Anda di halaman 1dari 13

KONSEP ‘AMAR MAKRUF NAHI A.

Pendahuluan
MUNGKAR DALAM AL-QUR’AN
Amar Makruf Nahi Mungkar
PERSPECTIVE MUFASSIRIN DAN
adalah salah satu pokok terpenting dalam
FUQAHA’
ajaran islam. Selain sebagai bentuk
Oleh dakwah, amar makruf nahi mungkar
Muh Gufron Hidayatullah merupakan penyeimbang dalam kehidupan
Muhgufron@gmail.com
beragama. Sudah maklum bahwa
kehidupan beragama akan dianggap
Abstrak: berkualitas manakala diiringi ketaatan
Amar Makruf Nahi Mungkar menjalankan perintah dan menjauhi
begitu penting untuk dipelajari dan larangan Allah SWT. Hal tersebut bisa
diterapkan karena sangat manfaat dalam terwujud dengan maksimal melalui adanya
kehidupan. Metode penelitian ini melalui control serta pengawasan dari amar makruf
pendekatan gabungan antara beberapa nahi mungkar.. Melalui itulah Allah SWT
metode yaitu metode kausal komparatif, memuji umat ini sebagai umat terbaik,
merupakan penyelidikan perbandingan Allah berfirman:
serta hubungan sebab akibat, Kualitatif
ِ َّ‫ت لِ لن‬
‫اس‬ ْ ‫ِر َج‬ ‫ُخ‬ ٍ
ْ ‫َر أ َُّم ة أ‬ ‫ُك ْن تُ ْم َخ ْي‬
Normatif: Yaitu dengan Melihat dan
mendalami tindakan pelaku amar makruf
ِ ‫ون بِ الْ م ع ر‬
‫وف َو َت ْن َه ْو َن َع ِن‬ َ ‫تَ أْ ُم ُر‬
nahi mungkar dalam memakai konsep ُْ َ
kemudian disesuaikan dengan fenomena ِ ِ َ ُ‫الْ م ْن َك ِر و ُت ْؤ ِم ن‬
yang ada dan pendekatan studi literature ُ‫َه ل‬ َ ‫ َو لَ ْو‬+ۗ ‫ون ب اللَّ ه‬
ْ ‫آم َن أ‬ َ ُ
untuk menemukan berbagai konsep teori ِ ِ َ‫الْ ِك ت‬
amar makruf nahi mungkar melalui al- ُ‫ م ْن ُه م‬+ۚ ‫ان َخ ْي ًر ا هَلُ ْم‬
َ ‫اب لَ َك‬
qur’an, kitab klasik, buku, dan sebagainya
‫ون‬ ِ ‫َك َث ر ه م الْ َف‬
َ ‫اس ُق‬ َ ُ‫الْ ُم ْؤ ِم ن‬
kemudian data tersebut di analis. Hasil dan ُ ُ ُ ْ ‫ون َو أ‬
kesimpulan Secara spesipik, konsep amar
Kamu adalah umat yang terbaik
makruf melihat kemampuan subyek amar
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
makruf nahi mungkar dan menyesuikan
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari
kepada objeknya. Sehingga dengan teori
yang munkar, dan beriman kepada Allah.
ini akan sesuia dengan fase-fase dakwah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu
Kata Kunci: Konsep Amar Makruf Nahi lebih baik bagi mereka, di antara mereka
Mungkar, al-Qur’an
ada yang beriman, dan kebanyakan mereka mafsadah yang ditimbulkan akan lebih
adalah orang-orang yang fasik.1 besar daripada maslahatnya.’’2

Oleh karena urgensinya, maka Komentar serupa beliau utarakan


dibutuhkan kajian secara detail mengenai dalam tafsir al-Munir: ‘’Hal ini
amar makruf nahi mungkar. Seringkali (maksudnya amar makruf nahi mungkar)
seseorang yang memiliki semangat yang termasuk fardu kifayah, sebab amar
tinggi untuk melaksanakan amar makruf makruf nahi mungkar hanya layak
nahi mungkar tetapi tidak memahami dilakukan orang yang memahami kondisi
aturan yang bahkan paling mendasar dan cara menghadapi masyarakat.
darinya. Sebagian dari mereka, melakukan Sehingga kemungkaran yang dilakukan
amar makruf nahi mungkar dengan orang yang ia perintah atau ia larang
tindakan (bil-Yad) padahal orang yang tidak semakin menjadi-jadi. Jika tidak
legal melakukannya. demikian, bukan tidak mungkin ia malah
mengajak orang lain pada perkara yang
Sebagian lain, melakukan amar
batil, memerintah hal mungkar, dan
makruf nahi mungkar tanpa memikirkan
mencegah perkara makruf. Ia berlaku
akibat yang ditimbulkan. Ada lagi yang
keras pada kondisi yang menuntut berlaku
melakukan amar makruf nahi mungkar
ataupun sebaliknya.3
tanpa kesabaran dan kurang bisa menahan
diri, sehingga gegabah dalam mengambil Maka dari itu, sebelum melakukan
tindakan. Alih-alih mengikuti sunnah Nabi amar makruf nahi mungkar, terlebih
SAW, mereka malah menyalahi tuntunan dahulu harus benar-benar memahami
beliau dalam dakwah dan amar makruf semua hal yang terkait dengannya. Supaya
nahi mungkarnya. Mencemarkan nama tujuan mulia dari amar makruf nahi
baik islam, menghambat dan mencederai mungkar tidak menjadi sebab timbulnya
nilai-nilai dakwah, merugikan orang lain, kemungkaran yang lebih besar.
bahkan diri mereka sendiri.
B. Rumusan Masalah
Syaikh Nawawi Al-Banteni dalam 1. Apa dasar hukum Konsep Amar
Syarah Sullam Taufiq mengungkapkan: Makruf Nahi Mungkar
‘’Orang Yang berpengetahuan minim 2
Muhammad Nawawi bin ‘Umar Al-Bantenni,
tidak layak melakukan dakwah. Karenah Mirqah Shu’ud al-Tashdiq Fi Syarhi Sullam Al-
Taufiq, (Kediri: Maktabah Al-Arif, tt.), hal. 61.
3
Muhammad Nawawi bin ‘Umar Al-Bantenni,
Marahu Labib li Kasyf Ma’na al-Qur’an Al-Majid,
(Beirut: Dar al-Kutub Al-Islamiyah, 1417 h), hal.
1
Al-Qur’an: 03:110 144.
2. Apa Tujuan Dari Amar Makrfu menggambarkan fenomena yang masih
Nahi Mungkar berjalan atau yang sudah lampau. Adapun
3. Apa hubungan Amar Makruf Nahi bahannya adalah fenomena yang terjadi
Mungkar dengan Representasi dikaitkan dengan teori-teori literature
Dakwah kajian tafsir al-Quran dan kitab-kitab para
4. Syarat Kemungkaran Yang Wajib ulama.
Diingkari
5. Fase-Fase Mengingkari
Kemungkaran E. Dasar dan Hukum Amar Makruf
Nahi Mungkar

Dasar dan pijakan dalam memvonis


sesuatu, apakah itu baik (makruf) atau
C. Tujuan buruk (mungkar) adalah Kitabullah yang
1. Untuk mengetahui Apa dasar dipastikan kebenarannya dan sunnah
hukum Konsep Amar Makruf Nahi Rasulullah SAW sebagai penjelasannya
Mungkar yang sesuai dengan interpretasi (Tafsiran)
2. Untuk mengetahui Apa Tujuan para Salaf al-Shalih yang selalu setia
Dari Amar Makrfu Nahi Mungkar mengikuti tuntunan al-Qur’an dan al-
3. Untuk mengetahui Apa hubungan Hadis.
Amar Makruf Nahi Mungkar
Mengenai definisi makruf, Imam
dengan Representasi Dakwah
Ibn Hajar Al-‘Asqalani berkata yang
4. Untuk mengetahui Syarat
menukil dari Al-Ragib: Ma’ruf adalah
Kemungkaran Yang Wajib
sebutan untuk setiap perbuatan yang
Diingkari
dianggap baik berdasarkan sariat dan
5. Untuk mengetahui Fase-Fase
akal. Sedangkan menurut Ibn Abi
Mengingkari Kemungkaran
Hamzah, Ma’ruf adalah istilah yang
D. Bahan dan Metode
digunakan untuk perbuatan-perbuatan
Adapun bahan serta metode yang dianggap baik menurut dalil-dalil
penulisan ini adalah dengan beberapa sari’at sentah sesuai dengan adat atau
metode yaitu metode penelitian kausal tidak.4 Ibn al-Atsir mendefinisikan
komparatif, merupakan metode untuk mungkar sebagai berikut: “Mungkar
menyelidiki kemungkinan hubungan sebab
4
Abu al-Fadhl Ahmad bin Ali bin Hajar al-
akibat dan metode deskriptif yaitu Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih Al-Buhari,
Jilid 10 (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1379) hlm 448.
adalah antonym ma’ruf, semua hal yang ditugaskan secara langsung oleh
dianggap buruk, diharamkan dan pemerintah kepada seseorang, ia
dimkaruhkan oleh sariat adalah dinamakan Muhtasib. Sedangkan
mungkar”.5 seseorang yang melakukan amar makruf
nahi mungkar secara independen
Imam Al-Gazali menambahkan
dinamakan al-Mutathawwi’.7 Al-Mawardi
bahwa sebuah kemungkaran tetap wajib di
melanjutkan bahwa ada Sembilan
ingkari meski pelaku kemungkaran tidak
perbedaan diantara keduannya.
terkena dosa jika melakukannya. Seperti
anak kecil yang meminum Khomer atau Diantara perbedaan yang paling
orang gila yang melakukan zina. Seperti mencolok ialah kewajiban amar makruf
telah diketahui, mereka tidak termasuk nahi mungkar bagi al-Muhtasib adalah
orang yang mukallaf sehingga mereka fardu ain sebab penunjukan oleh
tidak terkena dosa. Namu amar makruf pemerintah. Sedangkan kewajiban amar
nahi mungkar tetap wajib dilakukan. Maka makruf nahi mungkar bagi al-Mutathawwi
disinilah relevansi penggunaan kata sebatas fardu kifayah. Kemudian wajib
mungkar terlihat. Sebab kata mungkar bagi al-Muhtasib untuk mencari dan
lebih umum terhadap semua hal yang meneliti kemungkaran yang sifatnya
dilarang oleh sariat. Berbeda dengan kata terbuka.8 Sendangkan al-Mutathawwi’
maksiat yang merujuk pada perbuatan dosa tidak di bebani hal tesebuat. Sekilas posisi
saja.6 al-Muhtasib pada konteks zaman sekarang
menyerupai Polisi atau Satpol pp. Maka,
Dalam literature fikih terkadang
disimpulkan bahwa amar makruf nahi
amar makruf nahi mungkar dibahasakan
mungkar lebih global dan umum
menggunakan kata al-hisbah, sedangkan
dibandingkan al-Hisbah.
orang yang melakukan hal tersebut
dinamakn Muhtasib. Lantas apa perbedaan Secara sosiologis Ibn Taimiyah
keduannya?. mengungkapkan bahwa setiap manusia
yang hidup tidak akan terlepas dari dua
Dalam Ahkam al-Sulthaniyah al-
hal: memerintah dan melarang atau
Mawardi menjelaskan bahwa al-Misbah
diperintah atau dilarang. bahkan andai ada
amar makruf nahi mungkar yang
orang yang hidup sebatang kara niscaya
7
5
Ibn Atsir Majd al-Din bin Muhammad Al- Abu al-Hasa Ali bin Muhammad al-Mawardi,
Syaibani Al-Jazari, Al-Nihayah Fil-Garib al-Hadist Ahkam al-Sulthaniyyah, (Beirut Dar al-Kutub al-
wa al-Atsar, Jilid 05 (Beirut Maktabah Ilmiyah Ilmiyahn 2006), hal 299
1979 m), hal 115. 8
Hal ini lain dengan Tajassus sebab hal ini mencari
6
Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum al-Din,jilid 02,(…) hal 359 kesalahan yang sifatnya tertutup.
dia akan memerintah atau melarang ِ ‫ون إِ ىَل ٱ خْلَ رْي‬
َ ُ‫نك ْم أ َُّم ةٌ يَ ْد ع‬
ُ ‫َو لْ تَ ُك ن ِّم‬
dirinya sendiri untuk berbuat atau
meninggalkan sesuatu.9 Jadi kehidupan ِ ‫ون بِ ٱلْ م ع ر‬
ِ‫وف َو َي ْن َه ْو َن َع ن‬ َ ‫َو يَ أْ ُم ُر‬
sosial pasti membutuhkan aturan
ُْ َ
ٰٓ
aturanyang berisi perintah atau larangan
َ ‫ك ُه ُم ٱلْ ُم ْف لِ ُح‬
‫ون‬ َ+‫و‬+‫ل‬+َِ+‫ ۟ئ‬+ ُ‫ َو أ‬+ۚ ‫نك ِر‬
َ ‫ٱلْ ُم‬
sebagai wujud control supaya tidak lepas
kendali. Artinya: Dan hendaklah ada di

Kemudian spsertihalnya dalam antara kamu segolongan umat yang

halnya kehidupan sosial perintah dan menyeru kepada kebajikan, menyuruh

larangan juga merupakan sebuah kepada yang ma'ruf dan mencegah dari

ikeharusan dalam kehidupan beragama. yang munkar; merekalah orang-orang

Supaya agama bisa tetap eksis baik sebagai yangberuntung.10

sebuah keyakinan maupun sebuah ajaran. Al-Ghazali mengatakan bahwa


Tanpa hal itu agama akan hanya menjadi
selogan tanpa wujud nyata. Untuk itu,
redaksi ‫نك ْم‬
ُ ‫َو لْ تَ ُك ن ِّم‬ (hendaklah diantara

dalam agam islam disyriatkan amar kalian, memberi pemahaman bahwa amar
makruf nahi mungkar. makruf nahi mungkar sudah tercukupkan
dengan hanya dilakukan oleh sebagian
Untuk hukum melaksanakan amar
orang saja yang dianggap telah
makruf nahi mungkar sendiri, al-Gazali
mencukupi11. Dan akan diterangkan pada
mengatakan bahwa amar makruf nahi
bagia selanjutnya bahwa kewajiabn amar
mungkar termasuk fardu kifayah bagi
makruf nahi mungkar disesuaikan dengan
mukallaf atau bisa katakana adalah
tingkat kemampuan dan keilmuan masing-
kewajiban bersama, dimana jika sudah
masing individu. Yang mana jika
dilakukan oleh sebagian orang maka
seseorang tidak pada tingkatannya, ia tidak
kewajiban bagi sebagian yang lain gugur.
terkena kewajiban amar makruf nahi
Dan jika tidak ada satupun orang yang
mungkar atau bahkan haram
melakukannya atau ada tapi belum
melakukannya.
memadai maka semuanya terkena dosa.
Beliau mendasarkan statemennya dari F. Amar Makruf dan Nahi Mungkar
firman Allah AWT: hanya sebagai Usaha
9
Ibn Timiyah Taqi Al-Din Ahmad Bin Abd Al-Hlim
Al-Harani Al-Hambali, Al-Amru Bil-Makruf Wa Al-
Nahyi Anil Mungkar, (Arab Saudi: Wizarah Al-
10
Syu’un Al-Islamiyah Wa Al-Auqaf Wa Al-Dakwah AL-Qur’an 03:104
11
Wa Al-Irsyad, 1418), Hal 51
Dalam amar makruf nahi mungkar niscaya kamu akan diberi pahalanya
yang harus dipahami bahwa merupakan dengan cukup sedang kamu sedikitpun
perintah Allah SWT yang hanya sebatas tidak akan dianiaya (dirugikan).12
usaha untuk menghilangkan kemungkaran
bukan hilangnya kemungkaran. Sebab ‫اك َع لَ ْي ِه ْم‬
َ َ‫ض وا فَ َم ا أ َْر َس ْل ن‬ ْ ‫فَ ِإ ْن أ‬
ُ ‫َع َر‬
hilannya kemungkaran bukan manusia
‫ َو إِ نَّا‬+ۗ ُ‫ك إِ اَّل الْ بَ اَل غ‬ ِ
akan tetapi merupakan hak preogratif َ ‫ إِ ْن َع لَ ْي‬+ۖ ‫َح ف يظً ا‬
Allah swt. Bahkan dalam sejaran Allah
SWT menghibur Nabi Muhammad SAW +ۖ ‫ان ِم نَّ ا َر مْح َ ةً فَ ِر َح هِبَ ا‬ َ ‫إِ َذ ا أ‬
َ ‫َذ ْق نَ ا ا إْلِ نْ َس‬
ketiks beliau merasa resah dalam upaya
ِ ‫ت أَيْ ِد‬
‫يه ْم‬ ْ ‫ص ْب ُه ْم َس يِّ ئَ ةٌ مِب َ ا قَ َّد َم‬
ِ ُ‫و إِ ْن ت‬
menghilangkan kemungkaran: Allah SWT َ
berfirman:
‫ور‬ َ ‫فَ ِإ َّن ا إْلِ نْ َس‬
ٌ ‫ان َك ُف‬
ِ ٰ
َ‫اه ْم َو لَ ك َّن اللَّ ه‬
ُ ‫َد‬ ‫ك ُه‬
َ ‫س َع لَ ْي‬
َ ‫ لَ ْي‬ 
Artinya: Jika mereka berpaling
ٍ ‫ و َم ا ُت ْن ِف ُق وا ِم ْن َخ رْي‬+ۗ ‫َي ْه ِد ي َم ْن يَ َش اء‬
َ ُ maka Kami tidak mengutus kamu sebagai
pengawas bagi mereka. Kewajibanmu
ِ ِ َ ‫ و م ا ُت ْن ِف ُق‬+ۚ ‫فَ أِل َ ْن ُف ِس ُك م‬
َ‫ون إ اَّل ابْ ت غَ اء‬ ََ ْ tidak lain hanyalah menyampaikan
(risalah). Sesungguhnya apabila Kami
َّ ‫ َو َم ا ُت ْن ِف ُق وا ِم ْن َخ رْيٍ يُ َو‬+ۚ ‫َو ْج ِه اللَّ ِه‬
‫ف‬ merasakan kepada manusia sesuatu
rahmat dari Kami dia bergembira ria
َ ‫إِ لَ ْي ُك ْم َو أَ ْن تُ ْم اَل تُ ظْ لَ ُم‬
‫ون‬ karena rahmat itu. Dan jika mereka
ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan
Artinya: Bukanlah kewajibanmu
tangan mereka sendiri (niscaya mereka
menjadikan mereka mendapat petunjuk,
ingkar) karena sesungguhnya manusia itu
akan tetapi Allah-lah yang memberi
amat ingkar (kepada nikmat).13
petunjuk (memberi taufiq) siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta Dengan penjelasan itu, fenomena
yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan di sebagian masyarakat beranggapan
allah), maka pahalanya itu untuk kamu bahwa amar makruf itu harus berasil, dan
sendiri. Dan janganlah kamu kemungkaran harus total ditiadakan.
membelanjakan sesuatu melainkan karena Mereka tidak mengetahui bahwa amar
mencari keridhaan Allah. Dan apa saja makruf hanya sebagai usaha dan hasil tetap
harta yang baik yang kamu nafkahkan, 12
Al-Qur’an 02:272
13
Al-Qur’an 26:48
berada pada hak yak yang maha kuasa. Dialah yang lebih mengetahui tentang
sehingga apabila hal ini tidak dipahami siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
maka yang akan terjadi adalah Dialah yang lebih mengetahui orang-
kemungkaran yang lebihbesar. orang yang mendapat petunjuk.14

Di akui atau tidak, dalam dakwah


Disampain itu, hubungan anatara
harus dilakukan dengan sikap lemah
amar makruf nahi mungkar pada fenomena
lembut, ramah dan simpatik dengan dalil
adalah perbaikan bukan penghapusan.
yang diatas. Namun berbeda dengan amar
Sudah barang tentu dalam setiap perbaikan
makruf nahi mungkar yang menuntut sikap
harus mengetahui betul teori dan konsep
keras. Sebab amar makruf nahi mungkar
bagaimana sekiranya objek bisa
sendiri adalah memrintahkan kebaikan dan
terealisasikan dengan baik.
melarang kemungkaran.
G. Amar Makruf Nahi Mungkar Adapun sejarah ketika Nabi SAW
Representasi Dakwah berkhotbah, kedua penglihatan Beliau
Beberapa kalangan menyatakan memerah, suara beliau meninggi, amarah
bahwa amar makruf nahi mungkar berbeda beliau meluap, sampai seolah-olah beliau
dari dakwah. Sehingga menurut mereka adalah komandan perang, itu karena nabi
dalil-dalin dakwah yang menuntut untuyk menjelaskan kotbahnya yang berkaitan
berlaku lembut dalam bersikap, dengan kiamat, pas disaat nabi
sebagaimana ayat berikut: menjelaskan jarak diutusnya beliau dengan
hari kiamat itu sudah dekat, Nabi SAW
ِ‫ة‬ ‫ك بِ ٱ حْلِ ْك َم‬ ِ ِ‫ب‬
َ ِّ‫يل َر ب‬ ‫ٱد عُ إِ ىَل ٰ َس‬
ْ berisyarat dengan menggunakan dua jari
antara telunjuk dan jari tengahnya di
‫ َو َٰج ِد هْلُ م بِ ٱلَّ ىِت ِه َى‬+ۖ ‫َو ٱلْ َم ْو ِع ظَ ِة ٱ حْلَ َس نَ ِة‬ gabungkan.15

َ ‫َع لَ ُم مِب َ ن‬ َ َّ‫ إِ َّن َر ب‬+ۚ ‫َح َس ُن‬


Dengan keterangan di atas bahwa
َّ‫ض ل‬ ْ ‫ك ُه َو أ‬ ْ‫أ‬ konteks dari dakwah Nabi SAW adalah

‫ين‬ ِ ِ ْ ‫ و ُه و أ‬+ۖ+‫َع ن س بِ يلِ ِهۦ‬


َ ‫َع لَ ُم ب ٱلْ ُم ْه تَ د‬
khotbah yang menerangkan tentang
َ َ َ keadaan hari kiamat. Jadi penyebab
tingginya tensi khotbah Nabi SAW bukan
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan
berarti dakwah atau khutbah harus keras
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
akan tetapi seperti yang telah kita ketahui
yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu 14
Al-Qur’an 16:125
15
Muslim Bin Hajjaj, Shahih Muslim, Jilid 2, hal 592
Nabi SAW bernada keras karena yang meninggalkan keburukann ini dinamakan
diterangkan begitu genting yantu tentang nahi mungkar. Maka dalam penyebutan
gentingnya hari kiamat. sebuah klasifikasi dengan diiringi muatan
darinya, mengandung nilai bayan yang
Jadi seandainya ada kelompok
tinggi”.
yang menjadikan sejarah khutbah Nabi
SAW tadi sebagai bentuk anjuran dakwah Dari beberapa penjelasan ulama di
dengan keras dan nada tinggi itu kurang atas, dapat di simpulkan bahwa nilai-nilai
ilmiah, akan tetapi apabila yang yang terkandung dalam dakwah dan nahi
diterangkan masalah akhirat dan pas mungkar adalah sama. Ayat dakwah yang
keterangan Neraka misalnya maka boleh ada pada banya tempat juga merupakan
untuk mengeraskan suara untuk ayat amar makruf nahi mungkar. Dengan
menyesuaikan konteksnya saja. demikian pula seandainya ada pendapat
yang membedakan antara dakwah dan
Imam Fakhr al-Din al-Razi dalam
amar makruf nahi mungkar beda karena
menafsiri surah Ali Imran ayat 104
kalau menurutnya amar makruf nahi
mengatakan:
mungkar menuntut keras dan kalau
‫ال دعوة اىل اخلري جنس حتت ه نوع ان‬ dakwah itu tidak, terbantahkan oleh
komentar-komentar para ulama Mufassir
‫اح دمها ال رتغيب يف فع ل م ا ينبغي وه و‬ diatas.

H. Syarat Kemungkaran Yang Wajib


‫االمر باملعروف والثاىن ال رتغيب يف ت رك‬ Diingkari

‫م ا الينبغي وه و النهي عن املنك ر ف ذكر‬ Tidak semua hal yang menurut kita
buruk itu wajib kita ingkari. Akan tetapi
‫اجلنس اوال مث اتبع ه بنوعي ه مبالغ ة يف‬ keburukan atau kemungkaran yang
bersifak kesepakatan bahwa itu hal yang
‫البيان‬ mungkar yang wajib kita ingkari, kalau
keburukan yang bersifat perselisihan atau
Artinya: “Dakwah pada kebaikan Mukhtalaf . Adapun ada beberapa hal yang
merupakan klasifikasi yang di dalamnya merupakan syarat kemungkaran harus
mengandung dua hal: pertama seruan dihilangkan.
untuk melakukan kebaikan ini dinamakan
amar makruf, kedua seruan untuk
Pertama Kemungkaran itu sudah bahwa para ulama hanya melakukan amar
bersifat mujma alaih (telah disepakati) hal makruf nahi mungkar pada kemungkaran
ini berdasarkan kaidah fikih: yang sudah Mujma alaih bukan
kemungkaran yang masih diperselisihkan.
‫ال ينكر املختل ف في ه ولكن ينك ر اجمل م ع‬ Sebab setiap mujtahid dipastikan
kebenarannya, atau jika pun kebenaran
‫عليه‬ berada pada salah satu dari mereka, kita
tidak mengetahui pada siapa kebenaran itu
Arinya: “Tidak boleh mengingkari
berada.
perkara yang masih di perselisihkan
(kemungkarannya), akan tetapi perkara yang Para sahabat maupun tabi’in pun tidak
sudah dipastikanlah yang diingkari”.16 lepas dari perbedaan pendapat pada
banyak permasalahan Furu’iyah, akan
Perlu di ketahui bahwa di dalam islam
tetapi mereka tidak saling mengingkari
terdapat banyak mazhab yang tidak jarang
satu sama lainnya. Mereka mengingkari
dalam beberapa hukum terdapat
suatu hal yang hanya bertentangan dengan
kontradiksi satu sama lain. Seperti halnya
al-Qur’an, Hadis, Ijma’ atau qiyas.17
keharaman meminum minuman fermentasi
dari perasan buah selain anggur. Menurut Selain sesama muslim, kepada non
Imam Hanafi minuma tersebut dihukumi muslim pun demikian. Seorang muslim
halal sedangkan menurut Imam Syafi’i tidak boleh ingkar terhadap perbuatan non
haram. Seorang yang bermazhab Syafi’i muslim yang mengonsumsi minuma-
tidak boleh ingkar terhadap orang yang minuma keras, maka seorang muslim tidak
minum minuman tersebut sedangkan dia boleh ingkar terhadap hal tersebut sebab
bermadzhab Hanafi. Sebab menurut yang menurut keyakinan mereka hal tersebut
mengkonsumsi minuman itu adalah halal bukan merupakan sebuah larangan. Selama
atau tidak dilarang. Jadi amar makruf Nahi perbuatan itu tidak dilakukan dimuka
mungkar hanya boleh dilakukan setelah umum.
diketahui apakah bentuk kemungkaran
Syaikh Sulaiman Jamal
tersebut sudah Mujma’ Alai atau masih
mengungkapkan hal tersebut : “tidak
diperselisihkan.
boleh dilarang bagi non muslim kecuali
Imam Nawawi menjelaskan dalam jika dengan terang-terangan
kitab al-Rauldah-nya mengungkapkan
17
Abu Zakariya Muhyi al-Din Yahya Bin Syaraf al-
16
Sayyid Abi Bakr al-Ahdli al-Syafi’i, Al-Fara’id al- Nawawi, Raudha al-Thalibin Wa Umdat al-Muftin
Bahiyah (kediri: MHM Lirboyo, Tt), hal 74 Jilid 10,(beirut: Al-Maktab al-Islami, 1991), hal 219
mengkonsumsi, menjual, atau memberikan menimbulkan ancaman pada dirinya.
minuman keras meskipun pada sesame Serta tidak menciptakan kemungkaran
non muslim. Mereka tidak boleh dilarang lain yang lebih buruk.
dari hal yang menurut mereka boleh”.18 c. Yang ketiga adalah kemungkaran yang
sudah terlewat. Dalam kondisi ini,
Kedua, kemungkaran yang sedang
amar makruf nahi mungkar tidak boleh
terjadi. Imam Ghazali membagi
dilakukan, sebab amar makruf itu
kemungkaran menjadi tiga macam.19 Yang
besifat penolakan. Maka untuk
akan terjadi, yang sedang terjadi dan yang
kemungkaran yang sudah terhenti
sudah terjadi. Hokum meniadakannyapun
bukanlah ranah amar makruf nahi
berbeda-beda.
mungkar. Kemudian untuk penanganan
a. Untuk kemungkaran yang akan terjadi, kemungkaran ini harus diserahkan
seperti kita meyakini atau memiliki kepada pihak yang berwajib untuk
prasangka seseorang mempunyai menjatuhkan hukuman pidana.
niatan untuk melakukan sebuah
kemungkaran, maka yang diwajibkan Ketiga, amar makruf nahi mungkar

adalah sebatas memberi nasihat, tidak tidak melalui proses sweeping. Dalam arti,

lebih dari itu. Terkecuali, seseorang pelaku amar makruf nahi mungkar tidak

yang secara kebiasaan dapat dipastikan diperbolehkan untuk mencari-cari atau

akan melakukan kemungkaran, maka menyelidiki kemungkaran-kemungkaran

walaupun ia belum melakukannya yang dilakukan secara tertutup. Hal ini

tetapi disaat terlihat tanda-tanda dia jelas, karena agama islam menjamin

akan melakukannya, maka wajib kebebasan dan melindungi hak privasi

dihentikan. kehidupan setiap orang selama seorang itu

b. Yang kedua adalah kemungkaran yang menjalani kehidupan di jalan yang benar.

sedang dilakukan. Disinilah posisi Maka untuk menjamin hal tersebut agama

amar makruf nahi mungkar berbeda. islam mengharamkan tajassus (mencari-

Setiap orang yang melihat cari kesalahan orang lain. Allah SWT

kemungkaran yang sedang terjadi berfriman:

wajib ingkar sesuai dengan


‫اج تَ نِ بُ وا َك ثِ ًري ا ِم َن‬ ِ
kemampuannya dan tidak َ ‫يَا أَيُّ َه ا الَّذ‬
ْ ‫ين آَ َم نُ وا‬
‫َّس وا‬ ِ َ ‫الظَّنِّ إِ نَّ َب ْع‬
18
Al-Jmal Sulaiman bin ‘uman bin Mnshur al-
Ahzari, hasyiah Jmal, jilid 5, (Beirut Dar al-Fikr, tt),
ُ ‫ض الظَّنِّ إ مْثٌ َو اَل جَتَ س‬
hlm 226.
19
Al-Gazali, Ihya Ulum al-Din, (...) hal 359
ُّ ِ‫ا أَحُي‬
‫ب‬ ‫ض‬
ً ‫ُك ْم َب ْع‬ ‫ض‬
ُ ‫ب َب ْع‬
ْ َ‫َو اَل َي ْغ ت‬
urutan dalam melakukan pengingkaran.
Maksudnya adalah, dalam melakukan

‫َخ ي ِه َم ْي تً ا‬
ِ ‫َن ي أْ ُك ل حَل م أ‬
َْ َ َ ْ ‫َح ُد ُك ْم أ‬
َ‫أ‬
pengingkaran terdapat langkah-langkah
yang harus dilalui. Jika kemungkaran bisa

ٌ ‫َّق وا اللَّهَ إِ نَّ اللَّهَ َت َّو‬


‫اب‬ ُ ‫فَ َك ِر ْه تُ ُم وهُ َو ا ت‬ diatasu oleh langkah pertama, maka tidak
boleh menggunakan langkah berikutnya.
ِ
ٌ‫َر ح يم‬
Pembahasan lebih lengkapnya sebagai
berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, Derajat kemampuan ingkar dalam


jauhilah kebanyakan purba-sangka Amar makruf nahi mungkar dilakukan
(kecurigaan), karena sebagian dari purba- harus sesui dengan kemampuan.
sangka itu dosa. Dan janganlah mencari- Rasulullah SAW bersabdah:
cari keburukan orang dan janganlah
ِ ِ ِ
menggunjingkan satu sama lain. Adakah ُ ‫ مَس ْع‬: ‫َع ْن أَيِب َس عْيد اخْلُ ْد ِري َرض َي اهللُ َعْن هُ قَ َال‬
‫ت‬
seorang diantara kamu yang suka
ِ ‫رس و َل‬
‫ َم ْن َرأَى‬: ‫اهلل ص لى اهلل علي ه وس لم َي ُق ْو ُل‬
memakan daging saudaranya yang sudah ُْ َ
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik ،‫ فَِإ ْن مَلْ يَ ْس تَ ِط ْع فَبِلِ َس انِِه‬،‫ِمْن ُك ْم ُمْن َك راً َف ْلُيغَِّي ْرهُ بِيَ ِد ِه‬
kepadanya. Dan bertakwalah kepada
ِ
Allah. Sesungguhnya Allah Maha ِ َ‫َض عف اْ ِإلمْي‬
‫ان [رواه‬ َ ‫فَ ِإ ْن مَلْ يَ ْس تَ ِط ْع فَبِ َق ْلبِ ِه َو َذل‬
ُ َْ ‫كأ‬
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al Hujurat: 12 ]‫مسلم‬

Artinya: Dari Abu Sa’id Al Khudri


I. Fase-Fase Mengingkari radiallahuanhu berkata : Saya mendengar
Kemungkaran Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam
bersabda : Siapa yang melihat
kemunkaran maka rubahlah dengan
Fase dalam menghilangkan
tangannya, jika tidak mampu maka
kemungkaran bisa dilihat dari dua sisi.
rubahlah dengan lisannya, jika tidak
Pertama kemampuan seseorang yang
mampu maka (tolaklah) dengan hatinya
ingkar. Maksudnya adalah derajat
dan hal tersebut adalah selemah-
pengingkaran yang diwajibkan kepada
lemahnya iman.20
seseorang akan dibedakan sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Kedua,
20
Muslim Al-Hajjaj, Shahih Muslim, (…), hal 69
Hadis diatas menjelaskan bahwa amr konfrontasi, menimbulkan fitnah atau
makruf nahi mungkar disesuaikan dengan gejolak, dan mafsadat yang lebih besar.
kemampuan, melihat kenyataan bahwa Seperti seseorang yang secara
setiap individu berbeda-beda. Apabila independen ingin melakukan
seseorang mampu melakukan tindakan pemotongan tangan terhadap pencuri,
amar makruf dengan tingkatan yang tinggi, mencambuk peminum minuman keras,
ia tidak boleh meninggalkannya dengan atau melaksanakan had. Karena jika
melakukan tindakan yang lebih rendah, hal tersebut dilakukan, maka setiap
sebab ia melalaikan kewajiban yang orang akan saling menyerang satu
dibebankan kepadanya. Begitupun sama lain dan mereka mengatakan
sebaliknya apabilah belum mampu untuk “kami berhak melakukan hal ini”. Hal
melaksanakan amar makruf nahi mungkar ini sudah barang tentu akan
dengan tinkatan yang lebih tinggi maka meimbulkan gejolak dak kerusakan.
tidak pula boleh melakukannya, sebab bisa Maka dari itu amar makruf nahi
jadi kemungkaran yang lain akan terjadi mungkar dengan tindakan harus
sebab tindakannya itu. Adapun tingkatan- dilimpahkan kepada pemerintah.21
tingkatan amar makruf nahi mungkar dapat b. Kedua ingkar dengan lisan. Dalam
kami jelaskan melalui pemahaman hadis artian menghilangkan kemungkaran
diatas, sebagaimana berikut: dengan tutur kata dan ajakan. Fase ini
diperuntukkan bagi orang yang tidak
a. Pertama ingkar dengan tangan dalam
memiliki kekuasaan atau kemampuan
arti menghilangkan kemungkaran
untuk melakukan amar makruf nahi
dengan tindakan. Seperti menyita
mungkar dengan fisik.
minuman keras yang sedang
c. Ketiga ingkar dengan hati,
dikonsumsi, melepas cincin emas yang
maksudnyaseseorang yang tidak
sedang dipakai oleh seorang laki-laki,
mampu menghilangkan kemungkaran
menhentikan seseorang yang
entah dengan tindakan atau dengan
melakukan kejahatan, menyuruh orang
ajakan lisan maka ia wajib ingkar
yang melalaikan kewajiabn agama dan
dengan hati.
menghentikan segala jenis
kemungkaran yang sedang dilakukan.
J. Kesimpulan
Fase ini merupakan fase tertinggi
dalam amar makruf nahi mungkar,
21
Ibn Taymiyah taq al-Din Ahmad Bin Abd al-Halim
yang sangat rawan memicu al-Hanbali, al-Mustdarak ala Majmu’ al-Fatawa,
jilid sepuluh, (…)hal 220
Muhyi al-Din, Abu Zakariya Yahya
Bin Syaraf al-Nawawi, Raudha
Dalam penulisan ini terdapat
al-Thalibin Wa Umdat al-Muftin
beberapa pembahasan mengenai Jilid 10,(beirut: Al-Maktab al-
Islami, 1991),
konsep amar makruf nahi mungkar,
mulai dari pendahuluan kenapa amar Nawawi, Muhammad bin ‘Umar Al-
Bantenni, Marahu Labib li
makruf itu hari di pelajari, rumusan
Kasyf Ma’na al-Qur’an Al-
masalah serta tujuan kajian ini serta Majid, (Beirut: Dar al-Kutub Al-
Islamiyah, 1417 h)
pembahsan-pembahasannya. Dari
pembahasan diatas bias ditarik benang Nawawi, Muhammad bin ‘Umar Al-
Bantenni, Mirqah Shu’ud al-
merahnya bahwa amar maruf itu harus
Tashdiq Fi Syarhi Sullam Al-
dilakukan oleh orang yang benar-benar Taufiq, (Kediri: Maktabah Al-
Arif, tt.),
bias melaksanakannya, agar
tindakannya tidak menimbulkan Taq al-Din, Ibn Taymiyah Ahmad Bin
Abd al-Halim al-Hanbali, al-
masalah baru yang lebihbesar lagi.
Mustdarak ala Majmu’ al-
Fatawa, jilid sepuluh, (…)
DAFTAR PUSTAKA
Taqi Al-Din, Ibn Timiyah Ahmad Bin
Abd Al-Hlim Al-Harani Al-
Hambali, Al-Amru Bil-Makruf
Ahmad, Abu al-Fadhl bin Ali bin Hajar
Wa Al-Nahyi Anil Mungkar,
al-Asqalani, Fathul Bari Syarah
(Arab Saudi: Wizarah Al-
Shahih Al-Buhari, Jilid 10
Syu’un Al-Islamiyah Wa Al-
(Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1379)
Auqaf Wa Al-Dakwah Wa Al-
Irsyad, 1418)
Al-Ahdli, Sayyid Abi Bakr al-Syafi’i,
Al-Fara’id al-Bahiyah (kediri:
MHM Lirboyo, Tt),

Al-Ghazali, Ahmad Ihya’ ‘Ulum al-


Din,jilid 02,(…)

Ali, Abu al-Hasa bin Muhammad al-


Mawardi, Ahkam al-
Sulthaniyyah, (Beirut Dar al-
Kutub al-Ilmiyahn 2006)

Al-Qur’an al-Karim
Majd al-Din, Ibn Atsir bin Muhammad
Al-Syaibani Al-Jazari, Al-
Nihayah Fil-Garib al-Hadist wa
al-Atsar, Jilid 05 (Beirut
Maktabah Ilmiyah 1979 m)

Anda mungkin juga menyukai