Anda di halaman 1dari 4

SISTEMATIKA PENYESATAN SETAN

(BELAJAR DARI KASUS BARSESO)


Oleh : John Supriyanto1

Secara fitrawi, tugas pokok setan adalah penggoda dan ia sangat profesional dalam
menjalankan tugasnya. Profesionalitas setan sudah sangat teruji. Ia begitu ulet, tak gampang
menyerah, super sabar dan pekerja keras. Ibarat air yang mengalir, dihadang kiri ia ke
kanan, dihadang kanan ia ke kiri, dihadang kanan kiri ia ke atas atau ke bawah. Lalu, bila
terdesak, ia rela menunggu sembari menyatukan semua kekuatan. Saat kekuatan sudah
terkumpul, sebesar apapun objek yang ada di depannya akan ia terjang dan hanyutkan. Jika
belum bisa menghayutkan, maka nantinya ia pasti akan mampu menenggelamkan.
Kesungguhan setan menjalankan tugasnya berangkat dari dendam tak berkesudahan
sejak ia divonis neraka oleh Tuhan. Ia berasumsi bahwa manusialah biang penyebabnya.
Tanpa keberadaan manusia, mungkin hingga kini ia tetap menjadi makhluk suci yang
khusyu’ dalam penyembahannya kepada Tuhan. Bahkan, konon sebelumnya ibadah setan
telah melampaui prestasi ibadah malaikat di sisi Allah Swt. Namun gengsinya sujud kepada
Adam menyebabkan ia dipandang sebagai makhluk pembangkang. Dendam dan
kemarahanlah yang memotivasinya bekerja keras menyesatkan manusia. Pantas bila pesan
agama “marah dan dendam itu bersumber dari setan”.
Dalam Al Qur’an diungkapkan tahapan-tahapan teknis (al-khuthuwat) setan dalam
menjalankan aksi penyesatan. “Jangan ikuti khuthuwat setan, ia merupakan musuh nyata”
(Qs. al-Baqarah : 168). Sebab, jika manusia telah terjebak pada khuthwah pertama, besar
kemungkinan akan tersasar pada khuthwah kedua, ketiga dan seterusnya. Sebab, ia begitu
santun, lembut dan sopan melaksanakan dalam menjalankan tugasnya.
Ketika menafsirkan Qs. al-Hasyr : 16-17 yang intinya setan adalah penipu dan
makhluk tidak bertanggung jawab, Imam ath-Thabari dalam “Jami’ al-Bayan” mengutip
riwayat Ibn Mas’ud ra. tentang kisah seorang rahib ‘alim, zahid dan ahli ibadah dari Bani
Isra’il, bernama Barseso yang sukses gemilang dikufurkan setan.
Konon Barseso telah beribadah selama 60 tahun dan tidak pernah bermaksiat
kepada Allah Swt. sedikitpun. Seluruh waktunya ia habiskan semata-mata untuk beribadah
dan karena keshalihannya, maka ia masuk dalam target operasi penyesatan setan. Mereka
rembuk menentukan langkah dan menunjuk pelaksana tugasnya. Diputuskan, misi tersebut
menggunkan metode “hilah” (rekayasa) dan setan putih sebagai pelaksananya. Begitu
diungkap dalam kitab riwayat.
Langkah (khuthwah) pertama setan dalam operasi penyesatan manusia adalah proses
“al-waswasah” atau bisikan halus yang ditujukan untuk merusak niat seseorang (Qs. an-
Nas : 5). “Al-waswasah” ditujukan untuk merusak niat yang langsung fokus menyerang
titik hati, hingga seorang yang beramal menjadi pamrih, memandang indah perbuatannya
dan merasa suci atas capaian prestasi ibadah. Hanya benteng ikhlash yang tidak mampu
ditembus oleh bisikan jenis “waswasah” ini (Qs. al-Hijr : 40).
Kongkritnya, setan putih menemui Barseso yan sedang asyik beribadah. Ia hadir
dengan pakaian ala ulama’ lengkap dengan sorban dan atribut ke’aliman lainnya. Lalu setan
1
Penulis adalah dosen Ilmu Al Qur’an dan Tafsir UIN Raden Fatah dan Sekolah Tinggi Ilmu Al Qur’an (STIQ) Al-
Lathifiyyah Palembang
menyapanya, namun Barseso tidak menghiraukannya. Ia terus beribadah dan hanya rehat
sekali setelah sepuluh hari. Belum mampu mengalihkan perhatian Barseso, setan tidak
putus usaha. Ia berpura-pura shalat dan beribadah. Ketika Barseso hendak rehat dan
bermaksud keluar, ia melihat setan –yang tampil dalam wujud seorang ulama’- sedang
beribadah dengan sangat khusyu’. Kemudian Barseso menyapanya ramah : “Apakah tadi
anda memanggilku?. Apa yang bisa saya bantu?”. Setan putih menjawab : “Aku ingin
bersamamu, belajar dan beribadah hingga kita dapat saling mendo’akan. Aku mendengar
bahwa prestasi ibadahmu sangat mengagumkan dan luar biasa”. Di sini, setan mulai masuk
pada materi “waswasah”, yakni memberikan pujian-pujian ringan. Barseso berkata : “Saya
tidak bisa bersamamu. Jika engkau seorang mukmin, maka engkau telah termasuk dalam
do’aku yang telah kutujukan kepada semua orang yang beriman”. Setelah itu ia beranjak
pergi, pun setan melanjutkan ibadahnya.
Setelah berlalu lebih 40 hari, Barseso melihat setan tetap khusyu’ dan hanyut dalam
kesungguhan ibadahnya. Kondisi tersebut ternyata sedikit menarik perhatian Barseso.
Apalagi sebelumnya ia pernah memuji kehebatan ibadahnya. Ia bertanya : “Apa sebenarnya
yang anda butuhkan?”. Setan menjawab : “Izinkan aku naik ke mihrabmu untuk
beribadah”. Akhirnya, Barseso mengizinkan setan beribadah di mihrabnya, lalu ia
beribadah tanpa henti sepanjang waktu dan tidak istirahat kecuali setelah 40 hari. Capaian
prestasi ibadah setan sungguh telah membuat Barseso merasa rendah, takjub dan kagum.
Setelah sekian lama bersama, setan pamit pergi meninggalkannya dan Barseso
berusaha menahannya. Setan berujar : “Aku akan menemui seorang ‘alim yang ibadahnya
melebihi kehebatan ibadahmu”. Mendengar ujaran tersebut, muncul rasa takabbur dalam
batin Barseso, apalagi disebut bahwa ibadah orang itu dinilai lebih baik daripada
ibadahnya. Sedikit saja rasa besar hati dan sifat senang dipuji, maka hal itu akan mampu
menggerogoti bahkan merusak niat secara total, pelan namun pasti. Di tahap ini, setan telah
berhasil melesatkan anak panah “waswasah” tepat mengenai titik fokus hati Barseso. Lalu
setan pergi meninggalkan Barseso. Namun sebelum pergi, setan mengajarkan beberapa
do’a untuk menyembuhkan orang yang sakit.
Kemudian, setan melanjutkan misi berikutnya. Ia mengganggu seorang wanita dan
menyebabkan ia sakit jiwa. Konon sang gadis jelita itu memiliki tiga saudara laki-laki yang
telah membawanya berobat kesana kemari, namun belum sembuh juga. Kemudian setan -
dengan wujud manusia- menginfokan bahwa Barseso dapat menyembuhkannya. Lalu
Barseso berhasil menyembuhkan gadis itu dengan do’a-do’a yang pernah diajarkan setan
sebelumnya. Ketika Barseso pergi, setan kembali mengganggunya dan gadis itupun sakit
lagi. Begitulah seterusnya, hingga setan menyarankan agar gadis itu dititipkan di kediaman
Barseso dan memberikan kepercayaan penuh padanya. Awalnya Barseso menolak, namun
karena terus didesak akhirnya ia-pun mengizinkan.
Sampai pada tahapan ini, maka khuthwah berikutnya adalah “al-hamazah” (Qs. al-
Mukminun : 97), yakni bisikan keindahan-keindahan yang bersifat teknis lengkap dengan
petunjuk operasionalnya. Dalam bahasa Arab, kata “hamazah” mengandung arti “gelora”
atau “semangat yang menggebu”. Setiap kali menyelesaikan ibadahnya, Barseso melihat
ada wanita cantik di sampingnya. Setan membisikkan angan-angan dan menjadikan gadis
itu sangat indah di matanya. Begitu pula kepada gadis itu. Ia melihat Barseso sebagai sosok
laki-laki ideal yang tampan, ‘alim dan taat beribadah. Singkat kata, keduanya dijadikan
setan saling mengagumi satu sama lain, hingga merasakan kenikmatan dan kenyamanan
dalam kebersamaan.
Ketika Barseso sedang membacakan do’a-do’a, tanpa sengaja kainnya tersingkap
dan tampak sedikit aurat tubuhnya. Karena pengaruh “hamazah” yang telah berfungsi,
maka aurat gadis tersebut terasa sangat indah dan menggelorakan syahwatnya. Setan
membisikkan petunjuk teknisnya dengan berkata : “Wahai Barseso ! gaulilah gadis ini.
Kamu hanya berdua di sini dan tidak akan ada yang melihat. Nanti engkau bisa bertaubat.
Lagi pula bukankah selama ini engkau belum pernah melakukan maksiat sedikitpun kepada
Allah Swt. Tidak ada salahnya jika melakukan dosa sekali ini saja, karena itu belum
sebanding dengan amal ibadahmu yang sudah sangat banyak”. Luar biasa. Menjadi sangat
sempurna bisikan dan rayuan setan tersebut, setelah disertai dengan alasan, jaminan dan
janji-janji. Maka terjadilah, akhrinya Barseso menggauli gadis itu.
Setelah kejadian itu, ternyata sang gadis hamil. Hal ini membuat Barseso sangat
takut dan panik. Ia begitu khawatir diketahui orang yang akan menyebabkan ia terhina dan
kehilangan kepercayaan sebagai ahli ibadah. Lebih khawatir lagi jika diketahui oleh
keluarga gadis itu, pembelaan apa yang bisa ia sampaikan. Dalam suasana tersebut, setan
kembali hadir dengan “hamazah”nya dan membisikkan ke dalam hati Barseso : “Celaka,
tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan kehormatan dan harga dirimu, kecuali secepatnya
membunuh gadis itu. Dalam suasana panik Barseso mengikuti bisikan itu, ia segera
mencekik sang gadis hingga tewas, lalu menguburnya di suatu tempat. Setelah itu ia
kembali beribadah sebagaimana biasa. Ketika datang utusan yang menanyakan keadaan
sang gadis. Ia berkata bahwa si gadis telah dikuasai setan dania tidak sanggup
melawannya”.
Dalam suasana berduka, setan membisikkan kejadian sebenarnya pada keluarga
sang gadis bahwa ia telah dizinai, lalu hamil dan dibunuh oleh Barseso. Melalui mimpi
setan juga memberitahu bahwa mayat gadis itu dikubur di suatu tempat. Semula mereka
tidak percaya, karena keshalihan Barseso. Namun, karena penasaran, merekapun berangkat
menuju tempat yang ditunjuk setan dan benar adanya, mereka mendapati mayat sang adik
dalam keadaan hamil dan sangat mengenaskan.
Akhirnya, Barseso dilaporkan ke kerajaan dan ia menolak semua tuduhan. Namun
interogasi pengadilan berhasil mengungkap kasus dan Barseso mengakui kesalahannya. Ia
dinyatakan bersalah dan divonis hukuman mati.
Barseso segerea dieksekusi di tiang salib. Lalu setan datang menawarkan bantuan
untuk sampai pada misi utamanya.Kondisi terdesak bisa membuat orang melakukan
apapun. “Wahai Berseso, apakah engkau ingin kulepaskan dari hukuman ini dan selamat
dari kematian?”. Bisik setan. Barseso menganggukkan kepala tanda setuju. Dalam suasana
yang sangat genting itu berlangsung tawar menawar antara setan dan Barseso. Satu pihak
ingin selamat dari kematian dan pihak lain membawa misi penyesatan. Setan berujar : “Jika
engkau ingin selamat, maka sujudlah kepadaku, aku akan melepaskanmu”. “Bagaimana
mungkin aku bersujud, sedangkan aku tergantung di tiang salib. Lepaskan aku terlebih
dahulu, baru aku akan bersujud kepadamu”, kata Barseso. Setan telah menguasainya, Mau
tidak mau ia harus nurut pada kemauan setan. Setan berkata : “Cukup tundukkan kepalamu,
sebagai isyarat sujud kepadaku”. Demi mencari selamat, Barseso-pun akhirnya menuruti
petunjuk setan dan ia bersujud dengan menundukkan kepala di hadapannya.
Kini Barseso sudah benar-benar tenggelam dalam kesesatannya dan setan telah
berhasil menjalankan tugas sampai pada titik akhir tujuannya, mengkufurkan Barseso.
Setelah setan berhasil membuat Barseso sujud kepadanya, ia berkata : “Wahai Barseso,
inilah sesungguhnya yang kukehendaki darimu. Akhirnya engkau sujud dan menjadi
pengikutku, lalu engkau kafir terhadap Tuhanmu. Aku berlepas diri dari perbuatanmu dan
aku takut terhadap Tuhan semesta alam” (Qs. al-Hasyr : 16).
Kisah ini berakhir dengan matinya Barseso di tiang salib dalam keadaan kufur
penuh dosa, sebelum ia sempat bertaubat kepada Allah Swt. Setan tidak mengenal kata
berhenti, sebelum tercapai tujuan utamanya. Satu-satunya benteng yang tidak bisa ditembus
setan adalah ikhlash dalam beramal (Qs. al-Hijr : 40). Lalu keuntungan apa yang didapat
setan dari setiap misinya?. Tidak ada, selain menambah teman sebanyak-banyaknya untuk
menghuni neraka nantinya. Wallahu a’lam !

Anda mungkin juga menyukai