“Siapa yang bekerja menghidupi dirinya sendiri agar terhormat (tidak meminta-
minta) maka dia di jalan Allah, dan siapa yang bekerja untuk memperbanyak harta
maka dia di jalan setan.”(HR. Baihaqi)
Untuk catatan bahwa dalam Al Quran dan As-Sunnah jika mencantumkan kata jihad
berarti yang dimaksud adalah makna pertama (Perang) namun dapat ditarik pada
makna lain sampai ada dalil yang menerangkan kepada makna kedua atau ketiga.
Sedangkan yang dimaksud dalam cabang keimanan yang ditulis imam baihaqi adalah
jihad pada makna perang, sedangkan pada makna amar ma’ruf nahi munkar atau
nafkah akan ada pembahasan sendiri dalam cabang-cabang keimanan.
b. Hukum Jihad
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum jihad. Jumhur ulama berpendapat fardhu
kifayah. Sedangkan sebagain ulama lainnya berpendapat fardhu ‘ain, di antaranya Sa’id
bin Musayyib. Dan pendapat yang lebih benar adalah fardhu kifayah bagi umat ini,
berdasarkan dalil-dalil yang ada.
Walaupun hukumnya fardhu kifayah, bukan berarti kita boleh kurang memperhatikannya.
Karena jihad termasuk amal ibadah yang paling mulia. Rasulullah shallallaahu 'alaihi
wasallam pernah ditanya, “Siapakah manusia yang peling utama?” Beliau menjawab,
“Seseorang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya.” (Muttafaq ‘alaih dari
hadits Abu sa’id al-Khudri radhiyallaahu 'anhu).