Anda di halaman 1dari 5

MENEPATI JANJI

PENGERTIAN MENEPATI JANJI


Janji adalah sesuatu yang harus ditepati oleh setiap orang terhadap yang lain, baik
kepaada Allah, dan menyimak dan mentaati semua ajaran-ajarannya maupun kepada
manusia. Janji itu wajib ditepati selama bukan maksiat.
Janji adalah salah satu hutang yang harus dibayar yang berbentuk perasaan atau batin. Janji
terkadang membuat pikiran menjadi bercabang dan tidak fokus dengan apa yang dituju,
sehingga janji haruslah dikerjakan dan ditepati sesuai dengan apa yang diinginkan. Dengan
begitu orang akan merasa lega terhadap janji mereka sendiri.

Dalam kaidah konsekuen janji adalah suatu bentuk hukum karma dari ucapan yang
dimiliki oleh seseorang kepada orang lain yang dianggap pantas menerima janji. Sehingga
janji itu adalah suatu cara dimana orang dapat terfokus kepada suatu kegiatan atau benda
yang akan diberikan kepada orang lain, namun tidak memikirkan bagaimana mereka
melakukannya dengan benar. Hal inilah yang menjadi bagian terpenting dari janji, tindakan
merupakan salah satu pelepas dari janji yang dimiliki terhadap semua hal yang telah
direncanakan.

Bahkan janji akan memberikan kebaikan dan kesenangan secara tidak langsung bila
orang melaksanakannya dengan sepenuh hati. Dalam hal ini kegiatan apapun yang
dilakukan manusia didunia ini tidak akan lepas dari janji yang telah dibuat sejak mereka
lahir. Hutang nyawa terhadap orang tuanya yang telah membesarkannya adalah janji yang
mungkin hanya bisa dibayar dengan pengorbanan anak kepada orang tuannya. Hal inilah
yang menjadi ciri khas dari janji sejak mereka lahir.

HUKUM MENEPATI JANJI DALAM ISLAM


Hukum berjanji adalah boleh (jaiz) atau disebut juga dengan mubah. Tetapi hukum
memenuhi atau menepatinya adalah wajib. Melanggar atau tidak memenuhi janji dalah haram dan
berdosa. Berdosanya itu bukan sekadar hanya kepada orang yang kita janjikan tetapi juga kepada
Allah swt. Dasar dari wajibnya kita menunaikan janji yang telah kita janjikan antara lain adalah:

a. Perintah Allah dalam Alquran Al-Karim, surat An-Nahl, ayat 91: “Dan tepatilah perjanjianmu
apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah itu, sesudah
meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu. Sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang kamu perbuat.”

b. Menunaikan janji adalah ciri orang beriman, sebagaimana diungkapkan Allah dalam surat Al-
Mukminun. Salah satunya yang paling utama adalah mereka yang memelihara amanat dan janji
yang pernah diucapkannya. FirmanNya: “Telah beruntunglah orang-orang beriman, yaitu orang-
orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya.”

c. Ingkar janji adalah perbuatan setan untuk mengelabui manusia, maka mereka merasakan
kenikmatan manakala manusia berhasil termakan janji-janji kosongnya itu. Allah berfirman dalam
surat An-Nisa, ayat 120: “Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan
angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari
tipuan belaka.”
d. Ingkar janji adalah sifat Bani Israil. Ingkar janji juga perintah Allah kepada Bani Israil, namun
sayangnya perintah itu dilanggarnya dan mereka dikenal sebagai umat yang terbiasa ingkar janji.
Hal itu diabadikan di dalam Al-Quran Al-Karim: “Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmatKu yang
telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepadaKu, niscaya Aku penuhi janjiKu
kepadamu dan hanya kepadaKu-lah kamu harus takut.”

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa hukum menepati janji adalah wajib. Dalam ungkapan bahasa
Melayu, ada peribahasa: Sekali lancung ujian, seumur orang tidak akan percaya lagi. Malah
mengingkari janji adalah salah satu sifat orang munafik. Rasulullah bersabda: “Tanda orang-orang
munafik itu ada tiga keadaan. Pertama, apabila berkata-kata ia berdusta. Kedua, apabila berjanji ia
mengingkari. Ketiga, apabila diberikan amanah (kepercayaan) ia mengkhianatinya.” (HR Bukhari
dan Muslim).

DALIL NAQLI DAN AQLI

Dalam Al-Quran disebutkan bahwa memenuhi janji termasuk sifat orang-orang Ayat-ayat
Al-Qur’an dan hadits Nabi sallallahu’alaihi wa sallam telah menunjukkan akan kewajiban
memenuhi janji dan sumpah setia. Serta menjelaskan buruknya orang yang melanggarnya
atau tidak menepatinya. Terkadang tidak menepati (janji dan sumpa setia) mengarah kepada
kekafiran. Sebagaimana terjadi pada Bani Israil dan lainnya. Ketika mereka melanggar janji
dan sumpah setia dengan Tuhannya. Mereka meninggalkan janji Allah berupa keimanan,
mengikuti para Rasul-Nya.

Allah berfirman,

"Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.’ SQ.
Al-Isra’: 34. ‘dan penuhilah janji Allah.’" (QS. Al-An’am: 152)

Dan Allah berfirman ketika menyanjung para hamba-Nya orang-orang mukmin,

"(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian." (QS
ArRa’du: 20)

Nash-nash dalam Kitab dan Sunnah banyak dan jelas petunjuknya akan kewajiban
memenuhi (janji) dan haramnya melanggar dan berkhianat. Semua ayat yang ada lafaz
janji dan sumpah setia menunjukkan hal itu baik secara tekstual maupun pemahaman. Dan
perilaku Nabi sallallahu’alaihi wa sallam dan para shahabatnya adalah bukti nyata dalam
realisasinya.

Kedua,

Allah menyebutkan manfaat besar di dunia dan akhirat jika seseorang memenuhi janjinya,
disamping manfaat nyata bagi kebaikan masyarakat yang berkesinambungan. Di antara
manfaat tersebut adalah, bertakwa sekaligus sebab utama dalam menggapai ketakwaan.

Allah Ta’ala berfirman,

‘(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa,
maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.’ (QS. Ali Imran: 76)
- Menepati janji termasuk sebab mendatangkan keamanan di dunia dan menghindari
pertumpahan darah, melindungi hak para hamba, baik yang muslim maupun kafir.
Sebagaimana firmanTa’ala

Menepati janji termasuk sebab mendatangkan keamanan di dunia dan menghindari


pertumpahan darah, melindungi hak para hamba, baik yang muslim maupun kafir.
Sebagaimana firmanTa’ala

ِ‫ص ُرو ُك ِْم َو ِإ ِن‬ ِِ ‫ص ُِر فَ َعلَ ْي ُك ُِم الد‬


َ ‫ِين ِفي ا ْست َ ْن‬ َِّ ‫صيرِ تَ ْع َملُونَِ ِب َما َو‬
ْ َّ‫ّللاُ ِميثَاقِ َو َب ْي َن ُه ِْم َب ْينَ ُك ِْم قَ ْومِ َعلَى ِإال الن‬ ِ ‫األنفال سورة( َب‬: 72)

“(Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama,
maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian
antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Anfal:
72)

Dapat menghapus kesalahan dan memasukkan ke surga. Sebagaimana yang kita dapatkan
dalam Firman-Nya, "Dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku
kepadamu." (QS. Al-Baqarah: 40)

Ibnu Jarir rahimahullah berkomentar, "Janji (Allah) kepada mereka, kalau mereka
melakukan hal itu, maka (Allah) akan memasukkan mereka ke surga."

Di surat Al-Maidah, Allah Subahanhu wa ta'ala menyebutkan bahwa Dia telah mengambil
janji kuat kepada Bani Israil, kemudian disebutkan balasan janji kuat beserta balasannya.
Dalam Firman-Nya, "Sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya
kamu akan Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai." (QS.
Al-Maidah: 12)

Dan atsar lainnya yang dengan jelas (menyebutkan hal itu) bagi setiap orang yang
mentadaburi Kitabullah dan merenungi sunnah Rasulullah, baik dalam perkataan maupun
amalnya.

Ayat-ayat dan hadits-hadits dalam bab ini banyak, kami nasehatkan merujuk kitab ‘Riyadus
Sholihin’ karangan Imam Nawawi rahimahullah. Dan kitab ‘At-Targhib Wa At-Tarhib’
karangan Imam Mundziri rahimahullah

Ketiga,

Pengkhianatan adalah lawan kata dari amanah dan memenuhi (janji). Kalau amanah dan
memenuhi janji termasuk karakter keimanan dan ketakwaan, maka khianat dan melanggar
(janji) termasuk karakter kenifakan dan edurhakaan. Na'uzubillah.

Dari Abdullah bin Amr radhiallahu’anhuma, dia berkata, Rasulullah sallallahu’alahi wa sallam
bersabda:
‫ن أَ ْربَ ِع‬ ِْ ‫ن َم‬َِّ ‫صا ُمنَافِقًا كَانَِ فِي ِِه ُك‬
ً ‫ن خَا ِل‬ِْ ‫َت َو َم‬ ِْ ‫ن َخلَّةِ فِي ِِه كَان‬
َِّ ‫َت ِم ْن ُه‬ ِْ ‫ن َخلَّةِ فِي ِِه كَان‬
ِْ ‫َّث إِذَا يَد َ َع َها َحتَّى نِفَاقِ ِم‬ َِ َ‫َغد َ َِر َعا َه ِدَ َوإِذَا َكذ‬
َِ ‫ب َحد‬
‫ف َو َع ِدَ َو ِإذَا‬ َِ َ‫ص َِم َو ِإذَا أَ ْخل‬
َ ‫ فَ َج َِر خَا‬، ‫ن‬ ِْ ‫َت َو ِإ‬ِْ ‫صلَةِ فِي ِِه كَان‬ْ ‫ن َخ‬ ِْ ‫صلَةِ فِي ِِه كَان‬
َِّ ‫َت ِم ْن ُه‬ ْ ‫ق ِمنَِ َخ‬ ِِ ‫ رواه ( النِفَا‬،‫ رقم البخاري‬3178 ‫و‬
،‫ رقم مسلم‬58)

“Empat (prilaku) kalau seseorang ada padanya, maka dia termasuk benar-benar orang munafik.
Kalau berbicara berdusta, jika berjanji tidak menepati, jika bersumpah khianat, jika bertikai,
melampau batas. Barangsiapa yang terdapat salah satu dari sifat tersebut, maka dia memiliki
sifat kemunafikan sampai dia meninggalkannya." (HR. Bukhari, 3178 dan Muslim, 58)

Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah sallallahu’alahi wa sallam
bersabda,

َِِّ ‫اسِ َو ْال َمالئِ َك ِِة‬


ِ‫ ُم ْس ِل ًما أَ ْخفَ َِر َم ْن‬، ‫ّللا لَ ْعنَ ِةُ فَ َع َل ْي ِِه‬ ِ َّ‫ أَجْ َم ِعينَِ َوالن‬، َ‫ال‬
ِ ِ‫ص ْرفِ ِم ْن ِهُ يُ ْق َب ُل‬
َ ‫ْل َوال‬
ِ ‫ رواه ( َعد‬،‫ رقم البخاري‬1870 ‫و‬
،‫ رقم مسلم‬1370)

"Barangsiapa yang tidak menepati janji seorang muslim, maka dia mendapat laknat Allah,
malaikat, dan seluruh manusia. Tidak diterima darinya taubat dan tebusan." (HR. Bukhari, 1870
dan Muslim, 1370)

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhuma dari Rasulullah sallallahu’alaihi wa salam


bersabda,

َِ ‫صبُِ ْالغَاد‬
ِ‫ِر إِ َّن‬ َِّ ُ‫ل ْال ِقيَا َم ِِة يَ ْو َِم ِل َوا ًِء لَ ِه‬
ِ ‫ّللاُ يَ ْن‬ ِ َ َ ‫ رواه( فُ َالنِ َغد َْر ِة ُ َه ِذ ِِه أ‬،‫ رقم البخاري‬6178، ‫ و‬،‫ رقم مسلم‬1735)
ُِ ‫ال فَيُقَا‬

"Sungguh, Allah akan tancapkan bendera bagi orang yang berkhianat di hari kiamat. Lalu
dikatakan: ‘Ketahuilah ini adalah pengkhianatan di fulan." (HR. Bukhari, no. 6178, dan
Muslim, no. 1735)

Akibat Tidak Menepati Janji

1). Dampak Positif Amanah dan Menepati Janji

Amanah dan menepati janji berdampak positif bagi pelakunya dan orang lain. Adapun
dampak positifnya, antara lain sebagai berikut:

 Bagi Diri Sendiri

a) Menumbuhkan kepuasab batin bagi orang yang memberi amanah


b) Terjalinnya hubungan batin yang dekat anatara pemberi amanah dengan yang diberi amanah
c) Mengangkat derajatnya karena dapat menjaga amanah yang diberikan kepada dirinya.
d) Mendapat pahala dari Allah Swt. Karena amanah dan menepati janji termasuk perkara yang
diwajibkan dalam islam.

 Bagi Orang Lain

a) Menimbulkan kepuasan pihak lain karena amanahanya dilaksanakan dengan baik


b) Tumbuhnya rasa kepercayaan pihak lain yang member amanah dan diberi janji
c) Mendapat penilaian baik dari pihak lain karena dapat menepati amanah dan janjinya
d) Terjalinnya hubungan persahabatn yang baik antara pemberi amanah dengan ynag diberi
amanah
2). Dampak Negatif Khianat dan Ingkar Janji

 Bagi Diri Sendiri

a) Menurunkan martabat dirinya dalam pandangan orang lain (yang member amanah atau
menerima janjinya)
b) Hilangnya kepercayaan pihak lain terhadap dirinya.
c) Mendapat dosa karena khianat dan ingkar janji termasuk perkara yang dilarang dalam islam

 Bagi Orang Lain

a) Menimbulkan kekecewaan pemberi amanah atau yang menerima janji darinya.

b) Hilangnya kepercayaan pihak lain karena dikhianati dan atau diingkari

c) Rusaknya hubungan persaudaraan anatara pemberi amanah dengan penerima amanah dan.
Atau yang pernah menerima janjinya

Contoh :

Beberapa Penerapak Perilaku Tepat Janji Di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Masyarakat


1. Membiasakan untuk tepat janji kepada siapapun entah itu kepada teman, bapak, ibu atau
tetangga.
2. Menjauhkan diri dari perilaku dusta/berbohong
3. Sadar akan pentingnya tepat janji
4. Meningkatkan kedisiplinan diri sendiri
5. Menyadari bahwa diingkari itu rasanya tidak enak
6. Selalu disiplin, dan bertanggung jawab dengan yang sudah kita katakan

Beberapa Penerapak Perilaku Ingkar Janji

 Tidak melaksanakan apa yang dijanjikannya, contoh: dalam perjanjian disebutkan bahwa
supplier akan menyuplai kopi kepada pembeli, tetapi pada kenyataannya ternyata supplier tidak
menyerahkan kopi yang dibeli oleh pembeli.
 Melaksanakan apa yang dijanjikannya tapi tidak sebagaimana yang dimaksud dalam
perjanjian, contoh: dalam perjanjian supplier harus mengirimkan barang yang dijanjikan kepada
pembeli yaitu kopi, tapi barang yang dikirim bukan kopi tapi teh

 Melaksanakan apa yang dijanjikan tapi terlambat, contoh: dalam perjanjian kopi harus
dikirim dalam waktu 2 hari kalender sejak tanggal pemesanan pembeli, tapi kenyataannya kopi
tersebut dikirim dalam waktu 5 hari kalender sejak tanggal pemesanan pembeli.
 Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya, contoh: supplier
tidak boleh mengirim kopi yang berkualitas rendah, tapi kenyataannya supplier mengirim kopi yang
berkualitas abal-abal.

Anda mungkin juga menyukai