Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH DRAINASE PADA UMUR RENCANA JALAN DI KELURAHAN

KARANG WIDORO KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan


Program D-IV pada Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Malang

Disusun Oleh:
M. NORIS AL PRATAMA (1741320121)

MENEJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2018
RENCANA ISI LAPORAN TUGAS AKHIR

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Batasan Masalah

1.4 Tujuan

1.3 Manfaat

BAB II. DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum

2.2 Analisa Hidrolika

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

3.2 Tahapan Penelitian

3.2.1 Tahap persiapan

3.2.2 Pengumpulan data

3.2.3 Analisa Data

3.2.4 Bagan Alir

DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan menimbulkan dampak yang cukup besar pada


siklus hidrologi sehigga berpengaruh besar terhadap sistem drainase. Oleh karena itu
perkembangan industri harus diikuti dengan peningkatan dan perbaikan system drainase.

Kelurahan Karang Widoro merupakan salah satu kelurahan yang berada di dalam
wilayah kabupaten Malang yang terbagi atas 4 lingkungan rukun warga. Drainase yang
telah ada disalah satu jalan antar desa efisiensinya telah berkurang karena adanya
pembuangan sampah di saluran drainase. Akibatnya setiap musim hujan air dari saluran
drainase meluap ke jalan disekitar saluran drainase.

Penataan dan peningkatan efisiensi jaringan drainase, khususnya di kelurahan


Karang Widoro perlu segera dilakukan agar permasalahan jalan rusak serta segala akibat
dapat segera dikurangi atau bila mungkin dihilangkan. Sebab permasalahan tersebut
menimbulkan banyak gangguan pada masyarakat terutama di bidang perhubungan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang menyebabkan genangan di wilayah kelurahan Karang widoro kecamatan


Dau kabupaten Malang?
2. Bagaiman kondisi saluran drainase eksistingnya?
3. Bagaimana pengaruh umur jalan akibat saluran drainase?

1.3 Batasan Masalah

1. Merencanakan saluran drainase di wilayah kelurahan Karang widoro kecamatan


Dau kabupaten Malang
2. Menghitung dimensi saluran jalan
3. Meghitung tinggi hujan rencana
4. Menghitung debit rencana saluran drainase jalan
5. Menghitung kapasitas saluran drainase jalan

1.4 Tujuan

1. Mengetahui penyebab genangan di wilayah kelurahan Karang widoro kecamatan


Dau kabupaten Malang
2. Menganalisa kondisi saluran drainase eksisting di wilayah kelurahan Karang
widoro kecamatan Dau kabupaten Malang
3. Mencari alternatif penggulangan genangan dan banjir agar saluran tersebut mampu
mengalirkan debit hujan dengan baik sehingga jalan tidak cepat rusak

1.5 Manfaat

1. Mengetahui penyebab jalan cepat rusak


2. Dapat menganalisa kondisi saluran eksisiting di kelurahan Karang Widoro
3. Didapatkan alternatif penanggulangan genangan yang mengakibatkan jalan cepat
rusak
BAB II

DASAR TEORI

2.1 PENGERTIAN UMUM


Drainase jalan mengandung pengertian membuang atau mengalirkan air (air hujan,
air limbah, atau air tanah) ke tempat pembuangan yang telah ditentukan dengan cara
gravitasi atau menggunakan sistem pemompaan. Secara umum dikenal adanya 2 (dua)
sistem drainase yaitu sistem drainase permukaan dan sistem drainase bawah permukaan.
Kedua sistem tersebut direncanakan dengan maksud untuk mengendalikan ”air” sebagai
upaya memperkecil pengaruh buruk air terhadap perkerasan jalan maupun subgrade (tanah
dasar).
Secara normatif yang disebut subgrade adalah lapisan tanah (yang dianggap
mewakili subgrade adalah lapsan tanah setebal 1.00 m) yang disiapkan sebagai badan
jalan, bisa berupa tanah asli yang sudah dipadatkan atau tanah timbunan yang didatangkan
dari tempat lain kemudian dipadatkan atau tanah yang distabilisasi dengan kapur atau
bahan lainnya. Dalam struktur perkerasan jalan, di atas subgrade ini kemudian diletakkan
perkerasan jalan, bisa perkerasan lentur maupun perkerasan kaku. Agar subgrade dapat
memikul beban diatasnya (perkerasan jalan maupun lalu lintas) sesuai dengan batasan-
batasan perencanaan, pada umumnya subgrade dipadatkan pada kadar air optimum. Yang
dimaksudkan dengan kadar air optimum disini adalah kadar air pada kepadatan kering
maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

Fungsi drainase jalan dengan demikian ada 2 (dua) cakupan yaitu :


a. Memperkecil kemungkinan menurunnya daya dukung subgrade karena kadar
airnya naik melebihi kadar air optimum sebagai akibat dari merembesnyaair
hujan ke dalam subgrade melalui pori-pori perkerasan jalan atau yang berasal
dari air tanah yang naik ke permukaan;
b. Memperkecil kemungkinan rusaknya perkerasan jalan sebagai akibat
terendamnya perkerasan jalan olehgenangan air hujan.
Sistem drainase permukaan mencakup 2 hal yaitu:
a. drainase air limbah, dimaksudkan untuk membuang air limbah (air kotor dari
rumah tangga, limbah cair dari pabrik dan sebagainya) ke instalasi pengolah air
limbah
b. drainase air hujan, dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya
kerusakan jalan akibat air hujan. Air hujan yang jatuh ke permukaan jalan atau
badan jalan mempunyai 3 kemungkinan:
a. bergerak sebagai aliran air permukaan;
b. menguap;
c. merembes ke dalam tanah atau perkerasan jalan sebagai air infiltrasi.
Drainase permukaan berkepentingan dengan aliran air yang bergerak sebagai aliran
air permukaan. Persentase besarnya aliran air permukaan dinyatakan sebagai run off
coefficient. Debit air yang berasal dari air permukaan ditampung dan dialirkan ke dalam
selokan samping kemudian dibuang melalui gorong-gorong. Pada jalan-jalan rural
biasanya dipilih selokan samping terbuka, sedangkan pada jalan-jalan di daerah perkotaan
dipilih selokan sampingterbuka ataupun tertutup tergantung pada kepentingan atau kondisi
setempat.
Pada umumnya pembuangan air hujan pada jalan rural tidak terlalu menjadi
masalah, karena lahan di kiri-kanan jalan cukup luas. Sedangkan pada jalan-jalan
di daerah perkotaan, pembuangan air hujan yang bergerak sebagai aliran air permukaan
justru merupakan persoalan yang seringkali sulit dicari pemecahannya karena sempitnya
lahan terbuka di kiri-kanan jalan. Bahkan mungkin lokasi di kiri-kanan jalan telah dipadati
dengan bangunan-bangunan pertokoan, tempat tinggal, perkantoran dan lain sebagainya.
Dengan demikian dalam perencanaan drainase jalan di daerah perkotaan jalan perlu dicari,
kemana air hujan harus dibuang setelah dialirkan melalui selokan samping dan gorong
gorong. Drainase air limbah bisa dibuat khusus untuk:
a. mengalirkan air limbah saja, atau
b. selain untuk membuang air limbah juga disiapkan untuk menampung air hujan
dari halaman atau atap rumah sekaligus menggelontorkan air limbah, atau
c. sekaligus berfungsi untuk menampung dan membuang air limbah maupun air
hujanbaik yang berasal dari sebelah luar badan jalan (dari atap rumah, halaman
rumah, lereng tanah di atas selokan) atau air hujan yang berasal dari permukaan
jalan.

Sistem yang terakhir ini adalah yang termurah, akan tetapi mengandung risiko
tanah terkontaminasi air limbah atau polusi lainnya. Drainase bawah permukaan adalah
drainase yang dibuat untuk mengatasi pengaruh rembesan air, baik yang berasal dari air
tanah maupun air hujan yang merembes ke dalam tanah yang kemungkinan dapat
menaikkan permukaan air tanah sehingga mempengaruhi kadar air subgrade. Jadi secara
umum dapat dikatakan bahwa baik drainase permukaan maupun drainase bawah
permukaan dibuat dengan maksud untuk menyelamatkan lapis-lapis perkerasan jalan dan
subgrade dari pengaruh air yang merugikan.

2.2 Perhitungan Data Curah Hujan

Cara yang dipakai dalam menghitung hujan rata-rata adalah dengan rata-rata Metode
Thiessen biasa digunakan untuk daerah–daerah dimana titik-titik dari pengamat hujan
tidak tersebar merata, dan hasilnya pun lebih teliti. Adapun caranya, yaitu :

a) Stasiun pengamat digambar pada peta, dan ditarik garis hubung masing-masing
stasiun.
b) Garis bagi tegak lurus dari garis hubung tersebut membentuk poligon-poligon
mengelilingi tiap–tiap stasiun, dan hindari bentuk poligon segitiga tumpul.
c) Sisi tiap poligon merupakan batas-batas daerah pengamat yang bersangkutan.
d) Hitung luas tiap poligon yang terdapat di dalam DAS dan luas DAS seluruhnya
dengan planimeter dan luas tiap poligon dinyatakan sebagai persentase dari luas
DAS seluruhnya. Selain itu, menghitung luas juga bisa menggunakan kertas
milimeter blok.
e) Faktor bobot dalam menghitung hujan rata–rata daerah di dapat dengan mengalikan
hujan rata–rata area yang didapat dengan mengalikan presipitasi tiap stasiun
pengamat dikalikan dengan persentase luas daerah yang bersangkutan.
Rumus umum :

R =
A R  A R  ......................  A R
1 1 2 2 n n

A  A  ....................  A
1 2 n

Keterangan :

R = curah hujan daerah (mm)

n = jumlah titik–titik (pos) pengamatan

R1, R 2,..... ,Rn = curah hujan ditiap titik pengamatan (mm)

A1, A 2,..... ,An = bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan (km2)

2.2.2 Perhitungan curah hujan rancangan

Dalam perhitungan curah hujan rancangan ini digunakan analisa frekuensi.


“Suripin (2003) Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan” Frekuensi adalah
besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau dilampaui. Sebaliknya kala ulang
(return) periode dalah waktu hipotetik dimana hujan dengan suatu besaran tertentu akan
disamai atau dilampau. Adapun untuk menghitung analisa frekuensi digunakan metode-
metode sebagai berikut :

1. Gumbel

Rumus yang digunakan :

1
XT= b + yt 3.6
a

S Yn . S
a = ;b =X -
Sn Sn

T -1
YT= - ln ( - ln ( )) 3.7
T
dimana :

XT = curah hujan maksimum untuk periode ulang T.

= curah hujan rata – rata (mm)

YT = variasi pengurangan untuk periode T.

Yn = variasi pengurangan karena jumlah sampel n

2. Log Pearson Tipe III (apabila memenuhi syarat)

Rumus :

Log XT = log x + KT Sd 3.8

n
( log xi - log x ) 2
Sd = 
i 1 n -1
3.9

n
log xi
log x = 
i 1 n
3.10

n
n  ( log xi - log x ) 3
i 1
Cs = 3.11
( n - 1 ) ( n - 2 ) Sd 3

dimana :

KT = koefisien penambahan karena faktor kepencengan

Log XT = logaritma curah hujan maksimal untuk periode ulang T

Log X = logaritma rata–rata curah hujan


Sd = standar deviasi

Cs = koesfisien kepencengan distribusi data

2.3 Uji Chi-kuadrat

Uji chi kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan distribusi


peluang yang telah dipilih dapat mewakili dari distribusi statistik sampel data yang
dianalisa atau dengan kata lain apakah distribusi yang telah dipilih benar atau dapat
digunakan untuk menghitung sampel data. Pengambilan keputusan uji ini menggunakan
parameter X2h, oleh karena itu disebut uji chi-kuadrat.

 ( Oi - Ei )
i 1
2

X2h = 3.12
Ei

dimana :

X2h = parameter chi kuadrat hitungan

Q = jumlah sub kelompok

Oi = jumlah nilai pengamatan pada sub

Ei = jumlah nilai teoritis pada sub kelompok k–ijjjj

Anda mungkin juga menyukai