Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN JARAK LANGSUNG DAN TACHYMETRI

Disusun oleh:

Nama : Cahya Kastim Putra


NIM : 117230087
Plug : 09

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2024
PRAKTIKUM SURVEI TERESTRIS I
TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengukuran jarak langsung adalah pengukuran yang dilakukan berjarak pendek
saja sekitar 50 m. Alat yang digunakan pada pengukuran ini hanyalah pita ukur saja.
Caranya yaitu dari titik awal pita ukur tersebut ditarik sampai titik yang ingin
diketahui jaraknya. Pengukuran jarak langsung dapat diukur dengan menggunakan
langkah kaki (pacing), pembacaan odometer, dan dengan menggunakan pita ukur.
Namun, dari ketiga cara tersebut, untuk yang paling mendekati nilai akurat adalah
dengan menggunakan pita ukur.
Tachymetri adalah pengukuran menggunakan alat-alat optis, elektronis, dan
digital. Pengukuran detail cara tachymetri dimulai dengan penyiapan alat ukur di
atas titik ikat dan penempatan rambu di titik bidik. Setelah alat siap untuk
pengukuran, dimulai dengan perekaman data di tempat alat berdiri, pembidikan ke
rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatan data di rambu BT, BA, BB serta
sudut miring (Purwaamijaya, 2015).
Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga
sebangun, sisi yang sepihak adalah sebanding. Kebanyakan pengukuran tachymetri
adalah dengan garis bidik miring karena adanya keragaman topografi, tetapi
perpotongan benang stadia dibaca pada rambu tegak lurus dan jarak miring
"direduksi" menjadi jarak horizontal dan jarak vertikal. Pada gambar, sebuah transit
dipasang pada suatu titik dan rambu dipegang pada titik tertentu. Dengan benang
silang tengah dibidikkan pada rambu ukur sehingga tinggi target sama dengan tinggi
theodolite ke tanah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengukur menggunakan metode Tachymetri?
2. Apa saja data yang didapat pada pengukuran Tachymetri?
3. Bagaimana cara menghitung data pada tachymetri?
4. Bagaimana mengukur bidang datar menggunakan pengukuran jarak
langsung?
5. Bagaimana mengukur bidang miring menggunakan pengukuran jarak
langsung?

2 | Praktikum Survei Terestris I


PRAKTIKUM SURVEI TERESTRIS I
TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

1.3 Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui proses pengukuran menggunakan metode tachymetri
2. Mengetahui data-data yang didapat dari pengukuran dengan metode
tachymetri
3. Mengetahui cara menghitung data pada tachymetri
4. Mengetahui cara mengukur bidang datar pada pengukuran jarak langsung
5. Mengetahui cara mengukur bidang miring pada pengukuran jarak langsung

3 | Praktikum Survei Terestris I


PRAKTIKUM SURVEI TERESTRIS I
TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengukuran Jarak Langsung


Pengukuran jarak langsung adalah pengukuran yang dilakukan berjarak
pendek saja sekitar 50 m. Alat yang digunakan pada pengukuran ini hanyalah pita
ukur saja. Caranya yaitu dari titik awal pita ukur tersebut ditarik sampai titik yang
ingin diketahui jaraknya. Pengukuran jarak langsung dapat diukur dengan
menggunakan langkah kaki (pacing), pembacaan odometer, dan dengan
menggunakan pita ukur. Namun, dari ketiga cara tersebut, untuk yang paling
mendekati nilai akurat adalah dengan menggunakan pita ukur.
2.2 Pengukuran Jarak Langsung Pada Bidang Datar
Jarak merupakan salah satu besaran yang diperlukan untuk pemetaan. Jarak
merupakan besaran pada bidang mendatar dan merupakan panjang terpendek yang
menghubungkan dua titik. Jika panjang yang diukur melebihi panjang pita
pengukur, diperlukan untuk memotongnya menjadi beberapa bagian agar sesuai
dengan ukuran.

Gambar 4. Bidang datar


Sumber: akreditasi.big.go.id/
2.3 Pengukuran Jarak Langsung Pada Bidang Miring
Pada bidang miring, pengukuran jarak langsung menggunakan bantuan lain
seperti jalon. Bidang yang mempunyai kontur cenderung miring dapat diukur
dengan jarak langsung. Jika pada pengukuran sudah menyentuh elevasi yang
berbeda, jalon digunakan sebagai tanda dan penghubung dengan bidang yang
berada diatas jalon.

4 | Praktikum Survei Terestris I


PRAKTIKUM SURVEI TERESTRIS I
TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

Gambar 5. Bidang miring


Sumber: akreditasi.big.go.id/
2.4 Pita Ukur
Pita ukur merupakan perangkat pengukuran portabel yang digunakan untuk
mengukur panjang, jarak dan sudut. Pita ukur biasa dikenal juga sebagai meteran,
tape atau roll meter yang memiliki 2 satuan ukur yaitu satuan inggris (inch, feet,
dan yard) dan satuan metrik (mm, cm, dan m) serta tingkat ketelitian alat ukur
hingga mencapai 0,5mm. Umumnya pita ukur terbuat dari plastik tipis, kain atau
plat besi fleksibel yang memiliki ukuran mulai dari 3 meter, 5 meter, 10 meter, 30
meter hingga 50 meter.

Gambar 6. Pita Ukur


Sumber: kibrispdr.org/unduh-42/penjelasan-pita-ukur-alat-ukur-tanah-dan-
gambar-ppt.html
2.5 Tachymetri
Menurut (Purwaamijaya, 2015). Tachymetri adalah pengukuran menggunakan
alat-alat optis, elektronis, dan digital. Pengukuran detail cara tachymetri dimulai
dengan penyiapan alat ukur di atas titik ikat dan penempatan rambu di titik bidik.
Setelah alat siap untuk pengukuran, dimulai dengan perekaman data di tempat alat
berdiri, pembidikan ke rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatan data di
rambu BT, BA, BB serta sudut miring.

5 | Praktikum Survei Terestris I


PRAKTIKUM SURVEI TERESTRIS I
TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

Gambar 1. Pengukuran jarak metode tachymetri


Sumber: azharanugrah.blogspot.com/2012/12/pengukuran-metode-
tachymetri.html
2.6 Rambu Ukur
Rambu ukur adalah alat yang terbuat dari kayu atau campuran alumuniaum yang
diberi skala pembacaan. Alat ini berbentuk mistar ukur yang besar, mistar ini
mempunyai Panjang 3, 4, bahkan ada yang 5 meter. Skala rambu ini dibuat dalam
cm, tiap-tiap blok merah, putih, atau hitam menyatakan 1 cm, setiap 5 blok tersebut
berbentuk huruf E yang menyatakan 5 cm, taip 2 buah E menyatakan 1 dm. tiap-
tiap meter diberi warna yang berlainan, merah-putih, hitam-putih, dll. Kesemuanya
ini dimaksud agar memudahkan dalam pembacaan rambu.

Gambar 2. Rambu ukur


Sumber: ptdinarsamarinda.id/2020/09/rambu-ukur-5-meter.html
2.7 Theodolite
Theodolite adalah salah satu alat ukur yang digukan untuk menentukan
tinggi tanah dengan sudut horizontal dan sudut vertikal. Alat ini merupakan alat
yang sangat penting dalam surveying dan pekerjaan di dunia teknik. Theodolite
digunakan dalam aplikasi survei yang diperlukan untuk proyek konstruksi besar.
Surveying dengan menggunakan theodolite dilakukan bila situasi yang dipetakan
luas. Alat ini terdiri dari teleskop yang dipasang pada sebuah dasar yang dapat
bergerak, dilengkapi dengan lingkaran graduasi untuk mengukur sudut baik pada
bidang horizontal maupun vertikal. Theodolite terdiri dari dua yaitu theodolite
manual dan theodolite digital.

6 | Praktikum Survei Terestris I


PRAKTIKUM SURVEI TERESTRIS I
TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

Gambar 3. Theodolite
Sumber: alatukur.net/harga-digital-theodolit/
2.8 Sudut
Sudut adalah suatu daerah yang dibatasi oleh dua sinar garis yang
mempunyai titik pangkal yang sama. Sudut-sudut yang diukur dalam pengukuran
tanah dapat digolongkan menjadi dua yaitu sudut horizontal yang merupakan
pengukuran dasar untuk penentuan sudut arah dan azimuth dan sudut vertikal yang
merupakan sudut yang diukur dari zenit sampai ke garis bidik theodolit, untuk
menentukan nilai ketinggian (elevasi) suatu titik terhadap titik yang lain.

7 | Praktikum Survei Terestris I


PRAKTIKUM SURVEI TERESTRIS I
TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum dilaksanakan pada:
a. Pengukuran Jarak Langsung
Hari, tanggal : Senin 4 Maret 2024
Pukul : 13.00 - 16.00 WIB
Tempat : Kampus II UPN “Veteran” Yogyakarta
b. Pengukuran Tachymetri
Hari, tanggal : Rabu 6 Maret 2024
Pukul : 07.00 - 12.00 WIB
Tempat : Kampus II UPN “Veteran” Yogyakarta

3.2 Alat dan Bahan


Pada kegiatan Praktikum Pengukuran Jarak Langsung dan Tachymetri,
terdapat perangkat dan data, diantaranya sebagai berikut:
1. Theodolite
2. Statif
3. Rambu ukur
4. Pita ukur
5. Payung
6. Paku payung
7. Bambu
8. Meteran
9. Nivo rambu

3.3 Langkah Pengerjaan


3.3.1 Tachymetri
1. Menyiapkan alat sebelum melakukan pengukuran.
2. Menentukan titik yang akan dibuat.
3. Memasang patok kayu pada titik yang sudah ditentukan.
4. Mendirikan alat di titik 1 dan melakukan centering.
5. Mendirikan rambu ukur di titik 2.

8 | Praktikum Survei Terestris I


PRAKTIKUM SURVEI TERESTRIS I
TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

6. Mengatur ketinggian rambu ukur dengan menarik batangnya sesuai dengan


kebutuhan, kemudian kunci. Letakkan dasar rambu ukur tepat diatas tengah-
tengah patok (titik) yang akan dibidik. Usahakan rambu ukur tersebut tidak
miring/condong (depan, belakang, kiri, dan kanan) karena bisa
mempengaruhi hasil pembacaan, memasang nivo rambu pada rambu ukur
agar bisa memantau kestabilan rambu ukur.
7. Membidik dan mengarahkan teropong secara kasar dengan visir pada rambu
ukur yang didirikan vertikal pada satu titik yang telah ditentukan
menggunakan garis bidik yang ada di atas pesawat penyipat datar atau
waterpass.
8. Bila bayangan kabur, perjelas dengan memutar sekrup pengatur fokus dan
jika benang silang kabur perjelas dengan memutar sekrup lensa okuler.
9. Menghimpitkan benang silang dengan sumbu rambu ukur dengan cara
mengatur sekrup penggerak halus horizontal.
10. Setelah itu membaca rambu ukur dengan membaca benang atas, benang
bawah, lalu membaca benang tengah. Pada saat membidik rambu ukur yang
dibaca adalah benang tengah terlebih dahulu disebabkan oleh tinggi benang
tengah sama dengan tinggi dari alat ukur theodolite. Setelah membaca
benang tengah barulah membaca benang atas dan benang bawah.
11. Setelah membaca rambu ukur, dilanjutkan dengan membaca sudut vertical.
12. Mencatat benang atas, benang bawah, benang tengah, dan sudut verikal.
13. Melakukan perhitungan koreksi kesalahan bacaan benang tengah dengan
toleransi 0,0005 meter.
14. Melakukan pengolahan data untuk mendapatkan hasil data becaan do, dd
,dm, Vd, dan ∆h

3.3.2 Langkah Pengerjaan Pengukuran Jarak Langsung pada Luasan


1. Mempersiapkan semua alat yang dibutuhkan untuk melakukan pengukuran.
2. Menentukan lokasi pengukuran yang ingin diukur.
3. Membagi permukaan bidang datar tiap sisi dan diagonal sebagai titik
A,B,C,D.
4. Memulai pengukuran dari titik A dan pita ukur dimulai dari titik nol.
5. Memastikan pita ukur sudah dalam keadaan datar dan membentang dari titik
A ke titik B.
6. Melakukan hal yang sama untuk mengukur titik berikutnya dan titik
diagonal.

9 | Praktikum Survei Terestris I


PRAKTIKUM SURVEI TERESTRIS I
TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

3.3.3 Langkah pengerjaan Pengukuran Jarak Langsung pada Permukaan


Miring
1. Mempersiapkan semua alat yang dibutuhkan untuk melakukan pengukuran.
2. Menentukan lokasi pengukuran yang ingin diukur.
3. Membagi bidang miring menjadi beberapa slag sesuai kebutuhan ,
menggunakan bambu untuk mensejajarkan pita ukur
4. Mengukur bagian slag pertama menggunakan pita ukur.
5. Jika sudah dicatat hasil bacaan pada slag pertama, melanjutkan pembacaan
pada slag kedua.
6. Melakukan pengukuran jarak datar secara pergi-pulang.

10 | Praktikum Survei Terestris I


PRAKTIKUM SURVEI TERESTRIS I
TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

BAB IV
PENYAJIAN DATA

4.1. Data Pengukuran Jarak Langsung pada luasan


Target Pergi Pulang
A–B 18,131 meter 18,133 meter
B–C 9,118 meter 9,123 meter
C–D 18,131 meter 18,130 meter
D–A 9,118 meter 9,125 meter
Diagonal 1 22,100 meter 22,100 meter
Diagonal 2 23,960 meter 23,960 meter

4.2. Data Pengukuran Jarak Langsung pada Permukaan Miring


Pergi Pulang
A–B 4,571 meter 4,570 meter

4.3. Data Pengukuran tachymetri


No. Bacaan Data
1. Tinggi Alat (TA) 1,371 meter
2. Benang Atas (BA) 1,130 meter

3. Benang Tengah (BT) 1,071 meter

4. Benang Bawah (BB) 1,013 meter

5. Azimuth (z) 270° 32' 48"

11 | Praktikum Survei Terestris I


PRAKTIKUM SURVEI TERESTRIS I
TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil
Dari hasil praktikum maka didapatkan hasil pengukuran seperti berikut:
5.1.1. Hasil Perhitungan Jarak Langsung pada luasan
• Keliling lapangan
Pergi = A + B+ C + D
= 18,131 m + 9,118 m + 18,131 m + 9,118 m
= 54,498 m
Pulang =A+ B + C + D
= 18,133 m + 9,123 m + 18,130 m + 9,125 m
=54,503
Selisih = Keliling pulang – Keliling pergi
= 54,503 m – 54,498 m
= 0,005 m

• Diagonal 1
Pergi = 22,100 m
Pulang = 22,100 m
Selisih = 0,000 m

• Diagonal 2
Pergi = 23,960 m
Pulang = 23,960 m
Selisih = 0,000 m

5.1.2. Hasil pengukuran jarak langsung pada permukaan miring


Jarak pergi (A – B) = 4,571 meter
Jarak pulang (B – A) = 4,470 meter
Selisih = Jarak pergi – Jarak pulang
= 4,571 m – 4,570 m
= 0,001 m

12 | Praktikum Survei Terestris I


PRAKTIKUM SURVEI TERESTRIS I
TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

5.1.3. Hasil Perhitungan Tachymetri


▪ Data bacaan

a. Benang Atas : 1,130 m


b. Benang Tengah : 1,071 m
c. Benang Bawah : 1,013 m
d. Azimuth (z) : 270° 32' 48"
e. Tinggi Alat (TA) : 1,371 m

▪ Perhitungan Jarak Optis


BA+BB
Koreksi kesalahan : BT = 2
1,130 𝑚 +1,013 𝑚
BT = 2
2,143 𝑚
BT = 2
BT = 1,0715 meter

Jarak optis : do = (BA-BB) x 100


= (1,130 m - 1,013 m) x 100
= 0,117 m x 100
do = 11,7 meter

Jarak miring : dm = do.sin z


= 11,7 m (sin 270° 32' 48")
dm = - 11,6994 meter

Jarak datar : dd = do.sin² z


= 11,7 m (sin² 270° 32' 48")
dd = 11,6989 meter

Vertical distance : Vd = cos z.dm


= cos (270° 32' 48") -11,6994 m
Vd = -0,1116 meter

Perbedaan tinggi : Δh = Vd + TA – BT
= (-0,1116) + 1,371 – 1,071
Δh = 0,1883 meter

13 | Praktikum Survei Terestris I


PRAKTIKUM SURVEI TERESTRIS I
TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

5.1.4. Sketsa Pengukuran Jarak Langsung pada Luasan


A B
U
D1

D2

Gambar 5.1.4 Sketsa Pengukuran Jarak Langsung pada Luasan


Keterangan
A= Titik 1
B = Titik 2
C = Titik 3
D = Titik 3
D1 = Diagonal 1
D2 = Diagonal 2

5.1.5. Sketsa Pengukuran Jarak Langsung pada permukaan Miring

Lab.
Lab. Metal U

Area Parkir
Gedung
Belakang FTI
Kantin

Gedung
LAPANGAN BASKET FTI

Gambar 5.1.5 Sketsa Pengukuran Jarak Langsung pada permukaan Miring

14 | Praktikum Survei Terestris I


PRAKTIKUM SURVEI TERESTRIS I
TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

5.1.6. Sketsa Pengukuran Tachymetri

miniatur
U

THEODOLITE
Taman

GEOTEKNOLOGI
MUSEUM
Rambu ukur

Taman
miniatur

Gambar 5.1.6. Sketsa Pengukuran Tachymetri

5.2 Pembahasan
Berdasarkan Praktikum Jarak Langsung dan Tachymetri yang telah
dilakukan di kampus II UPN Veteran Yogyakarta dengan menggunakan
instrument/alat theodolite, rambu ukur, dan pita ukur, maka didapatkan hasil
pengukuran berupa jarak langsung pada luasan, jarak langsung pada permukaan
miring, dan perhitungan tachymetri. Dari hasil pengukuran jarak langsung pada
luasan didapatkan Panjang dan lebar sebuah sisi bidang yang diukur secara pergi
pulang, diagonal bidang secara pergi pulang, dan mendapatkan keliling dari hasil
perhitungan Panjang dan lebar sebesar 54,498 meter pergi, 54,503 meter secara
pulang dengan selisih pergi pulang sebesar 0,005 meter. Dari pengukuran jarak
jarak langsung pada permukaan miring didapatkan Panjang bidang miring secara
datar sebesar 4,571 – 0,1 m = 4,471 m pergi, 4,570 – 0,1 m = 4,470 pulang.
Pada pengukuran dan perhitungan tachymetri didapatkan data bacaan
berupa tinggi alat setinggi 1,371 meter, benang tengah (BT) setinggi 1,071 meter,
benang atas (BA) setinggi 1,130 meter, benang bawah setinggi 1,013 meter, dan
(𝐵𝐴+𝐵𝐵) (1,130 + 1,013)
azimuth (z) sebesar 270° 32' 48". Koreksi BT = = =
2 2
1,0715 𝑚, dengan koreksi BT sebesar 0,0005 meter. Lalu dari hasil data bacaan itu
melakukan perhitungan do. dm, dd, Vd, dan Δh.

15 | Praktikum Survei Terestris I


PRAKTIKUM SURVEI TERESTRIS I
TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan

1. Pada pengukuran menggunakan metode tachymetri bisa didapatkan hasil


jarak optis (do), jarak datar (dd), jarak miring (dm), jarak vertikal (vd), dan
beda tinggi (Δh). Data tersebut didapatkan dengan cara melakukan
pengukuran pada dataran yang terdapat beda tinggi dari titik berdiri alat
dengan titik yang akan diukur, lalu pada theodolite ditembakan pada rambu
ukur dan dilakukan pembacaan pada benang tengah (BT), benang atas (BA),
dan pada benang bawah (BB).
2. Pada pengukuran menggunakan metode tachymetri data yang didapatkan
adalah tinggi alat (TA), lalu bacaan benang tengah (BT), benang atas (BA),
benang bawah (BA), dan sudut zenith (Z).
3. Pengolahan data tachymetri dapat dilakukan dengan cara menghitung pada
beberapa hasil yang didapat, seperti pada jarak optis (do) dengan rumus
(BA-BB) x 100, pada jarak datar (dd) dengan rumus do.sin² z, pada jarak
miring (dm) dengan rumus do.sin z, pada jarak vertikal (vd) dengan rumus
cos z.dm, pada beda tinggi (Δh) dengan rumus vd + TA – BT. Pada
perhitungan tersebut bisa didapatkan hasil data yang diiginkan.
4. Pada pengukuran menggunakan metode jarak langsung pada bidang datar
dapat dilakukan dengan menentukan titik titik yang akan diukur, lalu diukur
menggunakan alat pita ukur dengan cara melakukan pengukuran dari titik
ke titik secara pulang pergi untuk didapatkan hasil rata-rata sehingga data
lebih mendekati keadaan aslinya dengan toleransi yang telah ditentukan
yaitu sebesar 0,1 m.
5. Pada pengukuran menggunakan metode jarak langsung pada bidang miring
dapat dilakukan dengan bantuan alat jalon (bambu). Pengukuran dilakukan
dengan cara pita ukur dibentangkan dari titik yang ingin diukur ke jalon
kemudian membaca pita ukur untuk hasil yang didapatkan dan dilakukan
secara pergi pulang untuk mendapatkan rata-rata dan hasil yang didapat
tidak melebihi toleransi yang telah ditentukan yaitu sebesar 0,1 m.

16 | Praktikum Survei Terestris I


PRAKTIKUM SURVEI TERESTRIS I
TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

DAFTAR PUSTAKA
Pengukuran metode tachymetri. (2012). Geodetics Surveying. Diakses tanggal 11
Maret 2024, dari https://azharanugrah.blogspot.com/2012/12/pengukuran-
metode-tachymetri.html
Rasyidi & Ansosry. (2021). Perbandingan Volume Overburden Menggunakan
Metode Cut And Fill Pada Pit Raja PT. Rajawali Internusa jobsite Muara
Lawai PT. Budi Gema Gempita, Lahat Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Bina
Tambang, 6(3).

17 | Praktikum Survei Terestris I


PRAKTIKUM SURVEI TERESTRIS I
TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

LAMPIRAN

18 | Praktikum Survei Terestris I


PRAKTIKUM SURVEI TERESTRIS I
TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

LAMPIRAN I
Pengukuran Tachymetri

LAMPIRAN II

19 | Praktikum Survei Terestris I


PRAKTIKUM SURVEI TERESTRIS I
TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

Pengukuran Jarak Langsung pada Luasan

LAMPIRAN III
Pengukuran Jarak Langsung pada Permukaan Bidang Miring

20 | Praktikum Survei Terestris I


PRAKTIKUM SURVEI TERESTRIS I
TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

LAMPIRAN IV
Lembar ACC

21 | Praktikum Survei Terestris I


PRAKTIKUM SURVEI TERESTRIS I
TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA

22 | Praktikum Survei Terestris I

Anda mungkin juga menyukai