Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU UKUR TANAH 2

SURVEI DAN PEMETAAN TOPOGRAFI

Disusun Oleh :
Kelompok : 1
Kelas : 1C
1. Anharu Firdaus (1731310018)
2. Khoirun Nisa’ (1731310083)
3. Laila Candra Monika (1731310129)
4. M Dwi Ridho (1731310031)
5. M Danastain Anshori (1731310036)
6. Wisnu Pujitama (1731310026)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


PROGRAM STUDI D-III TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini dibuat sebagai bukti telah menyelesaikan praktikum Ilmu Ukur
Tanah 2 tentang pengukuran detail untuk Pemetaaan Topografi, berlokasi di kampus
Politeknik Negeri Malang.

Kelompok : 1
Kelas : 1C
Pelaksanaan Praktik : Tanggal 21 s/d 25 Mei 2018
Nama Anggota Kelompok : Anharu Firdaus (1731310018)
Khoirun Nisa’ (1731310083)
Laila Candra Monika (1731310129)
M Dwi Ridho (1731310031)
M Danastain Anshori (1731310036)
Wisnu Pujitama (1731310026)

Malang, Juli 2018


Dosen Pembimbing

Ir. Rinto Sasongko, MT


NIP 1958011511988031002
DAFTAR ISI

LAPORAN PRAKTIKUM .......................................................................................... 1


LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................ 3
KATA PENGANTAR ................................................................................................. 4
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 5
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 5
1.2 Tujuan ........................................................................................................... 5
1.3 Manfaat ......................................................................................................... 5
BAB II DASAR TEORI .............................................................................................. 5
2.1 Pengukuran Poligon ...................................................................................... 5
2.2 Pengukuran Beda Tinggi Menggunakan Waterpass ..................................... 5
2.3 Pemetaan Detail Metode Tacheometry ......................................................... 5
2.4 Penggambaran Detail dan Kontur ................................................................. 5
BAB III PELAKSANAAN PENGUKURAN ............................................................. 5
3.1 Peralatan ........................................................................................................ 5
3.2 Lokasi dan Waktu ....................................................................................... 10
3.3 Tahapan Pengukuran Poligon ..................................................................... 10
3.4 Tahapan Pengukuran Beda Tinggi .............................................................. 12
3.5 Tahapan Pengukuran Detail ........................................................................ 13
3.6 Prosedur Penggambaran Peta Topografi ..................................................... 14
BAB IV PROSES DATA .......................................................................................... 15
4.1 Proses Data Poligon .................................................................................... 15
4.2 Proses Data Waterpass ................................................................................ 28
4.3 Proses Data Titik Detail .............................................................................. 28
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 28
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 28
5.2 Saran ............................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 28
LAMPIRAN 1 GAMBAR POLIGON ...................................................................... 28
LAMPIRAN 2 SKET PENGUKURAN DETAIL..................................................... 28
LAMPIRAN 3 GAMBAR PETA TOPOGRAFI....................................................... 28
LAMPIRAN 4 DOKUMENTASI PELAKSANAAN ............................................... 28

KATA PENGANTAR
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan
1.3 Manfaat

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengukuran Poligon


2.2 Pengukuran Beda Tinggi Menggunakan Waterpass
2.3 Pemetaan Detail Metode Tacheometry
2.4 Penggambaran Detail dan Kontur

BAB III

PELAKSANAAN PENGUKURAN

3.1 Peralatan

Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran waterpass ini adalah sebagai berikut:
a) Waterpass
b) Total Station
c) Tripot
d) Dua buah rambu ukur
e) Jalon
f) 2 buah reflektor
g) Meteran
h) Paku
i) Palu

DEFINISI ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN

1. Waterpas

Alat ukur waterpass secara umum memiliki bagian-bagian sebagai berikut :

1. Lingkaran horizontal berskala,


2. Skala pada lingkaran horizontal,
3. Okuler teropong,
4. Alat bidik dengan celah penjara,
5. Cermin nivo,
6. Sekrup penyetel fokus,
7. Sekrup penggerak horizontal,
8. Sekrup pengungkit,
9. Sekrup pendatar,
10. Obyektif teropong,
11. Nivo tabung,
12. Nivo kotak
2. Total Station

Beberapa manfaat dari total station ini adalah

1. Alat yang praktis karena peralatan elektronik ukur sudut dan jarak (EDM)
menyatu dalam 1 unit
2. Data Dapat disimpan dalam media perekam. Media ini ada yang berupa on
board/internal, external (elect field book) atau berupa card/PCMCIA card
sehingga kemungkinan salah cata tidak ada.
3. Mampu melakukan beberapa hitungan jarak datar, beda tinggi dan
sebagainya di dalam alat.
4. Mampu menjalankan program-program survey, misal : orientasi arah,
setting out, hitungan luas dan sebagainya. Kemampuan ini tergantung
dengan type alat ukur total station.
5. Total station dengan type "high end" dilengkapi dengan motor penggerak
dan dilengkapi dengan ATR (Automatic Target Recognition), dan
pengenal objek otomatis (prisma)
6. Untuk total station dengan type tertentu mampu mengeliminir kesalahan-
kesalahan seperti kolimasi HZ & V, kesalahan diametral, koreksi refraksi,
dan sebagainya. Sehingga data yang didapat sangat akurat.
7. Mempunyai ketelitian dan kecepatan ukur sudut dan jarak jauh lebih baik
dari theodolit manual dan meteran terutama untuk pengukuran peta situasi.
8. Total station dilengkapi dengan laser plummet, sangat praktis dan
reflector-less EDM ( EDM tanpa reflector)
9. Data secara elektronis dapat dikirim ke PC komputer dan diolah menjadi
peta dengan program mapping

Prinsip Kerja Total Station


Alat ukur total station merupakan perangkat elektronik yang dilengkapi dengan
piringan horizontal, piringan vertikal, dan komponen pengukur jarak. Dari ketiga
primer ini (sudut horizontal, sudut vertikal, dan jarak) bisa didapatkan nilai
koordinat X, Y, dan Z serta beda tinggi. Data-data tersebut direkam dalam memori
dan selanjutnya bisa ditransfer ke komputer untuk diolah menjadi kontur tanah.

3. Statif (Kaki Tiga)


Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan ketiga
kakinya dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing
ujungnya runcing, agar masuk ke dalam tanah. Ketiga kaki statif ini dapat
diatur tinggi rendahnya sesuai dengan keadaan tanah tempat alat itu
berdiri. Seperti tampak pada gambar dibawah ini :

4. Rambu Ukur
Rambu ukur mempunyai bentuk penampang segi empat panjang
yang berukuran ± 3–4 cm, lebar ± 10 cm, panjang ± 300 cm, bahkan ada
yang panjangnya mencapai 500 cm. Ujung atas dan bawahnya diberi
sepatu besi. Bidang lebar
dari bak ukur dilengkapi
dengan ukuran milimeter
dan diberi tanda pada
bagian-bagiannya dengan
cat yang mencolok. Bak
ukur diberi cat hitam dan
merah dengan dasar putih, maksudnya bila dilihat dari jauh tidak menjadi
silau. Bak ukur ini berfungsi untuk pembacaan pengukuran tinggi tiap
patok utama secara detail.

5. Jalon
Jalon, berfungsi sebagai alat bantu memegang baak ukur

6. Reflector

7. Rol Meter
Rol meter terbuat dari fiberglass dengan panjang 30-50 m dan
dilengkapi tangkai untuk mengukur jarak antara patok yang satu dengan
patok yang lain.
8. Alat penunjang lain
Alat penunjang lainnya seperti blangko data, kalkulator, alat tulis lainnya,
yang dipakai untuk memperlancar jalannya praktikum.

3.2 Lokasi dan Waktu


1. Lokasi : Politeknik Negeri Malang
2. Waktu :
- Total Station = 21,22 mei 2018
- Waterpass = 24 mei 2018

3.3 Tahapan Pengukuran Poligon

Untuk memudahkan dalam memahami sudut-sudut yang ada dalam pengukuran


poligon, maka perlu dijelaskan hal-hal sebagai berikut :

1. Sudut dalam adalah selisih antara dua arah (jurusan) yang berlainan.
2. Azimuth (sudut arah) adalah sudut yang dihitung terhadap arah utara magnetis,
dan arah ini berhimpit dengan sumbu Y pada peta.

Unsur-unsur yang dicari dalam pengukuran poligon adalah semua jarak dan
sudut (Di, βi). Kedua unsur ini telah cukup untuk melukis poligon di atas peta,
jika kita tidak terikat pada sistem koodinat yang ada dan tidak menghiraukan
orientasi pada poligon tersebut.Agar poligon tersebut terarah (tertentu
orientasinya), maka perlu salah satu sisi diketahui sudut arahnya (azimuth).
Untuk memperoleh azimuth tiap sisi poligon, syaratnya harus diketahui azimuth
awalnya (α1). Penentuan azimuth awal dapat dicari dengan langjah-langkah
sebagai berikut :

1. Sumbu I theodolit diatur dalam keadaan vertikal (gelembung nivo seimbang),


dan bacaan sudut horisontal menunjukkan angka 00˚00’00” pada arah magnetis
bumi.
2. Putar theodolit dan arahkan ke titik P2 pada bacaan biasa, kemudian balikkan
teropong pada keadaan luar biasa (LB) dan bacalah sudut yang dibentuk dengan
arah titik.

Penentuan azimuth awal (α1) dihitung dengan rumus :


α1 = (HB2 + (HLB2 – 180°)) / 2
Untuk azimuth-azimuth selanjutnya dihitung dengan rumus :
a. Untuk pengukuran searah jarum jam :
α2 = α1 + 180º – ( β2 ± ∆fβ)
α3 = α2 + 180º – ( β3 ± ∆fβ)
b. Untuk pengukuran berlawanan jarum jam :
α2 = α1 – 180º + ( β2 ± ∆fβ)
α3 = α2 – 180º + ( β3 ± ∆fβ)
Agar titik koodinat dapat diketahui dalam sistem koodinat yang ada, maka
poligon perlu diikat (dihubungkan) dengan titik yang diketahui koodinatnya atau
titik tetap (X1, Y1). Koodinat di sini dihitung dari unsur-unsur jarak dan sudut
arah sebagai berikut :
X2 = X1 + D sin α1 ± ∆fx
Y2 = Y1 + D cos α1 ± ∆fy
Keterangan :
α = azimuth
D = jarak
β = sudut dalam
∆fx = koreksi sumbu x
∆fy = korekai sunbu y
Kemudian untuk titik-titik berikutnya (titik P3) dihitung dari titik P2, titik
P4 dihitung dari titik P3, dan seterusnya.

3.4 Tahapan Pengukuran Beda Tinggi


 Kita tempatkan dua rambu ukur pada titik yang telah ditentukan sebelumnya,
kemudian taruh baak ukur ketitik mula – mula, misalkan titik BM ke titik A.
Ukur kedua jarak tersebut.
 Kita tempatkan pesawat di tengah – tengah antara titik BM dan titik A.
 Pesawat kita arahkan ke titik BM kemudian kita baca BA, BT ,dan BB dan
bacaan tersebut diberi nama bacaan belakang. Selanjutnya pesawat diputar
searah jarum jam ke titik A kemudian dibaca BA, BT, dan BB dan dinamakan
bacaan muka.
 Untuk pengukuran melintang, pesawat kita letakkan pada titik A. Kemudian
kita letakkan beberapa rambu pada beberapa tempat dengan arah yang sama
dan mengikuti arah melintang dari titik – titik arah memanjang.
 Setelah itu pesawat kita pindahkan ke tengah – tengah antara titik A dan titik
B. Kemudian pesawat kita arahkan ke titik A kemudian kita baca BA, BT, dan
BB dan dinamakan bacaan belakang. Seterusnya pesawat kita putar dengan
searah jarum jam ke titik B kemudian di baca BA, BT, dan BB dan dinamakan
bacaan muka.
 Pesawat kita pindahkan ke titik B untuk pengukuran melintang dengan cara
yang sam seprti diatas.
 Selanjutnya pesawat di pindahkan lagi ketitik selanjutnya untuk pengukuran
memanjang dengan cara yang sama seperti diatas. Setelah itu dilanjutkan
dengan pengukuran melintang. Begitu seterusnya sampai titik terakhir dan
dilanjutkan dengan pengukuran memanjang pulang.
 Diadakan perhitungan, sehingga beda tinggi dan jarak serta elevasi dapat
ditentukan dengan rumus yang ada.

3.5 Tahapan Pengukuran Detail


Pada pengukuran detail dikenal dua metode pengukuran yaitu :
1. Metode Ekstrapolasi
Pada cara ini penentuan titik-titik detail dimulai satu titik dasar. Di kenal
dua cara dalam menentukan letak titik detail terhadap garis ukur yaitu sistem
koordinat ortogonal dengan azimuth dan Sistem koordinat kutub dengan arah
2. Metode interpolasi.
Pada garis ukur dibentangkan garis ukur, pangkal garis dari
perpanjangan-perpanjangan diukur dengan rol meter. Metode ini sering
disebut juga dengan cara hubungan garis ukur.
Dalam praktek, metode ekstrapolasi dengan sistem koordinat ortogonal
dan metode interpolasi dapat dipakai bersama-sama tergantung pada keadaan
lapangan dan situasi yaitu pengukuran jarak yang dilakukan dengan pegas ukur,
sedangkan alat-alat lain seperti prisma, jalon digunakan untuk membuat sudut
siku-siku atau memancang garis lurus.
Pada metode ekstrapolasi dengan sistem koordinat kutub dipakai pada
pesawat theodolit. Cara ini kemudian terkenal dengan cara Tachimetry, yaitu
cara pengukuran detail yang dapat mencakup daerah yang lurus dan dengan
pekerjaan yang tepat. Prinsipnya adalah dengan mengukur arah azimuth atau
sudut dari titik detail terhadap sisi poligon, jarak serta beda tingginya.
Pengambilan cukup dilakukan dari titik-titik poligon utama. Pengambilan detail
harus mewakili keadaan medan dengan mengingat prinsip interpolasi linier.
Dengan prinsip tersebut, maka antara dua titik detail yang berdekatan dianggap
perubahan tinggi liniernya.
Jumlah titik detail disesuaikan dengan kondisi serta skala peta yang
dibuat. Detail yang terlalu banyak akan menyulitkan plotting dan
penggambarannya. Sedangkan jika terlalu sedikit, detail-detail tersebut tidak
dapat mewakili kondisi lapangan yang sebenarnya.

3.6 Prosedur Penggambaran Peta Topografi

Pembuatan peta situasi tidak dapat langsung jadi karena harus diawali dengan
pengambilan data melalui pengukuran-pengukuran baik pengukuran horizontal
maupun vertikal, sehingga setiap detail pada peta dapat diketahui posisinya
terhadap bidang datar.

Pada pengukuran peta situasi ini yang harus dilakukan adalah:

1. Pengukuran di lapangan termasuk pembuatan titik sebagai kerangka


peta.
2. Pekerjaan perhitungan.
3. Cara pemberian koreksi pada hasil perhitungan.
4. Proses penggambaran.

Agar diperoleh hasil yang baik dan akurat, maka masing-masing kegiatan
harus dilakukan dengan teliti dan ditunjang dengan sarana yang memadai.

Dalam penggambaran yang harus kita lakukan antara lain:

1. Menggambar grid pada kertas.


2. Menentukan letak patok atau koordinat poligon pada grid.
3. Menghitung poligon.
4. Menentukan koordinat titik detail pojok bangunan.
5. Membuat garis kontur dengan data hasil perhitungan memancar.
6. Mencocokan hasil gambar dengan data-data hasil perhitungan
pengukuran.
BAB IV

PROSES DATA

4.1 Proses Data Poligon


4.1.1 Perhitungan Koordinat Horizontal

 Menghitung kesalahan total sudut ukuran


Fβ = {(𝚺𝛃) − 𝐧. 𝟏𝟖𝟎˚}
= {(Σβ) − (N + 2). 180˚}
= {(β1 + β2 + β3 + β4 + β5 + β6 + β7 + β8 + β9 + β10) − (10 + 2). 180˚}
= {(99,107 + 263,533 + 270,437 + 180,237 + 88,858 + 270,843 + 297,891 +
153,303 + 269,805 + 266,156) − (10 + 2). 180˚}
= 2160,17 – 2160
= 0,17

 Besarnya koreksi setiap sudut ukuran


∆β= -Fβ/ N
= -0,17/10
= -0,017

 Nilai sudut terkoreksi : β = β𝑢 + ∆β

β1 = β1𝑢 + ∆β

= 99,107 + (−0,017)= 99,09

β2 = β𝑢2 + ∆β

= 263,533 + (−0,017) =263,516

β3 = β𝑢3 + ∆β

= 270,437 + (−0,017) =270,420

β4 = β𝑢4 + ∆β
= 180,237 + (−0,017) =180,220

β5 = β𝑢5 + ∆β

= 88,858 + (−0,017) = 88,841

β6 = β𝑢6 + ∆β

= 270,843 + (−0,017) =270,826

β7 = β𝑢7 + ∆β

= 297,891 + (−0,017) =297,874

β8 = β𝑢8 + ∆β

= 153,303 + (−0,017) =153,286

β9 = β𝑢9 + ∆β

= 269,805 + (−0,017) =269,788

𝑢
β10 = β10 + ∆β

= 266,156 + (−0,017) =266,139

 Menghitung azimuth

𝛼12 = bacaan kanan – utara

= 246,550 – 113,726

= 132,824

𝛼23 = 𝛼12 + β2 − 180

= 132,824+ 263,516 - 180 = 216,340

𝛼34 = 𝛼23 + β3 − 180

=216,340+ 270,420– 180 = 306,760

𝛼45 = 𝛼34 + β4 − 180


=306,760+ 180,220– 180 = 306,980

𝛼56 = 𝛼45 + β5 − 180

=306,980 + 88,841– 180 = 215,821

𝛼67 = 𝛼56 + β6 − 180

= 215,821+ 270,826– 180 = 306,647

𝛼78 = 𝛼67 + β7 − 180

= 306,647+ 297,874– 180 = 424,521-360 = 64.521

𝛼89 = 𝛼78 + β8 − 180

= 64.521+ 153,286– 180 = 37,807

𝛼910 = 𝛼89 + β9 − 180

= 37,807+ 269,788– 180 = 127,595

𝛼101 = 𝛼910 + β10 − 180

= 127,595+ 266,139– 180 = 213,734

 Kesalahan total jarak ukuran arah absis


fx = {Σ(d. sinα)}

={𝑑12 𝑠𝑖𝑛𝛼12 + 𝑑23 𝑠𝑖𝑛𝛼23 + 𝑑34 𝑠𝑖𝑛𝛼34 + 𝑑45 𝑠𝑖𝑛𝛼45 + 𝑑56 𝑠𝑖𝑛𝛼56 +
𝑑67 𝑠𝑖𝑛𝛼67 + 𝑑78 𝑠𝑖𝑛𝛼78 + 𝑑89 𝑠𝑖𝑛𝛼89 + 𝑑910 𝑠𝑖𝑛𝛼910 + 𝑑101 𝑠𝑖𝑛𝛼101 }

= {34,446+(-25,880)+(-70,883)+(-12,330)+(-13,787)+(-45,588)+42,057
+46,512+69,638+(-24,467)}

= -0,28215

 Kesalahan total jarak ukuran arah ordinat

Fy = {Σ(d. cosα)}
={𝑑12 𝑐𝑜𝑠𝛼12 + 𝑑23 𝑐𝑜𝑠𝛼23 + 𝑑34 𝑐𝑜𝑠𝛼34 + 𝑑45 𝑐𝑜𝑠𝛼45 + 𝑑56 𝑐𝑜𝑠𝛼56 +
𝑑67 𝑐𝑜𝑠𝛼67 + 𝑑78 𝑐𝑜𝑠𝛼78 + 𝑑89 𝑐𝑜𝑠𝛼89 + 𝑑910 𝑐𝑜𝑠𝛼910 + 𝑑101 𝑐𝑜𝑠𝛼101 }

= {(-31,925)+(-35,179)+52,952+9,285+(-19,101)+33,915+20,041
+59,947+(-53,620)+(-36,639)}

= -0,32351

 Menghitung nilai koreksi setiap jarak ukuran


Besarnya koreksi setiap jarak ukuran dalam arah X: δx = (d/Σd).(-fx)
Σd = 𝑑12 + 𝑑23 + 𝑑34 + 𝑑45 + 𝑑56 + 𝑑67 + 𝑑78 + 𝑑89 + 𝑑910 + 𝑑101
= 46,965+43,673+88,478+15,436+23,557+56,820+46,588+75,875
+87,890+44,058
= 529,338
δx1 = (𝑑12 / Σd) . (-fx)
= (46,965/529,338) . (0,28215)
= 0,025033
δx2 = (𝑑23 / Σd) . (-fx)
= (43,673/529,338) . (0,28215)
= 0,0232787
δx3 = (𝑑34 / Σd) . (-fx)
= (88,478/529,338) . (0,28215)
= 0,047161

δx4 = (𝑑45 / Σd) . (-fx)


= (15,436/529,338) . (0,28215)
= 0,008227
δx5 = (𝑑56 / Σd) . (-fx)
= (23,557/529,338) . (0,28215)
= 0,012556
δx6 = (𝑑67 / Σd) . (-fx)
= (56,820/529,338) . (0,28215)
= 0,030286
δx7 = (𝑑78 / Σd) . (-fx)
= (46,588/529,338) . (0,28215)
= 0,024833
δx8 = (𝑑89 / Σd) . (-fx)
= (75,875 /529,338) . (0,28215)
= 0,040443
δx9 = (𝑑910 / Σd) . (-fx)
= (87,890/529,338) . (0,28215)
= 0,046847
δx10 = (𝑑101 / Σd) . (-fx)
= (44,058/529,338) . (0,28215)
= 0,023484

Besarnya koreksi setiap jarak dalam arah Y: δy = (d/Σd).(-fy)

δy1 = (𝑑12 / Σd) . (-fy)

= (46,965/529,338) . (0,32351)

= 0,02870

δy2 = (𝑑23 / Σd) . (-fy)

= (43,673/529,338) . (0,32351)

= 0,02669

δy3 = (𝑑34 / Σd) . (-fy)

= (88,478/529,338) . (0,32351)

= 0,05407

δy4 = (𝑑45 / Σd) . (-fy)

= (15,436/529,338) . (0,32351)

= 0,00943
δy5 = (𝑑56 / Σd) .(-fy)

= (23,557/529,338) . (0,32351)

= 0,01440

δy6 = (𝑑67 / Σd) . (-fy)

= (56,820/529,338) . (0,32351)

= 0,03473

δy7 = (𝑑78 / Σd) . (-fy)

= (46,588/529,338) . (0,32351)

= 0,02847

δy8 = (𝑑89 / Σd) . (-fy)

= (75,875 /529,338) . (0,32351)

= 0,04637

δy9 = (𝑑910 / Σd) . (-fy)

= (87,890/529,338) . (0,32351)

= 0,05371

δy10 = (𝑑101 / Σd) . (-fy)

= (44,058/529,338) . (0,32351)

= 0,02693

 Menghitung koordinat titik X


X2 = x1 + 𝑑12 𝑠𝑖𝑛𝛼12 + δx1
= 100 + 34,446 + 0,025033
= 134,471
X3 = x2 +𝑑23 𝑠𝑖𝑛𝛼23 +δx2
= 134,471 + (-25,880)+ 0,0232787
= 108,614
X4 = x3 +𝑑34 𝑠𝑖𝑛𝛼34 +δx3
= 108,614 +(-70,883)+ 0,047161
= 37,778
X5 = x4 +𝑑45 𝑠𝑖𝑛𝛼45 +δx4
= 37,778 + (-12,330) + 0,008227
= 25,456
X6 = x5 +𝑑56 𝑠𝑖𝑛𝛼56 +δx5
= 25,456 + (-13,787) + 0,012556
= 11,681
X7 = x6 +𝑑67 𝑠𝑖𝑛𝛼67 +δx6
= 11,681 + (-45,588) + 0,030286
= -33,876
X8 = x7 +𝑑78 𝑠𝑖𝑛𝛼78 +δx7
= -33,876 + 42,057 + 0,024833
= 8,206
X9 = x8 +𝑑89 𝑠𝑖𝑛𝛼89 +δx8
= 8,206 + 46,512+ 0,040443
= 54,758
X10 = x9 +𝑑910 𝑠𝑖𝑛𝛼910 +δx9
= 54,758 + 69,638+ 0,046847
=124,444
X1 = x10 +𝑑101 𝑠𝑖𝑛𝛼101 +δx10
= 124,444 + (-24,467) + 0,023484
= 100,000
Koordinat titik Y
Y2 = y1 + 𝑑12 𝑐𝑜𝑠𝛼12 + δy1
= 75,000 + (-31,925) + 0,02870
= 43,104
Y3 = y2 +𝑑23 𝑐𝑜𝑠𝛼23 +δy2
= 43,104 + (-35,179) + 0,02669
= 7,952
Y4 = y3 +𝑑34 𝑐𝑜𝑠𝛼34 +δy3
= 7,952 + 52,952 + 0,05407
= 60,958
Y5 = y4 +𝑑45 𝑐𝑜𝑠𝛼45 +δy4
= 60,958 + 9,285 + 0,00943
= 70,252
Y6 = y5 +𝑑56 𝑐𝑜𝑠𝛼56 +δy5
= 70,252 + (-19,101) + 0,01440
= 51,166
Y7 = y6 +𝑑67 𝑐𝑜𝑠𝛼67 +δy6
= 51,166 + 33,915 + 0,03473
= 85,115
Y8 = y7 +𝑑78 𝑐𝑜𝑠𝛼78 +δy7
= 85,115 + 20,041 + 0,02847
= 105,184
Y9 = y8 +𝑑89 𝑐𝑜𝑠𝛼89 +δy8
= 105,184 + 59,947 + 0,04637
= 165,178
Y10 = y9 +𝑑910 𝑐𝑜𝑠𝛼910 +δy9
= 165,178 + (-53,620) + 0,05371
= 111,612
Y1 = y10 +𝑑101 𝑐𝑜𝑠𝛼101 +δy10
= 111,612 + (-36,639) + 0,02693
= 75,000

4.1.2 Perhitungan Elevasi Poligon


 Zenith

ZAJ = 89°43’10” + 270°17’9” = 360°0’18”


kesalahan = 360°0’18” - 360° = 0°0’18”
σ = -(0°0’18”/ 2)= -0°0’9”
terkoreksi = 89°43’10” + (-0°0’9”)= 89°43’1”

ZAB = 93°1’50” + 266°59’0” = 360°0’50”


kesalahan = 360°0’50” - 360° = 0°0’50”
σ = -(0°0’50”/ 2)= -0°0’25”
terkoreksi = 93°1’50” + (-0°0’25”)= 93°1’25”

ZBA = 87°1’20” + 272°59’16” = 360°0’36”


kesalahan = 360°0’36” - 360° = 0°0’36”
σ = -(0°0’36”/ 2)= -0°0’18”
terkoreksi = 87°1’20” + (-0°0’18”)= 87°1’2”

ZBC = 91°11’7” + 268°49’1” = 360°0’8”


kesalahan = 360°0’8” - 360° = 0°0’8”
σ = -(0°0’8”/ 2)= -0°0’4”
terkoreksi = 91°11’7” + (-0°0’4”)= 91°11’3”

ZCB = 88°49’54” + 271°10’32” = 360°0’26”


kesalahan = 360°0’26” - 360° = 0°0’26”
σ = -(0°0’26”/ 2)= -0°0’13”
terkoreksi = 88°49’54” + (-0°0’13”)= 88°49’41”

ZCD = 89°59’33” + 270°0’52” = 360°0’25”


kesalahan = 360°0’25” - 360° = 0°0’25”
σ = -(0°0’25”/ 2)= -0°0’12,5”
terkoreksi = 89°59’33” + (-0°0’12,5”)= 89°59’20,5”

ZDC = 90°1’30” + 269°58’39” = 360°0’9”


kesalahan = 360°0’9” - 360° = 0°0’9”
σ = -(0°0’9”/ 2)= -0°0’4,5”
terkoreksi = 90°1’30” + (-0°0’4,5”)= 90°1’25,5”

ZDE = 96°54’42” + 263°5’24” = 360°0’6”


kesalahan = 360°0’6” - 360° = 0°0’6”
σ = -(0°0’6”/ 2)= -0°0’3”
terkoreksi = 96°54’42” + (-0°0’3”)= 96°54’39”

ZED = 83°10’6” + 276°50’7” = 360°0’13”


kesalahan = 360°0’13” - 360° = 0°0’13”
σ = -(0°0’13”/ 2)= -0°0’6,5”
terkoreksi = 83°10’6” + (-0°0’6,5”)= 83°9’59,5”

ZEF = 89°57’29” + 270°2’53” = 360°0’22”


kesalahan = 360°0’22” - 360° = 0°0’22”
σ = -(0°0’22”/ 2)= -0°0’11”
terkoreksi = 89°57’29” + (-0°0’11”)= 89°57’18”

ZEF = 90°6’0” + 269°54’10” = 360°0’10”


kesalahan = 360°0’10” - 360° = 0°0’10”
σ = -(0°0’10”/ 2)= -0°0’5”
terkoreksi = 90°6’0” + (-0°0’5”)= 90°5’55”

ZFG = 90°40’48” + 269°19’34” = 360°0’22”


kesalahan = 360°0’22” - 360° = 0°0’22”
σ = -(0°0’22”/ 2)= -0°0’11”
terkoreksi = 90°40’48” + (-0°0’11”)= 90°40’37”

ZGF = 89°20’29” + 270°40’2” = 360°0’31”


kesalahan = 360°0’31” - 360° = 0°0’31”
σ = -(0°0’31”/ 2)= -0°0’15,5”
terkoreksi = 89°20’29” + (-0°0’15,5”)= 89°20’13,5”

ZGH = 87°18’9” + 272°41’56” = 360°0’5”


kesalahan = 360°0’5” - 360° = 0°0’5”
σ = -(0°0’5”/ 2)= -0°0’2,5”
terkoreksi = 87°18’9” + (-0°0’2,5”)= 87°18’6,5”

ZHG = 92°44’56” + 267°15’36” = 360°0’32”


kesalahan = 360°0’32” - 360° = 0°0’32”
σ = -(0°0’32”/ 2)= -0°0’16”
terkoreksi = 92°44’56” + (-0°0’16”)= 92°44’40”

ZHI = 85°30’24” + 274°30’2” = 360°0’26”


kesalahan = 360°0’26” - 360° = 0°0’26”
σ = -(0°0’26”/ 2)= -0°0’13”
terkoreksi = 85°30’24” + (-0°0’13”)= 85°30’11”

ZIH = 94°33’52” + 265°26’23” = 360°0’15”


kesalahan = 360°0’15” - 360° = 0°0’15”
σ = -(0°0’15”/ 2)= -0°0’7,5”
terkoreksi = 94°33’52” + (-0°0’7,5”)= 94°33’44,5”

ZIJ = 91°29’14” + 268°30’47” = 360°0’1”


kesalahan = 360°0’1” - 360° = 0°0’1”
σ = -(0°0’1”/ 2)= -0°0’0,5”
terkoreksi = 91°29’14” + (-0°0’0,5”)= 91°29’13,5”

ZJI = 88°28’39” + 271°31’30” = 360°0’9”


kesalahan = 360°0’9” - 360° = 0°0’9”
σ = -(0°0’9”/ 2)= -0°0’4,5”
terkoreksi = 88°28’39” + (-0°0’4,5”)= 88°28’34,5”

ZJA = 90°15’29” + 269°44’24” = 359°59’53”


kesalahan = 359°59’53” - 360° = -0°0’7”
σ = -(-0°0’7”/ 2)= 0°0’3,5”
terkoreksi = 90°15’29” + 0°0’3,5”= 90°15’32,5”

 Beda Tinggi
ΔhAJ = dAJ / tg terkoreksi + (TAA – TTJ) =0,216/tg 89°43’1” + (1,42–1,4)
= 0,236
ΔhAB = dAB / tg terkoreksi + (TAA – TTB) =(-2,486)/tg 93°1’25” + (1,42–1,375)
= -2,441
ΔhBA = dBA / tg terkoreksi + (TAB – TTA) =2,444/tg 87°1’2” + (1,39–1,41)
= 2,424
ΔhBC = dBC / tg terkoreksi + (TAB – TTC) =(-0,904)/tg 91°11’3” + (1,39–1,33)
= -0,844
ΔhCB = dCB / tg terkoreksi + (TAC – TTB) =0,891/tg 88°49’41” + (1,33–1,385)
= 0,836
ΔhCD = dCD / tg terkoreksi + (TAC – TTD) =0,023/tg 89°59’20,5” + (1,33–1,17)
= 0,183
ΔhDC = dDC / tg terkoreksi + (TAD – TTC) =(-0,038)/tg 90°1’25,5”+ (1,23–1,335)
= -0,143
ΔhDE = dDE / tg terkoreksi + (TAD – TTE) =(-1,864)/tg 96°54’39”+ (1,23–1,33)
= -1,964
ΔhED = dED / tg terkoreksi + (TAE – TTD) =1,85/tg 83°9’59,5”+ (1,32–1,229)
= 1,941
ΔhEF = dEF/ tg terkoreksi + (TAE – TTF) =0,017/tg 89°57’18” + (1,32–1,38)
= -0,043
ΔhFE = dFE / tg terkoreksi + (TAF – TTE) =(-0,041)/tg 90°5’55”+ (1,38–1,31)
= 0,029
ΔhFG = dFG / tg terkoreksi + (TAF – TTG) =(-0,674)/tg 90°40’37”+ (1,38–1,39)
= -0,684
ΔhGF = dGF / tg terkoreksi + (TAG – TTF) =0,654/tg 89°20’13,5”+ (1,39–1,38)
= 0,664
ΔhGH = dGH / tg terkoreksi + (TAG – TTH) =2,191/tg 87°18’6,5”+ (1,39–1,32)
= 2,261
ΔhHG = dHG / tg terkoreksi + (TAH – TTG) =(-2,241)/tg 92°44’40”+ (1,32–1,37)
= -2,291
ΔhHI = dHI / tg terkoreksi + (TAH – TTI) =5,964/tg 85°30’11”+ (1,32–1,61)
= 5,674
ΔhIH = dIH / tg terkoreksi + (TAI – TTH) =(-6,056)/tg 94°33’44,5” + (1,62–1,32)
= -5,756
ΔhIJ = dIJ / tg terkoreksi + (TAI – TTJ) =(-2,282)/tg 91°29’13,5” + (1,62–1,43)
= -2,092
ΔhJI = dJI / tg terkoreksi + (TAJ – TTI) =2,336/tg 88°28’34,5” + (1,43–1,63)
= 2,136
ΔhJA = dJA / tg terkoreksi + (TAJ – TTA) =(-0,198)/tg 90°15’32,5” + (1,43–1,42)
= -0,188
 Rerata Beda Tinggi

ΣΔh1 = (ΔhAB+ ΔhBA) / 2 = ((-2,441)+ 2,424)/2 = -2,4325

ΣΔh2 = (ΔhBC+ ΔhCB) / 2 = (-0,844+0,836)/2 = -0,84

ΣΔh3 = (ΔhCD+ ΔhDC) / 2 = (0,183+-0,143)/2 = 0,163

ΣΔh4 = (ΔhDE+ ΔhED) / 2 = (-1,964+1,941)/2 = -1,9525

ΣΔh5 = (ΔhEF+ ΔhFE) / 2 = (-0,043+0,029)/2 = -0,036

ΣΔh6 = (ΔhFG+ ΔhGF) / 2 = (-0,684+0,664)/2 = -0,674

ΣΔh7 = (ΔhGH+ ΔhHG) / 2 = (2,261+(-2,291))/2 = 2,276

ΣΔh8 = (ΔhHI+ ΔhIH) / 2 = (5,674+(-5,756))/2 = 5,715

ΣΔh9 = (ΔhIJ+ ΔhJI) / 2 = (-2,092+2,136)/2 = -2,114

ΣΔh10 = (ΔhJA+ ΔhAJ) / 2 = (-0,188+0,236)/2 = -0,212

Jumlah beda tinggi dari titik 1 – titik 10 :


Σ Δh = Δh1 + Δh2+ Δh3+ Δh4+ Δh5+ Δh6 + Δh7+ Δh8+ Δh9+ Δh10
= (-2,4325)+( -0,84)+ 0,163+(-1,9525)+( -0,036)+( -0,674)+ 2,276+5,715
+(2,114)+( -0,212) = -0,107

 Kesalahan beda tinggi


fh = -0,107
 Koreksi
δh1 = d/ Σd . (-fh) = 46,965/529,338 .(0,107) = 0,009493
δh2 = d/ Σd . (-fh) = 43,673/529,338 .(0,107) = 0,008828
δh3 = d/ Σd . (-fh) = 88,478/529,338 .(0,107) = 0,017885
δh4 = d/ Σd . (-fh) = 15,4355/529,338 .(0,107) = 0,00312
δh5 = d/ Σd . (-fh) = 23,557/529,338 .(0,107) = 0,004762
δh6 = d/ Σd . (-fh) = 56,8195/529,338 .(0,107) = 0,011485
δh7 = d/ Σd . (-fh) = 46,588/529,338 .(0,107) = 0,009417
δh8 = d/ Σd . (-fh) = 75,875/529,338 .(0,107) = 0,015337
δh9 = d/ Σd . (-fh) = 87,8895/529,338 .(0,107) = 0,017766
δh10 = d/ Σd . (-fh) = 44,0575/529,338 .(0,107) = 0,008906

 Elevasi Titik Poligon


h2 = h1 + Δh1 + δh1 = 50,000 + -2,4325 +0,009493 = 47,577
h3 = h2 + Δh2 + δh2 = 47,577 +-0,84 +0,008828 = 46,746
h4 = h3 + Δh3 + δh3 = 46,746 +0,163 +0,017885 = 46,927
h5 = h4 + Δh4 + δh4 = 46,927 + -1,9525 +0,00312 = 44,977
h6 = h5 + Δh5 + δh5 = 44,977 + -0,036 +0,004762 = 44,946
h7 = h6 + Δh6 + δh6 = 44,946 + -0,674 +0,011485 = 44,284
h8 = h7 + Δh7 + δh7 = 44,284 + 2,276 +0,009417 = 46,569
h9 = h8 + Δh8 + δh8 = 46,569 + 5,715 +0,015337 = 52,299
h10 = h9 + Δh9 + δh9 = 52,299 +-2,114 +0,017766 = 50,203
h1 = h10 + Δh10 + δh10 = 50,203 + -0,212 +0,008906 = 50,000

4.2 Proses Data Waterpass


4.3 Proses Data Titik Detail

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN 1 GAMBAR POLIGON

LAMPIRAN 2 SKET PENGUKURAN DETAIL

LAMPIRAN 3 GAMBAR PETA TOPOGRAFI

LAMPIRAN 4 DOKUMENTASI PELAKSANAAN

Anda mungkin juga menyukai