Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan
dengan senang hati menerima kritik dan saran yang konstruktif demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................
C. Tujuan Makalah................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sumpah...........................................................
B. Syarat Sah Sumpah...........................................................
C. Pembagian Sumpah..........................................................
D. Macam-Macam Sumpah...................................................
E. Hukum Sumpah ................................................................
F. Khafarah Yamin................................................................
G. Pengertian Nadzar............................................................
H. Syarat Sah Nadzar............................................................
I. Hukum Nadzar...................................................................
J.Macam-Macam Nadzar ....................................................
K. KaffaratNadzar..................................................................
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................
B. Saran......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
dan nadzar.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sumpah
A. Pengertian Sumpah
Kata sumpah menurut etimologi diambil dari bahasa arab yakni االيمانyang
merupakan bentuk jamak dari kata يمين yang memiliki arti kanan / tangan kanan. Seperti
firman Allah swt :
واصحااليمين مااصحاب اليمين
Artinya: “Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan
itu.” (Q.S. Al-waqi’ah: 27).
Kemudian kata اليمين ini di gunakan sebagai sumpah karena biasanya
orang yang bersumpah akan memegang tangan kanan lawan bicaranya. 1
Sedangkan menurut terminologi syara’ sumpah atau االيمانmempunyai beberapa
definisi, diantaranya adalah :
1 Syekh Muhammad Nawawi Ibn Umar Al-bantani, Quut Al-habib Al-gharib Tausyih ‘ala Ibn
Al- qasim, (Jakarta:Dar Al-kutub Al-Islamiyyah,2002), hlm.540.
2 Syekh Muhammad Ibn Qasim Al- ghazi, Syarh Fath Al-qorib, (Surabaya: Daar Al-ulum),
hlm.64.
3 Syekh Ibrahim Al-bajuri, Hasyiah Al-bajuri, (Indonesia: Al-haramain), hlm 312
Sumpah menjadi sah apabila di lakukan oleh orang yang baligh juga berakal, sehingga tidak
sah suatu sumpah apabila dilontarkan oleh anak kecil, orang gila, orang yang lupa, orang yang
tidur, dan orang yang pingsan. Karena mereka itu termasuk orang-orang yang tidak mukallaf,
sebagaimana sabda Rasulullah saw:
او ما تذ كر ان رسو ل هللا صلي هللا عليه و سلم قا: مر علي علي ابن ابي طا لب رضي هللا عنه قا ل: قا ل, عن ابن عبا س
و عن الصبي حتى, و عن النائم حتى يستيقظ, عن المجنو ن المغلوب على عقله حتى يفيق: رفع القلم عن ثال ث: ل
يحتلم
Artinya: “Dari Abdullah Ibn Abbas RA berkata: Sayyidina Ali RA telah lewat di depanku,
kemudian beliau berkata :Apakah kamu tidak ingat bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: “
Al-qalam diangkat diatas tiga perkara:dari orang gila yang kegilaannya mengalahkan akalnya
hingga sembuh, dari orang yang tidur hingga ia bangun, dan dari anak kecil hingga ia
bermimpi (baligh).” (H.R. Abu Daud).
C. Pembagian Sumpah.
Sumpah dilihat dari segi pepengucapannya terbagi menjadi 2, yaitu:
1) Sharih (صريح )
Sharih adalah ungkapan sumpah dengan nama yang khusus bagi Allah SWT seperti: “saya
bersumpah dengan nama Allah”.dengan hal ini maka konsekuensinya adalah sumpah yang
sharih tetap sah walaupun hanya sekedar melafadzkannya. Dan ungkapan “ Saya tidak
menghendaki sumpah” tidak diterima, karena lafadz tersebut mengarah kepada sumpah.
2) كنا ية (kiasan).
Kinayah adalah ungkapan sumpah dengan sifat yang memungkinkan diarahkan kepada selain
Allah SWT, semisal sifat “Al-khaliq”, ”Al-alim”, dan lain sebagainya. Shigat sumpah ini
dapat sah apabila ada niat bersumpah. Seandainya orang yang berbicara tidak menghendaki
bersumpah, maka dapat diterima.
D. Macam-macam Sumpah.
Dilihat dari jenis dan macamnya, maka sumpah terbagi menjadi tiga macam:
a. Sumpah laghwun (sia-sia).
Sumpah laghwun adalah sumpah yang tidak berkaitan dengan hukum. Seperti ungkapan
seseorang: “tidak demi Allah (ال و هللا ) dan ya demi Allah (نعم و هللا )” dengan tanpa tujuan
bersumpah. Pengertian ini berdasarkan perspektif Imam Syafi’I dan Imam Ahmad. Sedangkan
menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Malik sumpah laghwun adalah bersumpah atas sesuatu
yang disangka seperti sesuatu yang diyakininya ternyata tidak sesuai dengan persangkaanya.
b. Sumpah mun’aqidah (teranggap).
Sumpah mun’aqidah adlah sumpah untuk menguatkan sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak,
dengan menggunakan lafadz-lafadz khusus.
c. Sumpah Ghamus (palsu).
Sumpah ghamus yaitu sumpah yang bertujuan untuk kebohongan.
E. Hukum Sumpah.
Sumpah pada dasarnya hukumnya makruh, tetapi sumpah mempunyai beberapa
hukum sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, hal ini sesuai dengan satu
qaidah" ( ”الحكم يتغ```ير بتغ```ير اال زمن```ة و االمكن```ة و االح```والhukum dapat berubah sebab
perubahan zaman, tempat dan keadaan). Maka hukum sumpah juga terbagi menjadi
4, yaitu:
1. Haram, jika sumpah tersebut untuk melakukan sesuatu yang dilarang oleh syariat,
meninggalkan kewajiban atau melakukan kebohongan tanpa sebab yang dilegalkan.
2. Wajib, jika sumpah tersebut menjadi solusi untuk menyelamatkan orang yang teraniaya (
)المظلومatau menjelaskan sesuatu yang benar.
3. Mubah, jika sumpah tersebut untuk melakukan ketaatan, menjauhi kemaksiatan,
menunjukkan kepada kebenaran atau memperingatkan sesuatu yang bathil.
4. Sunah, jika sumpah tersebut menjadi perantara untukmeyakinkan publik dalam
membenarkan mauidzoh atau nasehat.
F. Kaffarat Yamin.
Secara fiqh, bagi orang yang melanggar sumpah akan dikenakan kaffarat. Kaffarat
merupakan denda yang wajib diberikan atau laksanakan seseorang karena melanggar
suatu ketetapan syariat. Dinamakan kaffarat karena ia dapat menghapus dosa.
Kaffarat yamin diwajibkan apabila sesorang pelanggar melanggar sumpah yang
mun’aqidah. Adapun apabila sumpah itu laghwun maka tidak ada kaffarat. Dan terjadi
perbedaan mengenai apakah wajib mengeluarkan kaffarat apabila melanggar sumpah
ghamus? Mayoritas ulama menyatakan tidak ada kaffarat terhadap sumpah ghamus,
akan tetapi Imam Syafi’i dan para jama’ahnya berpendapat bahwa pelanggar sumpah
ghamus wajib membayar kaffarat karena dia telah berbuat zhalim yaitu berbohong, dan
juga diwajibkan bertobat.
اzzط مzzاكين من اوسzzرة مسzzال يؤاخذكم هللا با للغو فى ايمنكم و لكن يؤاخذكم بما عقدتم االيمان فكفرته اطعام عش
تطعمون اهليكم او كسوتهم او تحرير رقبة فمن لم يجد فصيام ثالثة ايام ذلك كفرة ايمانكم اذا حلفتم واحفظوا ايمانكم
كذلك يبين هللا ايته لعلكم تشكرون
Artinya: “Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak
dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah
yang kamu sengaja. Maka kaffarat (melanggar) sumpah itu ialah memberi makan sepuluh
orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluarga kamu, atau
memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan budak.Barang siapa yang tidak
sanggup melaksanakan demikianmaka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian
itulah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah
sumpah-sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya
agar kamu bersyukur (kepadanya).”(Q.S. Al-Maidah: 89)
Ayat di atas sudah jelas membahas tentang kaffarat yamin, dimana kaffarat yamin
terbagi menjadi tiga macam mdan diperbolehkan untuk memilih salah satunya, yaitu:
1. Memberi makan sepuluh orang miskin dengan makanan yang biasa
2. diberikan kepada keluarganya.
3. Memberi sepuluh potong pakaian kepada sepuluh orang miskin.
4. Memerdekakan hamba sahaya yang selamat dari cacat yang berimbas
pada ketrampilan bekerja.
Jika tidak mampu melakukn ketiga hal di atas maka boleh diganti dengan puasa tiga
hari. 4
2. Nadzar.
A. Pengertian Nadzar
4 Muhammad ibn Ahmad ibn ‘umar al-syathiri, Syarh Al-yaqut Al-nafis fi madzhab ibni
idris, (Jeddah: Dar A-Minhaj, 2011), hlm.856-862.
Nadzar menurut etimologi merupakan kata yang berasal dari bahasa arab
yaitu نذر yang berarti للخير الوعد او الشر (janji terhadap kebaikan atau keburukan).
Sedangkan menurut istilah syara’ nadzar adalah: 5
التزام قربة غير الزمة باصل الشرع
Artinya adalah berkomitmen kepada sesuatu yang mendekatkan diri kepada Allah
SWT dimana itu bukan merupakan perkara yang wajib menurut syara’. Dengan
demikian nadzar merupakan sebuah komtmen dalam rangka mewajibkan kepada diri
sendiri sesuatu yang sebenarnya tidak diwajibkan dalam syari’at, seperti seseorang
berjanji untuk shalat duha secara konsisten, dan lain sebagainya.
C. Hukum Nadzar
5 Syekh Muhammad Ibn Qasim Al- ghazi, Syarh Fath Al-qorib, (Surabaya: Daar Al-
ulum), hlm.65.
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum nadzar. Berikut menurut beberapa
ulama madzhab mengenai hukum bernadzar:
1. Imam Hanafi: menurut madzhab Hanafi, bernadzar hukumnya mubah, baik bernadzar
secara mutlak ataupun muqayyad (dikaitkan dengan syarat tertentu).
2. Imam Maliki: menurut madzhab Maliki, hukum nadzar mutlak adalah sunnah. Tetapi
jika nadzar muqayyad, masih diperdebatkan apakah hal ini makruh atau mubah. Menurut
Imam Al-baji hukumnya makruh, sedangkan menurut Ibnu Rusyd hukumnya mubah. Tetapi
yang lebih unggul adalah mubah.
3. Imam Syafi’i: menurut madzhab Syafi’i, hukum bernadzar adalah makruh, akan tetapi
makruhnya adalah makruh (تنزيهmakruh yang mengarah untuk dijauhi). Karena pada
esensinya nadzar merupakan sesuatu yang tidak disukai. Hal ini didasari hadist yang
diriwayatkan oleh Umar ibnul Khattab bahwa Rasulullah pernah melarang bernadzar
seraya bersabda:
و انما يستخرج من البخيل,انه ال يرد شيأ
Artinya: “sesungguhnya ia tidak mencegah (takdir buruk), namun ia hanyalah jalan untuk
mengeluarkan kebaikan dari seseorang yang bakhil.”6
D. Macam-macam Nadzar
Secara garis besar, nadzar dibagi menjadi empat macam, yaitu:
1. نذر التبرر (nadzar bebas), nadzar yang dilakukan atas dasar mendekatkan diri kepada
Allah SWT tanpa adanya maksud lain. Seperti: “Lazimnya atas saya berpuasa.” Dan
nadzar ini hukumnya sah.
2. نذر تعليق الشرط (nadzar menggantungkan syarat), merupakan nadzar yang dilakukan
dengan disangkutkan kepada hasil yang memberi manfaat. Seperti: “Jika anak saya
kembali, maka saya akan berpuasa sepuluh hari.” Maka hukum nadzar ini adalah
sah.
3. نذر اللجاج (nadzar haram), merrupakan nadzar yang berlandaskan untuk melakukan
sesuatu yang haram. Maka hukum nadzar ini adalah tidak sah. Akan tetapi tetap
wajib membayar kaffarat nadzar.
4. ن```ذر التعلي```ق بالمب```اح (nadzar dengan disangkutkan kepada hal-hal yang mubah),
merupakan nadzar dengan melakukan perbuatan yang bersifat mubah. Dan nadzar ini
tidak sah.7
E. Kaffarat Nadzar
6 Prof.
Dr. Wahbah Az-zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani),
Hlm. 125.
7 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Al-islam,
Sama seperti sumpah, apabila seseorang melanggar atau tidak menunaikan nadzar
yang wajib dilakukannya, maka ia dikenakan kaffarat nadzar. Dan kaffarat nadzar ini
sama dengan kaffarat yamin. Sebagaiman sabda Rasulullah SAW:
كفارة النذر كفارة اليمين
Artinya: “Kaffarat nadzar sama dengan kaffarat sumpah.”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sumpah adalah meyakini sesuatu yang mengandung unsur perbedaan dengan
menyebutkan nama Allah atau sifat-sifat-Nya. Sumpah terbagi menjadi tiga
macam, antara lain: 1). Sumpah laghwun, 2). Sumpah mun’aqidah, 3). Sumpah
ghamus. Dan apabila kita melanggar sumpah maka kita akan dikenakan kaffarat
yamin, dimana kaffaratnya adalah memilih antara membebaskan budak yang
selamat dari caca, memberikan makan kepada sepuluh orang miskin dengan
makanan yang biasanya dimakan oleh keluarga atau memberikan pakaian kepada
sepuluh orang miskin dengan pakaian yang biasa dipakai oleh keluarga. Dan
apabila seseorang tidak sanggup menunaikan salah satunya, maka kaffarat yang
terakhir adalah berpuasa selama tiga hari.
Sedangkan nadzar adalah sebuah komitmen untuk melaksanakan sesuatu
yang pada awalnya tidak diwajibkan. Nadzar terbagi menjadi empat macam,
yaitu: 1). Nadzar tabarrur, 2). Nadzar ta’liq syart, 3). Nadzar lajjaj, 4). Nadzar
ta’liq bil mubah. Dan apabila seseorang tidak dapat melaksanakan nadzarnya,
maka ia akan dikenakan kaffarat nadzar. Dan kaffaratnadzar sama dengan kaffarat
sumpah.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat. Kami sadar makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan dari berbagai pihak demi kebaikan
pemakalah yang akan datang. Dan sebagai umat Islam, hendaklah kita
selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA