Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Studi Islam

Oleh
RINI WIDIASTUTI
NIM.18111420101336

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN


YARSI SUMBAR BUKITTINGGI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumpah dan nadzar merupakan dua hal yang tidak asing lagi dalam kehidupan
masyarakat. Terkadang orang-orang beranggapan bahwa kedua hal ini merupakan hal
yang sepele, padahal esensinya kedua hal ini amat sangat penting untuk diketahui dan
ditelaah. Karena sebab kedua hal inlah kemungkinan sesorang dapat melanggar
ajaran agama atau bahkan musyrik.
Seperti contoh yang sering kita jumpai dalam realitas masyarakat, masih banyak
orang yang mempermainkan sumpah padahal Allah SWT sudah jelas-jelas
menerangkan prihal sumpah dalam al-qur’an, salah satunya di dalam surat Al-Maidah
ayat 89, yaitu:
‫ال يؤاخذكم هللا با للغو فى ايمنكم و لكن يؤاخذكم بما عقدتم االيمان فكفرته اطعام عشرة مساكين من اوسط ما تطعمون‬
‫اهليكم او كسوتهم او تحرير رقبة فمن لم يجد فصيام ثالثة ايام ذلك كفرة ايمانكم اذا حلفتم واحفظوا ايمانكم كذلك يبين هللا ايته‬
‫لعلكم تشكرون‬
Artinya: “Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak
dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-
sumpah yang kamu sengaja. Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu ialah memberi
makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada
keluarga kamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan
budak.Barang siapa yang tidak sanggup melaksanakan demikianmaka kaffaratnya
puasa selama tiga hari. Yang demikian itulah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu
bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpah-sumpahmu. Demikianlah Allah
menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepadanya).”(Q.S.
Al-Maidah: 89)

Bahkan ironisnya zaman sekarang orang-orang bnyak yang menggunakan


sumpah dalam rangka menolong melakukan kemaksiatan. Padahal Nabi SAW
pernah bersabda:
‫من اعان على معصية كان شريكا له‬

Artinya: “Barang siapa menolong pada kemaksiatan maka ia termasuk bagian darinya”
.
Demikian juga dengan nadzar. Masih banyak orang yang kurang
memerhatikannya. Sehingga masih banyak masyarakat mengungkapkan nadzar
secara sembrono. Padahal Nabi SAW pernah bersabda:
‫الوعد دين‬
Artinya: “Janji itu hutang.”
Dari hadits di atas bisa dijabarkan bahwa sebuah janji yang belum dilaksanakan
oleh seseorang adalah sebuah hutang. Dan apabila hutang belum terlunasi sampai
meninggal dunia maka sesua dengan sabda Rasulullah SAW orang tersebut akan
terus dimintai pertanggung jawaban atas hutangnya itu.
Oleh karenanya, ada beberapa hal yang harus diulas mengenai sumpah dan
nadzar. Guna dapat memberikan sedikit petunjuk menuju kehidupan yang diridhoi
Allah SWT.
.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah sumpah dan nadzar itu?
2. Apa syarat bersumpah dan bernadzar?
3. Ada berapa macam sumpah dan nadzar itu?
4. Apa akibat apabila melanggar sumpah atau tidak melaksanakan nadzar?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mendeskripsikan pengertian dan karifikasi sumpah dan nadzar.
2. Untuk mengetahui apa yang dilakukan ketika melanggar sumpah atau tidak
melaksanakan nadzar

D. Manfaat Penulisan
Dengan menulis makalah ini diharapkan mampu menambah wawasan keislaman
terutama mengenai sumpah dan nadzar agar kehidupan yang dijalani menjadi lebih
berkualitas di sisi Allah SWT
BAB II
PEMBAHASAN

I. SUMPAH
A. Pengertian Sumpah
Kata sumpah menurut etimologi diambil dari bahasa arab yakni ‫ االيما ن‬yang
merupakan bentuk jamak dari kata ‫ يمين‬yang memiliki arti kanan / tangan kanan.
Seperti firman Allah swt :
‫واصحا ب اليمين ما اصحا ب اليمين‬
Artinya: “ dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu.”(Q.S.
Al-waqi’ah:27).
Kemudian kata ‫ اليمين‬ini di gunakan sebagai sumpah karena biasanya orang yang
bersumpah akan memegang tangan kanan lawan bicaranya. [1]
Sedangkan menurut terminologi syara’ sumpah atau ‫ االيما ن‬mempunyai beberapa
definisi, diantaranya adalah :
‫تحقيق ما يحقمل المخا لفة او تأ كيده بذكر اسم هللا ثعالى او صفة من صفات ذا ته‬
Artinya adalah meyakini sesuatu yang mempunyai unsur perbedaan atau
menguatkannya dengan menyebut nama Allah atau salah satu dari sifat-sifatNya.2
Dari definisi di atas dapat diuraikan bahwa yang dinamakan sumpah
ialah menyatakan terhadap sesuatu yang memiliki atau mengandung perbedaan
atau menegaskannya dengan menyebutkan nama Allah atau menyebut sifat-sifat-
Nya seperti ‫عزته‬,‫ عظمته‬,‫ قد رته‬, dan yang lain sebagainya, atau dengan nama khusus
yang tidak digunakan kecuali pada Allah secara tetap, seperti contoh ‫خالق الخلق‬. 3

B. Syarat Sahnya Sumpah


Sumpah merupakan satu hal yang biasa di dengar di kalangan
masyarakat.Adapun sebuah sumpah tidak serta-merta begitu saja, akan tetapi ia
juga memiliki syarat-syarat agar dapat dinyatakan sah, yaitu :4
a. Bagi ‫( الحا لف‬orang yang bersumpah), syarat bagi orang yang bersumpah
adalah:
Ø Baligh dan berakal.
Sumpah menjadi sah apabila di lakukan oleh orang yang baligh juga
berakal, sehingga tidak sah suatu sumpah apabila dilontarkan oleh anak
kecil, orang gila, orang yang lupa, orang yang tidur, dan orang yang
pingsan. Karena mereka itu termasuk orang-orang yang tidak mukallaf,
sebagaimana sabda Rasulullah saw:
‫ او ما تذ كر ان رسو ل هللا‬: ‫ مر علي علي ابن ابي طا لب رضي هللا عنه قا ل‬: ‫ قا ل‬, ‫عن ابن عبا س‬
‫ و عن‬, ‫ عن المجنو ن المغلوب على عقله حتى يفيق‬: ‫ رفع القلم عن ثال ث‬: ‫صلي هللا عليه و سلم قا ل‬
‫حتى‬ ‫الصبي‬ ‫عن‬ ‫و‬ , ‫يستيقظ‬ ‫حتى‬ ‫النائم‬
‫يحتلم‬
Artinya: “Dari Abdullah Ibn Abbas RA berkata: Sayyidina Ali RA telah
lewat di depanku, kemudian beliau berkata :Apakah kamu tidak ingat
bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: “ Al-qalam diangkat diatas tiga
perkara:dari orang gila yang kegilaannya mengalahkan akalnya hingga
sembuh, dari orang yang tidur hingga ia bangun, dan dari anak kecil
hingga ia bermimpi (baligh).” (H.R. Abu Daud).
Ø Tidak adanya paksaan.
Sumpah menjadi sah manakala seseorang yang bersumpah murni
karena keinginannya sendiri. Maka apabila mengandung unsur paksaan
di dalamnya, sumpah tersebut tidak dapat berlaku apabila memang orang
yang dipaksa

tidak berkehendak dengan apa yang dipaksakan. Seperti firman Allah


SWT:
‫اال من اكره و قلبه مطمئن بااليما ن‬
Artinya: “ Kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya
tetap tentang dalam beriman (tidak berdosa)” (Q.S.
An-nahl: 106).
Ø Mampu berbicara.
Seseorang yang bersumpah disyaratkan mampu berbicara dengan
pembicaraan yang dipahami. Orang yang bisu juga bisa diterima
sumpahnya apabila menggunakan isyarat yang dimengerti.5
b. Bagi ‫( المحلو ف به‬alat umtuk bersumpah), syarat bagi alat untuk bersumpah
adalah:
Ø Berupa nama Allah atau nama-nama yang khusus bagi-Nya, seperti: ‫خا لق‬
‫الخلق‬,
atau juga menggunakan sifat-sifat-Nya, seperi: ‫القا در‬. Dengan demikian
maka sumpah yang mengatas namakan selain Allah dan sifat-sifat-Nya
maka tidak dianggap,bahkan bisa dikatakan orang yang bersumpah
kepada selain Allah sebagai kafir apabila orang yang bersumpah sengaja
bermaksud memuliakan selain Allah.Hal itu mengindikasikan bahwasanya
sumpah kepada selain Allah itu dapat menjadikannya musyrik meskipun
dia tidak menyengaja hal itu. Tetapi menurut pendapat yang bisa
dijadikan pegangan hukumnya makruh.
Ø Menggunakan kata-kata sumpah ( ‫)حروف القسم‬, dalam qoidah bahasa arab
ada 3 huruf qosam, yaitu: ‫ التا ء‬,‫ البا ء‬,‫الوا و‬. 7
c. Bagi ‫( المحلو ف عليه‬bentuk sumpah), syarat bagi bentu sumpah adalah bkan
merupakan suatu kewajiban.
d. Adanya shigat
C. Pembagian Sumpah.
Sumpah dilihat dari segi pepengucapannya terbagi menjadi 2, yaitu:
1) Sharih ( ‫)صريح‬
Sharih adalah ungkapan sumpah dengan nama yang khusus bagi Allah SWT
seperti: “saya bersumpah dengan nama Allah”.dengan hal ini maka
konsekuensinya adalah sumpah yang sharih tetap sah walaupun hanya
sekedar melafadzkannya. Dan ungkapan “ Saya tidak menghendaki sumpah”
tidak diterima, karena lafadz tersebut mengarah kepada sumpah.
2) ‫( كنا ية‬kiasan).
Kinayah adalah ungkapan sumpah dengan sifat yang memungkinkan
diarahkan kepada selain Allah SWT, semisal sifat “Al-khaliq”, ”Al-alim”, dan lain
sebagainya. Shigat sumpah ini dapat sah apabila ada niat bersumpah.
Seandainya orang yang berbicara tidak menghendaki bersumpah, maka dapat
diterima. 8
D. Macam-macam Sumpah.
Dilihat dari jenis dan macamnya, maka sumpah terbagi menjadi tiga macam:
a. Sumpah laghwun (sia-sia).
Sumpah laghwun adalah sumpah yang tidak berkaitan dengan hukum.
Seperti ungkapan seseorang: “tidak demi Allah (‫ ) ال و هللا‬dan ya demi Allah
( ‫ ”) نعم و هللا‬dengan tanpa tujuan bersumpah. Pengertian ini berdasarkan
perspektif Imam Syafi’I dan Imam Ahmad. Sedangkan menurut Imam Abu
Hanifah dan Imam Malik sumpah laghwun adalah bersumpah atas sesuatu
yang disangka seperti sesuatu yang diyakininya ternyata tidak sesuai
dengan persangkaanya. 9
b. Sumpah mun’aqidah (teranggap).
Sumpah mun’aqidah adlah sumpah untuk menguatkan sesuatu yang
mungkin terjadi atau tidak, dengan menggunakan lafadz-lafadz khusus.
c. Sumpah Ghamus (palsu).
Sumpah ghamus yaitu sumpah yang bertujuan untuk kebohongan.
E. Hukum Sumpah.
Sumpah pada dasarnya hukumnya makruh, tetapi sumpah mempunyai
beberapa hukum sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, hal ini
sesuai dengan satu qaidah " ‫( ” الحكم يتغير بتغير اال زمنة و االمكنة و االحوال‬hukum dapat
berubah sebab perubahan zaman, tempat dan keadaan). Maka hukum sumpah
juga terbagi menjadi 5, yaitu:
1. Haram, jika sumpah tersebut untuk melakukan sesuatu yang dilarang oleh
syariat, meninggalkan kewajiban atau melakukan kebohongan tanpa sebab
yang dilegalkan.
2. Wajib, jika sumpah tersebut menjadi solusi untuk menyelamatkan orang
yang teraniaya (‫ )المظلوم‬atau menjelaskan sesuatu yang benar.
3. Mubah, jika sumpah tersebut untuk melakukan ketaatan, menjauhi
kemaksiatan, menunjukkan kepada kebenaran atau memperingatkan sesuatu
yang bathil.
4. Sunah, jika sumpah tersebut menjadi perantara untuk meyakinkan publik
dalam membenarkan mauidzoh atau nasehat. 10
F. Kaffarat Yamin.
Secara fiqh, bagi orang yang melanggar sumpah akan dikenakan kaffarat.
Kaffarat merupakan denda yang wajib diberikan atau laksanakan seseorang karena
melanggar suatu ketetapan syariat. Dinamakan kaffarat karena ia dapat menghapus
dosa. 11
Kaffarat yamin diwajibkan apabila sesorang pelanggar melanggar sumpah yang
mun’aqidah. Adapun apabila sumpah itu laghwun maka tidak ada kaffarat. Dan
terjadi perbedaan mengenai apakah wajib mengeluarkan kaffarat apabila
melanggar sumpah ghamus? Mayoritas ulama menyatakan tidak ada kaffarat
terhadap sumpah ghamus, akan tetapi Imam Syafi’i dan para jama’ahnya
berpendapat bahwa pelanggar sumpah ghamus wajib membayar kaffarat karena
dia telah berbuat zhalim yaitu berbohong, dan juga diwajibkan bertobat. 12

Kaffarat yang dikeluarkan apabila melakukan pelanggaran sumpah pun sudah


tercantum dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 89, yaitu:
‫ال يؤاخذكم هللا با للغو فى ايمنكم و لكن يؤاخذكم بما عقدتم االيمان فكفرته اطعام عشرة مساكين من اوسط ما‬
‫تطعمون اهليكم او كسوتهم او تحرير رقبة فمن لم يجد فصيام ثالثة ايام ذلك كفرة ايمانكم اذا حلفتم واحفظوا ايمانكم‬
‫لعلكم‬ ‫ايته‬ ‫هللا‬ ‫يبين‬ ‫كذلك‬
‫تشكرون‬
Artinya: “Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang
tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan
sumpah-sumpah yang kamu sengaja. Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu ialah
memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu
berikan kepada keluarga kamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau
memerdekakan budak.Barang siapa yang tidak sanggup melaksanakan
demikianmaka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itulah kaffarat
sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah
sumpah-sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-
Nya agar kamu bersyukur (kepadanya).”(Q.S. Al-Maidah: 89)
Ayat di atas sudah jelas membahas tentang kaffarat yamin, dimana kaffarat
yamin terbagi menjadi tiga macam mdan diperbolehkan untuk memilih salah
satunya, yaitu:
1. Memberi makan sepuluh orang miskin dengan makanan yang biasa
diberikan kepada keluarganya.
2. Memberi sepuluh potong pakaian kepada sepuluh orang miskin.
3. Memerdekakan hamba sahaya yang selamat dari cacat yang berimbas
pada ketrampilan bekerja.
II. NAZAR

A. Pengertian Nadzar
Nadzar menurut etimologi merupakan kata yang berasal dari bahasa arab
yaitu ‫ نذر‬yang berarti ‫الشر‬ ‫( الوعد للخير او‬janji terhadap kebaikan atau
keburukan). Sedangkan menurut istilah syara’ nadzar adalah: 14
‫التزام قربة غير الزمة باصل الشرع‬
Artinya adalah berkomitmen kepada sesuatu yang mendekatkan diri kepada
Allah SWT dimana itu bukan merupakan perkara yang wajib menurut syara’.
Dengan demikian nadzar merupakan sebuah komtmen dalam rangka
mewajibkan kepada diri sendiri sesuatu yang sebenarnya tidak diwajibkan dalam
syari’at, seperti seseorang berjanji untuk shalat duha secara konsisten, dan lain
sebagainya.
B. Syarat Sahnya Nadzar
Sama seperti sumpah, nadzar juga dianggap sah apabila memenuhi kriteria
berikut:
1. Bagi ‫( الناذر‬orang yang bersumpah):
a. Islam.
b. Berakal.
c. Baligh.
d. Berada dalam waktu ikhtiar (normal).
2. Bagi ‫( المنذور يه‬sesuatu yang dinadzarkan):
a. Bersifat ‫( المجازاة‬terhadap sesuatu yang mungkin), yaitu sesuatu yang
dinadzarkan harus dalam koridor hal-hal yang mungkin dilaksanakan.
Seperti orang yang bernadzar “ ‫“ ان شفي هللا مريضى فلله غلي ان اصوم ثالث ايام‬
(seandainya Allah menyembuhkan penyakit saya maka demi Allah saya
akan berpuasa selama tiga hari).
b. Diperbolekan oleh agama. Maka tidak boleh bernadzar untuk
melakukan kemaksiatan.
c. Disebutkan nama dan takaran nadzar secara jelas, seperti bernadzar
ingin shalat sunnah. Maka harus diklarifikasikan shalt sunnah apa, misal
shalat sunnah duha. Dan juga ditentukan berapa jumlahnya, seperti jika
bernadzar shalat duha maka harus diklarifikasikan jumlah raka’atnya.
d. Bukan merupakan sesuatu yang hakikatnya sudah diwajibkan oleh
syari’at. Seperti shalat lima waktu, puasa ramadahan, dan sebagainya.
Karena itu semua sudah merupakan kewajiban meskipun tanpa nadzar.
e. Sesuatu yang dinadzarkan itu juga bukan berupa meninggalkan
sesuatu yang mubah atau mengerjakan yang mubah. Seperti orang
bernadzar tidak akan memakai baju yang seperti ini.
C. Hukum Nadzar
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum nadzar. Berikut menurut
beberapa ulama madzhab mengenai hukum bernadzar:
1. Imam Hanafi: menurut madzhab Hanafi, bernadzar hukumnya mubah,
baik bernadzar secara mutlak ataupun muqayyad (dikaitkan dengan syarat
tertentu).
2. Imam Maliki: menurut madzhab Maliki, hukum nadzar mutlak adalah
sunnah. Tetapi jika nadzar muqayyad, masih diperdebatkan apakah hal ini
makruh atau mubah. Menurut Imam Al-baji hukumnya makruh, sedangkan
menurut Ibnu Rusyd hukumnya mubah. Tetapi yang lebih unggul adalah
mubah.
3. Imam Syafi’i: menurut madzhab Syafi’i, hukum bernadzar adalah
makruh, akan tetapi makruhnya adalah makruh ‫( تنزيه‬makruh yang
mengarah untuk dijauhi). Karena pada esensinya nadzar merupakan
sesuatu yang tidak disukai. Hal ini didasari hadist yang diriwayatkan oleh
Umar ibnul Khattab bahwa Rasulullah pernah melarang bernadzar seraya
bersabda:
‫ و انما يستخرج من البخيل‬,‫انه ال يرد شيأ‬
Artinya: “sesungguhnya ia tidak mencegah (takdir buruk), namun ia
hanyalah jalan untuk mengeluarkan kebaikan dari seseorang yang
bakhil.”16
D. Macam-macam Nadzar
Secara garis besar, nadzar dibagi menjadi empat macam, yaitu:
1. ‫( نذر التبرر‬nadzar bebas), nadzar yang dilakukan atas dasar mendekatkan
diri kepada Allah SWT tanpa adanya maksud lain. Seperti: “Lazimnya atas
saya berpuasa.” Dan nadzar ini hukumnya sah.
2. ‫( نذر تعليق الشرط‬nadzar menggantungkan syarat), merupakan nadzar yang
dilakukan dengan disangkutkan kepada hasil yang memberi manfaat.
Seperti: “Jika anak saya kembali, maka saya akan berpuasa sepuluh
hari.” Maka hukum nadzar ini adalah sah.
3. ‫( نذر اللجاج‬nadzar haram), merrupakan nadzar yang berlandaskan untuk
melakukan sesuatu yang haram. Maka hukum nadzar ini adalah tidak sah.
Akan tetapi tetap wajib membayar kaffarat nadzar.
4. ‫( نذر التعليق بالمباح‬nadzar dengan disangkutkan kepada hal-hal yang mubah),
merupakan nadzar dengan melakukan perbuatan yang bersifat mubah. Dan
nadzar ini tidak sah.16
E. Kaffarat Nadzar
Sama seperti sumpah, apabila seseorang melanggar atau tidak menunaikan
nadzar yang wajib dilakukannya, maka ia dikenakan kaffarat nadzar. Dan
kaffarat nadzar ini sama dengan kaffarat yamin. Sebagaiman sabda Rasulullah
SAW:
‫كفارة النذر كفارة اليمين‬
Artinya: “Kaffarat nadzar sama dengan kaffarat sumpah.”
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sumpah adalah meyakini sesuatu yang mengandung unsur perbedaan dengan
menyebutkan nama Allah atau sifat-sifat-Nya. Sumpah terbagi menjadi tiga macam,
antara lain: 1). Sumpah laghwun, 2). Sumpah mun’aqidah, 3). Sumpah ghamus. Dan
apabila kita melanggar sumpah maka kita akan dikenakan kaffarat yamin, dimana
kaffaratnya adalah memilih antara membebaskan budak yang selamat dari caca,
memberikan makan kepada sepuluh orang miskin dengan makanan yang biasanya
dimakan oleh keluarga atau memberikan pakaian kepada sepuluh orang miskin dengan
pakaian yang biasa dipakai oleh keluarga. Dan apabila seseorang tidak sanggup
menunaikan salah satunya, maka kaffarat yang terakhir adalah berpuasa selama tiga
hari.
Sedangkan nadzar adalah sebuah komitmen untuk melaksanakan sesuatu yang
pada awalnya tidak diwajibkan. Nadzar terbagi menjadi empat macam, yaitu: 1).
Nadzar tabarrur, 2). Nadzar ta’liq syart, 3). Nadzar lajjaj, 4). Nadzar ta’liq bil mubah.
Dan apabila seseorang tidak dapat melaksanakan nadzarnya, maka ia akan dikenakan
kaffarat nadzar. Dan kaffarat nadzar sama dengan kaffarat sumpah.

Anda mungkin juga menyukai