Anda di halaman 1dari 18

DOSEN PEMBIMBING: BAPAK AJANG KUSUMA, S.Ag., M.Ag., Dr.

DISUSUN OLEH: MOH. ALWAN FALUTHI K. (201910410311043)

FEBBIO YOGHATAMA (201910410311041)

JIHAD PADA ZAMAN MODERN

1. Pengertian Amal Soleh


Amal saleh adalah perbuatan baik. Amal saleh merupakan buah dari iman. Dengan kata
lain, amal saleh merupakan cerminan iman. Dalam risalah Islam, amal saleh adalah perbuatan
baik menurut standar nilai Islam, yang mendatangkan manfaat baik bagi dirinya maupun bagi
orang lain. Amal saleh dapat dikatakan sebagai pelaksanaan segala perintah Allah dan
penghindaran terhadap segala larangan-Nya. Dalam sebuah hadits disebutkan, kesalehan
(amal saleh) merupakan bekal yang paling baik untuk dibawa ke alam akhirat yang kekal
nanti, setelah kehidupan dunia ini. Amal shaleh akan memberi manfaat, baik bagi orang yang
mengerjakan maupun bagi orang lain. Kebalikan dari amal shaleh yaitu amal sayyi’ah atau
amal yang mendatangkan mudarat baik bagi pelakunya maupun bagi orang lain.
Orang yang beramal saleh secara tegas juga dinyatakan sebagai orang yang tidak akan
merugi dalam hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Dalam Q.S. al-'Ashr:1-3.

"Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang


beriman dan beramal saleh, serta saling berwasiat dalam kebaikan/kebenaran dan
kesabaran."

Bermacam macam kegiatan amal saleh dapat kita lakukan salah satunya adalah berjihad.

2. Jihad Merupakan Amal Saleh

Ulama menyebutkan, kata “jihad” di dalam Al-Quran disebut sebanyak 37 kali. Ini
menunjukkan pentingnya makna jihad dalam ajaran Islam yang bersumberkan Al-Quran.
Jihad merupakan amal kebaikan yang Allah syariatkan dan menjadi sebab kokoh dan
kemuliaan umat Islam. Sebaliknya, seseorang akan mendapatkan kehinaan manakala
mengingkari atau meninggalkan jihad di jalan Allah. Hasan Izzuddin Al-Jamal mengatakan
bahwa dalam Al-Quran pada umumnya kata jihad berarti mengerahkan kemampuan
menegakkan ajaran Islam dan membelanya.

1
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menegaskan di dalam sabdanya:

‫ ِد ْينِ ُك‬ ‫إِلَى‬ ‫ت َْر ِج ُع ْوا‬ ‫ َحتَّى‬ ُ‫يَ ْن ِز ُعه‬ َ‫ال‬ ًّ‫ ُذال‬ ‫ َعلَ ْي ُك ْم‬ ُ‫هللا‬ َ‫سلَّط‬


َ  ،َ‫ا ْل ِج َهاد‬ ‫ َوتَ َر ْكتُ ُم‬ ‫ع‬ َ َ‫أَ ْذن‬ ‫ َوأَ َخ ْذتُ ْم‬ ‫بِا ْل ِع ْينَ ِة‬ ‫تَبَايَ ْعتُ ْم‬ ‫إِ َذا‬
ِ ‫ َو َر‬ ‫ا ْلبَقَ ِر‬ ‫اب‬
ِ ‫بِال َّز َر‬ ‫ض ْيتُ ْم‬
‫م‬
Artinya: “Apabila kalian telah berjual beli ‘inah, mengambil ekor sapi dan ridha
dengan pertanian serta meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kalian
kehinaan. Allah tidak mencabutnya dari kalian sampai kalian kembali kepada agama
kalian.” (HR Abu Dawud dari Ibnu Umar).

Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa tidak diragukan lagi jihad melawan orang yang
menyelisihi para Rasul dengan menolong Rasul, termasuk amalan yang paling utama yang
Allah perintahkan kepada orang-orang beriman untuk menjadikannya ibadah mendekatkan
diri kepada-Nya.

Tentang kemuliaan syariat jhad, disebutkan antara lain di dalam ayat Al-Qur’an:

ْ‫سلِ ِمينَ ِمن‬ َ ‫ج ۚ ِملَّةَ أَبِي ُك ْم إِ ْب َرا ِهي َم ۚ ه َُو‬


ْ ‫س َّما ُك ُم ا ْل ُم‬ ِ ‫اجتَبَا ُك ْم َو َما َج َع َل َعلَ ْي ُك ْم فِي الد‬
ٍ ‫ِّين ِمنْ َح َر‬ ْ ‫ق ِج َها ِد ِه ۚ ُه َو‬َّ ‫َو َجا ِهدُوا فِي هَّللا ِ َح‬
‫ص ُموا بِاهَّلل ِ ُه َو‬ ِ َ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ َوا ْعت‬ َ
َّ ‫س ۚ فَأقِي ُموا ال‬ ِ ‫ش َهدَا َء َعلَى النَّا‬ُ ‫ش ِهيدًا َعلَ ْي ُك ْم َوتَ ُكونُوا‬ َ ‫سو ُل‬ ُ ‫قَ ْب ُل َوفِي ٰ َه َذا لِيَ ُكونَ ال َّر‬
ِ َّ‫َم ْواَل ُك ْم ۖ فَنِ ْع َم ا ْل َم ْولَ ٰى َونِ ْع َم الن‬
‫صي ُر‬

Artinya: “Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.
Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama.
(Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu
orang-orang muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur-an) ini, agar Rasul
(Muhammad) itu menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas
segenap manusia. Maka laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat, dan berpegang
teguhlah kepada Allah. Dia-lah Pelindungmu; Dia sebaik-baik pelindung dan sebaik-
baik penolong.” (QS Al-Hajj [22]: 78).

3. Pengertian Jihad

Secara bahasa, lafaz jihad diambil dari kata:

2
ْ ‫ اَ ْل ُو‬،ُ‫شقَّة‬
‫س ُع‬ َ ‫ اَ ْل َم‬،ُ‫ـج ْه ُد = اَلطَّاقَة‬
ُ ‫ اَ ْل‬،ُ‫ـج ْهد‬
َ ‫ اَ ْل‬: ‫ج َه َد‬.
َ
Yang berarti kekuatan, usaha, susah payah, dan kemampuan.

3
Sedangkan menurut istilah, ulama mendefinisikan jihad:

‫س ِع َوالطَّاقَ ِة ِمنْ قَ ْو ٍل أَ ْو فِ ْع ٍل‬


ْ ‫ـي ا ْل ُو‬ ْ ‫ـحا َربَةُ ا ْل ُكفَّا ِر َو ُه َو ا ْل ُم َغالَبَةُ َوا‬
ْ ِ‫ستِ ْف َرا ُغ َما ف‬ ِ ‫اَ ْل‬.
َ ‫ ُم‬: ‫ـج َها ُد‬

Artinya: “Jihad adalah memerangi orang kafir, yaitu berusaha dengan sungguh-
sungguh mencurahkan kekuatan dan kemampuan, baik berupa perkataan atau
perbuatan.”

Menurut al-Hafizh Ahmad bin ‘Ali bin Hajar al-‘Asqalani, jihad adalah mencurahkan
seluruh kemampuan untuk memerangi orang-orang kafir. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

ِ ‫س ُك ْم َوأَ ْل‬
‫سنَتِ ُك ْم‬ ِ ُ‫ش ِر ِكيْنَ ِبأ َ ْم َوالِ ُك ْم َوأَ ْنف‬
ْ ‫جا ِهد ُْوا ا ْل ُم‬.
َ

Artinya: “Berjihadlah melawan orang-orang musyrikin dengan harta, jiwa, dan lisan
kalian.” (HR Ahmad, An-Nasa-i dan Al-Hakim).

Adapun tingkatan jihad, ulama membaginya menjadi tiga bagian, yaitu: jihad melawan
musuh yang nyata, jihad melawan syaitan dan jihad melawan hawa nafsu. Jihad di sini juga
bermakna luas tidak mesti berupa perang. Secara sederhana jihad bisa diartikan bersungguh-
sungguh dalam memperjuangkan atau menegakkan agama Allah, apa pun bentuk
perjuangannya.

Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, jihad juga bermakna mencurahkan segenap
kemampuan untuk mencapai apa yang dicintai Allah dan menolak semua yang dibenci Allah.
Termasuk mencakup seluruh macam jihad yang dilaksanakan seorang Muslim, yaitu
meliputi ketaatannya kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah Allah dan
menjauhkan larangan-larangan-Nya. Juga Kesungguhan mengajak orang untuk melaksanakan
ketaatan, serta bersungguh-sungguh memerangi orang-orang kafir dalam rangka menegakkan
kalimat Allah.

Karena itu, Ibnul Qayyim menyimpulkan, jihad melawan hawa nafsu adalah prinsip dasar
yang dibangun di atasnya jihad melawan orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Karena
sesungguhnya seseorang tidak akan mampu berjihad melawan orang kafir dan munafik,

4
sehingga dia berjihad melawan dirinya dan hawa nafsunya lebih dahulu sebelum melawan
mereka, dan juga Ibnul Qayyim membagi jihad menjadi empat tingkatan, yakni, jihad al-nafs
(jihad melawan kebodohan diri dengan ilmu dan pemahaman yang benar), jihad al-
syaithan(melawan syubhat), jihad al-kuffar wa al-Munafiqin(melawan orang- orang kafir dan
makar orang-orang munafik), dan jihad arbab al-zhulm wa al-bida' wa al-munkarat(melawan
dedengkot kezaliman, ahli bid'ah, dan tokoh-tokoh kemungkaran). Dari pembagian ini, jihad
yang bermakna perang hanya satu yaitu perang melawan orang-orang kafir dan munafik
(munafik akidah), orang kafir pun tidak semua boleh diperangi hanya yang kafir harbi
(mengganggu eksistensi umat Islam) saja yang boleh diperangi, itu pun harus sesuai dengan
ketentuan- ketentuan yang dibolehkan dalam tatakrama perang menurut Islam.

4. Jihad Merupakan Puncak Amal Saleh

Jihad merupakan jalan harus dilalui untuk mencapai surga Allah. Seperti disebutkan di
dalam ayat:

َّ ‫س ْبتُ ْم أَنْ تَد ُْخلُوا ا ْل َجنَّةَ َولَ َّما يَ ْعلَ ِم هَّللا ُ الَّ ِذينَ َجا َهدُوا ِم ْن ُك ْم َويَ ْعلَ َم ال‬
َ‫صابِ ِرين‬ ِ ‫أَ ْم َح‬
Artinya: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum
nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-
orang yang sabar.” (QS Ali ‘Imran [3]: 142).

Di dalam sebuah hadits dikatakan:

‫ فَأَعَاد ُْوا َعلَ ْي ِه‬: ‫ قَا َل‬.» ُ‫ستَ ِط ْي ُع ْونَه‬ ْ َ‫ « اَل ت‬: ‫سبِ ْي ِل هللاِ َع َّز َو َج َّل ؟ قَا َل‬ َ ‫ َما يَ ْع ِد ُل ا ْل ِج َها َد فِ ْي‬: ‫سلَّ َم‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫ِق ْي َل لِلنَّبِ ِّي‬
َ ‫ « َمثَ ُل ا ْل ُم َجا ِه ِد فِي‬: ‫ َوقَا َل فِ ْي الثَّالِثَ ِة‬.» ُ‫ستَ ِط ْي ُع ْونَه‬
َّ ‫سبِ ْي ِل هللاِ َك َمثَ ِل ال‬
‫صائِ ِم ا ْلقَائِ ِم‬ ْ َ‫ « اَل ت‬: ‫ ُك ُّل َذلِ َك يَقُ ْو ُل‬. ‫َم َّرتَ ْي ِن أَ ْو ثَاَل ثًا‬
َ ‫صاَل ٍة َحتَّى يَ ْر ِج َع ا ْل ُم َجا ِه ُد فِ ْي‬
‫سبِ ْي ِل هللاِ تَ َعالَى‬ ِ ْ‫ اَل يَ ْفتُ ُر ِمن‬. ِ‫ت هللا‬
َ ‫صيَ ٍام َواَل‬ ِ ِ‫ » ا ْلقَان‬.
ِ ‫ت بِآيَا‬
Artinya: “Dikatakan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: Amalan apa yang
setara dengan jihad fii sabiilillah? Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab:
“Kalian tidak bisa (mengerjakan amalan yang setara dengan jihad).” Para shahabat
mengulangi pertanyaan tersebut dua kali atau tiga kali, dan Nabi tetap menjawab:
“Kalian tidak bisa (mengerjakan amalan yang setara dengan jihad).” Kemudian Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda pada kali yang ketiga: “Perumpamaan orang
yang berjihad di jalan Allah itu seperti orang yang berpuasa, shalat, dan khusyu’
dengan

5
(membaca) ayat-ayat Allah. Dia tidak berhenti dari puasa dan shalatnya sampai orang
yang berjihad di jalan Allah Ta’ala itu kembali.” (HR Muslim dari Abu Hurairah).

Pada hadits lain disebutkan:


ِ‫سبِ ْي ِل هللا‬ ِ ‫سنَا ِم ِه ا ْل‬
َ ‫ـج َها ُد فِـي‬ َ ُ‫صاَل ةُ َو ِذ ْر َوة‬
َّ ‫ساَل ُم َو َع ُم ْو ُدهُ ال‬ ُ ‫ َر ْأ‬.
ْ ِ ‫س اأْل َ ْم ِر اإْل‬
“… Pokoknya perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah
jihad fii sabiilillaah.”  (HR Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Pada hadits lain disebutkan:


ُ ‫ يُ ْذ ِه‬، ‫ـجنَّ ِة‬
‫ب هللاُ بِ ِه ِمنَ ا ْل َه ِّم‬ ِ ‫اب ِمنْ أَ ْب َوا‬
َ ‫ب ا ْل‬ ٌ َ‫سبِ ْي ِل هللاِ ب‬ ْ ِ‫ فَإِنَّ ا ْلـ ِج َها َد ف‬،-‫سبِ ْي ِل هللاِ –تَبَا َر َك َوتَ َعالَى‬
َ ‫ـي‬ َ ‫َعلَ ْي ُك ْم بِا ْل ِج َها ِد فِ ْي‬
َ‫وا ْلغ ِّم‬. َ
Artinya: “Wajib atas kalian berjihad di jalan Allah Tabaaraka wa Ta’ala, karena
sesungguhnya jihad di jalan Allah itu merupakan salah satu pintu dari pintu-pintu
Surga, Allah akan menghilangkan dengannya dari kesedihan dan kesusahan.” (HR Al-
Hakim dan Ahmad),

Sahabat ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma sampai menyimpulkan:


َ ‫صاَل ِة اَ ْل ِج َها ُد فِ ْي‬
‫سبِ ْي ِل هللاِ تَ َعالَى‬ َ ‫إِنَّ أَ ْف‬.
َّ ‫ض َل ا ْل َع َم ِل بَ ْع َد ال‬
Artinya: “Sesungguhnya seutama-utama amal sesudah shalat adalah jihad di jalan
Allah Ta’ala.”

Imam Ibnul Qayyim lebih jauh menguraikan, orang-orang yang berjihad di jalan Allah,
mereka adalah tentara Allah. Dengan mereka, Allah menegakkan agama-Nya, melawan
serangan musuh-musuh-Nya, menjaga kehormatan Islam dan melindunginya. Merekalah
adalah orang-orang yang memerangi musuh-musuh Allah agar agama ini seluruhnya menjadi
milik Allah semata dan hanya kalimat Allah yang tertinggi. Mereka telah mengorbankan diri
mereka dalam rangka mencintai Allah, membela agama-Nya, meninggikan kalimat-Nya serta
melawan para musuh-Nya.
Mereka mendapat limpahan pahala dari setiap orang yang mereka lindungi. Mereka juga
mendapat pahala seperti pahala orang yang beribadah kepada Allah, dengan sebab jihad
mereka, menyebabkan orang bisa beribadah kepada Allah.

5. Jihad Pada Zaman Nabi Muhammad SAW

6
Pertempuran Badar (bahasa Arab: ‫غزوة بدر‬, translit. gazwah badr), adalah pertempuran
besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya. Perang ini terjadi pada 17
Ramadan 2 H (13 Maret 624). Pasukan kecil kaum Muslim yang berjumlah 313 orang
bertempur menghadapi pasukan Quraisy dari Mekkah yang berjumlah 1.000 orang. Setelah
bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan Muslim menghancurkan barisan
pertahanan pasukan Quraisy, yang kemudian mundur dalam kekacauan.

Sebelum pertempuran ini, kaum Muslim dan penduduk Mekkah telah terlibat dalam
beberapa kali konflik bersenjata skala kecil antara akhir 623 sampai dengan awal 624, dan
konflik bersenjata tersebut semakin lama semakin sering terjadi. Meskipun demikian,
Pertempuran Badar adalah pertempuran skala besar pertama yang terjadi antara kedua
kekuatan itu. Nabi Muhammad saat itu sedang memimpin pasukan kecil dalam usahanya
melakukan pencegatan terhadap kafilah Quraisy yang baru saja pulang dari Syam, ketika ia
dikejutkan oleh keberadaan pasukan Quraisy yang jauh lebih besar. Pasukan Muhammad
yang sangat berdisiplin bergerak maju terhadap posisi pertahanan lawan yang kuat, dan
berhasil menghancurkan barisan pertahanan Mekkah sekaligus menewaskan beberapa
pemimpin penting Quraisy, antara lain ialah Abu Jahal alias Amr bin Hisyam.

Bagi kaum Muslim awal, pertempuran ini sangatlah berarti karena merupakan bukti
pertama bahwa mereka sesungguhnya berpeluang untuk mengalahkan musuh mereka di
Mekkah. Mekkah saat itu merupakan salah satu kota terkaya dan terkuat di Arabia zaman
jahiliyah. Kemenangan kaum Muslim juga memperlihatkan kepada suku-suku Arab lainnya
bahwa suatu kekuatan baru telah bangkit di Arabia, serta memperkokoh otoritas Nabi
Muhammad sebagai pemimpin atas berbagai golongan masyarakat Madinah yang
sebelumnya sering bertikai. Berbagai suku Arab mulai memeluk agama Islam dan
membangun persekutuan dengan kaum Muslim di Madinah; dengan demikian, ekspansi
agama Islam pun dimulai. Kekalahan Quraisy dalam Pertempuran Badar menyebabkan
mereka bersumpah untuk membalas dendam, dan hal ini terjadi sekitar setahun kemudian
dalam Pertempuran Uhud.

6. Jihad di Zaman Modern

Pada zaman Nabi Muhammad SAW jihad itu selalu berkaitan dengan perang salah satunya
perang Badar, berbeda dengan zaman modern seperti sekarang di Indonesia sudah jarang

7
adanya peperangan. Jadi sebenarnya jihad tidak melulu tentang peperangan dan dizaman
modern sekarang ini kita bisa menerapkan jihad dengan cara menuntut ilmu, mencari nafkah

8
untuk keluarga, dan bersedekah sebagian harta kita dijalan Allah. Mengapa tiga kegiatan itu
bisa dikatakan Jihad? Mari kita bahas satu persatu

Jihad dengan cara Menuntut Ilmu

‫طـ اـئِـ فَــ ةٌـ لِـ يَـ تَـ فَـ قَّـ ُهــ وـاـ فِـ يـ اـل ـدـِّـ يـ ِنـ‬
َ ‫۞ـ َوـ َمـ اـ َكـ اـ َـنـ اـ ْلـ ُمـ ْـؤـ ِمـ نُـ وـ َـنـ لِـ يَـ ْنـ فِـ ُرـ وـاـ َكـ اـفَّـ ةًـ ۚـ فَـ لَـ ْـوـ اَل نَـ فَــ َرـ ِمـ ْـنـ ُكــ ِّلـ فِـ ْـرـ قَــ ٍةـ ِمـ ْنـ ُهـ ْمـ‬
‫َوـ لِـ يُـ ْنـ ِذـ ُرـ وـاـ قَـ ْـوـ َمـ ُهـ ْمـ إِـ َذـ اـ َرـ َـجـ ُعـ وـاـ إِـ لَـ ْيـ ِهـ ْمـ لَـ َعـ لَّـ ُهـ ْمـ يَـ ْـحـ َذـ ُرـ وـ َنـ‬

"Tidak selayaknya para mukminin itu berjuang (di medan perang) seluruhnya.
Mengapa tidak pergi dari setiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
mendalami pe nge tahuan agama, demi mengingatkan kaumnya bila mereka telah
kembali agar kaumnya itu (pun) dapat menjaga diri." (QS at-Taubah: 122).

Menurut tafsiran dari Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir
Universitas Islam Madinah menyatakan bahwa “Menuntut ilmu dan memperdalam ilmu
agama Allah adalah bagian daripada jihad; oleh karena itu Allah menyebut orang yang keluar
untuk menuntut ilmu adalah satu bagian dari kelompok jihad itu, Allah berfirman : "Mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama" dan ayat ini terletak diantara ayat-ayat jihad dalam
surah at-taubah, sebelumnya Allah mengatakan : "Tidaklah sepatutnya bagi penduduk
Madinah dan orang-orang Arab Badwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai
Rasulullah (berperang)" [120], dan ayat setelahnya adalah : "Hai orang-orang yang beriman,
perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu" [123].”

Dalam hadits juga menyebutkan bahwa menuntut ilmu adalah bagian dari jihad. Dari Abu
Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫س ِج ِدى َه َذا لَ ْم َيأْتِ ِه إِالَّ لِ َخ ْي ٍر َيتَ َعلَّ ُمهُ أَ ْو يُ َعلِّ ُمهُ فَ ُه َو ِب َم ْن ِزلَ ِة ا ْل ُم َجا ِه ِد فِى‬
‫سبِي ِل هَّللا ِ َو َمنْ َجا َء لِ َغ ْي ِر َذلِكَ فَ ُه َو بِ َم ْن ِزلَ ِة‬ ْ ‫َمنْ َجا َء َم‬
ِ ‫ال َّر ُج ِل يَ ْنظُ ُر إِلَى َمت‬
‫َاع َغ ْي ِر ِه‬

“Siapa yang mendatangi masjidku (masjid Nabawi), lantas ia mendatanginya hanya


untuk niatan baik yaitu untuk belajar atau mengajarkan ilmu di sana, maka
kedudukannya seperti mujahid di jalan Allah. Jika tujuannya tidak seperti itu, maka ia
hanyalah seperti orang yang mentilik-tilik barang lainnya.” (HR. Ibnu Majah no. 227
dan Ahmad 2: 418, shahih kata Syaikh Al Albani).

9
Selanjutnya Menurut Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah, bahwa
menuntut ilmu juga bagian dari jihad di jalan Allah karena agama ini bisa terjaga dengan dua

10
hal yaitu pertama dengan ilmu dan kedua berperang (berjihad) dengan senjata. Bahkan
menuntut ilmu lebih didahulukan daripada jihad. Karena menuntut ilmu itu wajib, sedangkan
jihad bisa jadi dianjurkan, bisa pula fardhu kifayah. Artinya apabila sebagian sudah
melaksanakannya, maka yang lain gugur kewajibannya.

Jadi menuntut ilmu merupakan cara untuk menerapkan Jihad dimasa modern dan juga
menuntut ilmu itu merupakan suatu kewajiban bagi setiap umat muslim. Apabila kita tidak
sanggup menahan lelahnya menuntut ilmu maka kita harus sanggup menahan pedihnya
kebodohan.

Jihad dengan cara Mencari Nafkah

Berikut dua hadist yang menyatakan mencari nafkah itu berjihad dijalan Allah

Dari Ka'b bin 'Ujrah radhiyallahu 'anhu, ia mengisahkan,

Suatu ketika ada seseorang melewati Rasulullah dan para sahabatnya. Mereka melihat
kesabaran dan jiwa semangat orang itu. Kemudian para sahabat berkata kepada Rasulullah:

"Wahai Rasulullah seandainya hal ini (jiwa semangatnya) ia peruntukkan


(berperang/jihad) di jalan Allah Ta'ala.”

Maka Rasulullah pun menjawab,

*"ِ ‫يل هَّللا‬ َ ‫ فَ ُه َو فِي‬،‫ص َغا ًرا‬


ِ ِ‫سب‬ ِ ‫س َعى َعلَى َولَ ِد ِه‬
ْ َ‫إنْ َكانَ َخ َر َج ي‬،*

Apabila dia keluar (rumah) untuk berusaha (mencari penghasilan) karena anaknya
yang masih kecil, maka itu di jalan Allah Ta'ala.

*ِ ‫سبِي ِل هَّللا‬ َ ‫س َعى َعلَى أَبَ َو ْي ِن‬


َ ‫ش ْي َخ ْي ِن َكبِي َر ْي ِن فَ ُه َو فِي‬ ْ َ‫ َوإِنْ َكانَ َخ َر َج ي‬,*

Apabila dia keluar (rumah) berusaha (mencari penghasilan) karena kedua orang
tuanya yang sudah tua renta, maka itu di jalan Allah Ta'ala.

*ِ ‫يل هَّللا‬ َ ‫س ِه يُ ِعفُّ َها فَ ُه َو فِي‬


ِ ِ ‫سب‬ ِ ‫س َعى َعلَى نَ ْف‬
ْ َ‫ َوإِنْ َكانَ َخ َر َج ي‬،*

Apabila dia keluar (rumah) untuk berusaha (mencari penghasilan) bagi dirinya dalam
rangka menjaga sifat 'iffahnya (menjaga kehormatan untuk tidak minta-minta), maka
itu adalah di jalan Allah Ta' ala.

11
ِ َ‫ش ْيط‬
*‫ان‬ َ ‫اخ َرةً فَ ُه َو فِي‬
َّ ‫سبِي ِل ال‬ َ َ‫س َعى ِريَا ًء َو ُمف‬
ْ َ‫وإِنْ َكانَ َخ َر َج ي‬.*
َ

Apabila dia keluar (rumah) untuk berusaha (mencari penghasilan) karena riya dan
bangga, maka itu di jalan setan".

HR. Ath Thabrani dan disahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami'.

Selanjutnya dari Hadis Riwayat Ahmad juga menyatakan hal yang sama bahwa bekerja
keras untuk menafkahi keluarga maka sama halnya seperti berjuang di jalan Allah Azza Wa
Jalla, berikut haditsnya:

"Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, maka sama
dengan pejuang dijaIan Allah Azza Wa Jalla". (HR. Ahmad)

Apabila kita mencari nafkah untuk keluarga terutama untuk anak yang masih kecil, orang
tua yang sudah tua renta, dan untuk menjaga martabat diri agar tidak meminta-minta serta
tidak berniat mencari nafkah karena riya dan bangga, maka kita sudah mengamalkan jihad
pada masa modern. Jadi jangan pernah kita menyerah untuk mencari nafkah untuk keluarga
karena balasan pahala orang yang berjihad dijalan Allah itu sangatlah besar.

Jihad Dengan cara Bersedekah Dijalan Allah

‫كـ‬َ ‫عـ ظَـ ُمـ َدـ َرـ َـجـ ةًـ ِعـ ْنـــ َدـ هَّللا ِـ ۚـ َـوـ أُـ وـٰـلَـ ئِـــ‬
‫سـ ِهـ ْمـ أَـ ْـ‬
‫سـ بِـ يـ ِلـ هَّللا ِـ بِـ أَـ ْمـ َوـ اـلِـ ِهـ ْمـ َوـ أَـ ْنـ فُـ ِـ‬
َ ‫اـلَّـ ِذـ يـ َـنـ آـ َمـ نُـ وـاـ َوـ َهـ اـ َـجـ ُـرـ وـاـ َـوـ َـجـ اـ َهـ ُدـ وـاـ فِـ يـ‬
‫ُهـ ُمـ اـ ْلـ فَـ اـئِـ ُـزـ وـ َنـ‬

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berihad dijalan Allah dengan karta
benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya disisi Allah, dan itulah orang-
orang yang mendapat kemenangan.”[Qs. at-Taubah 20].

ٓ ٓ
َ‫س ِه ْم ۚ َوأُ ۟و ٰلَئِ َك لَ ُه ُم ٱ ْل َخ ْي ٰ َرتُ ۖ َوأُ ۟و ٰلَئِكَ ُه ُم ٱ ْل ُم َْـ‬
‫ْف‬ ۟ ‫وا َم َعهۥُ ٰ َج َهد‬
ِ ُ‫ُوا بِأ َ ْم ٰ َولِ ِه ْم َوأَنف‬ ُ ‫ٰلَ ِك ِن ٱل َّر‬
۟ ُ‫سو ُل َوٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬

“Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia, mereka berjihad dengan harta
dan diri mereka. dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka
itu pulalah orang-orang yang beruntung.” [Qs. at-Taubah 88].

12
Dari Kedua surah Al-Quran diatas bisa kita pahami bahwa berjihad juga bisa dilakukan
salah satunya dengan menyedekahkan sebagian harta, sebab harta sangat dibutuhkan bagi

13
manusia, bahkan al-Qur'an pun telah menempatkannya lebih awal dibandingkan jihad dengan
nyawa, karena jihad dengan nyawa tidak diperlukan kecuali bila dalam kondisi tertentu
misalnya perang. Kita bisa menyedekahkan harta untuk membantu fakir miskin, memberikan
sumbangan ke yayasan panti asuhan, membantu rakyat palestina yang dilanda peperangan
dengan mengirimkan bantuan logistik, ataupun membantu pembangunan masjid di daerah
sekitar kita.

Selain itu Allah telah memperingatkan orang yang mempunyai sifat kikir dan kegemaran
untuk menimbun harta serta tidak menyedekahkan hartanya dijalan Allah, maka balasannya
adalah siksa Neraka.

۟ ُ‫س ُك ْم فَ ُذوق‬
َ‫وا َما ُكنتُ ْم تَ ْكنِ ُزون‬ ِ ُ‫يَ ْو َم يُ ْح َم ٰى َعلَ ْي َها فِى نَا ِر َج َهنَّ َم فَتُ ْك َو ٰى ِب َها ِجبَا ُه ُه ْم َو ُجنُوبُ ُه ْم َوظُ ُهو ُر ُه ْم ۖ ٰ َه َذا َما َكنَ ْزتُ ْم أِل َنف‬

“Pada hari dipanaskan emas perak itu dineraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi
mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta
bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat
dari) apa yang kamu simpan itu.” [Qs. at-Taubah 35]

7. Amal Jariyah

Tiga amal perbuatan diatas tidak hanya sebagai amalan jihad dimasa modern, tetapi juga
termasuk amalan jariyah. Amalan jariyah adalah suatu amalan yang akan terus mengalir
pahalanya walaupun kita sudah meninggal dunia. Mari kita simak kedua hadits berikut:

ُ‫ح يَ ْدعُو لَه‬ َ ‫ص َدقَ ٍة َجا ِريَ ٍة َو ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع بِ ِه َو َولَ ٍد‬


ٍ ِ‫صال‬ َ ‫إِ َذا َماتَ اإْل ِ ْن‬
َ ْ‫سانُ ا ْنقَطَ َع َع َملُهُ إِاَّل ِمنْ ثَاَل ثَ ٍة ِمن‬

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara
(yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR.
Muslim no. 1631)

ُ‫س ـ ِجدًا بَنَــاه‬ ْ ‫ص َحفًا َو َّرثَ ـهُ أَ ْو َم‬ َ َ‫سنَاتِ ِه بَ ْع َد َم ْوتِ ِه ِع ْل ًما َعلَّ َمهُ َون‬
َ ‫ش َرهُ َو َولَدًا‬
ْ ‫صالِ ًحا ت ََر َكهُ َو ُم‬ َ ‫ق ا ْل ُمؤْ ِمنَ ِمنْ َع َملِ ِه َو َح‬
ُ ‫إِنَّ ِم َّما يَ ْل َح‬
ِ ‫ص َدقَةً أَ ْخ َر َج َها ِمنْ َمالِ ِه فِي‬
‫ص َّحتِ ِه َو َحيَاتِ ِه يَ ْل َحقُهُ ِمنْ بَ ْع ِد َم ْوتِ ِه‬ َ ‫سبِي ِل بَنَاهُ أَ ْو نَ ْه ًرا أَ ْج َراهُ أَ ْو‬ َّ ‫أَ ْو بَ ْيتًا ِال ْب ِن ال‬

”Sesungguhnya di antara amalan dan kebaikan seorang mukmin yang akan menemuinya
setelah kematiannya adalah: ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak shalih yang

14
ditinggalkannya, mush-haf Alquran yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya,
rumah

15
untuk ibnu sabil yang dibangunnya, sungai (air) yang dialirkannya untuk umum, atau
shadaqah yang dikeluarkannya dari hartanya diwaktu sehat dan semasa hidupnya, semua
ini akan menemuinya setelah dia meninggal dunia.” (HR. Ibnu Majah dan Baihaqi,
dinilai hasan oleh Syaikh Al Albani).

Ilmu yang kita pelajari tidak hanya berhenti sampai kita saja dan pastinya akan kita
ajarkan ke orang lain sehingga ilmu yang kita berikan itu bermanfaat bagi orang lain.
Mencari nafkah untuk keluarga yang dimana nafkah itu kita alokasikan untuk keperluan
pendidikan anak, karena menambah ilmu pengetahuan anak agar menjadi anak yang
sholeh/sholehah dan pendidikan juga tangga untuk anak menuju kesuksesan dia dimasa
mendatang. Harta yang kita sedekahkan dijalan Allah salah satunya menyumbangkan harta
untuk pembangunan masjid . Ketiga amalan tadi mulai dari ilmu yang bermanfaat bagi orang
lain, doa dari anak yang sholeh/sholehah, serta harta yang disedekahkan di jalan Allah akan
menjadi amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir walaupun kita sudah tidak hidup
didunia ini.

16
KESIMPULAN:

1. Dalam risalah Islam, amal saleh adalah perbuatan baik menurut standar nilai Islam,
yang mendatangkan manfaat baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.

2. Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, jihad bermakna mencurahkan segenap


kemampuan untuk mencapai apa yang dicintai Allah dan menolak semua yang
dibenci Allah.

3. Jihad di zaman Nabi salah satunya adalah perangan badar, sedangkan Jihad pada
zaman modern adalah Menuntut ilmu, Mencari Nafkah untuk keluarga, dan
Menyedekahkan harta di jalan Allah.

4. Amalan jariyah adalah suatu amalan yang akan terus mengalir pahalanya walaupun
kita sudah meninggal dunia

17
DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

 al-Banna, Gamal. JIHAD. MataAirPublishing Tim, 2006, MataAirPublishing: Jakarta,


Indonesia.

INTERNET:

 https://rumaysho.com/3383-menuntut-ilmu-bagian-dari-jihad.html

 https://www.inilahkoran.com/berita/11746/bekerja-hidupi-keluarga-itu-jihad-di-jalan-
allah

 https://tafsirweb.com/3138-quran-surat-at-taubah-ayat-122.html

 https://www.atsar.id/2018/04/mencari-rezeki-bagi-keluarga-termasuk-jihad-di-jalan-
allah.html

 https://rumaysho.com/1663-terputusnya-amalan-kecuali-tiga-perkara.html

 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Badar

 http://umma.id/article/id/1002/504578

 almanhaj.or.id/1246-jihad-amalan-yang-paling- utama-2.html

 http://republika.co.id/berita/pekev9313/amal-paling-utama

 http://umma.id/article/id/1002/334158

18

Anda mungkin juga menyukai