Disusun Oleh :
Kelompok : 1
Kelas : 1C
1. Anharu Firdaus (1731310018)
2. Khoirun Nisa’ (1731310083)
3. Laila Candra Monika (1731310129)
4. M Dwi Ridho (1731310031)
5. M Danastain Anshori (1731310036)
6. Wisnu Pujitama (1731310026)
Laporan ini dibuat sebagai bukti telah menyelesaikan praktikum Ilmu Ukur
Tanah 2 tentang pengukuran detail untuk Pemetaaan Topografi, berlokasi di kampus
Politeknik Negeri Malang.
Kelompok : 1
Kelas : 1C
Pelaksanaan Praktik : Tanggal 21 s/d 25 Mei 2018
Nama Anggota Kelompok : Anharu Firdaus (1731310018)
Khoirun Nisa’ (1731310083)
Laila Candra Monika (1731310129)
M Dwi Ridho (1731310031)
M Danastain Anshori (1731310036)
Wisnu Pujitama (1731310026)
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
DASAR TEORI
BAB III
PELAKSANAAN PENGUKURAN
3.1 Peralatan
Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran waterpass ini adalah sebagai berikut:
a) Waterpass
b) Total Station
c) Tripot
d) Dua buah rambu ukur
e) Jalon
f) 2 buah reflektor
g) Meteran
h) Paku
i) Palu
1. Waterpas
1. Alat yang praktis karena peralatan elektronik ukur sudut dan jarak (EDM)
menyatu dalam 1 unit
2. Data Dapat disimpan dalam media perekam. Media ini ada yang berupa on
board/internal, external (elect field book) atau berupa card/PCMCIA card
sehingga kemungkinan salah cata tidak ada.
3. Mampu melakukan beberapa hitungan jarak datar, beda tinggi dan
sebagainya di dalam alat.
4. Mampu menjalankan program-program survey, misal : orientasi arah,
setting out, hitungan luas dan sebagainya. Kemampuan ini tergantung
dengan type alat ukur total station.
5. Total station dengan type "high end" dilengkapi dengan motor penggerak
dan dilengkapi dengan ATR (Automatic Target Recognition), dan
pengenal objek otomatis (prisma)
6. Untuk total station dengan type tertentu mampu mengeliminir kesalahan-
kesalahan seperti kolimasi HZ & V, kesalahan diametral, koreksi refraksi,
dan sebagainya. Sehingga data yang didapat sangat akurat.
7. Mempunyai ketelitian dan kecepatan ukur sudut dan jarak jauh lebih baik
dari theodolit manual dan meteran terutama untuk pengukuran peta situasi.
8. Total station dilengkapi dengan laser plummet, sangat praktis dan
reflector-less EDM ( EDM tanpa reflector)
9. Data secara elektronis dapat dikirim ke PC komputer dan diolah menjadi
peta dengan program mapping
4. Rambu Ukur
Rambu ukur mempunyai bentuk penampang segi empat panjang
yang berukuran ± 3–4 cm, lebar ± 10 cm, panjang ± 300 cm, bahkan ada
yang panjangnya mencapai 500 cm. Ujung atas dan bawahnya diberi
sepatu besi. Bidang lebar
dari bak ukur dilengkapi
dengan ukuran milimeter
dan diberi tanda pada
bagian-bagiannya dengan
cat yang mencolok. Bak
ukur diberi cat hitam dan
merah dengan dasar putih, maksudnya bila dilihat dari jauh tidak menjadi
silau. Bak ukur ini berfungsi untuk pembacaan pengukuran tinggi tiap
patok utama secara detail.
5. Jalon
Jalon, berfungsi sebagai alat bantu memegang baak ukur
6. Reflector
7. Rol Meter
Rol meter terbuat dari fiberglass dengan panjang 30-50 m dan
dilengkapi tangkai untuk mengukur jarak antara patok yang satu dengan
patok yang lain.
8. Alat penunjang lain
Alat penunjang lainnya seperti blangko data, kalkulator, alat tulis lainnya,
yang dipakai untuk memperlancar jalannya praktikum.
1. Sudut dalam adalah selisih antara dua arah (jurusan) yang berlainan.
2. Azimuth (sudut arah) adalah sudut yang dihitung terhadap arah utara magnetis,
dan arah ini berhimpit dengan sumbu Y pada peta.
Unsur-unsur yang dicari dalam pengukuran poligon adalah semua jarak dan
sudut (Di, βi). Kedua unsur ini telah cukup untuk melukis poligon di atas peta,
jika kita tidak terikat pada sistem koodinat yang ada dan tidak menghiraukan
orientasi pada poligon tersebut.Agar poligon tersebut terarah (tertentu
orientasinya), maka perlu salah satu sisi diketahui sudut arahnya (azimuth).
Untuk memperoleh azimuth tiap sisi poligon, syaratnya harus diketahui azimuth
awalnya (α1). Penentuan azimuth awal dapat dicari dengan langjah-langkah
sebagai berikut :
Pembuatan peta situasi tidak dapat langsung jadi karena harus diawali dengan
pengambilan data melalui pengukuran-pengukuran baik pengukuran horizontal
maupun vertikal, sehingga setiap detail pada peta dapat diketahui posisinya
terhadap bidang datar.
Agar diperoleh hasil yang baik dan akurat, maka masing-masing kegiatan
harus dilakukan dengan teliti dan ditunjang dengan sarana yang memadai.
PROSES DATA
β1 = β1𝑢 + ∆β
β2 = β𝑢2 + ∆β
β3 = β𝑢3 + ∆β
β4 = β𝑢4 + ∆β
= 180,237 + (−0,017) =180,220
β5 = β𝑢5 + ∆β
β6 = β𝑢6 + ∆β
β7 = β𝑢7 + ∆β
β8 = β𝑢8 + ∆β
β9 = β𝑢9 + ∆β
𝑢
β10 = β10 + ∆β
Menghitung azimuth
= 246,550 – 113,726
= 132,824
={𝑑12 𝑠𝑖𝑛𝛼12 + 𝑑23 𝑠𝑖𝑛𝛼23 + 𝑑34 𝑠𝑖𝑛𝛼34 + 𝑑45 𝑠𝑖𝑛𝛼45 + 𝑑56 𝑠𝑖𝑛𝛼56 +
𝑑67 𝑠𝑖𝑛𝛼67 + 𝑑78 𝑠𝑖𝑛𝛼78 + 𝑑89 𝑠𝑖𝑛𝛼89 + 𝑑910 𝑠𝑖𝑛𝛼910 + 𝑑101 𝑠𝑖𝑛𝛼101 }
= {34,446+(-25,880)+(-70,883)+(-12,330)+(-13,787)+(-45,588)+42,057
+46,512+69,638+(-24,467)}
= -0,28215
Fy = {Σ(d. cosα)}
={𝑑12 𝑐𝑜𝑠𝛼12 + 𝑑23 𝑐𝑜𝑠𝛼23 + 𝑑34 𝑐𝑜𝑠𝛼34 + 𝑑45 𝑐𝑜𝑠𝛼45 + 𝑑56 𝑐𝑜𝑠𝛼56 +
𝑑67 𝑐𝑜𝑠𝛼67 + 𝑑78 𝑐𝑜𝑠𝛼78 + 𝑑89 𝑐𝑜𝑠𝛼89 + 𝑑910 𝑐𝑜𝑠𝛼910 + 𝑑101 𝑐𝑜𝑠𝛼101 }
= {(-31,925)+(-35,179)+52,952+9,285+(-19,101)+33,915+20,041
+59,947+(-53,620)+(-36,639)}
= -0,32351
= (46,965/529,338) . (0,32351)
= 0,02870
= (43,673/529,338) . (0,32351)
= 0,02669
= (88,478/529,338) . (0,32351)
= 0,05407
= (15,436/529,338) . (0,32351)
= 0,00943
δy5 = (𝑑56 / Σd) .(-fy)
= (23,557/529,338) . (0,32351)
= 0,01440
= (56,820/529,338) . (0,32351)
= 0,03473
= (46,588/529,338) . (0,32351)
= 0,02847
= 0,04637
= (87,890/529,338) . (0,32351)
= 0,05371
= (44,058/529,338) . (0,32351)
= 0,02693
Beda Tinggi
ΔhAJ = dAJ / tg terkoreksi + (TAA – TTJ) =0,216/tg 89°43’1” + (1,42–1,4)
= 0,236
ΔhAB = dAB / tg terkoreksi + (TAA – TTB) =(-2,486)/tg 93°1’25” + (1,42–1,375)
= -2,441
ΔhBA = dBA / tg terkoreksi + (TAB – TTA) =2,444/tg 87°1’2” + (1,39–1,41)
= 2,424
ΔhBC = dBC / tg terkoreksi + (TAB – TTC) =(-0,904)/tg 91°11’3” + (1,39–1,33)
= -0,844
ΔhCB = dCB / tg terkoreksi + (TAC – TTB) =0,891/tg 88°49’41” + (1,33–1,385)
= 0,836
ΔhCD = dCD / tg terkoreksi + (TAC – TTD) =0,023/tg 89°59’20,5” + (1,33–1,17)
= 0,183
ΔhDC = dDC / tg terkoreksi + (TAD – TTC) =(-0,038)/tg 90°1’25,5”+ (1,23–1,335)
= -0,143
ΔhDE = dDE / tg terkoreksi + (TAD – TTE) =(-1,864)/tg 96°54’39”+ (1,23–1,33)
= -1,964
ΔhED = dED / tg terkoreksi + (TAE – TTD) =1,85/tg 83°9’59,5”+ (1,32–1,229)
= 1,941
ΔhEF = dEF/ tg terkoreksi + (TAE – TTF) =0,017/tg 89°57’18” + (1,32–1,38)
= -0,043
ΔhFE = dFE / tg terkoreksi + (TAF – TTE) =(-0,041)/tg 90°5’55”+ (1,38–1,31)
= 0,029
ΔhFG = dFG / tg terkoreksi + (TAF – TTG) =(-0,674)/tg 90°40’37”+ (1,38–1,39)
= -0,684
ΔhGF = dGF / tg terkoreksi + (TAG – TTF) =0,654/tg 89°20’13,5”+ (1,39–1,38)
= 0,664
ΔhGH = dGH / tg terkoreksi + (TAG – TTH) =2,191/tg 87°18’6,5”+ (1,39–1,32)
= 2,261
ΔhHG = dHG / tg terkoreksi + (TAH – TTG) =(-2,241)/tg 92°44’40”+ (1,32–1,37)
= -2,291
ΔhHI = dHI / tg terkoreksi + (TAH – TTI) =5,964/tg 85°30’11”+ (1,32–1,61)
= 5,674
ΔhIH = dIH / tg terkoreksi + (TAI – TTH) =(-6,056)/tg 94°33’44,5” + (1,62–1,32)
= -5,756
ΔhIJ = dIJ / tg terkoreksi + (TAI – TTJ) =(-2,282)/tg 91°29’13,5” + (1,62–1,43)
= -2,092
ΔhJI = dJI / tg terkoreksi + (TAJ – TTI) =2,336/tg 88°28’34,5” + (1,43–1,63)
= 2,136
ΔhJA = dJA / tg terkoreksi + (TAJ – TTA) =(-0,198)/tg 90°15’32,5” + (1,43–1,42)
= -0,188
Rerata Beda Tinggi
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA