DISUSUN OLEH :
14314575
Laporan magang ini telah diperiksa dan disetujui sebagai hasil kegiatan magang
Periode 2019
NIP NIDN
Mengetahui
Wakil Rektor I
i
KATA PENGANTAR
kuliah Program Sarjana Teknik Lingkungan (S1), 4 tahun, Program Studi Teknik
Pemagangan ini tidak pernah terlepas dari dukungan berbagai pihak yang
yang memuaskan. Tanpa waktu, tenaga, dan pikiran berbagai pihak, penulis tidak
3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Chafid Fandeli, SU, selaku Rektor Institut
Teknologi Yogyakarta ITY YLH beserta staf dan jajarannya yang telah
4. Ibu Dra. Lily Handayani. M.Si, selaku Wakil Rektor I Institut Teknologi
ii
5. Dosen, staf, dan karyawan Program Studi Teknik Konservasi Lingkungan,
8. Ayah dan ibu yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil
penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi tersusunnya laporan ini yang lebih baik. Penulis berharap semoga hasil dari
tugas ini nantinya dapat berguna bagi semua pihak dan dapat menambah wawasan
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………………. i
KATA PENGANTAR………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. iv
DAFTAR TABEL………………………………………………………………. vii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………. viii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang…………………………………………………………… 1
B. Maksud dan Tujuan……………………………………………………… 3
C. Ruang Lingkup………………………………………………………….. 4
D. Batasan Pengertian……………………………………………………… 5
BAB II DESKRIPSI KAWASAN……………………………………………… 8
A. Risalah Kawasan………………………………………………………… 8
1. Letak……………………………………………………………………… 8
2. Luas……………………………………………………………………… 8
3. Batas-batas……………………………………………………………… 9
4. Sejarah Kawasan………………………………………………………… 10
a. Kondisi Kawasan…………………………………………………….. 10
b. Proses Peralihan Hutan Produksi Menjadi Kawasan Taman Hutan 14
Raya………………………………………………………………….
B. Potensi Hayati dan Non-Hayati ………………………………………… 16
1. Potensi Hayati…………………………………………………………… 16
a. Flora………………………………………………………………….. 16
b. Potensi Fauna………………………………………………………… 18
2. Potensi Non-Hayati……………………………………………………… 20
a. Topografi…………………………………………………………….. 20
b. Fisiografi……………………………………………………………... 21
c. Geologi dan Hidrologi……………………………………………….. 22
d. Tanah…………………………………………………………………. 23
C. Posisi Kawasan dalam Perspektif Tata Ruang dan Pembangunan Daerah 25
D. Permasalahan dan Isu-isu terkait Kawasan………………………………. 27
1. Permasalahan……………………………………………………………. 27
2. Isu-isu Terkait Kawasan………………………………………………… 27
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………. 29
A. Taman Hutan Raya Bunder ……………………………………… 29
B. Visi dan Misi Taman Hutan Raya Bunder ……………………………… 31
1. Visi Tahura Bunder……………………………………………………… 31
2. Misi Tahura Bunder……………………………………………………… 31
C. Strategi dan Program Taman Hutan Raya Bunder ………………….. 32
a. Strategi Pengelolaan Taman Hutan Raya Bunder ………………… 32
b. Program Pengelolaan Taman Hutan Raya Bunder ………………… 32
D. Akses dan Sirkulasi ……………………………………………………. 35
E. Fasilitas ………………………………………………………………… 37
F. Perlindungan Kawasan…………………………………………………. 40
iv
G. Rencana pengembangan keragaman hayati 41
1. Rencana pengembangan vegetasi 41
2. Rencana Pelestarian Fauna…………………………………………. 46
H. Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Alam……………………………… 47
1. Proyeksi Pengunjung………………………………………………… 47
2. Rencana Pengembangan Wisata Alam………………………………… 49
3. Kriteria Pengembangan Tata Letak Taman Hutan Raya Bunder 53
I. Pengembangan Pengelolaan Kawasan, Kerjasama/Kolaborasi………… 56
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………….. 63
A. Kesimpulan……………………………………………………………… 63
B. Saran…………………………………………………………………….. 64
DAFTAR PUSTAKA 65
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pembagian Luas Berdasarkan Blok………………..…………….. 8
Tabel 2. Potensi Flora Di Tahura Bunder…………………………………. 17
Tabel 3. Kerapatan Vegetasi Di Tahura Bunder…………………………… 18
Tabel 4. Beberapa Jenis Burung Di Kawasan Taman Hutan Raya Bunder.. 18
Tabel 5. Beberapa Jenis Fauna Selain Burung Di Kawasan Taman Hutan 20
v
Raya Bunder……………………………………………………..
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Taman Hutan Raya Bunder …………………………………... 5
Gambar 2. Peta Administratif Taman Hutan Raya Bunder……………….. 9
Gambar 3 Peta Pembagian Blok Taman Hutan Raya Bunder……………... 14
Gambar 4 Peta Jenis Tanah Tahura Bunder…………………...…………... 25
Gambar 5. Peta Penataan Blok………………….…………………………. 54
Gambar 6. Diagram Model Politik Ekonomi………………………………. 57
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahura Bunder adalah taman hutan raya yang berlokasi di kawasan konservasi
Hutan Bunder, Gunungkidul, dengan luasan mencapai 634 hektare. Pemda DIY
skema Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK). Dengan skema ini, wilayah
yang dikelola Balai Pengelolaan Tahura Bunder bertambah hingga Bantul demi
alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli
dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu
(Kusnul, 2018).
Nomor : SK.144/ Menhut-II/ 2014 Tentang Penetapan Kawasan Hutan Taman Hutan
Raya Bunder Seluas 634,10 Ha yang Terletak Di Kecamatan Playen dan Kecamatan
taman hutan raya memiliki bentuk pengelolaan yang berbeda jika dibandingkan
1
tersebut, pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah pusat melalui unit pelaksana
teknisnya yang ada di daerah, sedangkan pada tahura pengelolaan dilakukan secara
namun tetap melalui koordinasi dengan UPT Kementerian Kehutanan, dalam hal ini
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat. Tahura yang diarahkan
Suatu kawasan hutan ditetapkan oleh Menteri Kehutanan sebagai Tahura telah
melewati tahapan dan kajian yang mendalam. Pelestarian alam dan lingkungan. Itulah
yang menjadi salah satu tujuannya. Dengan melindungi kawasan hutan diharapkan
kelestarian alam dapat terjaga. Bukan sekedar hutan lindung, Tahura merupakan
dalam prakteknya bisa dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi dan pariwisata. Kawasan
perlindungan dan kawasan pemanfaatan Tahura Bunder telah dibatasi secara jelas,
baik dalam peta maupun dengan pal batas di lapangan. Sehingga telah jelas
2
kekhawatiran akan ditinggalkannya masyarakat dalam pengelolaan kawasan Tahura
sudah selayaknya tidak perlu terjadi. Tahura Bunder telah menggandeng masyarakat
dan prasarana di Tahura Bunder seperti kios dan flying fox. Disamping pendopo, jalan
tidak hanya masyarakat sekitar kawasan tetapi juga masyarakat umum. Kawasan
Tahura Bunder bukanlah kawasan yang tertutup. Balai Pengelolaan Tahura Bunder
dan kawasan untuk seluruh lapisan masyarakat, dengan tetap berpegang pada
Semua potensi diatas perlu dipersiapkan dan dikelola dengan baik agar dapat
konservasi tersebut, kegiatan ekowisata alam menjadi salah satu upaya pemanfaatan
hutan konservasi yang mendatangkan banyak peluang, jika dikelola dengan baik.
Karena itu perlulah disusun Rencana Pengelolaan Taman Hutan Raya Bunder
didasarkan kepada kondisi fisik, sosial ekonomi dan budaya agar Taman Hutan Raya Bunder
dapat dilaksanakan secara tepat dan terarah sesuai kaidah pengelolaan ekosistem yang
mantap dan selanjutnya dapat dijadikan acuan penyusunan rencana pengelolaan baik jangka
3
Adapun tujuan disusunnya Rencana Pengelolaan Taman Hutan Raya Bunder Jangka
Panjang adalah:
C. Ruang Lingkup
Penyusunan Rencana Pengelolaan Taman Hutan Raya Bunder Jangka Panjang ini
dengan luas secara keseluruhan ± 634,1 ha yang terletak di Kabupaten Gunungkidul, dengan
wilayah tersebar di petqk 11, 15, 19, 20, 21, 22, 23, dan 24 sebagaimana yang dapat dilihat
pada gambar 1.
4
Gambar 1. Taman Hutan Raya Bunder
D. Batasan Pengertian
Beberapa batasan pengertian dari beberapa istilah yang ada dalam dokumen
rencana pengelolaan Taman Hutan Raya Bunder jangka panjang ini adalah sebagai
berikut :
tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan
2. Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di
satwa serta pemanfaatan secara lestari sumber daya hayati dan ekosistemnya.
5
3. Wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut
alam.
4. Blok perlindungan adalah bagian dari kawasan tahura yang mutlak harus
5. Blok pemanfaatan adalah bagian dari kawasan tahura yang secara intensif
10. Kerjasama adalah kesepakatan antara pemerintah daerah dengan pihak ketiga
tentang pengelolaan tahura yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak
dan kewajiban.
6
11. Kolaborasi pengelolaan tahura adalah pelaksanaan suatu kegiatan atau
pengelolaan tahura secara bersama dan sinergis oleh para pihak atas dasar
7
BAB II
DESKRIPSI KAWASAN
A. Risalah Kawasan
1. Letak
hutan yang terletak wilayah Resort polisi hutan tahura petak 11, 15, 19, 20,
21, 22, 23, 24 bagian daerah hutan (BDH) Playen, dibawah Dinas Kehutanan
Raya Bunder terletak pada koordinat 110° 32’ 55” - 110° 34’ 35” BT dan 7°
2. Luas
Taman Hutan Raya Bunder seperti tercantum pada tabel 1 di bawah ini :
8
3. Batas-batas
Patuk.
9
4. Sejarah Kawasan
a. Kondisi kawasan
Kawasan Taman hutan raya Bunder hutan berasal dari hutan produksi
berikut :
1) Petak 11
93,3 ha. Tanaman pada petak ini didominasi oleh tegakan kayu putih
tegakan nya murni sampai campur, jarang sampai rapat, dengan umur
tanaman tertua tahun tanam 1932 sampai tahun 1998. Pada petak ini
tahun 2003 telah ditanam program GNRHL jenis kayu putih dengan
luas 5 ha, pada tahun 2004 program GNRHL jenis yang ditanam
2) Petak 15
43,0 ha. Jenis vegetasi yang mendominasi Pada peta ini adalah tegakan
10
25% Sisanya adalah Akasia sekitar 10% dari luasan seluruh petak.
Pada tahun 2003 ditanam program GNRHL jenis kayu putih dengan
3) Petak 19
maupun tercampur dengan jenis lain. Tegakan Akasia pada petak ini
mencapai 66,1 ha atau setara dengan 53,3% luas petak. Jenis lain yang
anak petak. Tanaman agroforestry yang dapat dijumpai pada petak ini
11
4) Petak 20
38,1 ha atau setara 53,9% luas petak. Tanaman yang lain adalah
setara 28,7% dengan kondisi tegakan murni jarang sampai rapat dan
Glerecidea sp. Dengan kondisi rapat pada anak petak 20c seluas 4,2 ha
dan tanaman sengon buto (Albizia sp.) Yang rapat seluas 5 ha pada
5) Petak 21
putih yang diperkirakan seluas 66,55 ha atau mencakup 5,3% dari luas
petak dengan kondisi tegakan murni dan rapat. Jenis tanaman lain
12,5 ha atau setara dengan 11,9%. Jenis lain yang dapat dijumpai pada
petak ini adalah tanaman Akasia. Tegakan kayu putih pada kawasan
konservatif.
12
6) Petak 22
67,2% luas petak dalam kondisi tegakan murni dan rapat. Jenis
tanaman lain yang dapat ditemukan pada petak ini adalah tanaman jati
dan sukun. Pada petak 22 ini ini terdapat kebun arboretum yang
7) Petak 23
ada ada tidak dipangkas ( tidak diusahakan untuk produksi daun kayu
putihnya).
8) Petak 24
13
dari sedang sampai rapat. Pada petak ini dijumpai pula adanya
Raya
adalah :
tertata.
14
2) Upaya penataan dilakukan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Gunung
1998.
mempunyai luas minimum 600 ha. Selain hal itu lokasi kawasan hutan
15
8) Tim terpadu yang dibentuk oleh Kementerian kehutanan melakukan
2004 tentang perubahan fungsi kawasan hutan produksi tetap Banaran petak
11, 15, 19, 20, 21, 22, 23, 24 seluas ± 617 ha yang terletak di kabupaten
1. Potensi Hayati
a. Flora
16
berpengaruh terhadap ragam jenis tumbuhan penyusun flora kawasan Taman
satelit, kerapatan vegetasi yang ada di dalam kawasan Taman hutan raya
17
Tabel 3. Kerapatan Vegetasi Di Tahura Bunder
Tata Guna Lahan Luasan (Ha) Prosentase
Hutan Kerapatan Rendah / Hutan 113,25 17,86
Campuran
Hutan Kerapatan Sedang 117,47 18,53
Hutan Kerapatan Tinggi 154,36 24,34
Vegetasi Rendah Jarang 100,82 15,90
Vegetasi Rendah Rapat 148,20 23,37
TOTAL 634.10 100.00
Sumber : Hasil pengamatan lapangan dan interpretasi foto satelit, 2006
b. Potensi Fauna
menyimpan potensi satwa liar yang cukup beragam, yaitu ada sekitar 46
Jenis satwa liar yang dapat dijumpai di di kawasan ini. Untuk jenis burung
pada tabel 5.
18
9. Bentet Kelabu Lanius Schach Mudah dijumpai
10. Walet Sapi Collocalia Esculenta Mudah dijumpai
11. Ciboh Kacat Aegithina Tiphia Mudah dijumpai
12. Cabai Polos Dicaeum Concolor Jarang
13. Cekakak Sungai Todirhampus Chloris Jarang
14. Tekukur Biasa Streptopelia Chinensis Mudah dijumpai
15. Gelatik Batu Parus Major Mudah dijumpai
Kelabu
16. Cinenen Kelabu Orthotomus Ruficeps Mudah dijumpai
17. Trinil Pantai Tringa Hypoleucos Jarang
18. Walet Sarang Putih Collocalia Fuchifaga Mudah dijumpai
19. Kepodang Sungu Coracina javensis Jarang
Jawa
20. Bendol Jawa Lonchura leucogastroides Mudah dijumpai
21. Cinenen Pisang Orthotomus sutorius Jarang
22. Cekakak Jawa Halcyon cyanoventris Mudah dijumpai
23. Kekep Babi Artamus leucorhynchus Jarang
24. Tangkar Cetrong Crypsirina temia Jarang
25. Ayam Hutan Gallus gallus Jarang
Merah
26. Gemak Tegalan Turnix silvatica Jarang
27. Raja Udang Alcedo meninting Jarang
Meninting
28. Wiwik Lurik Cacomantis sonneratii Jarang
29. Kepasan Kemiri Lalage nigra Jarang
30. Cucak Kuricang Pycnonotus atriceps Jarang
31. Kareo Padi Amaurornis phoenicurus Mudah dijumpai
32. Kirik-kirik Senja Merops leschenaulti Jarang
33. Srigunting Hitam Dicrucus Leucogastra Jarang
34. Sikatan Besi Muscicapa Ferruginea Jarang
35. Bondol Perut Putih Lonchura Leucogastra Mudah dijumpai
36. Kangkok Ranting Cuculus Saturates Mudah dijumpai
37. Wiwik Kelabu Cacomantis Merulinus Jarang
Sumber : Buku Kajian pengembangan wisata Alam Bunder kerjasama Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Propinsi D.I. Yogyakarta dengan Fakultas Kehutanan UGM 2003 dalam RPJP
Tahura Bunder periode 2013-2023
Melihat potensi kawasan Tahura Bunder yang memiliki banyak jenis burung
maka kawasan ini baik digunakan untuk kegiatan pengamatan burung (Bird
19
usaha pelestariannya. Mengajak peserta didik untuk melakukan usaha
Tabel 5. Beberapa Jenis Fauna Selain Burung Di Kawasan Taman Hutan Raya
Bunder
Sumber : Buku Kajian pengembangan wisata Alam Bunder kerjasama Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Propinsi D.I. Yogyakarta dengan Fakultas Kehutanan UGM, 2003 dalam RPJP Tahura
Bunder periode 2013-2023
a. Topografi
Taman hutan raya Bunder masuk ke dalam kawasan Lembah Oyo (Halim
Khan dalam Anonim, 1988). Fisiografi berupa bukit angkatan dan Bukit
20
yang lebih tinggi di sebelah utara, timur laut dan Barat laut (Anonim,
sampai tempat yang tertinggi terletak pada ketinggian antara 110 - 200 m
b. Fisiografi
21
c. Geologi dan Hidrologi
Geologi atau batuan taman hutan raya Bunder terdiri dari batuan
karst yang tersusun oleh tuff, marl dan batu gamping yang sangat tebal.
Tanah taman hutan raya Bunder tersusun dari jenis tanah Regosol kelabu,
pecah, lapisan lopsoil sampai sub soilnya antara 10 - 50 cm. Dari hasil
pengukuran suhu tanah antara 27° - 32° Celcius, kelembaban tanah dari
sungai besar maupun sungai kecil kecil. Sungai besar yang melalui taman
hutan raya bunder adalah sungai Oyo yang bermata air di Gunung Gajah
sungai seluas sekitar 750 km2 dengan panjang sungai utama 106,75 km
mempunyai beberapa anak sungai yang alurnya melalui areal taman hutan
raya Bunder, yaitu sungai widoro, sungai juwet dan sungai Dondong.
studi ini adalah zona Aquitard Baturagung dan zona aquifer Wonosari. Air
tanah di zona Aquitard Baturagung relatif tidak besar dan dibawa oleh
oleh lava dan breksi andesit, batu pasir, batu lempung, serpih dan
22
zona Aquifer Wonosari lapisan pembawa air tanah adalah Formasi
d. Tanah
dan Grumusol Kelabu Tua (Re), Grumusol Hitam (Gr), Litosol (Li), dan
abu-abu sangat tua terdapat besi dan dalam hal tanah yang lebih dalam,
dan banyak besi, tidak ada konkresi kapur. Pada umumnya hanya tinggal
tanah tipis di antara lapisan-lapisan batu kapur yang keras. Tanah yang
kompleks regosol kelabu dan grumusol kelabu tua dengan bahan induk
batu kapur napal. Di lapangan yang miring subsoil hampir tidak ada.
Banyak dijumpai lapisan batu kapur yang keras tidak bertanah. Tanah
Apabila tanah kering, berkerut membentuk balok balok besar dan keras
23
jelek, daya penahan air kuat, sangat lekat dan plastis, pH 6,0 - 6,5, banyak
Keadaan tekstur tanah dengan klasifikasi tanah lempung dan tanah liat dapat
24
Tabel 10. Luas Lahan Berdasarkan Tekstur Tanah
Kawasan hutan negara wilayah DIY mempunyai luas sekitar 5% dari luas
DIY sehingga pengendalian potensi dan kawasan hutan sangat diperlukan guna
fungsi hutan. Selain hal tersebut, pertumbuhan populasi yang cukup pesat mempunyai
25
Antisipasi dalam rangka mencukupi wilayah hutan dalam rangka menjaga
keseimbangan Tata air dan perlindungan rawan bencana diperlukan keterkaitan antara
fungsi kawasan. Dalam rencana tata ruang wilayah Provinsi DIY sesuai peraturan
daerah RTRWP nomor 3 tahun 2010 khususnya wilayah yang telah ditetapkan
sebagai kawasan lindung telah dapat mencukupi batasan perlindungan untuk menjaga
keseimbangan Tata air dan perlindungan rawan bencana yang meliputi : taman hutan
raya, hutan lindung, kawasan resapan air, cagar alam geologi yang cukup luas,
kawasan sempadan waduk, Telaga, sungai dan pantai serta kawasan suaka
margasatwa. Dalam rangka mendukung penataan ruang wilayah yang lebih aplikatif
terhadap kawasan di luar wilayah hutan negara ( khususnya hutan berfungsi lindung
setempat dan cagar alam geologi), kawasan tersebut dibedakan kawasan lindung,
Sebaran kawasan lindung secara kuantitatif dapat dilihat dalam tabel 10 dan
26
11. Kawasan Perbukitan Karst 79.838.0000 25,0995
12. Kawasan Perbukitan Baturagung 38.445.0000 12,0664
13. Luas Kawasan Lindung 182.720.6950 57,4438
14. Luas Provinsi 318.085.7400 100,0000
Sumber : Hasil perhitungan dangen alat Sistem Informasi Goegrafis (GIS) pada
peta skala 1 : 25.000 Tim Penyusun RTRWP DIY
1. Permasalahan
belum terpenuhi.
terprogram.
belum optimal.
27
langsung mempengaruhi pengelolaan kawasan hutan (1) kebutuhan papan dan
pangan, (2) nilai tambah jasa kehutanan, (3) pola ruang, (4) kelembagaan
pengelolaan hutan, (5) tata kelola hutan, (6) bencana dan perubahan
lingkungan global.
28
BAB III
PEMBAHASAN
yang ekosistemnya dilindungi, termasuk tumbuhan dan satwa yang ada di dalamnya.
Tahura biasanya berlokasi tak jauh dari perkotaan atau permukiman yang gampang
diakses, tidak terletak di tengah hutan belantara. Eksosistem tahura ada yang alami
ada juga yang buatan. Begitu juga dengan tumbuhan dan satwanya, bisa asli atau
Dilihat dari status hukumnya, taman hutan raya merupakan kawasan lindung
sebagai kawasan wisata komersial dibatasi dengan peraturan yang ketat agar fungsi
Taman Hutan Raya Bunder terletak di wilayah Desa Bunder Kecamatan Patuk
studi/penelitian tentang Taman Wisata Alam di kawasan Hutan Bunder. Hasil studi
pada tahun 2003 yang menghasilkan adanya persetujuan kawasan Hutan Bunder
29
menjadi kawasan konservasi dengan ketentuan mempunyai luas minimum 600 ha.
Hal tersebut ditindaklanjuti oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY
tahun 2003.
memberikan rekomendasi terhadap proses alih fungsi yang diajukan Dinas Kehutanan
dan Perkebunan Provinsi DIY. Tim Terpadu yang dibentuk oleh kementerian
kehutanan melakukan studi dan langsung melakukan rapat studi di kantor Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY tahun 2004 yang menghasilkan proses alih
fungsi hutan produksi disetujui. Badan Planologi Kehutanan meneruskan proses alih
fungsi hutan produksi menjadi Taman Hutan Raya Bunder ke Menteri Kehutanan
Fungsi Kawasan Hutan Produksi Tetap Banaran Blok 11, 15, 19, 20, 21, 22, 23, 24
melalui Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI Yogyakarta dan telah melalui
tahapan inventarisasi trayek, pemasangan tata batas sementara dan pemasangan tata
batas tetap pada tahun 2006. Tahura Bunder di Daerah Istimewa Yogyakarta berasal
dari alih fungsi Hutan Produksi menjadi Hutan Konservasi berdasarkan Keputusan
30
Hutan Bunder petak 11, 15, 20, 21 dan Banaran petak 19, 22, 23, 24 seluas ± 617 Ha
pariwisata.
31
C. Strategi dan Program Taman Hutan Raya Bunder
perhutanan sosial.
32
1) Inventarisasi Hutan Nasional. Untuk membangun sektor kehutanan,
sektor lain.
33
musnahnya flora dan fauna setempat akibat kegiatan pembangunan
34
dan Pembinaan, pengendalian dan pengawasan. Rencana pengelolaan Tahura
meliputi :
yang memiliki nilai budaya dan kearifan lokal bagi masyarakat, serta yang
5. Pengembangan pariwisata
pengembangan baik yang menuju serta meninggalkan blok serta lingkage dengan
35
1) Resort Pengembangan I
pengembangan.
2) Resort Pengembangan II
jalan lokal di sisi barat yang menjadi batas petak 19 dan 22, diakses
kawasan tepian air blok pengembangan III dengan kawasan tepian air
jalan lokal di sisi barat yang menjadi batas petak 20 dan 21, diakses
36
Sirkulasi di dalam Resort Pengembangan III difasilitasi dengan jalan
4) Resort Pengembangan IV
jalan lokal di sisi barat petak 23, diakses melalui jalan lokal dari petak
22.
pengembangan.
E. Fasilitas
Fasilitas parking dan area, publik toilet pada area kedatangan dan
37
Signage pengarah akses blok pengembangan yang dilengkapi peta
Fasilitas rest area dan tourism information Center pada Main Gate area
Parking dan sitting area, publik toilet pada area kedatangan, fasilitas
jogging track, fasilitas rekreasi tepian air (fishing spot, gazebo), serta
Fasilitas rest area dan tourism information Center pada Main Gate area
Parking dan sitting area, publik toilet pada area kedatangan, fasilitas
jogging track, fasilitas rekreasi tepian air (fishing spot, gazebo), serta
38
Signage pengarah akses blog pengembangan yang dilengkapi peta
Fasilitas parking dan area, publik toilet pada area kedatangan yang
nutfah.
Tahura
penanda kawasan.
blok pemanfaatan pada Tahura Bunder seperti pada tabel dibawah ini :
39
Tabel 12. Rekapitulasi luas area perlindungan dan area pemanfaatan (Ha)
Blok Blok Blok
Petak Jumlah
Perlindungan Pemanfaatan lainnya
11 -15 94,11 47,251 - 141,361
16 - 22 135,747 54,251 -
20 -21 111,318 51,718 13,597
23 - 24 92,395 34,577 -
meliputi:
blok pemanfaatan.
F. Perlindungan Kawasan
apresiasi masyarakat untuk tetap melindungi kawasan dan kehidupan masyarakat pun
terjamin pada saat ini maupun saat mendatang. Upaya-upaya perlindungan yang
Pencegahan kebakaran,
40
Pengendalian perburuan dan pencurian hasil hutan,
Penegakan hukum.
wisata.
41
e. Upaya untuk mendukung aspek pelestarian sumber daya alam yang
berfungsi sebagai penyedia bibit tetapi juga sebagai sarana penelitian bibit
42
Petak 15.a Petak 19.a Petak 19.b Petak 19.c
Verbenanceae : Pengayaan Vegetasi :
Jati Akasia Akasia Akasia
Jati Malabar Mahoni Mahoni Mahoni
Jati Kluwih Jati Kayu Manis Jati
Laban Podocarpus Nyamplung Podocarpus
Govasa Beringin Bendo
Melina Jati
Molucana Podocarpus
43
Petak 21.c Petak 23.b Petak 23.c Petak 24.a
Palmae : Eboni Cemara Kemloko
Aren Cendana Kepuh Pule
Siwalan Babol Nogosari Timoho
Macam- Kunto Bimo
macam Macam-
Pinang macam
Beringin
44
Petak 23.a Petak 23.d Petak 24.e (buffer)
Buah-buahan Mundu
Mundung
Sawo Kecik
Kepel
hanya 5% dari luas wilayah DIY menuntut adanya dukungan dan tanggung
dan sekolah serta pra SD. Desain kegiatan untuk masing-masing kelompok
meliputi :
- Tumbuhan kehutanan,
- Tanaman buah-buahan,
45
- Bidang agroforestry,
- Tanaman buah,
dalam skala yang lebih luas tidak terbatas pada upaya pelestarian dalam
kawasan tetapi juga kaitannya dengan sumber daya fauna yang ada di DIY,
Jawa dan fauna lahan kritis yang memiliki kondisi tapak yang kurang lebih
sama. Dalam konteks ini pelestarian fauna dapat dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu :
endemik DIY, Jawa lahan kritis. Langkah awal yang dapat dilakukan dengan
Loka (KBGL) dan pusat penyelamatan satwa Jogjakarta (PPSJ). Posisi Tahura
46
eksebisi sementara Tahura Bunder dapat di model semacam " Taman Safari"
konteks ini keberadaan Tahura Bunder dapat menjadi suatu solusi untuk
penangkapan liar dan Perdagangan liar dapat menghilangkan jenis burung dan
plasma nutfahnya. Kondisi ini harus diantisipasi melalui kolektif jenis burung-
tanaman pakan dan habitat alami dari jenis Burung endemik DIY, Jawa dan
lahan kritis. Keberhasilan Upaya ini tidak dapat dilepaskan dari jaminan
1. Proyeksi Pengunjung
Berdasarkan analisis profil pengunjung yang tidak ada, dapat dibuat suatu
47
a. Jangka Pendek
sendiri. Pesan ....... yang disampaikan kepada kelompok untung ini adalah
pengenalan keragaman hayati. Target pasar lain yang juga potensial untuk
pencitraan hutan sebagai tempat yang ideal untuk rapat dan konggregasi
Masuk dalam target pasar untuk jangka pendek ini adalah keluarga dan
b. Jangka Menengah
sama dengan target untuk jangka pendek tetapi dengan jangkauan geografis
yang lebih luas untuk wilayah DIY dan kota-kota di Jawa Tengah yang
48
c. Jangka Panjang
hanya dari DIY dan Jawa Tengah, tetapi wilayah-wilayah lain dalam skala
lebih lengkap dan inovatif dan dibentuknya jejaring promosi dan distribusi
aset alam. Kondisi daya dukung lingkungan aset alam dipengaruhi oleh
beberapa faktor saling terkait satu sama lain. Faktor yang signifikan yaitu
berikut :
49
Wisata yang lebih menekankan pada kegiatan penelitian pada
dibagi dua, dimana pendekatan yang satu akan lebih melihat pada tradisi isi
50
Pendekatan yang lain akan lebih mencoba mendasarkan pada tujuan yang
kriteria-kriteria dan measures yang akan diraih. Pendekatan mana yang dipilih
potensi kawasan Taman hutan raya Bunder yang diarahkan pada tujuan
Tabel 15. Guidelines Pengembangan Fisik Kawasan pada Taman Hutan Raya
Bunder.
Aspek Tujuan Rencana
Zoning Zonasi dilakukan untuk Penzoningan dibedakan
melindungi sumber- menjadi :
sumber daya dan Low Use Zone
memberikan keragaman Recreational Zone
pengalaman perjalanan Visitor Center Tourism
wisata bagi pengunjung. Zone
Site Plan Tercipta hubungan yang Semua elemen dalam site plan
harmonis dan efisien (rencana tapak) harus
dengan area proteksi, zona dipertimbangkan rancangannya
pemanfaatan dan fasilitas sebagai berikut :
lainnya. Struktur buatan/bangunan
baru harus seminimal
mungkin mengintervensi
natural ekosistem;
Pemeliharaan dan penjagaan
ekosistem harus menjadi
prioritas utama;
Penempatan bangunan baru
harus menghindari
penebangan pohon/vegetasi
dan meminimalkan
gangguan terhadap elemen
ekosistem alam lainnya;
51
Bangunan harus diletakkan
pada area yang tidak
memerlukan penebangan
pohon dan menekan
serendah mungkin
gangguan terhadap objek
alam lain;
Bangunan harus cukup
terpisah satu dengan yang
lainnya, sehingga tidak
mengganggu pola
pergerakan satwa dan
pertumbuhan hutan.
Bangunan Terciptanya bangunan Bangunan harus menyatu
yang menyatu dan selaras dengan lingkungan alam di
dengan lingkungan alam sekitarnya dan bila mungkin
sekitar. tercover oleh karakter alami
lingkungan serta pepohonan
yang ada;
Menggunakan bentuk
arsitektur lokal, teknik
konstruksi serta
bahan/material lokal;
"Low Tech" design
solutions harus
diimplementasikan
semaksimal mungkin;
Transportas Menciptakan Penggunaan mobil dan
i dan kenyamanan pada kendaraan harus dibatasi
Sirkulasi lingkungan alam dengan tegas;
Mencegah Membatasi pembuatan jalan
terganggunya untuk kendaraan (sebatas
ekosistem alam yang diperlukan);
Membatasi lebar jalan dan
desain jalan harus
mendorong kendaraan
berjalan lambat;
Jalur Lintas Menciptakan jalur setapak Trail sytem harus
Alam/Jalur yang alami dan menyatu melindungi habitat dan pola
setapak dengan lingkungan pergerakan satwa liar;
(Nature Jalan setapak alami (natural
Trail) trail) sebaiknya pendek
(antara 0,5 – 1,5 km)
dengan waktu tempuh 30 –
52
60 menit (sehingga
pengunjung dapat
menikmati perjalanan);
Survei harus dilakukan di
lokasi di mana jalur pejalan
kaki tersebut akan melintas,
existing trail semaksimal
mungkin dimanfaatkan,
jalur yang tidak tepat perlu
ditutup;
Nature trail sebaiknya tidak
lurus, tetapi kurva organik;
Nature trail sebaiknya
dilengkapi dengan
interpretive information
serta tanda-tanda untuk
meningkatkan apresiasi
pengunjung terhadap
lingkungan;
Jalur pejalan kaki tersebut
sebaiknya dibuat pada titik
yang memungkinkan
penikmatan objek/atraksi
namun menghindari
gangguan serius terhadap
kondisi alami setempat;
Persilangan antara Jalan
Setapak dengan sungai dan
aliran air diusahakan
seminimal mungkin.
53
Sedangkan blok pemanfaatan diarahkan untuk fungsi utama sebagai wilayah
pariwisata alam dan rekreasi. Pembagian blok ini juga dapat dilihat pada
Gambar 5.
yang diijinkan :
54
ilmu pengetahuan, pendidikan, restocking Wijaya plasma nutfah oleh
masyarakat setempat.
55
I. Pengembangan Pengelolaan Kawasan, Kerjasama/Kolaborasi
1. Pengembangan Kelembagaan
keterkaitan antara pihak yang terlibat, sehingga pengelolaan taman hutan raya
a. Konsep Dasar
56
EKSEKUTIF LEGISLATIF YUDIKATIF
legitimasi legitimasi
profit
SISTEM POLITIK
RAKYAT
pelaku pelaku
pelaku
PRODUKSI KONSUMSI
SISTEM EKONOMI
DISTRIBUSI
utilisasi utilisasi
utilisasi
SUMBER DAYA
57
3) Masyarakat sekitar berkepentingan dalam konteks peran mereka
masyarakat.
58
inovatif dan kreatif. Keterlibatan masyarakat diharapkan akan
konflik hukum.
sektor swasta karena kekuatan dan posisi tawar mereka yang lebih
ekonomi publik.
59
mendominasi. Pengutamaan kepentingan politik ini dapat
c. Bentuk Kelembagaan
60
b. Pengelolaan dan pendayagunaan taman hutan raya Bunder
keseimbangan ekologi.
pokok.
2) Jangka Menengah
61
instansi terkait dan menampung pula wakil masyarakat yang
3) Jangka Panjang
62
BAB IV
A. Kesimpulan
daya alam khususnya bidang kehutanan dan kegiatan pariwisata secara optimal,
tinggi.
perencanaan, yaitu rencana jangka pendek, rencana jangka menengah dan rencana
secara profesional dan mandiri. Tahura juga diharapkan ikut serta meningkatkan
63
B. Saran
Penelaahan ulang terhadap persebaran dan batas spasial Tahura Bunder ini
alam, taman wisata alam, dan/atau taman buru, diversifikasi pengelolaan kawasan
memberikan kemungkinan kerja sama dan kolaborasi dengan pihak lain dalam
pengendalian.
64
DAFTAR PUSTAKA
.Anonim, 2003, Buku Kajian Pengembangan Wisata Alam Bunder kerjasama Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan
Fakultas Kehutanan UGM, 2003.
Anonim, 2004, Penunjukan Kawasan Taman Hutan Raya Bunder dikeluarkan oleh
Keputusan Menteri Kehutanan No SK. 353/Menhut-II/2004 tentang penetapan
perubahan fungsi kawasan hutan produksi tetap pada kelompok hutan bunder
menjadi taman hutan raya.
Kusnul Isti Qomah, 2018, Gunungkidul Tak Minat, Wilayah Pengelolaan Tahura
Bunder Diperluas Sampai Bantul, dalam -c diakses pada 24 Februari, 23.05
WIB.
65