Anda di halaman 1dari 13

‘’MAKALAH FIQIH 2”

“SUMPAH DAN NADZAR”


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqih
Dosen pengampu: Zaini Miftah,M.A

Disusun oleh kelompok 9 :


KELAS 2D
1. Virna Nas’ul Amrina (201955010104879)
2. Siti Ainul Afida (201955010104893)
3. Setiyo Budi (201955010104881)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) SUNAN GIRI BOJONEGORO
2019/2020
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah menganugerahkan segala
rahmat dan hidayah-Nya, karena hanya dengan karunia-Nya makalah yang
berjudul “Sumpah danNadzar” ini dapat selesai tanpa hambatan yang berarti.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. utusan
dan manusia pilihan-Nya yang mengantarkan umat manusia minadzdzulumatiilan-
nuur, yakni addinul Islam (dari zaman kegelapan menuju zaman yang bercahaya,
yakni agama Islam).

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan
dengan senang hati menerima kritik dan saran yang konstruktif demi
kesempurnaan makalah ini.

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................
C. Tujuan Makalah................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sumpah...........................................................
B. Syarat Sah Sumpah...........................................................
C. Pembagian Sumpah..........................................................
D. Macam-Macam Sumpah...................................................
E. Hukum Sumpah ................................................................
F. Khafarah Yamin................................................................
G. Pengertian Nadzar............................................................
H. Syarat Sah Nadzar............................................................
I. Hukum Nadzar...................................................................
J.Macam-Macam Nadzar ....................................................
K. KaffaratNadzar..................................................................
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................
B. Saran......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah


Sumpah dan nadzar merupakan dua hal yang tidak asing lagi dalam kehidupan
masyarakat. Terkadang orang-orang beranggapan bahwa kedua hal ini merupakan hal
yang sepele, padahal esensinya kedua hal ini amat sangat penting untuk diketahui dan
ditelaah. Karena sebab kedua hal inlah kemungkinan sesorang  dapat melanggar ajaran
agama atau bahkan musyrik.
Seperti contoh yang sering kita jumpai dalam realitas masyarakat, masih banyak
orang yang mempermainkan sumpah padahal Allah SWT sudah jelas-jelas menerangkan
prihal sumpah dalam al-qur’an, salah satunya di dalam surat Al-Maidah ayat 89, yang
berarti: “Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak
dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah
yang kamu sengaja.
Kaffarat (melanggar) sumpah itu ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu
dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluarga kamu, atau memberi pakaian
kepada mereka atau memerdekakan budak. Barang siapa yang tidak sanggup
melaksanakan demikian maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Demikian itulah
kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar).

B.  Rumusan Masalah

1.      Apakah sumpah dan nadzar itu?


2.      Apa syarat bersumpah dan bernadzar?
3.      Ada berapa macam sumpah dan nadzar itu?
4.      Apa akibat apabila melanggar sumpah atau tidak melaksanakan
nadzar?

C.    Tujuan Penulisan

1.      Untuk mendeskripsikan pengertian dan karifikasi sumpah

dan nadzar.

2.     Untuk mengetahui apa yang dilakukan ketika melanggar


sumpah atau tidak melaksanakan nadzar

BAB II

PEMBAHASAN

1.    Sumpah

A.  Pengertian Sumpah
    Kata sumpah menurut etimologi diambil dari bahasa arab yakni ‫االيمان‬yang
merupakan bentuk jamak dari kata ‫يمين‬ yang  memiliki arti kanan / tangan kanan. Seperti
firman Allah swt :
 ‫واصحااليمين مااصحاب اليمين‬
Artinya: “Dan  golongan  kanan, alangkah  bahagianya golongan kanan
itu.” (Q.S. Al-waqi’ah: 27).
Kemudian kata ‫اليمين‬  ini di gunakan sebagai sumpah karena biasanya
orang yang bersumpah akan memegang tangan kanan lawan bicaranya. 1
    Sedangkan menurut terminologi syara’ sumpah atau  ‫ االيمان‬mempunyai beberapa
definisi, diantaranya adalah :

‫اوتأكيده بذكراسم هللا ثعالى اوصفة من صفات ذا ته‬  ‫تحقيق ما يحقمل المخالفة‬   


 Artinya adalah meyakini sesuatu yang mempunyai unsur perbedaan atau menguatkannya
dengan menyebut nama Allah atau salah satu dari sifat-sifatNya.2
    Dari definisi di atas dapat diuraikan bahwa yang dinamakan sumpah
ialah  menyatakan terhadap sesuatu yang memiliki atau mengandung perbedaan atau
menegaskannya dengan menyebutkan nama Allah atau menyebut sifat-sifat-
Nya  seperti ‫قد رته‬  ,‫عظمته‬  ,‫عزته‬, dan yang lain sebagainya, atau dengan nama khusus yang
tidak digunakan kecuali pada Allah secara tetap, seperti contoh ‫خالق الخلق‬ . 3
   
B. Syarat Sahnya Sumpah
Sumpah merupakan satu hal yang biasa di dengar di kalangan
masyarakat.Adapun sebuah sumpah tidak serta-merta begitu  saja, akan tetapi
ia juga memiliki syarat-syarat agar dapat dinyatakan sah, yaitu :
a. Bagi ‫الحا لف‬  (orang yang bersumpah), syarat bagi orang yang
bersumpah adalah:
  Baligh dan berakal.

1 Syekh Muhammad Nawawi Ibn Umar Al-bantani, Quut Al-habib Al-gharib Tausyih ‘ala Ibn
Al-  qasim, (Jakarta:Dar Al-kutub Al-Islamiyyah,2002), hlm.540.
2 Syekh Muhammad Ibn Qasim Al- ghazi, Syarh Fath Al-qorib, (Surabaya: Daar Al-ulum),
hlm.64.
3 Syekh Ibrahim Al-bajuri, Hasyiah Al-bajuri, (Indonesia: Al-haramain), hlm 312
Sumpah menjadi sah apabila di lakukan oleh orang yang baligh juga berakal, sehingga tidak
sah suatu sumpah apabila dilontarkan oleh anak kecil, orang gila, orang yang lupa, orang yang
tidur, dan orang yang pingsan. Karena mereka itu termasuk orang-orang yang tidak mukallaf,
sebagaimana sabda Rasulullah saw:

‫ او ما تذ كر ان رسو ل هللا صلي هللا عليه و سلم قا‬:‫ مر علي علي ابن ابي طا لب رضي هللا عنه قا ل‬: ‫ قا ل‬, ‫عن ابن عبا س‬
‫ و عن الصبي حتى‬, ‫ و عن النائم حتى يستيقظ‬, ‫ عن المجنو ن المغلوب على عقله حتى يفيق‬: ‫ رفع القلم عن ثال ث‬: ‫ل‬
‫يحتلم‬   
                                    
Artinya: “Dari Abdullah Ibn Abbas RA berkata: Sayyidina Ali RA telah lewat di depanku,
kemudian beliau berkata :Apakah kamu tidak ingat bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: “
Al-qalam diangkat diatas tiga perkara:dari orang gila yang kegilaannya mengalahkan akalnya
hingga sembuh, dari orang yang tidur hingga ia bangun, dan dari anak kecil hingga ia
bermimpi (baligh).” (H.R. Abu Daud).

  Tidak adanya paksaan.


Sumpah menjadi sah manakala seseorang yang bersumpah murni karena keinginannya sendiri.
Maka apabila mengandung unsur paksaan di dalamnya, sumpah tersebut tidak dapat berlaku
apabila memang orang yang dipaksa tidak berkehendak dengan apa yang dipaksakan. 
  Mampu berbicara.
Seseorang yang bersumpah disyaratkan mampu berbicara dengan pembicaraan yang
dipahami. Orang yang bisu juga bisa diterima sumpahnya apabila menggunakan isyarat yang
dimengerti.
b. Bagi ‫المحلو ف به‬ (alat umtuk bersumpah), syarat bagi alat
untuk bersumpah adalah:
  Berupa nama Allah atau nama-nama yang khusus bagi-Nya, seperti: ‫خ`ا ل`ق الخلق‬ , atau juga
menggunakan sifat-sifat-Nya, seperi: ‫القا در‬ . Dengan demikian maka sumpah yang mengatas
namakan selain Allah dan sifat-sifat-Nya maka tidak dianggap,bahkan bisa dikatakan orang
yang bersumpah kepada selain Allah sebagai kafir apabila orang yang bersumpah sengaja
bermaksud memuliakan selain Allah.Hal itu mengindikasikan bahwasanya sumpah kepada
selain Allah itu dapat menjadikannya musyrik meskipun dia tidak menyengaja hal itu. Tetapi
menurut pendapat yang bisa dijadikan pegangan hukumnya makruh..
   Menggunakan kata-kata sumpah( ‫)حروف القسم‬, dalam qoidah bahasa arab ada 3 huruf qosam,
yaitu: ‫ التا ء‬,‫ البا ء‬,‫الوا و‬  . 
c. Bagi‫المحلو ف‬  ‫عليه‬ (bentuk sumpah), syarat bagi bentu sumpah adalah bkan merupakan
suatu kewajiban.
d. Adanya shigat.

C.    Pembagian Sumpah.
Sumpah dilihat dari segi pepengucapannya terbagi menjadi 2, yaitu:
1)      Sharih (‫صريح‬ )
Sharih adalah ungkapan sumpah dengan nama yang khusus bagi Allah SWT seperti: “saya
bersumpah dengan nama Allah”.dengan hal ini maka konsekuensinya adalah sumpah yang
sharih tetap sah walaupun hanya sekedar melafadzkannya. Dan ungkapan “ Saya tidak
menghendaki sumpah” tidak diterima, karena lafadz tersebut mengarah kepada sumpah.
2)      ‫كنا ية‬  (kiasan).
Kinayah adalah ungkapan sumpah dengan sifat yang memungkinkan diarahkan kepada selain
Allah SWT, semisal sifat “Al-khaliq”, ”Al-alim”, dan lain sebagainya. Shigat sumpah ini
dapat sah apabila ada niat bersumpah. Seandainya orang yang berbicara tidak menghendaki
bersumpah, maka dapat diterima. 

D.   Macam-macam Sumpah.
Dilihat dari jenis dan macamnya, maka sumpah terbagi menjadi tiga macam:
a.    Sumpah laghwun (sia-sia).
Sumpah laghwun adalah sumpah yang tidak berkaitan dengan hukum. Seperti ungkapan
seseorang: “tidak demi Allah (‫ال و هللا‬  ) dan ya demi Allah (‫نعم و هللا‬ )” dengan tanpa tujuan
bersumpah. Pengertian ini berdasarkan perspektif Imam Syafi’I dan Imam Ahmad. Sedangkan
menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Malik sumpah laghwun adalah bersumpah atas sesuatu
yang disangka seperti sesuatu yang diyakininya ternyata tidak sesuai dengan persangkaanya. 
b. Sumpah mun’aqidah (teranggap).
Sumpah mun’aqidah adlah sumpah untuk menguatkan sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak,
dengan menggunakan lafadz-lafadz khusus.
c. Sumpah Ghamus (palsu).
Sumpah ghamus yaitu sumpah yang bertujuan untuk kebohongan.

E.   Hukum Sumpah.
Sumpah pada dasarnya hukumnya makruh, tetapi sumpah mempunyai beberapa
hukum sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, hal ini sesuai dengan satu
qaidah"  ‫( ”الحكم يتغ```ير بتغ```ير اال زمن```ة و االمكن```ة و االح```وال‬hukum dapat berubah sebab
perubahan zaman, tempat dan keadaan). Maka hukum sumpah juga terbagi menjadi
4, yaitu:
1.      Haram, jika sumpah tersebut untuk melakukan sesuatu yang dilarang oleh syariat,
meninggalkan kewajiban atau melakukan kebohongan tanpa sebab yang dilegalkan.
2.      Wajib, jika sumpah tersebut menjadi solusi untuk menyelamatkan orang yang teraniaya (
‫ )المظلوم‬atau menjelaskan sesuatu yang benar.
3.      Mubah, jika sumpah tersebut untuk melakukan ketaatan, menjauhi kemaksiatan,
menunjukkan kepada kebenaran atau memperingatkan sesuatu yang bathil.
4.      Sunah, jika sumpah tersebut menjadi perantara  untukmeyakinkan publik dalam
membenarkan mauidzoh atau nasehat. 
F.     Kaffarat Yamin.
     Secara fiqh, bagi orang yang melanggar sumpah akan dikenakan kaffarat. Kaffarat
merupakan denda yang wajib diberikan atau laksanakan seseorang karena melanggar
suatu ketetapan syariat. Dinamakan kaffarat karena ia dapat menghapus dosa. 
    Kaffarat yamin  diwajibkan apabila sesorang pelanggar melanggar sumpah yang
mun’aqidah. Adapun apabila sumpah itu laghwun maka tidak ada kaffarat. Dan terjadi
perbedaan mengenai apakah wajib mengeluarkan kaffarat apabila melanggar sumpah
ghamus? Mayoritas ulama menyatakan tidak ada kaffarat terhadap sumpah ghamus,
akan tetapi Imam Syafi’i dan para jama’ahnya berpendapat bahwa pelanggar sumpah
ghamus wajib membayar kaffarat karena dia telah berbuat zhalim yaitu berbohong, dan
juga diwajibkan bertobat. 
         

   Kaffarat yang dikeluarkan apabila melakukan pelanggaran sumpah pun sudah


tercantum dalam firman Allah SWT dalam surat  Al-Maidah ayat 89, yaitu:

‫ا‬zz‫ط م‬zz‫اكين من اوس‬zz‫رة مس‬zz‫ال يؤاخذكم هللا با للغو فى ايمنكم و لكن يؤاخذكم بما عقدتم االيمان فكفرته اطعام عش‬
‫تطعمون اهليكم او كسوتهم او تحرير رقبة فمن لم يجد فصيام ثالثة ايام ذلك كفرة ايمانكم اذا حلفتم واحفظوا ايمانكم‬
‫كذلك يبين هللا ايته لعلكم تشكرون‬                                                                                                   
Artinya: “Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak
dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah
yang kamu sengaja. Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu ialah memberi makan sepuluh
orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluarga kamu, atau
memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan budak.Barang siapa yang tidak
sanggup melaksanakan demikianmaka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian
itulah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah
sumpah-sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya
agar kamu bersyukur (kepadanya).”(Q.S. Al-Maidah: 89)
Ayat di atas sudah jelas membahas tentang kaffarat yamin, dimana kaffarat yamin
terbagi menjadi tiga macam mdan diperbolehkan untuk memilih salah satunya, yaitu:
1. Memberi makan sepuluh orang miskin dengan makanan yang biasa
2. diberikan kepada keluarganya.
3.      Memberi sepuluh potong pakaian kepada sepuluh orang miskin.
4.      Memerdekakan hamba sahaya yang selamat dari cacat yang berimbas
pada ketrampilan bekerja.
            Jika tidak mampu melakukn ketiga hal di atas maka boleh diganti dengan puasa tiga
hari. 4

2.       Nadzar.
A.    Pengertian Nadzar

4 Muhammad ibn Ahmad ibn ‘umar al-syathiri, Syarh Al-yaqut Al-nafis fi madzhab ibni
idris,    (Jeddah: Dar A-Minhaj, 2011), hlm.856-862.
Nadzar menurut etimologi merupakan kata yang berasal dari bahasa arab
yaitu ‫نذر‬  yang berarti ‫للخير‬  ‫الوعد‬     ‫او الشر‬ (janji terhadap kebaikan atau keburukan).
Sedangkan menurut istilah syara’ nadzar adalah: 5
‫التزام قربة غير الزمة باصل الشرع‬
Artinya adalah berkomitmen kepada sesuatu yang mendekatkan diri kepada Allah
SWT dimana itu bukan merupakan perkara yang wajib menurut syara’. Dengan
demikian nadzar merupakan sebuah komtmen dalam rangka mewajibkan kepada diri
sendiri sesuatu yang sebenarnya tidak diwajibkan dalam syari’at, seperti seseorang
berjanji untuk shalat duha secara konsisten, dan lain sebagainya.

B.   Syarat Sahnya Nadzar


Sama seperti sumpah, nadzar juga dianggap sah apabila memenuhi kriteria berikut:
1.      Bagi ‫الناذر‬  (orang yang bersumpah):
a.       Islam.
b.       Berakal.
c.       Baligh.
d.       Berada dalam waktu ikhtiar (normal).
2.      Bagi ‫المنذور يه‬  (sesuatu yang dinadzarkan):
a.       Bersifat ‫المج```ازاة‬  (terhadap sesuatu yang mungkin), yaitu sesuatu yang
dinadzarkan harus dalam koridor hal-hal yang mungkin dilaksanakan. Seperti orang
yang bernadzar “‫ان ش```في هللا مريض```ى فلل```ه غلي ان اص```وم ثالث اي```ام‬  “ (seandainya Allah
menyembuhkan penyakit saya maka demi Allah saya akan berpuasa selama tiga
hari).
b.      Diperbolekan oleh agama. Maka tidak boleh bernadzar untuk melakukan
kemaksiatan.
c.       Disebutkan nama dan takaran nadzar secara jelas, seperti bernadzar ingin shalat
sunnah. Maka harus diklarifikasikan shalt sunnah apa, misal shalat sunnah duha. Dan
juga ditentukan berapa jumlahnya, seperti jika bernadzar shalat duha maka harus
diklarifikasikan jumlah raka’atnya.
d.      Bukan merupakan sesuatu yang hakikatnya sudah diwajibkan oleh syari’at.
Seperti shalat lima waktu, puasa ramadahan, dan sebagainya. Karena itu semua sudah
merupakan kewajiban meskipun tanpa nadzar.
e.       Sesuatu yang dinadzarkan itu juga bukan berupa meninggalkan sesuatu yang
mubah atau mengerjakan yang mubah. Seperti orang bernadzar tidak akan memakai
baju yang seperti ini.

C.    Hukum Nadzar

5 Syekh Muhammad Ibn Qasim Al- ghazi, Syarh Fath Al-qorib, (Surabaya: Daar Al-
ulum), hlm.65.
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum nadzar. Berikut menurut beberapa
ulama madzhab mengenai hukum bernadzar:

1.      Imam Hanafi: menurut madzhab Hanafi, bernadzar hukumnya mubah, baik bernadzar
secara mutlak ataupun muqayyad (dikaitkan dengan syarat tertentu).
2.      Imam Maliki: menurut madzhab Maliki, hukum nadzar mutlak adalah sunnah. Tetapi
jika nadzar muqayyad, masih diperdebatkan apakah hal ini makruh atau mubah. Menurut
Imam Al-baji hukumnya makruh, sedangkan menurut Ibnu Rusyd hukumnya mubah. Tetapi
yang lebih unggul adalah mubah.

3.      Imam Syafi’i: menurut madzhab Syafi’i, hukum bernadzar adalah makruh, akan tetapi
makruhnya adalah makruh   ‫(تنزيه‬makruh yang mengarah untuk dijauhi). Karena pada
esensinya nadzar merupakan sesuatu yang tidak disukai. Hal ini didasari hadist yang
diriwayatkan oleh Umar ibnul Khattab bahwa Rasulullah pernah melarang bernadzar
seraya bersabda:
‫ و انما يستخرج من البخيل‬,‫انه ال يرد شيأ‬
Artinya: “sesungguhnya ia tidak mencegah (takdir buruk), namun ia hanyalah jalan untuk
mengeluarkan kebaikan dari seseorang yang bakhil.”6

D.    Macam-macam Nadzar
Secara garis besar, nadzar dibagi menjadi empat macam, yaitu:
1.      ‫نذر التبرر‬ (nadzar bebas), nadzar yang dilakukan atas dasar mendekatkan diri kepada
Allah SWT tanpa adanya maksud lain. Seperti: “Lazimnya atas saya berpuasa.”  Dan
nadzar ini hukumnya sah.
2.      ‫نذر تعليق الشرط‬  (nadzar menggantungkan syarat), merupakan nadzar yang dilakukan
dengan disangkutkan kepada hasil yang memberi manfaat. Seperti: “Jika anak saya
kembali, maka saya akan berpuasa sepuluh hari.”  Maka hukum nadzar ini adalah
sah.
3.      ‫نذر اللجاج‬  (nadzar haram), merrupakan nadzar yang berlandaskan untuk melakukan
sesuatu yang haram. Maka hukum nadzar ini adalah tidak sah. Akan tetapi tetap
wajib membayar kaffarat nadzar.
4.      ‫ن```ذر التعلي```ق بالمب```اح‬  (nadzar dengan disangkutkan kepada hal-hal yang mubah),
merupakan nadzar dengan melakukan perbuatan yang bersifat mubah. Dan nadzar ini
tidak sah.7

E.   Kaffarat Nadzar

6 Prof.
Dr. Wahbah Az-zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani),
Hlm. 125.
7 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Al-islam,
Sama seperti sumpah, apabila seseorang melanggar atau tidak menunaikan nadzar
yang wajib dilakukannya, maka ia dikenakan kaffarat nadzar. Dan kaffarat nadzar ini
sama dengan kaffarat yamin. Sebagaiman sabda Rasulullah SAW:
‫كفارة النذر كفارة اليمين‬
Artinya: “Kaffarat nadzar sama dengan kaffarat sumpah.”

BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Sumpah adalah meyakini sesuatu yang mengandung unsur perbedaan dengan
menyebutkan nama Allah atau sifat-sifat-Nya. Sumpah terbagi menjadi tiga
macam, antara lain: 1). Sumpah laghwun, 2). Sumpah mun’aqidah, 3). Sumpah
ghamus. Dan apabila kita melanggar sumpah maka kita akan dikenakan kaffarat
yamin, dimana kaffaratnya adalah memilih antara membebaskan budak yang
selamat dari caca, memberikan makan kepada sepuluh orang miskin dengan
makanan yang biasanya dimakan oleh keluarga atau memberikan pakaian kepada
sepuluh orang miskin dengan pakaian yang biasa dipakai oleh keluarga. Dan
apabila seseorang tidak sanggup menunaikan salah satunya, maka kaffarat yang
terakhir adalah berpuasa selama tiga hari.
Sedangkan nadzar adalah sebuah komitmen untuk melaksanakan sesuatu
yang pada awalnya tidak diwajibkan. Nadzar terbagi menjadi empat macam,
yaitu: 1). Nadzar tabarrur, 2). Nadzar ta’liq syart, 3). Nadzar lajjaj, 4). Nadzar
ta’liq bil mubah. Dan apabila seseorang tidak dapat melaksanakan nadzarnya,
maka ia akan dikenakan kaffarat nadzar. Dan kaffaratnadzar sama dengan kaffarat
sumpah.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat. Kami sadar makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan dari berbagai pihak demi kebaikan
pemakalah yang akan datang. Dan sebagai umat Islam, hendaklah kita
selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Al-bantani, Syekh Muhammad Nawawi Ibn Umar, 2002, Quut Al-habib Al-


gharib Tausyih ‘ala Ibn Al- qasim. Jakarta: Dar Al-kutub Al-Islamiyyah.
Al-ghazi, Syekh Muhammad Ibn Qasim, Syarh Fath Al-qorib. Surabaya: Daar Al-
ulum.
 Al-bajuri, Syekh Ibrahim, Hasyiah Al-bajuri, Indonesia:  Al-haramain.
103, Tim Kajian Ilmiah Ahla_suffah, 2014,  Kamus Fiqh, Kediri: LIRBOYO Press.
Anwar, K.H. Moch, 2006,  Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-ajurumiyyah. Bandung:
Sinar Baru  Algensindo.
Al-khin, Musthafa, Al-bugha, Musthafa, Al-syarbaji, ’Ali, Al Fiqh Al Manhaji vol. 1.
Surabaya: Al Fitrah.
Al-andalusi, Imam Abi Walid Muhammad Ibn Ahmad Al-qurtubi, 2004, Bidayatul
Mujtahid Wa Nihayatu Muqtasid. Kairo: Maktabah Asy-syuruq Ad-dauliyyah.
Al-asqalani, Imam Ahmad Ibn Ali Ibn Hajar, fathul bari vol. 11. Kairo: Darul hadits.
Al-syathiri, Muhammad ibn Ahmad ibn ‘umar, 2011, Syarh Al-yaqut Al-nafis fi
madzhab ibni idris.   Jeddah: Dar A-Minhaj.
Az-zuhaili, Prof. Dr. Wahbah, Fiqh Islam Wa Adillatuhu. Jakarta: Gema Insani.
Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi Ash,1998, Al-islam. Semarang: Pt. Pustaka
Rizki Putra.
Umar, Sayyid Abdurrahman Ibn Muhammad Ibn Husein Ibn, Bughyatul
Mustarsyidin, Indonesia:   Al-haramain.

Anda mungkin juga menyukai