Disusun oleh:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengukuran jarak langsung adalah pengukuran yang dilakukan berjarak pendek
saja sekitar 50 m. Alat yang digunakan pada pengukuran ini hanyalah pita ukur saja.
Caranya yaitu dari titik awal pita ukur tersebut ditarik sampai titik yang ingin
diketahui jaraknya. Pengukuran jarak langsung dapat diukur dengan menggunakan
langkah kaki (pacing), pembacaan odometer, dan dengan menggunakan pita ukur.
Namun, dari ketiga cara tersebut, untuk yang paling mendekati nilai akurat adalah
dengan menggunakan pita ukur.
Tachymetri adalah pengukuran menggunakan alat-alat optis, elektronis, dan
digital. Pengukuran detail cara tachymetri dimulai dengan penyiapan alat ukur di
atas titik ikat dan penempatan rambu di titik bidik. Setelah alat siap untuk
pengukuran, dimulai dengan perekaman data di tempat alat berdiri, pembidikan ke
rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatan data di rambu BT, BA, BB serta
sudut miring (Purwaamijaya, 2015).
Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga
sebangun, sisi yang sepihak adalah sebanding. Kebanyakan pengukuran tachymetri
adalah dengan garis bidik miring karena adanya keragaman topografi, tetapi
perpotongan benang stadia dibaca pada rambu tegak lurus dan jarak miring
"direduksi" menjadi jarak horizontal dan jarak vertikal. Pada gambar, sebuah transit
dipasang pada suatu titik dan rambu dipegang pada titik tertentu. Dengan benang
silang tengah dibidikkan pada rambu ukur sehingga tinggi target sama dengan tinggi
theodolite ke tanah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengukur menggunakan metode Tachymetri?
2. Apa saja data yang didapat pada pengukuran Tachymetri?
3. Bagaimana cara menghitung data pada tachymetri?
4. Bagaimana mengukur bidang datar menggunakan pengukuran jarak
langsung?
5. Bagaimana mengukur bidang miring menggunakan pengukuran jarak
langsung?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui proses pengukuran menggunakan metode tachymetri
2. Mengetahui data-data yang didapat dari pengukuran dengan metode
tachymetri
3. Mengetahui cara menghitung data pada tachymetri
4. Mengetahui cara mengukur bidang datar pada pengukuran jarak langsung
5. Mengetahui cara mengukur bidang miring pada pengukuran jarak langsung
BAB II
DASAR TEORI
Gambar 3. Theodolite
Sumber: alatukur.net/harga-digital-theodolit/
2.8 Sudut
Sudut adalah suatu daerah yang dibatasi oleh dua sinar garis yang
mempunyai titik pangkal yang sama. Sudut-sudut yang diukur dalam pengukuran
tanah dapat digolongkan menjadi dua yaitu sudut horizontal yang merupakan
pengukuran dasar untuk penentuan sudut arah dan azimuth dan sudut vertikal yang
merupakan sudut yang diukur dari zenit sampai ke garis bidik theodolit, untuk
menentukan nilai ketinggian (elevasi) suatu titik terhadap titik yang lain.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
BAB IV
PENYAJIAN DATA
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil
Dari hasil praktikum maka didapatkan hasil pengukuran seperti berikut:
5.1.1. Hasil Perhitungan Jarak Langsung pada luasan
• Keliling lapangan
Pergi = A + B+ C + D
= 18,131 m + 9,118 m + 18,131 m + 9,118 m
= 54,498 m
Pulang =A+ B + C + D
= 18,133 m + 9,123 m + 18,130 m + 9,125 m
=54,503
Selisih = Keliling pulang – Keliling pergi
= 54,503 m – 54,498 m
= 0,005 m
• Diagonal 1
Pergi = 22,100 m
Pulang = 22,100 m
Selisih = 0,000 m
• Diagonal 2
Pergi = 23,960 m
Pulang = 23,960 m
Selisih = 0,000 m
Perbedaan tinggi : Δh = Vd + TA – BT
= (-0,1116) + 1,371 – 1,071
Δh = 0,1883 meter
D2
Lab.
Lab. Metal U
Area Parkir
Gedung
Belakang FTI
Kantin
Gedung
LAPANGAN BASKET FTI
miniatur
U
THEODOLITE
Taman
GEOTEKNOLOGI
MUSEUM
Rambu ukur
Taman
miniatur
5.2 Pembahasan
Berdasarkan Praktikum Jarak Langsung dan Tachymetri yang telah
dilakukan di kampus II UPN Veteran Yogyakarta dengan menggunakan
instrument/alat theodolite, rambu ukur, dan pita ukur, maka didapatkan hasil
pengukuran berupa jarak langsung pada luasan, jarak langsung pada permukaan
miring, dan perhitungan tachymetri. Dari hasil pengukuran jarak langsung pada
luasan didapatkan Panjang dan lebar sebuah sisi bidang yang diukur secara pergi
pulang, diagonal bidang secara pergi pulang, dan mendapatkan keliling dari hasil
perhitungan Panjang dan lebar sebesar 54,498 meter pergi, 54,503 meter secara
pulang dengan selisih pergi pulang sebesar 0,005 meter. Dari pengukuran jarak
jarak langsung pada permukaan miring didapatkan Panjang bidang miring secara
datar sebesar 4,571 – 0,1 m = 4,471 m pergi, 4,570 – 0,1 m = 4,470 pulang.
Pada pengukuran dan perhitungan tachymetri didapatkan data bacaan
berupa tinggi alat setinggi 1,371 meter, benang tengah (BT) setinggi 1,071 meter,
benang atas (BA) setinggi 1,130 meter, benang bawah setinggi 1,013 meter, dan
(𝐵𝐴+𝐵𝐵) (1,130 + 1,013)
azimuth (z) sebesar 270° 32' 48". Koreksi BT = = =
2 2
1,0715 𝑚, dengan koreksi BT sebesar 0,0005 meter. Lalu dari hasil data bacaan itu
melakukan perhitungan do. dm, dd, Vd, dan Δh.
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Pengukuran metode tachymetri. (2012). Geodetics Surveying. Diakses tanggal 11
Maret 2024, dari https://azharanugrah.blogspot.com/2012/12/pengukuran-
metode-tachymetri.html
Rasyidi & Ansosry. (2021). Perbandingan Volume Overburden Menggunakan
Metode Cut And Fill Pada Pit Raja PT. Rajawali Internusa jobsite Muara
Lawai PT. Budi Gema Gempita, Lahat Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Bina
Tambang, 6(3).
LAMPIRAN
LAMPIRAN I
Pengukuran Tachymetri
LAMPIRAN II
LAMPIRAN III
Pengukuran Jarak Langsung pada Permukaan Bidang Miring
LAMPIRAN IV
Lembar ACC