Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

BRAZING
CV. SURYA TEKNIKA MANDIRI

PAKET KEAHLIAN : TEKNIK PENDINGIN DAN TATA UDARA

OLEH:

NAMA : I GUSTI NGURAH DARMA SAPUTRA


NIS : 23787
KELAS : XII TP

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 1 DENPASAR


2016-2017
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Hari : Senin
Tanggal : 22 Agustus 2016

Pembimbing Sekolah, Pembimbing Industri,

Drs. Haryono Drs. Haryono


NIP. 1962 0626 1989 031 015 NIP. 1962 0626 1989 031 015

Koordinator Praktik Kerja Lapangan, Ketua Paket Keahlian,

Drs. I Wayan Candra, M.Pd Drs. Haryono


NIP. 196308271 198803 1 015 NIP. 1962 0626 1989 031 015

ii
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Ida
Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena berkat rahmat beliau,
saya dapat menyelesaikan Laporan Prakter Kerja Lapangan dengan tepat waktu.
Saya ucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak I Ketut Suparsa, ST, MT. sebagai Kepala SMK Negeri 1 Denpasar.
2. Bapak Drs. I Wayan Candra, M.Pd. sebagai Koordinator Praktik Kerja
Lapangan.
3. Bapak Drs. Haryono selaku Ketua Kompetensi Keahlian.
4. Bapak I Wayan Dharmawan, S.Pd selaku Direktur dari Perusahaan CV. Surya
Teknika Mandiri
5. Bapak Drs. Haryono selaku pembimbing di Industri.
6. Bapak Drs. Haryono selaku pembimbing di Sekolah.
7. Semua pihak yang membantu dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan.

Saya menyadari bahwa Laporan yang telah saya buat tidaklah sempurna.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk
memperbaiki Laporan saya ini. Semoga Laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

“Om Çantih Çantih Çantih Om”

Denpasar, 1 Oktober 2016

I Gusti Ngurah Darma Saputra

iii
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL …………………………………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ……………………………. ii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ………………………………………….... 1
1.2. Tujuan Pembuatan Laporan …………………………….... 2
1.3. Pembatasan Ruang Lingkup ……………………………... 2

BAB II KAJIAN TEORITIS …………………………………………. . 3


2.1. Tinjauan Umum …………………………………………... 3
2.2. Konstruksi / Model ……………………………………….. 6
2.3. Nama Bagian dan Fungsi ……………………………….... 10
2.4. Cara Kerja ………………………………………………... 13
2.4.1. Pembentukan atau Pembengkokan Pipa ……………….. 13
2.4.2. Proses Penyambungan …………………………………. 16
2.4.3. Pembuntuan Pipa ………………………………………. 19
2.4.4. Cara Kerja Brazing …………………………………….. 20
2.5. Gangguan-Gangguan …………………………………….. 26
2.6. Keselamatan Kerja ……………………………………….. 27

BAB III PELAPORAN ………………………………………………… 29


3.1. Pemeriksaan ……………………………………………... 29
3.2. Pengukuran ………………………………………………. 31

iv
3.3. Kesimpulan Gangguan …………………………………... 32
3.4. Memasang dan Menyetel ………………………………... 32

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………. 34


4.1. Kesimpulan ………………………………………………. 34
4.2. Saran ……………………………………………………... 34

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………...36

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Tinjauan Umum
Gambar 2.1. Segitiga Api ………………………………………………… 4
Gambar 2.2. Nyala Api Karburasi ………………………………………... 4
Gambar 2.3. Nyala Api Netral ……………………………………………. 5
Gambar 2.4. Nyala Api Oksidasi …………………………………………. 5
Gambar 2.5. Skema Memberikan Panas ………………………………….. 6

Konstruksi /Model
Gambar 2.6. Perencanaan …………………………………………………. 7
Gambar 2.7. Pemegang Pipa Untuk Swagging ………………………….... 9
Gambar 2.8. Alat Penekan Pipa …………………………………………... 9
Gambar 2.9. Mata Swagging …………………………………………….... 9

Cara Kerja
Gambar 2.10. Pemegangan Bending …………………………………….... 14
Gambar 2.11. Peletakan Pipa Pada Bending …………………………….... 14
Gambar 2.12. Pembengkokkan pipa ……………………………….……… 15
Gambar 2.13. Pembentukan Pipa Melingkar …………………………….... 16
Gambar 2.14. Penjepitan Pipa ……………………………………………... 17
Gambar 2.15. Pemasangan Mata Swagging ………………………………. 17
Gambar 2.16. Proses Swagging ………………………………………….... 17
Gambar 2.17. Sambungan Swagging ……………………………………... 17
Gambar 2.18. Penjepitan Pipa …………………………….………………. 18
Gambar 2.19. Sambungan Menjepit …………………………….………… 19
Gambar 2.20. Penjepitan Pembuntuan Pipa ………………………………. 19
Gambar 2.21. Pembuntuan Pipa …………………………………………... 20
Gambar 2.22. Pengendoran Keran ………………………………………... 21

vi
Gambar 2.23. Membuka Gas ……………………………………………... 21
Gambar 2.24. Pengukuran Gas …………………………………………… 22
Gambar 2.25. Tekanan Gas Yanng Keluar ………………………….…….. 22
Gambar 2.26. Nyala Api Netral ……………………………….…………... 24
Gambar 2.27. Peletakan Pipa ………………………….…………………... 25
Gambar 2.28. Pemanasan Pipa …………………………………..………… 26
Gambar 2.29. Penambahan Kawat Las …………………..………………... 26

Keselamatan Kerja
Gambar 2.30. Posisi Pengelasan …………………………………………... 28

Pemeriksaan
Gambar 3.1. Penyambungan Pentil ……………………………………….. 29
Gambar 3.2. Pengelasan Pembuntuan Pipa ……………………………….. 30
Gambar 3.3. Pengecekan Kebocoran …………………………………….... 31

vii
DAFTAR TABEL

Halaman
Nama Bagian dan Fungsi
Tabel 2.1. Alat-alat Brazing ………………………………………………..10
Tabel 2.2. Bahan-bahan Brazing …………………………………………... 12

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu kegiatan yang
mengajak siswa untuk lebih mendalami teori yang didapat dari sekolah
dan bertujuan untuk memperkenalkan secara nyata akan dunia kerja,
sesuai dengan bidang yang ditekuni, sehingga diharapkan mampu
meningkatkan wawasan dan pengetahuan.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) memberikan pengalaman kepada
siswa untuk mengetahui suasana, seluk beluk, dan cara kerja di lapangan
secara langsung. SMKN 1 Denpasar, melaksanakan PKL sebanyak 3
periode yang masing – masing berjalan selama 6 minggu. Hal ini
dilakukan untuk mempererat hubungan baik antara sekolah dan pihak dari
industry.
Pada PKL kali ini yaitu periode ke-3, CV. SURYA TEKNIKA
MANDIRI menjadi tempat untuk saya melaksanakan kegiatan PKL.
Perusahaan CV. SURYA TEKNIKA MANDIRI ini bertempat di sekolah
SMKN 1 Denpasar yaitu di Jl. Hos Cokroaminoto No 84 Denpasar. Pada
awalnya saya tidak menyangka akan melaksanakan kegiatan PKL di
sekolah. Di sekolah pernah diadakan seleksi LKS, oleh sebab itulah saya
dan tiga teman lainnya menerima pelatihan khusus dari guru untuk
mempersiapkan diri dalam mengikuti LKS. Dan di samping itu pula saya
dan tiga teman lainnya diberi kesempatan untuk melaksanakan PKL di
sekolah, yaitu di CV. SURYA TEKNIKA MANDIRI.
Sedangkan latar belakang pembuatan laporan ini adalah sebagai
sarana penyampaian seluk beluk dari proses pembelajaran secara nyata
berdasarkan pengalaman yang saya jumpai ketika PKL di sekolah.
Laporan ini dapat menjadi gambaran singkat mengenai apa saja yang telah
saya pelajari. Dengan demikian para Bapak / Ibu guru dapat mengukur
kemampuan siswa setelah melakukan Praktik Kerja Lapangan.

1
1.2. Tujuan Pembuatan Laporan
Dari pembuatan laporan ini, saya berharap agar tujuan baik dari awal
dapat tercapai. Tujuan pembuatan laporan ini antara lain :
1. Meningkatkan Kompetensi siswa pada paket keahliannya.
2. Memperoleh pengalaman belajar dalam pembuatan karya tulis.
3. Memperoleh pengalaman kerja sesuai standar industri.
4. Meningkatkan etos dan disiplin kerja.
5. Mampu menuliskan isi pikiran dalam bahasa ilmiah.
6. Bukti secara tertulis telah melaksanakan praktik di industri berupa
laporan.
7. Acuan evaluasi siswa untuk mendapatkan nilai Praktik Kerja
Lapangan.

1.3. Pembatasan Ruang Lingkup


Pekerjaan yang saya pelajari dengan teman-teman saya di tempat
saya melaksanakan PKL adalah terdiri dari Pemasangan dan
Pembongkaran Pemipaan AC, Pengecekan Kinerja Unit Indoor dan
Outdoor AC, dan Perakitan Pemipaan serta Mengelas (Brazing).
Dari sekian topik pekerjaan, topik yang akan saya sampaikan pada
laporan ini adalah Perakitan Pemipaan serta Mengelas (Brazing). Batasan
ruang lingkup dari laporan yang dapat saya sampaikan adalah sebagai
berikut :
1. Laporan ini hanya difokus ke satu kegiatan saja, yaitu Mengelas
(Brazing).
2. Menjelaskan apa saja yang diperlukan saat melakukan Brazing.
3. Menjelaskan tata cara melakukan Brazing.
4. Pada laporan ini, hanya menjelaskan tata cara mengelas dengan
menggunakan bahan bakar atau bahan yang mudah terbakar adalah gas
LPG.

2
BAB II
KAJIAN TEORITIS

2.1. Tinjauan Umum


Brazing merupakan suatu kegiatan penyambungan logam atau pipa
sejenis maupun tidak sejenis dengan menggunakan berbagai jenis kawat
las. Dalam teknik pendingin Brazing biasa digunakan pada refrigerator
maupun pada AC. Pemasangan / penggantian kompresor dan service
kebocoran pada kondensor biasanya menggunakan Brazing.
Brazing atau Solder Keras dilakukan pada temperature antara 594 oC
hingga 844 oC. Solder Keras ini mampu menggabungkan logam sejenis
maupun yang tidak sejenis dengan menggunakan kawat las yang memiliki
suhu paling tidak 100 oC dibawah logam yang akan disambung. Pada
Solder Keras, bahan pengisi / penyambung akan dihisap kedalam
sambungan dengan aksi kapiler dimana sambungan akan lemah kecuali
jika bahan pengisinya tipis. Logam dasar tidak pemah meleleh akan tetapi
perlu cukup panas agar terjadi ikatan molekul dengan bahan tambahnya.
Pada sistem refrigerasi, metode Brazing yang sering digunakan
adalah metode Torch Brazing. Metode ini menggunakan pemanas api
sebagai sumber pemanasnya. Adapun prinsip Segitiga Api dimana apabila
salah satu dari faktor Segitiga Api tidak ada, api tidak akan bisa menyala
sempurna. Ketiga faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bahan Bakar / Mudah Terbakar


2. Oksigen
3. Percikan Api

3
Gambar 2.1. Segitiga Api

Nyala Api
Pengaturan rasio volume oksigen menghasilkan 3 jenis nyala api,
yaitu :
1. Karburasi

Gambar 2.2. Nyala Api Karburasi

4
Api karburasi memiliki perbandingan volume oksigen dengan
gas LPG < 1,1. Api kaburasi disarankan untuk digunakan dalam solder
keras tembaga. Api karburasi dikenali dengan 3 perbedaan warnanya.
Warna putih kebiruan pada kerucut dalam, warna putih di tengah
kerucut, dan biru terang pada api luar. Api ini memiliki asetilen
berlebih yang dibakar sehingga pembakaran tidak sempurna dan
banyak menghasilkan karbon sisa.

2. Netral

Gambar 2.3. Nyala Api Netral

Perbandingan volume oksigen dengan gas LPG pada api netral


adalah sama, yaitu 1.1 – 1.3. Api netral tidak merubah komposisi
logam dasar pada umumnya, oleh karena itu api ini paling cocok
digunakan untuk berbagai jenis logam. Panas api netral mencapai 3200
o
C. Pada api jenis ini semua karbon terbakar sempurna dan
menghasilkan panas yang maksimum.

3. Oksidasi

Gambar 2.4. Nyala Api Oksidasi

5
Pada api oksidasi, oksigen dibakar lebih banyak. Perbandingan
volume oksigen dengan gas LPG > 1.3. Api ini biasanya digunakan
untuk mengelas perunggu atau memadukan kuningan dengan
perunggu. Api ini mengeluarkan suara yang mendesis.

Saat Brazing dilakukan perbedaan temperature pada sambungan akan


menarik bahan tambah secara kapiler kedalam sambungan. Gaya grafitasi
akan membantu bahan tambah cair mengalir ke dalam sambungan. Bahan
tambah cair dengan fluiditas yang memadai akan mengalir ke bagian
terpanas dari sambungan, oleh karena itu, bahan tambah diberikan pada
bagian sambungan yang terakhir mengalir atau temperatur terendah. Bahan
tambah cair akan mengalir menuju bagian terpanas meski ini harus
berlawanan dengan grafitasi dan akan menutupi celah-celah dari
sambungan.

Gambar 2.5. Skema Memberikan Panas

2.2. Konstruksi / Model


Pada laporan kali ini, hanya menjelaskan tata cara melakukan
pengelasan ( Brazing ). Maka dari itu, perlu adanya perencanaan model
yang akan dikerjakan. Di bawah ini adalah gambar perencanaan yang saya
buat pada saat PKL.

6
Bentuk Melingkar

Sambungan T

Sambungan Menjepit

Pembentukan Sudut 1350

Sambungan Swagging

Pembentukan Sudut 900

Pembentukan Sudut 1800

Pembuntuan Pipa

Gambar 2.6. Perencanaan

1. Pembentukan Lingkaran
Pembentukan ini biasanya digunakan untuk membuat pipa kapiler baik
pada AC maupun Refrigerator. Untuk membuatnya dapat
menggunakan pipa yang ukurannya besar dan dapat juga menggunakan
kapasitor.

7
2. Sambungan T
Sambungan ini biasanya digunakan untuk membuat percabangan /
membuat 2 arah arus yang berbeda. Bisa juga untuk meletakkan pentil
pada salah satu sambungannya guna untuk mengecek tekanan gas di
dalam sistem pendingin.
3. Sambungan Menjepit
Sambungan ini digunakan untuk menyambung pipa dengan ukuran
yang berbeda. Misal pipa ukuran ¼ harus digambung dengan pipa
ukuran 3/8.
4. Pembentukan Sudut 45 o, 135o, 90o, dan 180o
Pembentukan sudut dengan ukuran tertentu hanya dapat menggunakan
dengan alat khusus yaitu Bender. Pembentukan ini berguna untuk
supaya instalasi terlihat rapi dan ketika saat membengkokkan tidak
terjadi kerusakan pada pipa atau penyet.
5. Pembuntuan Pipa
Pembuntuan ini berguna untuk menutupi lubang pada pipa. Jika
membuat / belajar membuat sambungan dengan cara mengelas, saat
akan memeriksa kebocorannya perlu untuk menutupi ujung-ujung pipa
dan memasang pentil ke pipa tersebut.
6. Sambungan Swagging
Sambungan ini berguna untuk menyambung dua buah pipa yang
berukuran sama. Swagging adalah melebarkan diameter pada salah
satu pipa yang akan disambung dengan ukuran panjang tertentu.
Sehingga pipa yang ukurannya sama tersebut dapat masuk ke pipa
yang telah diameternya dilebarkan. Ada pun alat yang digunakan untuk
membuat Swagging tersebut :

8
a. Penjepit atau Pemegang Pipa

Gambar 2.7. Pemegang Pipa Untuk Swagging

b. Alat Penekan untuk Mata Swagging bisa masuk ke pipa tembaga


dan melebarkan diameter pipa tersebut.

Gambar 2.8. Alat Penekan Pipa

c. Mata Swagging

Gambar 2.9. Mata Swagging

9
2.3. Nama Bagian dan Fungsi
Sebelum memulai proses pengelasan hal pertama yang harus
dilakukan adalah mengecek semua kelengkapan alat dan bahan yang akan
diperlukan. Pada sub bab ini, saya menjelaskan apa saja alat dan bahan
beserta fungsinya yang digunakan dalam melakukan Pengelasan
( Brazing ) dari tahap pembentukan / pembengkokan sampai tahap
pemeriksaan.

1. Alat - Alat
No Nama Alat Gambar Fungsi
Untuk membuat
lingkaran dari pipa,
1 Pipa Plastik seperti pada pipa
kapiler.

Untuk
membengkokkan pipa
Pembengkok dengan ukuran
2
Pipa tertentu, missal : 45o,
90o, 135o, dll.

Swagging berfungsi
untuk membesarkan
Alat ujung pipa, agar 2
3
Swagging pipa yang diameternya
sama dapat disambung
dengan cara mengelas.
Guna untuk
memotong pipa.
4 Kater Pipa

5 Tang Berguna untuk


Kombinasi memegang pipa pada
keadaan panas saat
mengelas dan
membuat sambungan
dua pipa yang
diameternya berbeda

10
dengan cara menjepit.

Bisa digunakan
sebagai pengganti
6 Tang Cucut
Deburing, dan sebagai
alat pemegang.
Dapat digunakan
sebagai pembantu saat
7 Tang Potong melakukan
penyambungan pipa
dengan cara menjepit.
Digunakan untuk
mengatur nyala api
8 Blender Las
saat mengelas.

Digunakan sebagai
penghantar untuk
9 Selang Las keluarnya gas LPG
dan oksigen.
Digunakan sebagai
pengganjal /
9 Batu Bata pemegang benda atau
pipa yang akan dilas.

Digunakan pada saat


akan memeriksa
Manifold kebocoran untuk
10
Gauge mengetahui berapa
tekanan gas didalam
pipa yang di tes.
Untuk menghilangkan
panas pada pipa saat
11 Lap Basah selesai pengelasan.

Tabel 2.1. Alat-alat Brazing

11
2. Bahan
Nama
No Gambar Fungsi
Bahan
Sebagai bahan bakar
untuk api las.

1 Gas LPG

Sebagai bahan
campuran pembuatan
api las.

2 Oksigen

Untuk menghilangkan
panas pipa lebih cepat.

3 Ember + Air

Sebagai bahan yang


Pipa akan di las.
4
Tembaga

Sebagai tambahan atau


penutup supaya pipa
5 Kawat Las
yang di sambung tidak
bocor.

12
Berguna untuk saat
pengecekan kebocoran,
gas ini akan
Nitrogen dimasukkan kedalam
6
(N2) sambungan pipa yang
akan di tes
kebocorannya.
Digunakan untuk
mengecek kebocoran,
dengan meletakkan
7 Air Sabun
sedikit busa pada
sambungan yang baru
selesai di las.

Tabel 2.2. Bahan-bahan Brazing

2.4. Cara Kerja


Sesuai dengan apa yang saya pelajari di tempat saya melakukan
Praktik Kerja Lapangan (PKL). Berikut saya akan menjelaskan hal-hal apa
saja / cara kerja dalam melakukan Pengelasan (Brazing). Sebelum proses
Pengelasan (Brazing) dilakukan, siapkan terlebih dahulu alat-alat dan
bahan yang akan digunakan pada saat melakukan Brazing seperti yang
telah dijelaskan pada bagian Nama Bagian dan Fungsi diatas, dan jangan
lupa mempergunakan kelengkapan K3 pada saat melakukan pekerjaan
Pengelasan. Sebelum memulai proses Pengelasan, ada beberapa hal yang
harus dilakukan terlebih dahulu, sebagai berikut :

2.4.1. Pembentukan atau Pembengkokan Pipa


Pembentukan atau pembengkokan pipa harus sesuai pada kebutuhan
yang diperlukan. Ada banyak bentuk pembengkokan pipa baik
menggunakan pembengkok pipa (Bender), pipa plastic, kapasitor pada AC
yang berbentuk tabung, dan bisa juga menggunakan tangan. Tapi jika
menggunakan tangan kemungkinan besar pembengkokan pipa tidak rapi,
dan lebih parahnya lagi pipa bisa saja jadi rusak atau penyet.

13
Cara Kerja Pembentukan Pipa
1. Menggunakan Bender

Gambar 2.10. Pemegangan Bending

Hal pertama yang harus dilakukan adalah memegang bender


dengan cara yang benar. Pegang gagang bender yang kiri dengan
tangan kiri yang gunanya untuk menahan saat akan melakukan
pembengkokan pipa. Sedangkan pegang gagang bender yang kanan
dengan tangan kanan pula yang gunanya untuk menarik /

14

Gambar 2.11. Peletakan Pipa Pada Bending


membengkokan pipa dengan ukuran yang sudah tertulis pada mistar
bender.

Gambar 2.12. Pembengkokkan pipa

Selanjutnya mulailah dengan meletakkan pipa seperti pada


gambar 2.11. di atas, dan mulailah membengkokkannya dengan cara
menarik kebawah dengan tangan kanan dan tahan gagang bender yang
sebelah kiri dengan tangan kiri. Untuk menentukan sudut yang
diinginkan antara lain 45o, 90o, 135o, dan 180o. Sebagai contohnya
membuat sudut 90o, Tarik gagang kanan sampai tepat pada
menunjukkan sudut 90o seperti pada gambar 2.12. diatas.

2. Pembengkokan dengan menggunakan Pipa Plastik


Untuk membuat pembengkokan pipa 360o atau melingkar dapat
dibuat dengan menggunakan pipa plastik, tetapi diameter lingkaran
sesuai dengan diameter pada pipa. Adapun cara untuk membuatnya :
pegang pipa plastic dengan tangan kiri, dan salah satu ujung pipa
tembaga yang akan dibengkokkan letakkan pada antara telapak tangan
kiri dengan pipa plastic yang gunanya untuk menahan pipa tembaga
pada saat mulai membengkokkan, selanjutnya tekan ujung pipa

15
tembaga lainnya dengan terus melingkarkan pipa tembaga pada pipa
plastik tersebut. dan jadilah seperti yang terlihat pada gambar dibawah.

Gambar 2.13. Pembentukan Pipa Melingkar


Gambar 2.13. Pembentukan Pipa Melingkar

2.4.2. Proses Penyambungan


1. Swagging
Untuk membuat sambungan dengan cara swagging, membutuhkan
alat-alat khusus untuk membuatnya. Alat – alat khusus tersebut telah
dijelaskan pada sub bab Konstruksi atau Model diatas.
Pada saat akan melakukan penyambungan pipa tembaga dengan
cara swagging pastikan terlebih dahulu kedua ujung pipa tembaga pada
keadaan baik atau tidak. Jika tidak, potong sedikit pipa dengan tubing
cutter supaya ujung pipa pada keadaan baik dan rata / tidak ada yang
retak maupun penyet. Untuk contohnya pada laporan ini akan
menyambungkan pipa yang ukuran 1/4 .
Selanjutnya pasang atau jepit salah satu pipa pada pemegang atau
penjepit pipa. Saat menjepit, tonjolkan atau munculkan sedikit ujung

16
pipa sekitar 1 cm seperti pada gambar 2.14. dibawah. karena pipa
itulah yang diameternya akan dilebarkan.

Gambar
Gambar 2.15.
2.14. Pemasangan
Penjepitan Pipa Mata Swagging

Pasang mata swagging untuk pipa ¼ pada Alat Penekan tersebut


seperti pada gambar 2.15. diatas. Kemudian lakukan penekanan
dengan memasukkan mata Swagging ke dalam pipa yang telah dijepit
tersebut seperti pada gambar 2.16. dibawah ini.

17

Gambar
Gambar
2.17. Sambungan
2.16. ProsesSwagging
Swagging
Selanjutnya tekan sampai diameter pipanya berubah lebih besar
dengan panjangnya sekitar 1 cm. Kemudian lepaskan pipa tersebut dari
penjepitnya. Dan coba pasangkanlah pipa yang akan disambung
dengan pipa yang telah diameternya di besarkan tersebut, seperti pada
gambar 2.17. diatas dan hanya kurang mengelasnya.

2. Sambungan Menjepit
Untuk melakukan penyambungan pipa yang ukurannya berbeda
kita dapat menyambungnya dengan cara menjepit pipa yang lebih
besar agar tidak terjadi kelonggaran saat penyambungan. Hal pertama
yang harus dilakukan saat akan menjepit pipa adalah siapkan terlebih
dahulu tang kombinasi guna untuk menjepit pipa seperti pada gambar
2.18. dibawah ini. Sehingga akan menjadi gambar 2.19. seperti
dibawah ini, dan sambungan dengan cara menjepit ini sudah siap untuk
dilas.

Gambar 2.18. Penjepitan Pipa

18
Gambar 2.19. Sambungan Menjepit

2.4.3. Cara Pembuntuan Pipa


Untuk membuntukan pipa, pertama yang harus dilakukan adalah
mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Penjepitan ujung pipa
sangan diperlukan dalam proses pembuntuan atau penutupan pipa. Cara
menjepitnya sangat mudah sekali. Gunakan tang sebagai alat penjepitnya,
jepit pada ujung pipa seperti pada gambar 2.20. dibawah ini.

19

Gambar 2.20. Penjepitan Pembuntuan Pipa


Gambar 2.21. Pembuntuan Pipa

2.4.4. Cara Kerja Mengelas


Sebelum melakukan proses pengelasan, yang harus dilakuan adalah
menggunakan alat pelindung diri dari bahaya. Seperti helm, kaca mata
gelap, sarung tangan, masker, dan lain-lain.
Untuk memulai proses pengelasan, siapkan alat-alat dan bahan
yang akan digunakan saat mengelas. Setelas semuanya siap, kelengkapan
keselamatan kerja juga siap, mulailah melakukan proses pengelasan.
Terdapat beberapa tahap yang dilakukan saat melakukan pengelasan
(Brazing), sebagai berikut :

1. Pemasangan Alat Las


Perlu di perhatikan, saat pemasangan alat las dilakukan. Mulailah
dengan memasang regulator pada gas LPG terlebih dahulu. Perhatikan

20
bahwa masih / sudahkah terdapat karet pada gas. Jika masih,
pemasangan regulator dapat dilakukan.
Setelah regulator terpasang pada tabung gas LPG, perhatikan
apakah terdapat bau gas yang bocor atau tidak. Jika tidak, selanjutnya
bukalah sedikit keran gas LPG pada gagang las, untuk memastikan
terdapatnya gas keluar.
Selanjutnya, dilanjutkan dengan membuka gas Oksigen, pada
tabung oksigen terdapat 2 keran yang harus diparhatikan, yaitu keran
yang terdapat pengukuran tekanan Oksigen yang keluar dari tabung
dan keran utama tabung.
Langkah awal adalah kendorkan keran yang terdapat alat pengukur
tekanan tersebut, dapat dilihat pada gambar 2.22. Selanjutnya buka
keran utama pada tabung oksigen, seperti pada gambar 2.23. Setelah
itu kencangkan atau tutup keran yang terdapat pengukuran tekanan
tersebut sampai jarum dari alat ukur gas yang kelur mencapai pada
angka 100. Seperti pada gambar 2.24. dan gambar 2.25.

Gambar 2.22. Pengendoran Keran Gambar 2.23. Membuka Gas

21
Gambar 2.24. Pengukuran Gas

Untuk mengetahui
banyaknya oksigen
didalam tabung.

Untuk mengukur
besarnya tekanan
gas oksigen yang
keluar.

Gambar 2.25. Tekanan Gas Yang Keluar

22
Selanjutnya bukalah sedikit keran oksigen pada gagang las. Dan
rasakan adanya gas Oksigen yang keluar. Setelah itu, barulah kita dapat
menyalakan api las.

2. Menyalakan Api Las


Pada pengelasan kali ini, hanya menggunakan api yang nyalah
netral seperti yang dijelaskan pada bagian Tinjauan Umum diatas.
Berikut adalah cara menyalakan api :
Pertama siapkan alat dan bahan yang diperlukan. Kedua pada saat
menyalakan api, posisi kita harus membelakangi tabung gas.
Selanjutnya buka sedikit keran gas LPG pada gagang las, selanjutnya
nyalakan api menggunakan korek api. Tambahkan oksigen pada saat
api menyalah, dengan cara membuka keran oksigen secara perlahan
dan penuh perasaan. Untuk menyalakan api netral perbandingan
oksigen dengan gas LPG adalah 1 : 1. Pastikan bahwah ssuara api
sampai terdengar halus. Sehingga api menyala seperti pada gambar
2.26.

23
Gambar 2.26. Nyala Api Netral

Untuk mematikan api, tutup keran gas LPG terlebih dahulu dan
barulah dengan melanjutkan menutup keran oksigen pada gagang las.
tutup dengan rapat.

3. Proses Pengelasan
Sama seperti proses lainnya, hal pertama yang harus dilakukan
adalah mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan saat proses
penngelasan. Dan juga sambungan yang akan di las.

24
Selanjutnya letakkanlah sambungan yang akan di las pada bata
sebagai pengganjal pipa yang akan di las, agar pipa tidak bergeser saat
proses pengelasan dilakukan, seperti pada gambar 2.27.

Gambar 2.27. Peletakan

Selanjutnya nyalakan api las netral, lalu dekatkan api pada pipa
yang akan disambung. Peletakan api pada saat memanaskan pipa
adalah pada pipa bagian luar. Jauhkan pipa dengan api yang berwarna
putih atau api jangan terlalu didekatkan dengan pipa saat memanaskan,
cukup pada api dibagian tengah saja. Panaskan pipa sampai pipa
menjadi merah dan membara seperti pada gambar 2.28. dan barulah
dengan menambahkan kawat las dibagian celah sambungan, dapat
dilihat pada gambar 2.29. Usahakan agar celah-celah sambungan
tertutup sempurna oleh kawat las.

25
GambarGambar
2.29. Penambahan
2.28. Pemanasan
Kawat Pipa
Las

Saat pengelasan selesai, matikan api terlebih dahulu kemudian


ambillah lap basah dan gosok pipa yang baru selesai di las tersebut.
agar sambungan terlihat bersih. Dan sambungan pun selesai.

2.5. Gangguan – Gangguan


Saat melakukan proses pengelasan tentu saja banyak terdapat
gangguan-gangguan yang saya jumpai. Berikut adalah gangguang-
gangguan pada setiap pekerjaan yang telah dijelaskan diatas :
1. Pembentukan atau Pembengkokan Pipa
Gangguan yang saya temui saat membengkokkan atau membentuk
sudut pada pipa : Pertama adalah karena kualitas pipa kurang baik.
Pada saat membengkokkan dengan bending pipa, pipa tersebut
menjadi penyet. Dan yang kedua, jika membengkokkan pipa dengan
hanya menggunakan tangan dengan tidak berhati-hati, pipa bisa saja
menjadi bengkok seperti siku dan bisa terjadi kebocoran pada pipa.

26
2. Proses Penyambungan
Pada saat proses penyambungan pipa, baik dengan cara swagging
maupun dengan cara menjepit tidak ada gangguan yang saya temui.
3. Pengelasan ( Brazing )
Gangguan yang saya temui saat proses pengelasan adalah pada saat
akan menyalakan api netral. Ketika saat akan menambahkan oksigen
pada api, apinya terus saja mati karena terlalu banyaknya oksigen yang
keluar. Jadi pada saat membuka keran oksigen pada gagang las perlu
adanya kesabaran dan membuka keran tersebut dengan penuh
perasaan.

2.6. Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja adalah hal utama yang harus diperhatikan, pada
saat melakukan proses pengelasan, karena api yang digunakan sebagai
sumber panas tentu sangan berbahaya juka tidak berhati-hati. Ada pun cara
untuk mencegah atau meringankan bahaya atau juga mengurangai resiko
kecelakaan kerja, yaitu dengan cara sebagai berikut :
1. Gunakanlah APD ( Alat Pelindung Diri ) dengan baik saat akan
melakukan pekerjaan apapun.
2. Untuk tempat pengelasan, harus terdapat pemegang atau pengganjal
dari pipa yang akan di las seperti bata. Ini juga akan mengurangi resiko
kecelakaan kerja. Misalnya, jika pemegangan atau pengganjal pipa
tidak baik dan saat pipa dalam keadaan panas tentu pipa tersebut akan
jatuh, dan bisa saja menimpa bagian tubuh kita.
3. Posisi kita saat mengelas juga mempengaruhi keselamatan kerja, posisi
yang benar saat melakukan pengelasan adalah membelakangi tabung
gas LPG dan tabung gas Oksigen.

27
Gambar 2.30. Posisi Pengelasan

28
BAB III
PELAPORAN

3.1. Pemeriksaan
Pada sub bab kali ini, pemeriksaan dilakukan untuk menngecek
apakah sambungan yang telah di las tersebut ada kebocoran atau tidak.
Untuk melakukannya, hal pertama yang harus dilakukan adalah memasang
pentil. Saat akan mengelas, lepaskan terlebih dahulu karet yang ada
didalamnya pentil dan barulah pentil dapat di las. Pentil disambungkan
pada salah satu ujung pipa dengan cara sambungan swagging. Setelah
selesai mengelas dan pipa sudah tidak panas lagi, barulah pasang Karen
pentil kembali. Sambungan pentil dapat dilihat pada gambar 3.1.

Sambungan
Swagging

Gambar 3.1. Penyambungan Pentil

29
Pembuntuan
Ujung Pipa

Gambar 3.2. Pengelasan Pembuntuan Pipa

Setelah itu, tutup atau buntukanlah ujung-ujung pipa yang lainnya


dengan cara menjepit ujungnya dan kemudian di las. Dapat dilihat pada
gambar 3.2.

Pengecekan Kebocoran Sambungan Pipa


Pengecekan kebocoran pipa dapat dilakukan dengan memasukkan
gas freon atau N2 dengan tekanan tertentu. Pasanglah manifold dengan
memasang selang yang berwarna biru ke pentil pada pipa, dan selang yang
kuning dipasang ke gas. Selanjutnya buka keran pada tabung gas lalu buka
juga keran pada manifold. Masukkan gas hingga mencapai tekanan 100
Psi keatas. Setelah itu tutup kembali keran pada manifold dan dan pada
tabung gas. Dan lepaskan manifold.
Lihat jarum pada manifold, apakah tekanannya semakin sedikit atau
tidak, jika samakin dikit berarti sambungan mengalami kebocoran.
Sambungan yang bocor tidak bisa dengan hanya melihatnya dengan mata
telanjang. Untuk mempermudah hal itu, kita dapat memeriksa kebocoran

30
dengan menggunakan busa sabun. Dengan mengoleskan busa secukupnya
pada sambungan, seperti pada gambar 3.3.

Busa Sabun

Gambar 3.3. Pengecekan Kebocoran

Jika busanya bergerak karena terdapat gas yang menyembur dari


dalam pipa, berarti sambungan tersebut bocor, jika tidak ada berarti
sambungannya bagus / tidak bocor.

3.2. Pengukuran
Suatu hal yang perlu diukur pada proses pengelasan adalah dalam
proses pembuatan swagging, ujung pipa yang dijepit oleh pemegang pipa
panjangnya sekitar 1 cm. Yang akan diameternya dilebarkan.
Pengukuran juga dilakukan pada saat menyalakan api las, kkeluarnya
gas LPG dan gas oksigen harus sebanding 1 : 1 pada nyala api netral, saat
api menyala bunyi api harus halus.
Pengukuran juga dapat dilakukan pada proses perencanaan yaitu
pada proses pembentukan pipa, saat pembentukan pipa panjang pipa perlu
diperhatikan agar tidak kurang dengan apa yang telah direncanakan. Saat

31
pembengkokan pipa dengan bending juga perlu untuk diukur, supaya
bengkokan sesuai dengan sudut yang diinginkan.
3.3. Kesimpulan Gangguan
Pada setiap pekerjaan yang saya kerjakan tentu juga banyak halangan
dan gangguan yang saya alami. Dapat ditarik kesimpulan pada saat
pengelasan selesai gangguan yang saya temui adalah sering kali
sambungan tersebut bocor. Sulit untuk membedakan mana sambungan
yang bagus dengan yang kurang bagus atau kurang baik, karena tampak
terlihat sama jika dipandang dengan mata telanjang.
Jika sambungan bocor, untuk memperbaikinya dengan cara
mengelasnya untuk kedua kalinya, pipa tersebut pasti terlihat gosong dan
kemungkinan pipa yang di bagian dalam mengeluarkan kerak-kerak
karena terlalu panas.

3.4. Memasang dan Menyetel


Pada sub bab kali ini, saya akan melaporkan apa kegunaan dan
sering digunakan dimanakah sambungan-sambungan dan pembengkokan
atau pembentukan tersebut.
1. Swagging
Sambungan ini sering kita jumpai pada mesin-mesin pendingin,
baik kulkas maupun AC, karena sambungan ini berguna untuk
memperpanjang pipa dengan ukuran diameter juga sama.
2. Sambungan Menjepit
Sambungan ini dipasang atau sering dijumpai pada mesin-mesin
refrigerasi, karena kegunaannya adalah menyambung duah buah pipa
dengan ukuran diameter yang berbeda.
3. Pembentukan pipa 360o
Pembentukan pipa melingkar ini sering digunakan sebangai
akumulator pada refrigerator. Pembentukan ini juga sama halnya
dengan pipa kapiler.
4. Pembentukan Pipa 90o dan lain-lain

32
Pembentukan ini sangat tidak asing sekali, karena sering dijumpai
pada setiap mesin refrigerasi khususnya pada AC, di dalam outdoor
terdapat bengkokan –bengkokan pipa dengan ukuran sudut terentu.

33
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu kegiatan yang
mengajak siswa untuk lebih mendalami teori yang didapat dari sekolah
dan bertujuan untuk memperkenalkan secara nyata akan dunia kerja,
sesuai dengan bidang yang ditekuni, sehingga diharapkan mampu
meningkatkan wawasan dan pengetahuan. Pekerjaan yang saya pelajari
dengan teman-teman saya di tempat saya melaksanakan PKL adalah terdiri
dari Pemasangan dan Pembongkaran Pemipaan AC, Pengecekan Kinerja
Unit Indoor dan Outdoor AC, dan Perakitan Pemipaan serta Mengelas
(Brazing). Dari sekian topik pekerjaan, topik yang akan saya sampaikan
pada laporan ini adalah Perakitan Pemipaan serta Mengelas (Brazing).
Brazing atau Solder Keras dilakukan pada temperature antara 594 oC
hingga 844 oC. Solder Keras ini mampu menggabungkan logam sejenis
maupun yang tidak sejenis dengan menggunakan kawat las yang memiliki
suhu paling tidak 100 oC dibawah logam yang akan disambung. Pada
Solder Keras, bahan pengisi / penyambung akan dihisap kedalam
sambungan dengan aksi kapiler dimana sambungan akan lemah kecuali
jika bahan pengisinya tipis. Logam dasar tidak pemah meleleh akan tetapi
perlu cukup panas agar terjadi ikatan molekul dengan bahan tambahnya.

4.2. Saran
Bagi angkatan selanjutnya sebelum memasuki dan merencanakan
pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL), sekolah setidaknya terlebih
dahulu memberikan bekal yang mantap, jangan memberikan bekal dengan
waktu yang relatif singkat mengenai dunia kerja kepada siswa-siswi
sebelum melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Saran yang terakhir adalah saat nantinya melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan (PKL), bagi para siswa harus disiplin terhadap waktu, disiplin
kerja, teliti dalam melakukan pekerjaan apapun dan kekompakan harus

34
ditingkatkan guna mencapai kesuksesan kerja agar memperoleh hasil
seperti yang diinginkan, serta menerapkan prinsip dari Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) dimanapun berada.

35
DAFTAR PUSTAKA

Buku Perangkat dan Petunjuk Teknis Praktik Kerja Lapangan SMK Negeri 1
Denpasar.

36

Anda mungkin juga menyukai