Anda di halaman 1dari 3

ama : Akh Wahyu Ramadhan

Jenis Tugas : Paper dan Taujih


Hari/Tgl : Sabtu, 11 Juli 2020
Waktu : 20.30 Wita-Selesai

Menepati Jani

Janji memang ringan diucapkan namun berat untuk ditunaikan. Betapa banyak orangtua yang
mudah mengobral janji kepada anaknya tapi tak pernah menunaikannya. Betapa banyak orang
yang dengan entengnya berjanji untuk bertemu namun tak pernah menepatinya. Dan betapa
banyak pula orang yang berhutang namun menyelisihi janjinya. Bahkan meminta udzur pun
tidak. Padahal, Rasulullah telah banyak memberikan teladan dalam hal ini termasuk larangan
keras menciderai janji dengan orang-orang kafir.

Manusia dalam hidup ini pasti ada keterikatan dan pergaulan dengan orang lain. Maka setiap kali
seorang itu mulia dalam hubungannya dengan manusia dan terpercaya dalam pergaulannya
bersama mereka, maka akan menjadi tinggi kedudukannya dan akan meraih kebahagiaan dunia
dan akhirat. Sementara seseorang tidak akan bisa meraih predikat orang yang baik dan mulia
pergaulannya, kecuali jika ia menghiasi dirinya dengan akhlak-akhlak yang terpuji. Dan di antara
akhlak terpuji yang terdepan adalah menepati janji.

Sungguh Al-Qur`an telah memerhatikan permasalahan janji ini dan memberi dorongan serta
memerintahkan untuk menepatinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan
sumpah-sumpah itu sesudah meneguhkannya….” (An-Nahl: 91)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

“Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawabannya.” (Al-Isra`:
34)
Demikianlah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman
untuk senantiasa menjaga, memelihara, dan melaksanakan janjinya. Hal ini mencakup janji
seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, janji hamba dengan hamba, dan janji atas
dirinya sendiri seperti nadzar. Masuk pula dalam hal ini apa yang telah dijadikan sebagai
persyaratan dalam akad pernikahan, akad jual beli, perdamaian, gencatan senjata, dan
semisalnya.

Para Rasul Menepati Janji

Seperti yang telah dijelaskan bahwa menepati janji merupakan akhlak terpuji yang terdepan.
Maka tidak heran jika para rasul yang merupakan panutan umat dan penyampai risalah Allah
Subhanahu wa Ta’ala kepada manusia, menghiasi diri mereka dengan akhlak yang mulia ini.
Inilah Ibrahim ‘alaihissalam, bapak para nabi dan imam ahlut tauhid. Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah menyifatinya sebagai orang yang menepati janji. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji.” (An-Najm: 37)

Maksudnya bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam telah melaksanakan seluruh apa yang Allah
Subhanahu wa Ta’ala ujikan dan perintahkan kepadanya dari syariat, pokok-pokok agama, serta
cabang-cabangnya.

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang Nabi Ismail ‘alaihissalam:

“Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya” (Maryam: 54)

Yakni tidaklah ia menjanjikan sesuatu kecuali dia tepati. Hal ini mencakup janji yang ia ikrarkan
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala maupun kepada manusia. Oleh karena itu, tatkala ia berjanji
atas dirinya untuk sabar disembelih oleh bapaknya -karena perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala-
ia pun menepatinya dengan menyerahkan dirinya kepada perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
(Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 822 dan 496)
Para Sahabat Menepati Janji

Dahulu ada seorang shahabat Nabi bernama Anas bin Nadhr. Dia amat menyesal karena tidak
ikut perang Badar bersama Rasulullah. Dia berjanji jika Allah swt memperlihatkan kepadanya
medan pertempuran bersama Rasulullah saw, niscaya Allah akan melihat pengorbanan yang
dilakukannya. Dan sahabat Anas bin Nadhr akhirnya membuktikan janjinya tersebut di medan
perang Uhud.

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka
janjikan kepada Allah. Maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula)
yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya).” [Q.S. Al-Ahzab:
23]

Dari ayat di atas kita bisa mengetahui bahwa salah satu ciri orang mukmin (orang yang beriman)
adalah mereka yang berusaha untuk menepati janjinya. Dari ayat 23 Al Qur’an surat Al Ahzab
tersebut, kita dapatkan pelajaran bahwa tidak semua orang beriman termasuk dalam kelompok
terpilih, yaitu orang yang “benar – benar menepati janjinya kepada Allah.” Itulah kondisi Ihsan,
kesempurnaan perilaku yang disebutkan Nabi Muhammad saw dalam hadits.

Anda mungkin juga menyukai