Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

DASAR-DASAR TEKNOLOGI TANAH

OLEH:
ALIVIA PUTRI RAMADHANI
NIM. 2206111751

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
1
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

DASAR-DASAR TEKNOLOGI TANAH

OLEH:
ALIVIA PUTRI RAMADHANI
NIM. 2206111751

Menyetujui
2 Desember 2022

Asisten Praktikum I Asisten Praktikum II

DITO HUTOMO ABBIYYUDHA DANIEL GINTING SUKA


NIM. 1806111809 NIM. 2006134990

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan Laporan Akhir Praktikum Dasar-dasar Teknologi Tanah.

Terima kasih saya ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Nelvia, MP dan Ir.
Gusmawartati, MP, serta seluruh rekan yang telah memberikan bantuan,
bimbingan, serta motivasi dalam menyelesaikan laporan ini. Saya juga menyadari
bahwa penyusunan laporan ini belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Dengan
ini saya mempersembahkan laporan ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Allah SWT memberkahi laporan ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Pekanbaru, 2 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………. iii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… iv

DAFTAR TABEL……………………………………………………………….. v

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… vi

I. PENDAHULUAN…………………………………………………………... 1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………….. 1

1.2 Tujuan……………………………………………………………………1

II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………… 4

2.1 Pengenalan dan Pengambilan Sampel Tanah di Lapangan…………….. 4

2.2 Penetapan pH Tanah…………………………………………………… 5

2.3 Penetapan C-Organik…………………………………………………… 7

2.4 Penetapan Permeabilitas……………………………………………… 10

2.5 Penetapan Kadar Air, Bulk Density, Total Ruang Pori, dan Particle
Density………………………………………………………………………… 12

2.6 Penetapan Infiltrasi……………………………………………………..14

III. METODOLOGI………………………………………………………. 16

3.1 Tempat dan Waktu…………………………………………………… 16

3.2 Bahan dan Alat………………………………………………………. 17

3.2.1 Pengenalan dan Pengambilan Sampel Tanah di Lapangan…..……17

3.2.2 Penetapan pH Tanah……………………………………………....17

3.2.3 Penetapan C-Organik Tanah…………………………………. 17

iii
3.2.4 Penetapan Permeabilitas………………………………………… 17

3.2.5 Penetapan Kadar Air, Bullk Density, Total Ruang Pori, dan Particle
Density………………………………………………………………….. 17

3.2.6 Penetapan Infiltrasi…………………………………………… 18

3.3 Cara Kerja………………………………………………………………18

3.3.1 Pengenalan dan Pengambilan Sampel Tanah di Lapangan………..18

3.3.2 Penetapan pH Tanah……..……………………………………… 19

3.3.3 Penetapan C-Organik…………………………………………… 20

3.3.4 Penetapan Permeabilitas………………………………………… 21

3.3.5 Penetapan Kadar Air, Bulk Density, Total Ruang Pori, dan Particle
Density…………………………………………………………………….. 21

3.3.6 Penetapan Infiltrasi…………………………………………….. 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………… 24

4.1 Hasil…………………………………………………………………….24

4.1.1 Pengenalan dan Pengambilan Sampel Tanah di Lapangan……… 24

4.1.2 Penetapan pH Tanah……………………………….……………. 25

4.1.3 Penetapan C-Organik……………………………………………. 25

4.1.4 Penetapan Permeabilitas………………………………………….. 25

4.1.5 Penetapan Kadar Air, Bulk Density, Total Ruang Pori, dan Particle
Density…………………………………………………………………….. 26

4.1.6 Penetapan Infiltrasi……………………………………………… 26

4.2 Pembahasan…………………………………………………………. 26

4.2.1 Pengenalan dan Pengambilan Sampel Tanah di Lapangan……… 26

4.2.2 Penetapan pH Tanah……………………………………………… 27

4.2.3 Penetapan C-Organik…………………………………………….. 27

4.2.4 Penetapan Permeabilitas………………………………………… 28

iv
4.2.5 Penetapan Kadar Air, Bulk Density, Total Ruang Pori, dan Particle
Density……………………………………………………………………. 29

4.2.6 Penetapan Infiltrasi……………………………………………… 30

V. PENUTUP…………………………………………………………………..31

5.1 Kesimpulan…………………………………………………………. 31

5.2 Saran…………………………………………………………………. 32

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 33

LAMPIRAN……………………………………………………………………..36

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ring sampel dibenamkan ke dalam tanah……………………..…36


Gambar 2. Tanah diratakan dengan cutter……………………………………36
Gambar 3. Masukkan tanah ke dalam plastik dan diberi label…………….…36
Gambar 4. Bor belgi ditancapkan ke dalam tanah……………………………36
Gambar 5. Diletakkan tanah pada kertas HVS………………………….……36
Gambar 6. Dicocokkan warna menggunakan Munsell………………….……36
Gambar 7. Dicampurkan H2O 10 ml…………………………………………37
Gambar 8. Dicampurkan KCL 10 ml…………………………………………37
Gambar 9. Dimasukkan kedalam Botol filum………………………………...37
Gambar 10. Ditimbang dengan timbangan analitik…………………...………37
Gambar 11. Disaring sampel tanah……………………………………………37
Gambar 12. Dihaluskan tanah……………………………………………...….37
Gambar 13. Dihaluskan tanah…………………………………………………38
Gambar 14. Ditibang tanah 0,5 gr……………………………………………..38
Gambar 15. Ditambahkan K2Cr207………………………………………...…38
Gambar 16. Ditambahkan NaF 1 gr……………………………………………38
Gambar 17. Ditambahkan Aquades 100 ml……………………………………38
Gambar 18. Dititrasi dengan FeSO4 hingga berubah warna………………...…38
Gambar 19. Pengambilan sampel Tanah yang direndam 24 jam………………39
Gambar 20. Pemasangan ring sampel ke benen…………………………..……39
Gambar 21. Sampel tanah Dimasukkan ke permeameter………………………39
Gambar 22. Pengukuran ketinggian. air di permeameter………………………39
Gambar 23, Pengukuran air Dengan gelas ukur……………………………..…39
Gambar 24. Pencatatan data hasil permeabilitas………………………..………39
Gambar 25. Sampel tanah Dihaluskan………………………………………….40
Gambar 26. Sampel tanah ditimbang dengan timbangan analitik………………40

vi
Gambar 27. Dimasukkan air ke gelas ukur 500 ml……………………..………40
Gambar 28. Dimasukkan tanahmke dalam gelas ukur…………………………40
Gambar 29. Diaduk hingga homogen………………………………………….41
Gambar 30. Diamati dan dicatat…………………………………………….…41
Gambar 31. Benamkan ring besar…………………………………………..…41
Gambar 32. Benamkan ring kesil…………………………………………..…41
Gambar 33. Isi air ke dalam Ring besar………………………………………41
Gambar 34. Isi air ke dalam ring kecil………………………………..………41
Gambar 35. Pengukuran laju Infiltrasi………………………………..………41
Gambar 36. Proses turunnya air dalam waktu 5 menit………………..………41

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pengambilan sampel tanah tidak terganggu………………….…………24


Tabel 2. Pengambilan sampel tanah terganggu………………………..…………24
Tabel 3. Pengukuran pH H2O dan pH KCL………………………………..……25
Tabel 4. Penetapan %c-organik dan %bahan organik……………………………25
Tabel 5. Penetapan permeabilitas pada tanah terganggu dan tidak terganggu……
25
Tabel 6. Hasil kadar Air, Bulk Density, Total Ruang Pori, dan Particle Density
pada tanah terganggu dan tidak
terganggu……………………………………………..26
Tabel 7. Hasil penetapan infiltrasi……………………………………………..…
26

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi…………………………………………………….36
Lampiran 2. Perhitungan…………………………………………………...….42

ix
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi,
yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan
dan hewan, yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat
tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad
hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pertumbuhan (Bale, 2001). Setiap
tanah itu, mempunyai horizon-horizon yang mencirikan dan sangat
mempengaruhi perumbuhan tanaman tingkat tinggi (Brady, 1974)
Semua makhluk hidup sangat tergantung dengan tanah, sebaliknya suatu
tanah pertanian yang baik ditentukan juga oleh sejauh mana manusia itu cukup
terampil mengolahnya. Tanah merupakan sumber daya alam yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia. Tanah dapat
digunakan untuk medium tumbuh tanaman yang mampu menghasilkan berbagai
macam makanan dan keperluan lainnya. Maka dari berbagai macam tanah beserta
macam-macam tujuan penggunaannya itu perlu dilakukan suatu pembelajaran
lebih lanjut mengenai tanah agar kita benar-benar memahami tanah itu sendiri
(Poerwowidodo, 1991)
Ilmu tanah adalah pengkajian terhadap tanah sebagai sumber daya alam
Dalam ilmu ini dipelajari berbagai aspek tentang tanah, seperti pembentukan,
klasifikasi, pemetaan, berbagai karakteristik fisik, kimiawi, biologis,
kesuburannya, sekaligus mengenai pemanfaatan dan pengelolaannya. Tanah
adalah lapisan yang menyelimuti bumi antara litosfer (batuan yang membentuk
kerak bumi) dan atmosfer. Tanah menjadi tempat tumbuh tumbuhan dan
mendukung kehidupan hewan dan manusia. Ilmu tanah dipelajari oleh berbagai
bidang ilmu pengetahuan, seperti ilmu- ilmu keteknikan (rekayasa),
agronomi/pertanian, kimia, geologi, geografi. ekologi, biologi (termasuk cabang-
cabangnya). ilmu sanitasi, arkeologi, dan perencanaan wilayah. Akibat banyaknya

1
pendekatan untuk mengkaji tanah, ilmu tanah bersifat multi disiplin dan memiliki
sisi ilmu murni maupun ilmu terapan.
Bedasarkan uraian diatas, maka Dasar-dasar Teknologi Tanah perlu
dipelajari untuk memberikan pemahaman terkait proses pembentukan tanah dan
bahan penyusun tanah; sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah bagi kepentingan
pertumbuhan dan produksi tanaman, kehidupan organisme lain dan bagi
pemanfaatan lahan yang berkelanjutan. Materi yang dipelajari meliputi
pengenalan tanah sebagai sumberdaya alam dan kepentingannya; proses
pembentukan tanah; bahan penyusun tanah; sifat fisik tanah dan perannya; sifat
kimia dan kesuburan tanah serta perannya; sifat biologi dan bahan organik tanah
serta perannya; penilaian umum kualitas tanah; serta pengelolaan menunjang
fungsi tanah yang berkelanjutan. Matakuliah ini diharapkan memberikan
pengetahuan penunjang bagi matakuliah-matakuliah lain yang relevan yang akan
diajarkan pada semester- semester lebih lanjut. Materi ini diharapkan dapat
mengantar mahasiswa dalam mata kuliah selanjutnya seperti hidrologi, irigasi dan
drainase serta teknik konservasi tanah dan air.

1.2 Tujuan

 Tujuan dilakukannya praktikum mengenai pengenalan dan pengambilan


sampel tanah adalah untuk mengetahui cara pengambilan sampel tanah
menggunakan bor belgi dan ring sampel yang nantinya akan digunakan
sebagai sampel bahan praktikum
 Tujuan dilakukannya praktikum mengenai penetapan pH tanah adalah
untuk mengetahui cara menghitung dan menetapkan pH tanah, dan untuk
mengetahui tingkat pH yang terkandung dalam tiap lapisan tanah serta
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi tanah (pH)
 Tujuan dilakukannya praktikum mengenai penetapan c-organik tanah
adalah untuk mengetahui kadar c-organik yang terkandung dalam tanah
terganggu maupun tanah tidak terganggu
 Tujuan dilakukannya praktikum mengenai penetapan permeabilitas tanah
adalah agar kita dapat memahami dan mengetahui tebal tanah (L), waktu

2
(t), serta tinggi permukaan air dan udara (h dan Q) pada tanah terganggu
dan tanah tidak terganggu mengikuti cara yang dilakukan oleh De Boodt
(1967) berdasarkan hukum Darcy
 Tujuan dilakukannya praktikum mengenai penetapan kadar air, bulk
density, total ruang pori, dan particle density adalah agar kita dapat
mengetahui nilai dari kadar air, bulk density, total ruang pori, serta
particle density dari tanah utuh atau tidak terganggu (ring sampel)
 Tujuan dilakukannya praktikum mengenai penetapan infiltrasi adalah
untuk mengetahui laju infiltrasi dan menghitung volume infiltrasi selama
waktu (t) tertentu.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengenalan dan Pengambilan Sampel Tanah di Lapangan


Pengambilan sampel tanah untuk mengetahui sifat fisik tanah dibagi
menjadi dua jenis yaitu: (1) Sampel tanah utuh yang digunakan untuk
menganalisis bulk density, permeabilitas tanah, serta porositas tanah, yang
dilakukan dengan cara menggunakan ring sampel. Pengambilan sampel tanah utuh
dilakukan dengan cara mengambil tanah yang telah dibersihkan dari perakaran
dan tanaman sebelum pengambilan sampel lalu meletakkan ring sampel diatas
tanah. (2) Sampel tanah tidak utuh digunakan untuk analisis tekstur dan struktur,
dimana pengambilan sampel tanah tidak utuh dilakukan dengan cara mengambil
tanah dari titik yang telah ditentukan tempatnya. Jumlah sampel tanah tidak utuh
diambil dari kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm pada masing-masing ketinggian
(Ervana dkk.. 2014).
Struktur tanah merupakan partikel-partikel tanah seperti pasir. debu. dan liat
yang membentuk agregat tanah antara suatu agregat dengan agregat yang lainnya.
Dengan kata lain struktur tanah berkaitan dengan agregat tanah dan kemantapan
agregat tanah. Bahan organik berhubungan erat dengan kemantapan agregat tanah
karena bahan organik bertindak sebagai bahan perekat antara partikel mineral
primer. Penggunaan bahan organik mampu memperbaiki sifat fisik, kimia. dan
biologi tanah sehingga menunjang pertumbuhan tanaman yang lebih baik
(Margolang dkk., 2015).
Bahan organik berpengaruh terhadap sifat fisik tanah yaitu dapat
meningkatkan stabilitas agregat tanah, sehingga menciptakan struktur tanah yang
mantap dan ideal bagi pertumbuhan tanaman yang berakibat pada tingkat
porositas yang baik dan mengurangi tingkat kepadatan tanah, sehingga akan
menciptakan agregat agregat yang stabil. Kedalaman tanah menunjukkan
pengaruh yang nyata terhadap kemantapan agregat. (Utomo dkk., 2015).

4
Tanah dengan kandungan bahan organik dan populasi cacing yang tinggi
berpengaruh terhadap berat isi dan kemantapan agregat tanah. Bahan organik akan
meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dan akan menciptakan struktur
tanah yang lebih baik sehingga akan menciptakan agregat agregat yang stabil
(Pramana. 2014). Tanah bertekstur liat lebih menguntungkan untuk pertumbuhan
tanaman dibandingkan jalur tanam yang bertekstur lempung liat berpasir karena
tanahnya mampu menyimpan air dan unsur hara lebih tinggi (Handayani, dan
Karmilasanti, 2013). Penurunan bahan organik akan meningkatkan bulk density
dan menurunkan porositas tanah. Dengan demikian, diketahui bahwa kondisi bulk
density tanah tergantung pada penggunaan lahan dan bahan organik tanah (Wasis,
2012).
Tanah yang diberikan bahan organik berfungsi memberikan warna gelap
atau kehitaman dengan manfaat sebagai indikasi tanah subur. Makin tinggi
kandungan bahan organik, maka warna tanah semakin gelap. Struktur tanah
merupakan partikel-partikel tanah seperti pasir, debu, dan liat yang membentuk
agregat tanah antara suatu agregat dengan agregat yang lainnya. Dengan kata lain
struktur tanah berkaitan dengan agregat tanah dan kemantapan agregat tanah.
Bahan organik berhubungan erat dengan kemantapan agregat tanah karena bahan
organik bertindak sebagai bahan perekat antara partikel mineral primer.
Penggunaan bahan organik mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah sehingga menunjang pertumbuhan tanaman yang lebih baik (Margolang.
Jamilah, dan Sembiring, 2015).
Syamsuddin (2012) menyebutkan tekstur tanah yang paling ideal bagi tanah
pertanian adalah lempung berdebu yang memiliki komposisi seimbang antara
fraksi kasar dan halus dan kapasitasnya menjerap hara yang baik. Beberapa
parameter digunakan untuk mengidentifikasi lapisan tanah, parameter-parameter
tersebut diantaranya adalah warna, tekstur, struktur, dan konsistensi tanah. Satu-
satunya cara yang saat ini digunakan peneliti untuk menentukan warna tanah
adalah dengan membandingkan secara manual satu persatu sampel yang dimiliki
dengan warna baku yang ada pada buku Munsell Soil Color Chart. Warna tanah
dipengaruhi oleh kandungan yang ada di dalam tanah, selain itu saat kondisinya
lembab, basah, atau kering warna tanah juga akan berbeda (Robbani dkk., 2018).

5
2.2 Penetapan pH Tanah
Reaksi tanah (PH) merupakan sifat kimia yang penting dari tanah sebagai
media pertumbuhan tanaman. Ketersediaan beberapa unsur hara esensial untuk
pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh PH tanah. Reaksi tanah dirumuskan
dengan PH = -log [H+]. Kemasaman tanah dibedakan atas kemasaman aktif dan
kemasaman cadangan (potensial). Kemasaman aktif disebabkan oleh adanya ion-
ion H+ bebas didalam larutan tanah, sedangkan kemasaman cadangan disebabkan
oleh adanya ion- ion H+ dan AL 3+ yang teradsorpsi pada permukaan kompleks
adsorpsi (Sugeng, 2013).
PH tanah dapat mempengaruhi ketersediaan hara tanah dan bisa menjadi
faktor yang berhubungan dengan kualitas tanah. PH sangat penting dalam
menentukan aktivitas dan dominasi mikroorganisme tanah yang berhubungan
dengan proses- proses yang sangat erat kaitannya dengan siklus hara Penyakit
tanaman, dekomposisi dan sintesa senyawa kimia organik dan transpor gas ke
atmosfer oleh mikroorganisme, seperti metan (Sudaryono, 2009).
Ciri-ciri tanah masam adalah berbau busuk, permukaan air berkarat, dan
pertumbuhan lumut. Tanah yang masam menyebabkan penurunan ketersediaan
unsur hara bagi tanaman, meningkatkan dampak unsur beracun dalam tanah, dan
penurunan hasil tanaman (Kedungwaru, 2013).
Pentingnya pH tanah adalah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara
diserap tanaman, menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun, dan
mempengaruhi perkembangan mikroorganisme. Tanah yang terlalu masam dapat
dinaikkan pH-nya dengan menambahkan zat kapur ke dalam tanah, sedang tanah
yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan belerang
(Hardjowigeno, 2003).
Komponen kimia tanah sangat berperan dalam menentukan sifat dan ciri
tanah pada umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Uraian kimia tanah
banyak menjelaskan tentang reaksi-reaksi kimia yang menyangkut masalah-
masalah ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Hal-hal yang banyak berkaitan
dengan masalah tersebut diatas adalah penyerapan dan pertukaran-pertukaran
kation, Sifat dari tanah, reaksi tanah, dan pengelolaannya (Foth, 1999).

6
Reaksi tanah atau pH tanah dapat memberikan petunjuk beberapa sifat
tanah. Makin tinggi pH makin banyak basa-basa terdapat dalam tanah. Tanah-
tanah yang terus menerus tercuci oleh air hujan cenderung mempunyai pH yang
rendah dan miskin basa-basa. Pada tanah masam, aktivitas (kelarutan) Al makin
tinggi dan dapat meracuni tanaman, sedangkan pada tanah-tanah yang mempunyai
pH tinggi unsur-unsur tertentu mungkin kurang tersedia untuk tanaman karena
mengendap (Hardjowigeno, 2003).
pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan
tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa
ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung berupa tersedianya unsur-unsur
hara tertentu dan adanya unsur beracun. Sebaliknya, untuk tanah gambut pH tanah
dapat kurang dari 3.0. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5-10 atau lebih.
Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3.6. Kebanyakan pH tanah toleran pada
yang ber-pH ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan
hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono, 2003). Sifat reaksi
dinilai berdasarkan konsentrasi ion H+ dan dinyatakan dengan pH. Dengan kata
lain, pH tanah = -log (H) tanah. Bila konsentrasi ion H bertambah maka pH akan
turun, jika ion H berkurang pH tanah akan naik (Hakim, 1986).

2.3 Penetapan C-Organik


Bahan organik tanah merupakan komponen penting penentu kesuburan
tanah, terutama di daerah tropika seperti di Indonesia dengan suhu udara dan
curah hujan yang tinggi.Kandungan bahan organik yang rendah menyebabkan
partikel tanah mudah pecah oleh curah hujan dan terbawa oleh aliran permukaan
sebagai erosi, yang pada kondisi ekstrim mengakibatkan terjadinya desertifikasi.
Rendahnya kandungan bahan organik tanah disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara peran bahan dan hilangnya bahan organik dari tanah utamanya melalui
proses oksidasi biologis dalam tanah. Erosi tanah lapisan atas yang kaya akan
bahan organik juga berperan dalam berkurangnya kandungan bahan organik tanah
tersebut (Victorious, 2012).
Pengaruh bahan organik tidak dapat disangkal terhadap kesuburan
tanah.Bahan organik mempunyai daya serap kation yang lebih besar daripada

7
kaloid tanah yang liat.Berarti semakin tinggi kandungan bahan organik suatu
tanah, maka makin tinggi pula kapasitas tukar kationnya.Bahan organik tanah
merupakan penimbunan dari sisa tumbuhan dan binatang yang sebagian telah
mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan yang demikian berada
dalam proses pelapukan aktif dan menjadi mangsa jasad mikro. Sebagai akibat,
bahan itu berubah terus dan tidak mantap, dan selalu diperbaharui melalui
penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang (Soepardi, 2005).
Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara.Unsur yang
terpenting dalam tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya
adalah kandungan c-organik.Dimana kandungan c-organik merupakan unsur yang
dapat menentukan tingkat kesuburan tanah.Bahan organik tanah adalah semua
jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi
bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam
air, dan bahan organik yang stabil atau humus (Hardjowigeno,2003).
Ada beberapa pengertian C-organik yang merupakan bagian dari tanah yang
merupakan suatu sistem yang kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa-
sisa tumbuhan dan atau hewan yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus
mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologis. , faktor
fisik, dan kimia. C-organik juga merupakan zat organik yang terkandung di dalam
dan di permukaan tanah yang berasal dari senyawa karbon di alam, dan semua
jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, antara lain serasah, fraksi
bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik bahan terlarut
dalam air, dan bahan organik stabil atau humus (Supryono et al., 2009).
Perhitungan C-organik tanah penting dilakukan, hal tersebut dikarenakan
kandungan C-organik menentukan kandungan bahan organik. Nilai C-organik
dijadikan acuan dalam menentukan kandungan bahan organik dengan konversi C-
organik menjadi bahan organik adalah persentase C-organik dikalikan dengan
faktor 1,724. Kandungan C-organik beragam mulai dari 45%-60% dengan rata-
rata 50% dimana kandungan C termasuk perakaran dan edafon yang masih hidup
dimana hal tersebut tidak rancu dengan kandungan humus (Sutanto, 2005).
Nilai C-organik dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
kedalaman tanah. Nilai C-organik pada kedalaman tanah yang semakin tinggi

8
akan diperoleh nilai C-organik yang rendah. Kondisi tersebut disebabkan oleh
kebiasaan petani yang memberikan bahan organik dan serasah pada permukaan
tanah sehingga bahan organik tersebut mengalami pengumpulan pada bagian atas
tanah dan sebagian mengalami pelindihan ke lapisan yang lebih dalam. Nilai C-
organik pada bagian tanah top soil menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan
lapisan sub soil dan didalamnya. Sebaran luasan tanah yang mengandung C-
organik berkorelasi negatif. Nilai C-organik pada analisa sampel lahan yang kecil
maka diperoleh nilai C-organik yang tingi. Nilai C-organik rendah apabila
dilakukan analisa sampel lahan yang luas, sehingga pada semakin tinggi luas
wilayah yang diambil maka status C-organik rendah. Kondisi tersebut disebabkan
oleh perlakuan yang diberikan oleh petani dalam agroekosistemnya berbeda,
petani memiliki kebiasaan membersihkan lahan setelah panen sehingga
mempengaruhi kandungan bahan organiknya. Nilai C-organik memiliki hubungan
yang positif dengan nilai bahan organik. Bahan organik yang tinggi maka nilai C-
organiknya juga tinggi, hal tersebut dikarenakan C-organik merupakan komponen
penyusun dalam bahan organik. Bahan organik diperoleh dari sisa-sisa bahan
makhluk hidup dimana terdapat berbagai macam unsur hara yang dapat berguna
bagi tanaman, salah satunya unsur karbon (Sipahutar dkk., 2014).
Nilai C-organik juga dipengaruhi oleh aktivitas mikroorganisme didalam
tanah. C-organik yang merupakan bagian dari bahan organik, keberadaanya
diakibatkan oleh akitivitas dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme.
Aktivitas mikroorganisme yang semakin tinggi maka terdapat potensi untuk
meningkatnya kandungan C-organik dalam tanah. Aktivitas mikroorganisme
memacu laju dekomposisi dari bahan organik dan ketersediaan C-organik salah
satunya. Penggunaan lahan dan pengelolaan lahan juga menjadi faktor terpenting
dalam menentukan nilai C-organik tanah. Penggunaan lahan untuk tanaman yang
mampu meningkatkan bahan organik lebih tinggi maka akan diperoleh kadar C-
organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan lahan untuk tanaman
yang hanya menyumbang bahan organik yang rendah dalam aktivitas
pertumbuhannya.Pengelolaan lahan mempengaruhi sebaran bahan organik pada
lahan dengan kedalaman tertentu sehingga juga mempengaruhi nilai C-organik
pada sampel tanah tertentu dan kedalaman tertentu. Nilai C-organik menentukan

9
produksi yang dihasilkan oleh tanaman sebagai akibat dari dukungan tanah
sebagai media tanam. Kandungan C-organik yang tinggi maka dapat
meningkatkan hasil produksi dari tanaman, karena tanaman mampu menyerap
unsur hara yang tinggi untuk proses pertumbuhan yang optimal. C-organik dapat
meningkatkan tekstur tanah dan agregasi tanah yang nantinya akan berpengaruh
pada pertumbuhan tanaman (Sutanto, 2005).

2.4 Penetapan Permeabilitas


Permeabilitas adalah tanah yang dapat menunjukkan kemampuan tanah
meloloskan air. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat menaikkan laju infiltrasi
sehingga menurunkan laju air larian. Pada ilmu tanah. permeabilitas didefenisikan
secara kualitatif sebagai pengurangan gas-gas, cairan-cairan atau penetrasi akar
tanaman atau lewat. Selain itu permeabilitas juga merupakan pengukuran hantaran
hidraulik tanah. Hantaran hidraulik tanah timbul adanya pori kapiler yang saling
bersambungan antara satu dengan yang lain (Nabilussalam, 2011).
Permeabilitas menujukan kemampuan tanah untuk meloloskan air struktur,
sturktur dan tekstur serta unsur organik lainya juga ikut ambil bagian dalam
menaikan laju inflasi dan menurukan laju air. Tekstur tanah merupakan salah satu
sifat fisik tanah, begitu juga dengan permeabilitas. Permeabilitas dapat
mempengaruhi kesuburan tanah. Permeabilitas berbeda dengan drainase yang
lebih mengacu pada proses pengaliran air saja, permeabilitas dapat mencakup
bagaimana air, bahan organik, bahan mineral, udara dan partikel - partikel lainya
yang terbawa bersama air yang akan diserap masuk kedalam tanah (Rohmat,
2009).
Permeabilitas tanah diukur dengan menggunakan metode Hukum Darcy.
Hukum Darcy untuk satu dimensi yaitu aliran secara vertikal. Sifat ini dipengaruhi
oleh geometri (ruang) pori dan sifat dari cairan yang mengalir didalamnya. Air
dapat mengalir dengan mudah di dalam tanah yang mempunyai pori-pori besar.
Pori kecil dengan hubungan antar pori yang seragam akan mempunyai
permeabilitas lebih rendah, sebab air akan mengalir melalui tanah lebih lambat.
Kemungkinan tanah yang pori-porinya besar. permeabilitasnya mendekati nol,
yaitu jika pori-pori tersebut terisolasi sesamanya. Permeabilitas juga mendekati

10
nol, yaitu jika pori-pori tanah sangat kecil, seperti tanah berteksur lempung. Air di
dalam tanah tidak bergerak vertikal, akan tetapi ke arah horizontal, dinamai
rembesan lateral. Rembesan lateral disebabkan oleh permeabilitas berbagai
lapisan tanah yang tidak seragam. Air yang masuk lapisan tanah dengan laju agak
cepat, mungkin tertahan oleh lapisan yang permeabilitasnya lambat atau kedap air.
Ada dua macam permeabilitas yaitu: permeabilitas jenuh dan tak jenuh.
Permeabilitas jenuh (aliran jenuh) adalah permeabilitas terjadi apabila seluruh pori
terisi oleh air. Nilai permeabilitas ditentukan dengan data lapangan dan data
analisis laboratorium berbeda dengan nilai permeabilitas tanah dalam keadaan
jenuh (Donahue, 1984).
Pengujian untuk nilai permeabilitas tanah dilaboratorium biasanya
dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan pengujian permeabilitas lapangan dan
permeabilitas laboratorium. Untuk pengujian permeabilitas laboratorium, ada dua
metode yang digunakan, yaitu metode Constant Head dan Falling Head, Metode
Constant Head adalah metode pengujian permeabilitas yang biasanya digunakan
untuk tanah yang memiliki butiran kasar dan memiliki koefisien permeabilitas
yang tinggi, seperti pasir. kerikil atau beberapa campuran pasir dan lanau.
Kemudian untuk Metode Falling Head adalah metode pengujian permeabilitas
yang biasanya digunakan untuk tanah yang memiliki butiran halus dan memiliki
koefisien permeabilitas yang rendah seperti tanah lempung (Budi, 2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah menurut Hillel
(1971) antara lain adalah tekstur tanah, porositas distribusi ukuran pori, stabilitas
agregat, stabilitas struktur tanah serta kadar bahan organik. Hubungan yang lebih
utama terhadap permeabilitas tanah adalah distribusi ukuran pori sedangkan
faktor-faktor yang lain hanya ikut menentukkan porositas dan distribusi ukuran
pori. Tekstur kasar mempunyai permeabilitas yang tinggi dibandingkan dengan
tekstur halus karena tekstur kasar. mempunyai pori makro dalam jumlah banyak
sehingga umumnya tanah yang didominasi oleh tekstur kasar seperti pasir
umumnya mempunyai tingkat crodibilitas tanah yang rendah.
Adapun juga beberapa faktor-faktor yang dipengaruhi permebilitas tanah
menurut Soepardi, (1975) antara lain sebagai berikut: a) Infiltrasi. Infiltrasi yaitu
kecepatan air melalui tanah. Pada tekstur tanah pasir yang memiliki ruang pori

11
besar, akan akan memiliki daya infiltrasi yang cepat dan permeabilitasnya sangat
tinggi. Namun pada tekstur pada tekstur liat akan berbeda, tekstur liat memiliki
kemampuan yang baik menyimpan air, maka akan mengakibatkan daya infiltrasi
menjadi lambat, yang menyebabkan permeabilitas akan juga lambat. b) Drainase.
Drainase merupakan aliran air, drainase pada masing-masing tekstur tanah tidak
sama. Pada tekstur tanah pasir yang memiliki ruang pori yang besar maka
drainasenya akan tinggi sehingga permeabilitasnya pun akan semakin cepat
namun tekstur tanah liat memiliki aliran drainase yang kurang baik, yang
menyebabkan permeabilitasnya melambat. c) Evaporasi. Evaporasi merupakan
proses penguapan. Pada tanah jenuh, akan memiliki kadar air yang tinggi atau
banyak maka evaporasinya akan tinggi sehingga permebilitasnya pun akan tinggi.
Namun tidak akan tanah tak jenuh yang memiiki kadar air yang rendah sehingga
evaporasi pun akan rendah dan permebilitasnya rendah pula. d) Erosi. Erosi
adalah proses pengikisan lapisan tanah di permukaan sebagai akibat dari
tumbukan buturan hujan dan aliran air dipermukaan. Pada umumnya dikenal 3
tipe erosi pada tanah yaitu erosi permukaan, erosi alir dan erosi parit. Erosi akan
berpengaru pada permeabilitas tanah, apabila erosi besar maka permeabilitas
tanah akan rendah begitu juga sebaliknya apabila erosi rendah maka
permebilitasnya akan tinggi

2.5 Penetapan Kadar Air, Bulk Density, Total Ruang Pori, dan Particle
Density
Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya
dinyatakan dengan berat kering, kadar air tanah dapat dinyatakan dalam persen
volume yaitu persentase volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai
keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi
tanaman pada volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan
dengan sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 100 °C -
110 °C untuk waktu tertentu (Hakim, 1986).
Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang
terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula
menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro.

12
Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada
tanah. Penentuan kandungan air dalam tanah dapat ditentukan dengan istilah
Nisbi, seperti basah dan kering dan istilah jenuh atau tak jenuh (Hakim, 1986).
Kadar air dalam tanah tergantung pada banyaknya curah hujan, kemampuan
tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi, kandungan bahan organik. Hal ini
terkait dengan pengaruh tekstur terhadap proporsi bahan koloidal, ruang pori, dan
luas permukaan adsorptif, makin halus teksturnya akan makin banyak, sehingga
makin besar kapasitas menyimpan air. (Hanafiah, 2014).
Bulk density atau berat jenis suatu tanah adalah bobot massa tanah kondisi
lapangan yang dikering ovenkan per satuan volume. Nilai kerapatan massa tanah
berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-partikel tanah, makin besar
akan makin berat. (Hanafiah, 2010). Nilai bobot isi dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya pengolahan tanah, bahan organik, tekstur, struktur,
dan kandungan air tanah. Nilai ini banyak dipergunakan dalam perhitungan-
perhitungan seperti dalam penentuan kebutuhan air irigasi pemupukan, dan
pengolahan tanah (Foth, 1988).
Tanah-tanah organik kerapatan massa yang sangat rendah dibanding dengan
tanah-tanah mineral. Variasi-variasi yang ada perlu diperhatikan tergantung pada
bahan organik dan kelembaban tanah. Berat isi menggambarkan keadaan, struktur
dan porositas tanah. Pengaruh sifat-sifat fisik tanah tersebut dapat dinilai dari
kaitan-kaitan pertumbuhan tanaman dengan berat isi tanah (Buckman et al, 1992).
Particle density atau kerapatan partikel adalah bobot massa partikel padat
per satuan volume tanah, biasanya tanah mempunyai kerapatan partikel 2.6 g cm -
3 (Hanafiah, 2010). Untuk menentukan kepadatan partikel tanah, pertimbangan
harga diberikan untuk partikel yang kuat. Oleh karena itu, kerapatan partikel suatu
tanah merupakan suatu tetapan dan tidak bervariasi menurut jumlah ruang
partikel. Hal ini didefinisikan sebagai massa tiap unit volume partikel tanah dan
sering kali dinyatakan dalam 9 cm-3 (foth, 1988).
Faktor-faktor yang mempengaruhi particle density adalah jumlah bahan
organik dan mineral tanah. Bahan organik sangat ringan dibandingkan dengan
padatan mineral. Adanya bahan organik dalam tanah mempengaruhi kerapatan
jenis tanah. Semakin tinggi bahan organik semakin rendah PD-nya. Untuk banyak

13
tanah mineral, kerapatan partikel akan mempunyai rata-rata sekitar 2,6 g-3.
Kerapatan ini sangat tidak beraneka ragam dalam kandungan bahan organik atau
komposisi mineral (Foth, 1988).
Ruang Pori tanah ialah bagian yang diduduki udara dan air. Jumlah ruang
pori sebagian ditentukan oleh susunan butir padat, apabila letak keduanya
cenderung erat, seperti pada pasir, total porositasnya rendah. Sedangkan tersusun
dalam agregat yang bergumpal seperti yang kerap kali terjadi pada tanah yang
bertekstur sedang yang besar kandungan bahan organiknya, ruang pori persatuan
volume akan tinggi (Buchman and Brady, 1984). Tekstur tanah halus akan
mempunyai persentase pori total lebih tinggi daripada bertekstur kasar, walaupun
ukuran pori dari tanah bertekstur halus kebanyakan sangat kecil dan porositas
sama sekali tidak menunjukkan distribusi ukuran pori dalam tanah yang
merupakan suatu sifat yang penting (Sorief, 1986)

2.6 Penetapan Infiltrasi

Tanah dengan unsur dominan liat antar partikel-partikel tanah tergolong


kuat memantapkan agregat tanah sehingga tidak mudah tererosi. Kumpulan unsur
organik di atas permukaan tanah dapat menghambat kecepatan air limpasan dan
dengan demikian menurunkan terjadinya erosi. Struktur tanah mempengaruhi
kapasitas infiltrasi tanah, dimana struktur tanah granuler memiliki keporusan
tanah yang tinggi sehingga akan meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah.
permeabilitas memberikan pengaruh pada kemampuan tanah dalam meloloskan
air. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju infiltrasi (Butarbutar et al.,
2013). Laju infiltrasi merupakan fluk aliran, atau disebut juga kecepatan infiltrasi.
Pada saat intensitas hujan atau irigasi melebihi laju infiltrasi, laju infiltrasinya
mencapai maksimum, yang biasa disebut kapasitas infiltrasi. Laju infiltrasi
(infiltrabilitas) menyatakan fluk dimana profil tanah menyerap air melalui
permukaan butir tanah dan menjaga agar hubungan tersebut tetap berada dalam
kondisi tekanan atmosfirnya. Sepanjang laju pemberian air irigasi masih lebih
kecil dari infiltrabilitas tanah, air akan berinfiltrasi dengan laju yang sama dengan
laju pemberian airnya. Pada kondisi ini laju infiltrasinya ditentukan oleh fluk.
Akan tetapi pada saat laju pemberian air telah melebihi harga infiltrabilitas

14
tanahnya, maka proses infiltrasinya mulai ditentukan oleh profil tanah yang
bersangkutan (Hillel, 1980).
Infiltrasi didefinisikan sebagai proses masuknya air ke dalam tanah
melalui permukaan tanah. Umumnya, infiltrasi yang dimaksud adalah infiltrasi
vertikal, yaitu gerakan ke bawah dari permukaan tanah (Jury dan Horton, 2004).
Infiltrasi tanah meliputi infiltrasi kumulatif, laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi.
Infiltrasi kumulatif adalah jumlah air yang meresap ke dalam tanah pada suatu
periode infiltrasi. Laju infiltrasi adalah jumlah air yang meresap ke dalam tanah
dalam waktu tertentu. Sedangkan kapasitas infiltrasi adalah laju infiltrasi
maksimum air meresap ke dalam tanah (Haridjaja, Murtilaksono dan Rachman,
1991).

Laju infiltrasi tertinggi dicapai saat air pertama kali masuk ke dalam tanah
dan menurun dengan bertambahnya waktu. Pada awal infiltrasi, air yang meresap
ke dalam tanah mengisi kekurangan kadar air tanah. Setelah kadar air tanah
mencapai kadar air kapasitas lapang, maka kelebihan air akan mengalir ke bawah
menjadi cadangan air tanah (ground water) (Jury dan Horton, 2004).
Faktor yang mempengaruhi infiltrasi perpindahan air dari atas ke dalam
permukaan tanah baik secara vertikal maupun secara horizontal disebut infiltrasi.
Banyaknya air yang terinfiltrasi dalam satuan waktu disebut laju infiltrasi.
Besarnya laju infiltrasi (f ) dinyatakan dalam/jam atau mm/hari. Laju infiltrasi
akan sama dengan intensitas hujan (I), bila laju infiltrasi tersebut lebih kecil dari
daya infiltrasinya. Jadi f ≤ fp dan f ≤ I. Infiltrasi berubah-ubah sesuai dengan
intensitas curah hujan. Akan tetapi setelah mencapai limitnya, banyaknya infiltrasi
akan berlangsung terus sesuai dengan kecepatan absorbsi setiap tanah. Pada tanah
yang sama kapasitas infiltrasinya berbeda-beda, tergantung dari kondisi
permukaan tanah, struktur tanah, tumbuh tumbuhan dan lain-lain. Di samping
intensitas curah hujan, infiltrasi berubah-ubah karena dipengaruhi oleh
kelembaban tanah dan udara yang terdapat dalam tanah (Soemarto, 1999).
Jadi, faktornya dapat dikategorikan menjadi
dua faktor utama yaitu, faktor yang mempengaruhi air untuk tinggal di suatu
tempat sehingga air mendapat kesempatan untuk terinfiltrasi (opportunity time),
dan faktor yang mempengaruhi proses masuknya air ke dalam tanah. Selain Dari

15
beberapa faktor yang menentukan infiltrasi di atas terdapat pula sifat-sifat khusus
dari tanah yang menentukan dan membatasi kapasitas infiltrasi (Arsyad, 1989).

III. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


● Praktikum dasar-dasar teknologi tanah mengenai pengenalan dan
pengambilan sampel tanah dilaksanakan di Kebun Percobaan Lahan
Kelapa Sawit, Fakultas Pertanian, Universitas Riau, pada hari Sabtu/17
September 2022. Dimulai pada pukul 16.00 sampai selesai
● Praktikum dasar-dasar teknologi tanah mengenai penetapan pH tanah
dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Riau, pada hari Sabtu/1 Oktober 2022. Dimulai pada pukul 13.00 sampai
selesai
● Praktikum dasar-dasar teknologi tanah mengenai penetapan c-organik
tanah dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Riau, pada hari Sabtu/22 Oktober 2022. Dimulai pada pukul
13.00 sampai selesai
● Praktikum dasar-dasar teknologi tanah mengenai penetapan permeabilitas
dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Riau, pada hari Sabtu/24 September 2022. Dimulai pada pukul 13.00
sampai selesai
● Praktikum dasar-dasar teknologi tanah mengenai penetapan kadar air, bulk
density, total ruang pori, dan particle density dilaksanakan di
Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Riau, pada hari
Sabtu/15 Oktober 2022. Dimulai pada pukul 13.00 sampai selesai

16
● Praktikum dasar-dasar teknologi tanah mengenai penetapan infiltrasi
dilaksanakan di Kebun Percobaan Lahan Kelapa Sawit, Fakultas
Pertanian, Universitas Riau, pada hari Jum'at/4 November 2022. Dimulai
pada pukul 08.30 sampai selesai.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Pengenalan dan Pengambilan Sampel Tanah di Lapangan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu
bor belgi, ring sampel (besar dan kecil), cangkul, penggaris, cutter,
plastik gula 2 kg, kertas HVS, karet gelang, dan spidol permanen

3.2.2 Penetapan pH Tanah


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu
lumpang dan alu, saringan, botol filum, timbangan analitik, alat
shaker, alat pH meter, sampel tanah, H2O atau aquades 10 ml, KCL
IN 10 ml, batang katoda, serta larutan buffer 4 dan 7

3.2.3 Penetapan C-Organik Tanah


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu
gelas ukur, lumpang dan alu, erlemeyer, spatula, buret, cawan, pipet,
timbangan analik, alumunium foil, asam fosfat, asam sulfat, NaF,
larutan K2Cr2O7, larutan FeSO4 (fero sulfat), indikator difenilamin,
aquades, sampel tanah terganggu dan tidak terganggu, serta blanko.

3.2.4 Penetapan Permeabilitas


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu
sampel tanah utuh dengan ring, alat ukur (penggaris/meteran), gelas
ukur, alat pengukur waktu, alat permeabilitas, dan air

17
3.2.5 Penetapan Kadar Air, Bulk Density, Total Ruang Pori, dan
Particle Density
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu
timbangan, oven, gelas ukur, pemanas air, kayu pengaduk, exicator,
lumpang dan alu, sendok kecil, penggaris, dan tanah utuh atau tidak
terganggu (ring sampel)

3.2.6 Penetapan Infiltrasi


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu
cangkul, martil, meteran/penggaris, stopwatch, double ring
infiltrometer, ember dan air.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Pengenalan dan Pengambilan Sampel Tanah di Lapangan

Disiapkan sebuah bor belgi, lalu digunakan

Ditancapkan bor belgi pada bidang tanah yang akan diukur

Diambil tanah oleh bor belgi pada kedalaman max 120 cm

Diletakkan pada beberapa kertas HVS dari 0-120 cm

Diukur, lalu diberikan label pada tanah yang sudah diambil

18
Pengambilan sampel tanah menggunakan ring sampel

Disiapkan cangkul dan ring sampel

Dibersihkan bidang tanah menggunakan cangkul

Diletakkan ring sampel pada bidang tanah yang sudah dibersihkan

Dibenamkan ring sampel menggunakan cangkul

Dicangkul daerah ring sampel, jangan sampai sampel didalam ring


sampel keluar

Diratakan tanah yang berada diluar ring sampel menggunakan


cutter

Dimasukkan hasil tanah kedalam plastik, lalu diberi label

3.3.2 Penetapan pH Tanah

Dihaluskan sampel tanah menggunakan lumpang dan alu lalu


disaring

Ditimbang sampel tanah yang sudah halus dengan timbangan


analitik

Dimasukkan ke dalam botol filum dan dicampurkan dengan


aquades dan KCL masing-masing 10 ml

19
Ditutup botol dengan plastik dan di shaker selama 15 menit

Diamkan sebentar selama 5 menit

3.3.3 Penetapan C-Organik


Ditentukan pH menggunakan alat pH meter

Ditimbang berat tanah 0,5 gr

Ditambahkan larutan K2Cr2O7 sebanyak 5 ml

Ditambahkan larutan asam fosfat (H3PO4) sebanyak 5 ml

Ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak 10 ml

Diaduk dan didiamkan selama 10 menit

Dikeluarkan dari lemari asam setelah 20 menit

Ditambahkan NaF sebanyak 1 gr

Ditambahkan aquades sebanyak 100 ml

Ditetesi 5 tetes indikator difenilamin

20
Dimasukkan ke dalam dititrasi menggunakan FeSO4 (fero sulfat)
sampai mengalami perubahan warna

Dilakukan pengukuran menggunakan rumus penetapan c-organik


atau %c dan %bahan organik

3.3.4 Penetapan Permeabilitas

Diambil tanah dari lapangan dengan ring sampel

Direndam tanah dan ring sampel dalam baskom selama 24 jam

Dipindahkan tanah yang direndam ke alat permeameter

Dihidupkan air dengan tekanan kecil

Dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali dengan selang waktu 15


menit sekali

3.3.5 Penetapan Kadar Air, Bulk Density, Total Ruang Pori, dan
Particle Density

Kadar Air

Dikeluarkan tanah dari dalam ring sampel

21
Dimasukkan wadah ke dalam oven

Ditimbang wadah kosong terlebih dahulu dan dicatat

Ditimbang berat tanah beserta wadah dan dicatat berat keringnya


Bulk Density

Diambil tanah berat kering dari oven 105 derajat celcius

Dihaluskan dengan lumpang dan alu

Dipanaskan air hingga panas kuku

Dimasukkan air kedalam gelas ukur 500 ml

Dimasukkan tanah kedalam gelas ukur tersebut

Diaduk dengan kayu pengaduk hingga homogen

Diamati dan dicatat kenaikan volumenya

22
3.3.6 Penetapan Infiltrasi

Dibersihkan permukaan tanah dengan cangkul dan diratakan

Dibenamkan ring besar sampai kedalaman 15-20 cm

Dibenamkan ring kecil di tengah ring besar

Dipadatkan sekeliling ring dengan tanah agar air tidak merembes


keluar

Diisi air ke dalam ring hingga penuh

Diukur kecepatan turunnya air selama 5 menit dengan stopwatch

Diamati hingga kecepatan turunnya air konstan

23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Pengenalan dan Pengambilan Sampel Tanah di Lapangan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapat hasil mengenai
pengambilan sampel tanah yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Kedalaman (cm) Munsell Warna Konsistensi
0-14 cm 5y 3/1 Very dark grey lembab
14-40 cm 2,5y 5/6 Light olive lembab
brown
40-60 cm 2,5y 6/6 Olive yellow lembab
60-80 cm 2,5y 7/6 Yellow lembab
80-100 2,5y 7/4 Pale yellow lembab
100-120 cm 10yR 7/6 Yellow lembab
Tabel 1. Pengambilan sampel tanah tidak terganggu

Kedalaman (cm) Munsell Warna Konsistensi


1-8,5 cm 2,5y 5/8 Light olive
brown
8,5-20 cm 2,5y 5/4 Light olive
brown
20-27,5 cm 2,5y 3/2 Very dark
grayish
27,5-48 cm 2,5y 4/4 Olive brown
48-86 cm 2,5y 6/6 Olive brown
86-120 cm 7,5yR 5/8 Strong brown
Tabel 2. Pengambilan sampel tanah terganggu

24
4.1.2 Penetapan pH Tanah
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, hasil yang didapatkan
mengenai pengukuran pH H2O dan pH KCL dapat dilihat pada tabel
berikut.
Sampel tanah H2O KCL
Tanah terganggu 5,68 5,28
Tanah tidak 5,64 5,11
terganggu
Tabel 3. Pengukuran pH H2O dan pH KCL

4.1.3 Penetapan C-Organik


Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapat nilai dari
penetapan c-organik tanah pada sampel tanah terganggu, sampel tanah
tidak terganggu, dan sampel tanah blanko. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut.
Sampel % c-organik % bahan organik
Tanah terganggu 25,2% 43,34%
Tanah tidak terganggu 27,72% 47,67%
Tabel 4. Penetapan %c-organik dan %bahan organik

4.1.4 Penetapan Permeabilitas


Berdasarkan praktikum yang dilakukan hasil yang didapatkan adalah
tebal tanah (L) 5 cm, waktu (t) 0, 75 jam, serta tinggi permukaan air
dan volume (h dan Q) pada tanah terganggu dan tidak terganggu ada
pada tabel.
Tanah terganggu Tanah tdk terganggu
Waktu h Q h Q
14.08-14.23 2,7 cm 9,5 ml 2,1 cm 0
14.31-14.46 2,8 cm 0 2,2 cm 42 ml
14.50-15.05 2,6 cm 0 2,3 cm 62 ml

25
Tabel 5. Penetapan permeabilitas pada tanah terganggu dan tidak
terganggu
4.1.5 Penetapan Kadar Air, Bulk Density, Total Ruang Pori, dan
Particle Density
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, didapat hasil dari pengukuran
kadar air, bulk density, particle density, dan total ruang pori pada
tanah terganggu dan tanah tidak terganggu. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Sampel tanah Sampel tanah tidak
terganggu terganggu
Kadar air 0,80% 0,77%
Bulk density 0,68 gr/cm-3 0,51 gr/cm-3
Particle density 3,04 gr/cm-3 3,27 gr/cm-3
Total ruang pori 78% 85%
Tabel 6. Hasil kadar Air, Bulk Density, Total Ruang Pori, dan
Particle Density pada tanah terganggu dan tidak terganggu

4.1.6 Penetapan Infiltrasi


Berdasarkan praktikum yang dilakukan, didapat hasil dari pengukuran
infiltrasi yang dapat dilihat pada table berikut.
Pengamatan Waktu (menit) Tinggi air (cm) Infiltrasi
I 0-5 4,5 4,5 cm/5 menit
II 6-10 1,8 1,8 cm/5 menit
III 11-15 1,6 1,6 cm/5 menit
IV 16-20 1,5 1,5 cm/5 menit
V 21-25 1,5 1,5 cm/5 menit
Tabel 7. Hasil penetapan infiltrasi

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengenalan dan Pengambilan Sampel Tanah di Lapangan
Sampel tanah yang diambil pada praktikum ini merupakan tanah
terganggu dan tanah tidak terganggu. Pada kedalaman sampel tanah tidak
terganggu terdapat warna dasar yang hitam menjadi kuning setelah diambil

26
pada kedalaman 120 cm. Konsistensi tanah pada sampel ini adalah tanah
lembab. Munsell tanah yang berwarna kuning dinamakan 10yR%,
sedangkan Munsell tanah yang berwarna hitam dinamakan 10yR 2/1. Warna
tanah dipengaruhi oleh kandungan yang ada di dalam tanah, selain itu saat
kondisinya lembab, basah, atau kering warna tanah juga akan berbeda
(Robbani dkk., 2018).
Pada sampel tanah terganggu, konsistensi betum didapat
kejelasannya antara tanah lembab, basah, atau kering. Pada kedalaman tanah
0,5 cm warna yang dialami tanah adalah coklat muda atau light olive brown.
Tidak jauh setelahnya pada kedalaman 27,5 cm terdapat warna coklat
keabu-abuan tetapi sangat gelap. Dan akhirnya pada kedalaman tanah 120
cm terdapat warna tanah coklat pekat/kuat dengan Munsell 7,5yR%.

4.2.2 Penetapan pH Tanah


Berdasarkan tabel hasil, tanah terganggu yang diuji dengan H2O
diperoleh pH sebesar 5,68 dan pengujian dengan KCL sebesar 5,28.
Sedangkan tanah tidak terganggu yang diuji dengan H2O diperoleh pH 5,64
dan 5,11. Kemasaman tanah dibedakan atas kemasaman aktif dan
kemasaman cadangan (potensial). Kemasaman aktif disebabkan oleh adanya
ion-ion H+ bebas didalam larutan tanah, sedangkan kemasaman cadangan
disebabkan oleh adanya ion- ion H+ dan AL 3+ yang teradsorpsi pada
permukaan kompleks adsorpsi (Sugeng, 2013). Tanah yang diuji dengan
larutan KCL memiliki pH lebih rendah dibandingkan pH tanah yang diuji
dengan H2O. Hal ini dikarenakan kemasaman yang diukur dengan
menggunakan H2O adalah kemasaman aktif, sedangkan kemasaman yang
diukur dengan KCL adalah kemasaman aktif dan potensial. Pada penelitian
ini tanah terganggu dan tanah tidak terganggu termasuk pada tanah asam
karena pada saat pengujian keasaman tanah menunjukkan rentan angka 0-
5.9.

4.2.3 Penetapan C-Organik

27
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh
persentase kadar bahan organik pada tanah terganggu adalah 4,33% dengan
persentase c-organiknya sebesar 2,52%. Sedangkan persentase kadar bahan
organik pada tanah tidak terganggu adalah 27,72% dengan persentase c-
organiknya sebesar 47,67%. Bahan organik pada tanah terganggu
dikategorikan tinggi karena berada disekitar 3,01-5% sedangkan c-organik
pada tanah terganggu dikategorikan sedang karena berada disekitar 2,01-
3%. Hal ini disebabkan oleh tanah terganggu yang kekurangan humus,
dimana humus merupakan primer dari bahan organik, hal ini sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Hardjowigeno (1987), bahwa jumlah
kandungan bahan organik sangat ditentukan oleh faktor-faktor tekstur tanah
itu sendiri. Tekstur tanah juga dapat mempengaruhi bahan organik yang
terkandung didalamnya, dimana tanah yang lebih banyak mengandung liat
maka tingkat terjadinya oksidasi semakin rendah sehingga keberadaan
bahan organik didalam tanah tersebut dapat dipertahankan dengan baik. Dan
untuk tanah yang memiliki drainase baik maka akan semakin mudah bahan
organik dalam tanah dapat larut (Hakim, 1986).

4.2.4 Penetapan Permeabilitas


Berdasarkan hasil yang didapatkan, pada selang waktu 15 menit
pertama ketinggian permukaan air pada sampel tanah terganggu adalah 2,7
cm, sedangkan pada sampel tanah tidak terganggu 2,1 cm. Dengan demikian
artinya sampel tanah terganggu memiliki pori makro lebih sedikit daripada
sampel tanah tidak terganggu, karena itu air di atas permukaan tanah lebih
banyak. Hal ini dibuktikan dengan tinggi permukaan air pada selang waktu
kedua dan ketiga dimana tinggi air pada sampel tanah terganggu lebih
tinggi. Tinggi permukaan air pada tanah terganggu di pendataan terakhir
(ketiga) menurun, itu berarti setelah dua kali dialiri air ada sisa pori makro
yang sebelumnya belum terisi air menjadi terisi. Karena itu, tinggi
permukaan air menjadi turun. Sedangkan pada tanah tidak terganggu, pori
makro sudah terisi dari pengaliran pertama sehingga tinggi permukan air
bertambah. Faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah menurut

28
Hillel (1971) antara lain adalah tekstur tanah, porositas distribusi ukuran
pori, stabilitas agregat, stabilitas struktur tanah serta kadar bahan organik.
Volume (Q) air pada tanah terganggu sebanyak 9,5 ml sedangkan
pada tanah tidak terganggu 0 ml. Ini menunjukkan bahwa pada sampel tanah
terganggu memiliki kepadatan lebih rendah daripada tanah tidak terganggu.
Namun, pada saat pengaliran kedua dan ketiga ada air yang keluar.
Berbanding terbalik dengan tanah tidak terganggu, saat pengaliran kedua
dan ketiga air keluar dari permeameter bahkan lebih banyak daripada air
pada tanah terganggu pengaliran pertama. Hal ini dikarenakan saat
pengaliran pertama tanah terganggu menjadi lebih padat sehingga air
menjadi tidak keluar, sedangkan pada tanah tidak terganggu kepadatan
menurun sehingga air keluar. Berdasarkan hukum Darcy, sampel tanah
terganggu memiliki kelas permeabilitas 0,39 cm/jam, yang tergolong kelas
lambat. Sedangkan sampel tanah tidak terganggu 5 cm/jam yang tergolong
sedang. Cara mencari nilai permeabilitas dapat dilihat di lampiran
perhitungan.

4.2.5 Penetapan Kadar Air, Bulk Density, Total Ruang Pori, dan
Particle Density
Berdasarkan hasil praktikum pada tabel diatas, menunjukkan bahwa
nilai kadar air pada setiap tanah berbeda- beda, pada tanah terganggu kadar
airnya 0,80%. Sedangkan pada tanah tidak terganggu kadar air yang
diperoleh adalah 0,77%. Hal ini disebabkan karena tekstur dari setiap tanah
berbeda sehingga kemampuan dalam menyimpan air serta kemampuan
dalam melewatkan air berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan pendapat
Pairunan (1985) yang menyatakan bahwa kemampuan tanah dalam
menyediakan air dan kemampuan tanah memegang air ditentukan oleh
tekstur tanah.
Dari hasil praktikum, hasil bulk density yang diperoleh
menunjukkan bahwa tanah terganggu memiliki tingkat bulk density sebesar
0,68 g/cm-3. Berbeda dengan sampel tanah tidak terganggu yang memiliki
tingkat bulk density sebesar 0,5L gr/cm-3. Hal ini menunjukkan bahwa pada

29
sampel tanah terganggu dan tanah tidak terganggu memiliki tekstur liat.
Sesuai dengan pendapat Sarief (1986) bahwa tanah bertekstur liat memiliki
bobot volume tanah yang kecil dan tanah yang bertekstur pasir mempunya
nilai volume bobot yang besar.
Berdasarkan dengan hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai
particle density pada tanah terganggu yaitu sebesar 3,04 gr/cm3, sedangkan
pada tanah tidak terganggu seberor 3,27 gr/cm3. Hal Ini disebabkan karena
tanah terganggu dan tidak terganggu memiliki cukup banyak kandungan
bahan organik di dalamnya. Sesuai dengan pendapat Foth H.D (1988)
bahwa kerapatan partikel dipengaruhi oleh kandungan bahan organik dan
tekstur tanah, tanah dengan kandungan bahan organik tinggi mempunyai
particle density yang lebih rendah.
Berdasarkan pengamatan, tanah terganggu dan tidak memiliki nilai
total ruang pori 78% dan 85%. Hal ini menunjukkan semakin mudah tanah
menyerap air maka kemungkinan permeabilitas yang ditimbulkan juga
besar. Dari nilai porositas yang diperoleh diketahui bahwa tanah terganggu
termasuk kedalam kelas porous dan tanah tidak terganggu termasuk kelas
sangat porous (Arsyad, 1989).

4.2.6 Penetapan Infiltrasi

Pada praktikum yang telah dilaksanakan ini, jenis tanah yang


digunakan yaitu tanah inceptiol. Tanah inceptisol yang terdapat di dataran
rendah, solum yang terbentuk pada umumnya tebal sedangkan pada
daerah-daerah berlereng curam solum yang terbentuk tipis. Pada hasil
pengamatan laju infiltrasi di lapangan menggunakan double ring
infiltrometer, hasil yang didapat pada pengamatan 5 menit pertama
kecepatan infiltrasinya (18 cm/jam) dan mencapai titik konstan pada 5
menit kelima dengan kecepatan infiltrasi (6 cm/jam), sehingga laju
infiltrasi pada praktikum ini termasuk kriteria sedang. Pada awal infiltrasi,
air yang meresap ke dalam tanah mengisi kekurangan kadar air tanah.
Setelah kadar air tanah mencapai kadar air kapasitas lapang, maka
kelebihan air akan mengalir ke bawah menjadi cadangan air tanah (ground

30
water) (Jury dan Horton, 2004). Menurut Wibowo (2010), waktu sangat
berpengaruh terhadap infiltrasi. Makin lama waktu infiltrasi maka makin
kecil laju infiltrasi. Hal ini disebabkan karena tanah makin jenuh dan
sebagian rongga tanah sudah terisi oleh tanah-tanah yang lembut, sehingga
air makin berkurang ruang geraknya. Infiltrasi yang berkurang seiring
bertambahnya waktu disebabkan oleh struktur tanah tumbuhan, permukaan
tanah, serta kelembapan tanah.

31
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
 Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum mengenai pengenalan dan
pengambilan sampel tanah di Lapangan yaitu terdapat dua acara untuk
mengambil sampel tanah. Pertama, menggunakan bor belgi dan yang
kedua menggunakan ring sampel. Hal yang diuji yaitu warna tanah dan
konsistensi tanah. Dapat diketahui bahwa pada setiap kedalaman yang
berbeda bisa jadi jenis horisonnya masih sama, walaupun terdapat
perbedaan warna pada setiap kedalaman
 Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum mengenai penetapan pH
tanah adalah tanah masam memiliki nilai pH kurang dari 7 baik berupa
lahan kering maupun lahan basah. Reaksi tanah pada tanah terganggu 1
sebesar 5,28, pada tanah terganggu 2 sebesar 5,68. Sedangkan pada tanah
tidak terganggu 1 sebesar 5,11, dan tanah tidak terganggu 2 sebesar 5,64.
Dengan demikian reaksi tanah (pH) dari keempat sampel adalah asam.
 Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum mengenai penetapan c-
organik tanah adalah kandungan bahan organik pada sampel tanah
terganggu termasuk ke dalam kategori tinggi yaitu 4,33%. Dan nilai
kandungan c-organik pada sampel tanah terganggu termasuk sedang yaitu
2.52%. Diantara sekian banyak faktor yang mempengaruhi kadar bahan
organik dan nitrogen tanah, faktor yang paling penting adalah kedalaman
tanah, iklim drainase, dan tekstur tanah. Kedalaman lapisan menentukan
kadar bahan organik dan N, kadar bahan organik terbanyak ditemukan
pada lapisan atas setelah 20cm (15-20%), semakin kebawah semakin
berkurang. Hal ini disebabkan oleh akumulasi bahan organik memang
terkonsentrasi dilapisan bagian atas.
 Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum mengenai penetapan
permeabilitas tanah yaitu permeabilitas merupakan kecepatan bergerak

32
suatu cairan didalam media berpori dalam keadaan jenuh. Sebelum
melakukan percobaan ini, sampel tanah harus direndam terlebih dahulu
agar pori makro yang sebelumnya terisi udara menjadi terisi air. Percobaan
dilakukan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 15 menit.
 Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum mengenai penetapan
kadar air, bulk density, total ruang pori, dan particle density adalah kadar
air, bulk density, total ruang pori, dan particle density saling
mempengaruhi. Apabila bulk density dan particle density tinggi, maka
nilai total ruang pori akan rendah. Selain itu, bahan organik sangat
mempengaruhi kadar air, bulk density, dan particle density
 Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum mengenai penetapan
infiltrasi adalah berdasarkan praktikum penetapan infiltrasi yang telah
dilaksanakan menggunakan double ring infiltrometer terdapat hasil
penelitian infiltrasi pada tanah dengan pengamatan 5 menit pertama
kecepatan infiltrasi nya (18 cm/jam) dan mencapai titik konstan pada 5
menit kelima dengan kecepatan infiltrasi (6 cm/jam), sehingga laju
infiltrasi pada penelitian ini termasuk kriteria sedang. Kerapatan tanah
mempengaruhi laju infiltrasi pada suatu areal, selain itu kecepatan laju
infiltrasi sangat berpengaruh terhadap volume air yang masuk kedalam.

5.2 Saran

Saran untuk praktikum dasar-dasar teknologi tanah ini adalah diharapkan


ilmu-ilmu yang sudah saya dan teman-teman saya dapatkan ini dapat terus kami
ingat dan diterapkan dikehidupan sehari-hari. Dan diharapkan untuk praktikum di
semester selanjutnya, kami bisa mengikuti dengan lebih baik lagi, lebih fokus,
aktif, teliti, serta selalu mengikuti seluruh peraturan yang ada selama praktikum
baik itu saat di Laboratorium maupun di Lapangan.

33
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi

1.1 Pengenalan dan Pengambilan Sampel Tanah di Lapangan

Gambar 1. Ring sampel Gambar 2. Tanah diratakan


dibenamkan ke dalam tanah dengan cutter

Gambar 3. Masukkan tanah ke Gambar 4. Bor belgi ditancapkan


dalam plastik dan diberi label ke dalam tanah

Gambar 5. Diletakkan Gambar 6. Dicocokkan warna


Tanah pada kertas HVS menggunakan Munsell

36
1.2 Penetapan pH Tanah

Gambar 7. Dicampurkan H2O Gambar 8. Dicampurkan KCL


10 ml 10 ml

Gambar 9. Dimasukkan kedalam Gambar 10. Ditimbang dengan


Botol filum timbangan analitik

Gambar 11. Disaring sampel Gambar 12. Dihaluskan tanah


tanah

37
1.3 Penetapan C-Organik

Gambar 13. Dihaluskan tanah Gambar 14. Ditibang tanah 0,5 gr

Gambar 15. Ditambahkan Gambar 16. Ditambahkan NaF 1 gr

K2Cr2O7

Gambar 17. Ditambahkan Gambar 18. Dititrasi dengan


Aquades 100 ml FeSO4 hingga berubah warna

38
1.4 Penetapan Permeabilitas

Gambar 19. Pengambilan sampel Gambar 20. Pemasangan ring sampel


Tanah yang direndam 24 jam ke benen

Gambar 21. Sampel tanah Gambar 22. Pengukuran ketinggian


Dimasukkan ke permeameter air di permeameter

Gambar 23. Pengukuran air Gambar 24. Pencatatan data


Dengan gelas ukur hasil permeabilitas

39
1.5 Penetapan Kadar Air, Bulk Density, Total Ruang Pori, dan Particle
Density

Gambar 25. Sampel tanah Gambar 26. Sampel tanah ditimbang

Dihaluskan dengan timbangan analitik

Gambar 27. Dimasukkan air ke Gambar 28. Dimasukkan tanah

Gelas ukur 500 ml ke dalam gelas ukur

40
Gambar 29. Diaduk hingga homogen Gambar 30. Diamati dan dicatat
1.6 Penetapan Infiltrasi

Gambar 31. Benamkan ring besar Gambar 32. Benamkan ring kecil

Gambar 33. Isi air ke dalam Gambar 34. Isi air ke dalam ring
Ring besar kecil

Gambar 35. Pengukuran laju Gambar 36. Proses turunnya air


Infiltrasi dalam waktu 5 menit

41
Lampiran 2. Perhitungan

2.1 Penetapan C-Organik Tanah


Diketahui : volume awal FeSO4 blanko = 45 ml
volume akhir FeSO4 blanko = 38,8 ml
volume awal FeSO4 tanah terganggu = 38,5 ml
volume akhir FeSO4 tanah terganggu = 29 ml
volume awal FeSO4 tanah tidak terganggu = 29 ml
volume akhir FeSO4 tanah tidak terganggu = 19,2 ml
Ditanya : % c-organik ?
% bahan organik ?

Jawab : ml FeSO4 blanko = 45-38,8 ml = 6,5 ml


ml FeSO4 tanah terganggu = 38,5-29 ml = 9,5 ml
ml FeSO4 tanah tidak terganggu = 29-19,2 ml = 9,8 ml
 Tanah terganggu
% c-organik = ml FeSO4 (blanko – contoh) / g tanah kering mutlak x N FeSO4
x 0,33 / 0,77
= 6,5 – 9,5 / 0,05 x 1 x 0,33 / 0,77
= 2,52 %
% bahan organik = 1,72 x % c-organik
= 1,72 x 25,2
= 4,33 %
 Tanah tidak terganggu
% c-organik = ml FeSO4 (blanko-contoh) / g tanah kering mutlak x N FeSO4
x 0,33 / 0,77
= 6,5 – 9,8 / 0,05 x 1 x 0,33 / 0,77
= 27,72 %
% bahan organik = 1,72 x % c- organik
= 1,72 x 27,72
= 47,67 %

42
2.2 Penetapan Permeabilitas
Diketahui : r = 2,5 cm
Q1 = 9,5+0+0 -> terganggu
Q2 = 0+42+62 -> tidak terganggu
h1 = 2,7+2,8+2,6 -> terganggu
h2 = 2,1+2,2+2,3 -> tidak terganggu
t = 0,75 jam
Ditanya : nilai permeabilitas pada tanah terganggu dan tidak terganggu ?

Jawab : K = Q / t x L / h x I / A
A = phi x r^2 = 3,14 x (2,5)^2
 Tanah terganggu
Q1 = 9,5+0+0 / 3 = 3,16 ml h1 = 2,7+2,8+2,6 / 3 = 2,7 cm
K = 3,16 / 0,75 x 5 / 2,7 x 1 / 19,62 = 15,8 / 39,7 = 0,39 cm/jam
 Tanah tidak terganggu
Q1 = 0+42+62 / 3 = 34,6 ml h2 = 2,1+2,2+2,3 / 3 = 2,2 cm
K = 34,6 / 0,75 x 5 / 2,2 x 1 / 19,62 = 173 / 32,37 = 5,3 cm/jam

2.3 Penetapan Kadar Air, Bulk Density, Total Ruang Pori, dan Particle
Density
Kadar Air
Diketahui : Tanah terganggu : berat kering = 35,75 gr
berat basah = 187,82 gr
berat kering tanpa wadah = 152,07 gr
Tanah tidak terganggu : berat kering = 34,12 gr
berat basah = 148,90 gr
berat kering tanpa wadah = 114,78 gr
Ditanya : kadar air (KA) pada tanah terganggu da tidak terganggu ?

Jawab :

43
KA tanah terganggu = TB-TK / TB x 100%
= 187,82 – 35.75 / 187,82 x 100%
= 152,07 / 187,82 x 100% = 0,80%
KA tanah tidak terganggu = TB-TK/TB x 100%
= 148,90 – 24,12 / 148,90 x 100%
= 114,78 / 148,90 x 100% = 0,77%

BD
Diketahui : BTK tanah terganggu = 152,07 *BTK = berat tanah kering
BTK tanah tidak terganggu = 114,78
Jari-jari = 3,75
Tinggi = 5 cm
Ditanya : Bulk density (BD) dari tanah terganggu dan tanah tidak terganggu ?
Jawab :
Volume = phi x (r^2) x t
= 3,14 x (3,75)^2 x 5
= 220,74
BD tanah terganggu :
BD = BTK / Volume = 152,07 / 220,74 = 0,68 gr/cm^-3
BD tanah tidak terganggu :
BD = BTK / Volume = 114,78 / 220,74 = 0,51 gr/cm^-3

PD, TRP
Diketahui : PD tanah terganggu :
Volume awal = 300 ml
Volume akhir = 350 ml
PD tanah tidak terganggu :
Volume awal = 300 ml
Volume akhir = 335 ml
Ditanya : particle density (PD) dan total ruang pori (TRP) pada tanah terganggu
dan tidak terganggu
Jawab :

44
Tanah terganggu :
PD = berat tanah kering / volume tanah
PD = 152,07 / 50 = 3,04 gr/cm^3
Tanah tidak terganggu :
PD = berat tanah kering / volume tanah
PD = 114,78 / 35 = 3,27 gr/cm^3

Tanah terganggu
TRP = (1- 0,68 / 3,04) x 100%
= (1-0,22) x 100%
= 0,78 x 100% = 78%
Tanah tidak terganggu
TRP = (1-0,51 / 3,27) x 100%
= (1-0,15) x 100%
= 0,85 x 100% = 85%

2.4 Penetapan Infiltrasi

Pengamatan Waktu (menit) Tinggi air (cm) Infiltrasi


I 5 4,5 4,5 cm/5 menit
II 5 1,8 1,8 cm/5 menit
III 5 1,6 1,6 cm/5 menit
IV 5 1,5 1,5 cm/5 menit
V 5 1,5 1,5 cm/5 menit

5 menit pertama kecepatan infiltrasi 4,5 cm/5 menit (18 cm/jam) dan infiltrasi
konstan tercapai pada 5 menit kelima dengan kecepatan 1,5 cm/5 menit (6
cm/jam).

45

Anda mungkin juga menyukai