝐶𝑇
Kb = Kapasitas Bucket (m3)
3600
𝑃𝑒 = 2,1 × 0,58 × × 0,8 × 0,82 Bff = Bucket fill factor
17,57
Ek = Efisiensi kerja
109
Lampiran 18
Digging Time dan Produktivitas Hasil Peledakan 30 Desember 2020
110
• Perhitungan Digging Time
Diketahui :
Digging timemax = 12,9 s
Digging timemin = 6,2 s
Banyak data (n) = 30
𝑘 = 1 + 3,3 log 𝑛
𝑘 = 1 + 3,3 log 30
𝑘 = 5,9
111
𝑘 = 1 + 3,3 log 30
𝑘 = 5,9
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = Cycle Time
𝑘 Kelas Xi Fi Xi*Fi
8,9 15.1 - 16.6 15.9 7 111.0
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 =
5,9 16.6 - 18.1 17.4 12 208.5
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 1,5 18.1 - 19.6 18.9 6 113.3
19.6 - 21.2 20.4 3 61.2
∑ 𝑋𝑖 𝐹𝑖
𝑀𝑒𝑎𝑛 = 21.2 - 22.7 21.9 0 0.0
𝑛 22.7 - 24.2 23.4 2 46.9
540,9 Jumlah 30 540.9
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 =
30
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 18,03
• Perhitungan Produktivitas
Keterangan
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑗𝑎𝑚
𝑃𝑒 = 𝐾𝑏 × 𝑏𝑓𝑓 × × 𝐸𝑘 × 𝑆𝑓 Pe = Produktivitas (m3/jam)
𝐶𝑇
Kb = Kapasitas Bucket (m3)
3600
𝑃𝑒 = 2,1 × 0,58 × × 0,8 × 0,82 Bff = Bucket fill factor
18,03
Ek = Efisiensi kerja
112
Lampiran 19
Digging Time dan Produktivitas Hasil Peledakan 5 Januari 2021
113
• Perhitungan Digging Time
Diketahui :
Digging timemax = 11,9 s
Digging timemin = 6,3 s
Banyak data (n) = 30
𝑘 = 1 + 3,3 log 𝑛
𝑘 = 1 + 3,3 log 30
𝑘 = 5,9
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = Digging Time
𝑘
Kelas Xi Fi Xi*Fi
5,6 6.3 - 7.3 6.8 5 33.9
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 =
5,9 7.3 - 8.2 7.7 14 108.2
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 =1 8.2 - 9.2 8.7 7 60.8
9.2 - 10.1 9.6 2 19.3
∑ 𝑋𝑖 𝐹𝑖
𝑀𝑒𝑎𝑛 = 10.1 - 11.1 10.6 1 10.6
𝑛 11.1 - 12.0 11.5 1 11.5
244,3 Jumlah 30 244.3
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 =
30
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 8,14
114
𝑘 = 1 + 3,3 log 30
𝑘 = 5,9
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = Cycle Time
𝑘 Kelas Xi Fi Xi*Fi
6,4 17.8 - 18.9 18.3 7 128.4
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 =
5,9 18.9 - 20.0 19.4 7 136.0
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 1,1 20.0 - 21.1 20.5 8 164.2
21.1 - 22.2 21.6 3 64.8
∑ 𝑋𝑖 𝐹𝑖
𝑀𝑒𝑎𝑛 = 22.2 - 23.2 22.7 3 68.1
𝑛 23.2 - 24.3 23.8 2 47.6
609,2 Jumlah 30 609.2
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 =
30
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 20,31
• Perhitungan Produktivitas
Keterangan
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑗𝑎𝑚
𝑃𝑒 = 𝐾𝑏 × 𝑏𝑓𝑓 × × 𝐸𝑘 × 𝑆𝑓 Pe = Produktivitas (m3/jam)
𝐶𝑇
Kb = Kapasitas Bucket (m3)
3600
𝑃𝑒 = 2,1 × 0,58 × × 0,8 × 0,82 Bff = Bucket fill factor
20,31
Ek = Efisiensi kerja
115
Lampiran 20
Digging Time dan Produktivitas Hasil Peledakan 7 Januari 2021
116
• Perhitungan Digging Time
Diketahui :
Digging timemax = 11,6 s
Digging timemin = 6,5 s
Banyak data (n) = 30
𝑘 = 1 + 3,3 log 𝑛
𝑘 = 1 + 3,3 log 30
𝑘 = 5,9
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 =
𝑘
Digging Time
5,1
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = Kelas Xi Fi Xi*Fi
5,9
6.5 - 7.4 6.9 9 62.4
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 0,9 7.4 - 8.2 7.8 16 124.8
∑ 𝑋𝑖 𝐹𝑖 8.2 - 9.1 8.7 4 34.7
𝑀𝑒𝑎𝑛 = 9.1 - 10.0 9.5 0 0.0
𝑛
10.0 - 10.8 10.4 0 0.0
233,2
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 10.8 - 11.7 11.3 1 11.3
30 Jumlah 30 233.2
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 7,77
117
𝑘 = 1 + 3,3 log 30
𝑘 = 5,9
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 =
𝑘
7,4
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 =
5,9 Cycle Time
Kelas Xi Fi Xi*Fi
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 1,3
14.6 - 15.9 15.2 2 30.5
∑ 𝑋𝑖 𝐹𝑖 15.9 - 17.1 16.5 9 148.4
𝑀𝑒𝑎𝑛 =
𝑛 17.1 - 18.4 17.7 8 142.0
541,3 18.4 - 19.6 19.0 5 95.0
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 =
30 19.6 - 20.9 20.3 3 60.8
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 18,04 20.9 - 22.2 21.5 3 64.6
Jumlah 30 541.3
• Perhitungan Produktivitas
Keterangan
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑗𝑎𝑚
𝑃𝑒 = 𝐾𝑏 × 𝑏𝑓𝑓 × × 𝐸𝑘 × 𝑆𝑓 Pe = Produktivitas (m3/jam)
𝐶𝑇
Kb = Kapasitas Bucket (m3)
3600
𝑃𝑒 = 2,1 × 0,58 × × 0,8 × 0,82 Bff = Bucket fill factor
18,04
Ek = Efisiensi kerja
118
Lampiran 21
Digging Time dan Produktivitas Hasil Peledakan Geometri Usulan R.L. Ash
119
• Perhitungan Digging Time
Diketahui :
Digging timemax = 6,8 s
Digging timemin = 5,4 s
Banyak data (n) = 30
𝑘 = 1 + 3,3 log 𝑛
𝑘 = 1 + 3,3 log 30
𝑘 = 5,9
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = Digging Time
𝑘
Kelas Xi Fi Xi*Fi
1,4
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 5.4 - 5.6 5.5 6 33.1
5,9 5.6 - 5.9 5.8 7 40.3
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 0,2 5.9 - 6.1 6.0 10 60.0
6.1 - 6.4 6.2 3 18.7
∑ 𝑋𝑖 𝐹𝑖
𝑀𝑒𝑎𝑛 = 6.4 - 6.6 6.5 1 6.5
𝑛
6.6 - 6.8 6.7 3 20.1
178,7 Jumlah 30 178.7
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 =
30
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 5,96
120
𝑘 = 1 + 3,3 log 30
𝑘 = 5,9
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 =
𝑘 Cycle Time
3,2 Kelas Xi Fi Xi*Fi
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 15.0 - 15.5 15.3 9 137.5
5,9
15.5 - 16.1 15.8 6 94.9
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 0,5
16.1 - 16.6 16.4 9 147.3
∑ 𝑋𝑖 𝐹𝑖 16.6 - 17.2 16.9 3 50.7
𝑀𝑒𝑎𝑛 =
𝑛 17.2 - 17.7 17.5 2 34.9
483,2 17.7 - 18.3 18.0 1 18.0
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = Jumlah 30 483.2
30
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 16,11
• Perhitungan Produktivitas
Keterangan
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑗𝑎𝑚
𝑃𝑒 = 𝐾𝑏 × 𝑏𝑓𝑓 × × 𝐸𝑘 × 𝑆𝑓 Pe = Produktivitas (m3/jam)
𝐶𝑇
Kb = Kapasitas Bucket (m3)
3600
𝑃𝑒 = 2,1 × 0,58 × × 0,8 × 0,82 Bff = Bucket fill factor
16,11
Ek = Efisiensi kerja
121
Lampiran 22
Digging Time dan Produktivitas Hasil Peledakan Geometri Usulan
C.J.Konya
122
• Perhitungan Digging Time
Diketahui :
Digging timemax = 6,1 s
Digging timemin = 3,4 s
Banyak data (n) = 30
𝑘 = 1 + 3,3 log 𝑛
𝑘 = 1 + 3,3 log 30
𝑘 = 5,9
123
𝑘 = 1 + 3,3 log 30
𝑘 = 5,9
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 =
𝑘
Cycle Time
4,6
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = Kelas Xi Fi Xi*Fi
5,9 12.8 - 13.6 13.2 2 26.4
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 0,8 13.6 - 14.4 14.0 8 111.8
∑ 𝑋𝑖 𝐹𝑖 14.4 - 15.1 14.8 5 73.8
𝑀𝑒𝑎𝑛 = 15.1 - 15.9 15.5 10 155.4
𝑛
15.9 - 16.7 16.3 3 49.0
450,6 16.7 - 17.5 17.1 2 34.2
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 =
30 Jumlah 30 450.6
𝐿𝑒𝑏𝑎𝑟 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 15,02
• Perhitungan Produktivitas
Keterangan
3600 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘/𝑗𝑎𝑚
𝑃𝑒 = 𝐾𝑏 × 𝑏𝑓𝑓 × × 𝐸𝑘 × 𝑆𝑓 Pe = Produktivitas (m3/jam)
𝐶𝑇
Kb = Kapasitas Bucket (m3)
3600
𝑃𝑒 = 2,1 × 0,58 × × 0,8 × 0,82 Bff = Bucket fill factor
15,02
Ek = Efisiensi kerja
CT = Cycle time (s)
124
Lampiran 23
Biaya Drilling
Owning Cost
Komponen Satuan Harga
- Price Rp Rp 1,977,640,000
- Operating period hr/year 1,950
- Economic life year 5
hr 9,750
- Nilai sisa 10% Rp 197,764,000
Rp/hr Rp 182,551
Nilai Depresiasi
Rp/hole Rp 58,599
Operating Cost
Rate of Drill hr/hole 0.321
Fuel Oil Rp/lt Rp 7,200
Estimasi Pemakaian lt/hr 26.12
Cost of Fuel Oil hr Rp 188,064
hole Rp 60,369
Lubricant Rp/lt Rp 30,000
Estimasi Pemakaian lt/hr 0.07
Cost of Lubricant hr Rp 2,100
hole Rp 674
Buton Bit pcs Rp 1,615,000
Estimasi Pemakaian m 5,000
Cost of Button Bit m Rp 323
hole Rp 3,876
Batang Bor pcs Rp 2,732,800
Estimasi Pemakaian m 3000
Cost of Batang Bor m Rp 911
hole Rp 10,931
Shank Rod pcs Rp 1,976,760
Estimasi Pemakaian m 9423
Cost of Shank Rod m Rp 210
hole Rp 10,069
Track Drill pcs Rp 11,190,000
2 pcs Rp 22,380,000
Estimasi Pemakaian hr 2,925
Cost of Track hr Rp 7,651
Operator Salary month Rp 3,500,000
hr 200
Rp/hr Rp 17,500
Rp/hole Rp 5,618
Total Operating Cost Rp/hole Rp 99,188
Cost of Drilling Rp/hole Rp 157,787
125
Cost of drilling (Rp/bcm)
Geometri (m) 3x3 2.4 x 3.4 2 x 2.9
Volume batuan yang
dihasilkan per lubang 103.5 77.28 66.7
(bcm)
Total Cost Rp 1,525 Rp 2,042 Rp 2,366
126
Lampiran 24
Biaya Blasting
Requirement
AN kg Rp 4,000
Estimasi pemakaian kg/hole 33.25
Cost of AN hole Rp 133,000
Fuel Oil lt Rp 7,200
Estimasi pemakaian lt/hole 1.6
Cost of fuel oil hole Rp 11,520
Dinamit kg Rp 20,000
Estimasi pemakaian kg/hole 0.60
Cost of Dinamit hole Rp 12,000
Detonator pcs Rp 10,000
Estimasi pemakaian pcs/hole 1
Cost of Detonator hole Rp 10,000
Connecting Wire m Rp 500
Estimasi pemakaian m/hole 9
Cost of Connecting wire hole Rp 4,500
Cost of Blasting hole Rp 155,000
127
Lampiran 25
Biaya Loading
Owning Cost
Komponen Satuan Harga
Excavator Kobelco SK330
- Price Rp 3,190,000,000
- Operating Period hr/year 3,900
- Economic life year 5
hour 19,500
- Nilai sisa 10% Rp 319,000,000
Nilai Depresiasi hr Rp 147,231
Operating Cost
Fuel Oil liter Rp 7,200
Estimasi pemakaian lt/hr 25
Cost of fuel oil hr Rp 180,000
Lubricant liter Rp 30,000
Estimasi pemakaian lt/hr 0.50
Cost of lubricant hr Rp 15,000
Track Excavator track Rp 24,380,000
Estimatepemakaian hr 5,000
Cost of Track hr Rp 4,476
Operator Salary month Rp 3,500,000
hr 200
Rp/hr Rp 17,500
Total hr Rp 216,978
Cost of Loading hr Rp 364,207
128