BAB I
UJI SONDIR MEKANIS
A. LINGKUP
1. Metode uji ini mencakup penentuan tahanan ujung dan gesekan selimut
pada penetrasi sondir secara kontinu ke dalam tanah. Metode uji ini
dikenal dengan istilah “sondir” di Indonesia atau juga dinamakan “Dutch
Cone Penetration Test” atau “Cone Penetration Test” disingkat CPT,
2. Manual ini khusus mencakup sondir mekanis interpretasi hasil uji
didasarkan kepada cara empirik.
B. DEFINISI
1. Penetrometer: suatu alat yang terdiri dari satu seri batang-batang silindris
(batang penekan) dengan bagian ujung yang disebut “penetrometer tip”
dan perlengkapan pengukuran untuk menetukan tahanan konus dan
gesekan selimut,
2. Konus: bagian dari penetrometer untuk mengukur tahanan ujung. Menurut
bentuk konus dapat dibedakan menjadi:
a. Konus sederhana, hanya mengukur tahanan ujung,
b. Konus berselubung (mentle cone), mengukur tahanan ujung dan
gesekan selimut.
3. Selimut geser: bagian penetrometer dimana gesekan akan diukur, disebut
juga friction sleeve,
4. Batang-batang Penekan (mantle tube): tabung berdinding tebal yang
digunakan untuk memperpanjang dan menekan masuk ujung
penetrometer,
5. Batang-batang Dalam (inner rod): batang padat di dalam rongga batang-
batang penekan untuk menekan ujung sondir,
6. Mesin Penekan: peralatan untuk menekan penetrometer ke dalam tanah
yang biasanya diperlengkapi dengan angkur/jangkar,
Dimana :
Qc = gaya yang bekerja pada konus
Ac = luas dasar dari konus
8. Gesekan Selimut (gesekan selimut,fs):
Qs
fs =
As
Qs = Q t - Qc
Dimana:
Qs = gaya yang diperlukan untuk menekan masuk selubung
As = luas selubung geser
Qt = gaya total yanng diperlukan untuk menekan konus dan selubung
geser bersama-sama
9. Rasio Gesekan (friction ratio,Fr): perbandingan antara gesekan selimut
(fs) dengan tahanan ujung konus (qc) diukur pada kedalaman yang sama,
dinyatakan dalam persen.
D. MANFAAT
1. Uji sondir memberikan data mengenai sifat teknis tanah yang dapat
digunakan untuk perancangan dan membantu menentukan cara konstruksi
pekerjaan tanah serta pondasi.
2. Uji sondir dapat dilaksanakan dengan cepat dan murah, cara operasinya
sederhana sehingga dapat dilakukan oleh teknisi biasa tidak
membutuhkan keahlian khusus,
3. Pada suatu tempat yang berdekatan sondir dapat diulang dengan hasil
yang konsisten.
E. KETERBATASAN
1. Uji sondir tidak dapat digunakan pada tanah kerikil dan tidak sapat
menembus lapis tanah pasir padat (kecuali dengan kapasitas yang lebih
tinggi). Perlu dicatat bahwa bila dicapak nilai tahanan konus q c > 150
kg/cm2, belum tentu didapat lapisan tanah keras dan mungkin sekali
tahanan konus yang tinggi akibat adanya lensa pasir padat atau adanya
kerikil,
2. Uji sondir tidak memperoleh contoh tanah, olrh karena itu interpretasi
hasil uji membutuhkan pengetahuan dan pengalaman engineer. Hasil
pemboran didekat uji sondir dapat digunakan sebagai perbandingan.
F. PERALATAN
Alat-alat yang digunakan:
1. Satu alat mesin penekan,
2. Kaki sondir dan pengikatnya,
3. Empat buah angkur,
4. Manometer (2 macam),
5. Pipa penekan (mantle tube) dan batang-batang dalam (rod),
6. Mantle cone,
7. Schietlood,
8. Socket Sleeve,
9. Kunci-kunci.
G. KETENTUAN
1. Ujung sondir mempunyai sudut puncak 60° (± 5°) dan luas proyeksi
ujung sebesar 10 cm2 atau diameternya 35,7 mm (± 0,4 mm),
2. Luas selimut 150 cm2 (± 2%) dengan toleransi diameter 0,5 – 0,0 mm,
3. Batang-batang dalam harus terbuat dari baja dan memiliki diameter yang
cukup sehingga tidak mengalami penekukan saat diberi tekanan. Rongga
batas antara batang dalam dengan batang penekan berkisar
0,5 – 1,0 mm,
4. Percobaan dilakukan secara menerus: pengukuran dibuat pada waktu
seluruh bagian dari penetrometer mempunyai kecepatan penekanan yang
sama,
5. Kevetrikalan: mesin penekan dipasang demikian sehingga arah penekanan
severtikal mungkin,
6. Kecepatan penekanan 2 cm/detik, dengan toleransi 0,5 cm/detik/
kecepatan ini harus dipertahankan diseluruh bagian percobaan
7. Interval pembacaan: pembacaan terus-menerus dianjurkan interval
pembaca tidak lebih dari 20 cm.
H. PERSIAPAN UJI
1. Menentukan titik yang akan disondir,
2. Meratakan permukaan agar sondir dapat berdiri tegak lurus,
3. Memasang angkur. Banyaknya angkur bergantung kepada keadaan
tanahnya, keras/lunak. Umumnya dipasang 4 buah. Untuk tanah yang
cukup keras dapat dipasang 2 angkur saja. Pemasangan angkur dilakukan
dengan menekan dan memutar sambil dijaga agar kedudukan tetap
vertikal, sehingga kepala batang angkur yang berbentuk persegi itu tepat
berada di bawah permukaan tanah.
4. Memasang kaki sondir diantara dua batang angkur yang telah tertentu
jaraknya dan diikat dengan mur kuping setelah diberi pelat baja dan ring,
5. Setelah itu memasang alat sondir cara dengan meletakan di atas kaki
sondir dan diikatkan pada kaki sondir dengan baut-baut,
I. PROSEDUR UJI
Langkah percobaan dapat dibagi atas 2 bagian yang terus dilakukan secara
berulang-ulang (yang diatur oleh lempeng katup pengatur), yaitu:
1. Langkah penekanan pada kedalaman tertentu yang akan diadakan
pengukuran :
Katub penekan dipasang pada kedudukan (keadaan) lubang terpotong,
sehingga apabila bagi menekanan dari mesin digerakan turun dengan
memutar handle (searah jarum jam) maka batang penekanan akan
digerakan turun juga.
2. Langkah pengukuran:
Handle pemutar diputar berlawanan arah jarum jam, maka bagian
penekanan akan naik melewati sedikit kepala penekanan, lalu lempang
pengatur diatur pada kedalaman lubang sempurna, putar handle searah
jarum jam sehingga bagian penekan turun, kepala batang akan melewati
lempeng pengatur, batang dalam akan menekan piston, minyak kastroli,
jarum manometer bergerak, kemudian akan berhenti sementara apabila
tang dalam turun ± 4cm, pergerakan pertama ini menyatakan besarnya qc.
Penekanan diteruskan jarum akan bergerak lagi (meloncat kembali),
loncatan pertama ada suatu kedudukan dari pergerakan kedua ini
menyatakan besarnya qc + fs.
Setelah dilakukan pengukuran qc dan (qc + fs), handle diputar berlawanan
arah jarumjam sampai bagian penekan melewati batang penekan.
Kemudian lempeng pengatur dipasang pada posisi lubang terpotong dan
dipersiapkan untuk langkah penekanan. Penekanan dan pengukuran silih
berganti terus sampai qc > 150kg/cm2. Setelah mencapai qc > 150 kg/cm2
percobaan dihentikan dan batang penekan diangkat ke atas.
Lempeng katup pengatur terletak pada mesin penekan, di lempeng katup
pengatur ini terdapat dua lubang, yaitu:
a. Lubang dengan diameter yang sama dengan kepala penekan, disebut
lubang sempurna,
b. Lubang dengan diameter yang sama dengan kepala batang penekan
terpotong, yang disebut lubang terpotong.
3. Pengambilan dan pengangkatan batang-batang penekan :
a. Rod diambil (batang dalam),
b. Posisi lempang pengatur dipasang pada lubang sempurna,
c. Handle diputar searah jarum jam, bagian penekan turun dibiarkan
hingga lempeng pengatur melewati batang penekan,
d. Lempeng pengatur diubah posisinya pada lubang terpotong,
e. Handle diputar berlawanan arah jarumjam, batang penekan terkait dan
ikut terangkat ke atas, setelah sambungan batang penekan terlihat
Catatan:
Pada saat pengukuran, perlu diperhatikan agar batang penekan (push rod)
jangan sampai mengenai piston. Yang diperbolehkan mengenai
(menyinggung) piston hanya batang dalam (inner rod).
Lf
Friction Ratio (Fr) = ×100%
qc
0,4 0
= × 100 %
7,00
= 5,71 %
b. Kedalaman 2,40 m
R1 = 7,00 kg/cm2
R2 = 11,00 kg/cm2
qc = R1 = 7,00 kg/cm2
R 2−q c
Local Friction (Lf) =
10
11,00 −7,00
=
10
= 0,40 kg/cm2
c. Kedalaman 2,60 m
R1 = 9,00 kg/cm2
R2 = 15,00 kg/cm2
qc = R1 = 9,00 kg/cm2
R 2−q c
Local Friction (Lf) =
10
1 5 ,00 −9,00
=
10
= 0,60 kg/cm2
Lf
Friction Ratio (Fr) = ×100%
qc
0,60
= ×100 %
9,00
= 6,67%
Lf
Friction Ratio (Fr) = ×100%
qc
0,80
= ×100 %
15,00
= 5,33%
b. Kedalaman 1,20 m
R1 = 25,00 kg/cm2
R2 = 35,00 kg/cm2
qc = R1 = 25,00 kg/cm2
R 2−q c
Local Friction (Lf) =
10
35,00 −25,00
=
10
= 1,00 kg/cm2
Lf
Friction Ratio (Fr) = ×100%
qc
1,00
= ×100 %
25,00
= 4,00%
c. Kedalaman 1,40 m
R1 = 45,00 kg/cm2
R2 = 55,00 kg/cm2
qc = R1 = 45,00 kg/cm2
R 2−q c
Local Friction (Lf) =
10
5 5 ,00 −45,00
=
10
= 1,00 kg/cm2
Lf
Friction Ratio (Fr) = ×100%
qc
1, 0 0
= × 100 %
45,00
= 2,22%
TABEL UJI SONDIR
1. Klasifikasi Tanah
Di bawah ini merupakan grafik hubungan antara qc dan Fr untuk
mengklasifikasi tanah dari Uji Sondir / Cone Penetration Test (CPT).
Klasifikasi tanah didapat dengan cara menghubungkan garis dari nilai qc rata-
rata dan nilai Fr rata-rata di dalam grafik. Berikut adalah data grafik klasifikasi
tanah data uji no. 1 dan data uji no. 2.
Keterangan:
Keterangan:
2. Konsistensi Tanah
Dari percobaan uji sondir yang dilakukan, dapat diketahui konsistensi tanah.
Untuk mendapatkan konsistensi tanah dengan cara menentukan tahanan konus
(qc) dan Friction Ratio dengan ketentuan pengelompokan Tabel 1.3.
Clayed silts
4,60 - 13,60 3,83 26,59 2,66 Teguh
and silty clays
13,80 -
2,22 55,94 5,59 Kaku Silty sands
16,80
Dari data uji sondir no. 2, hasil klasifikasi dan konsistensi tanah dapat dilihat pada
Tabel 1.5. Klasifikasi tanah diperoleh dari Grafik 1.2
1. Berdasarkan data Tahanan Konus (qc), dapat diketahui kekerasan dari tanah.
Semakin besar angka Tahanan Konus (qc), maka tanah makin keras, demikian
pula sebaliknya semakin kecil Tahanan Konus (qc) tanah semakin lunak. Hal
ini dapat dilihat pada Tabel 1.3.
NO GAMBAR KETERANGAN
Gambar Angkur
1.1 (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar Bikonus
1.2 (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Gambar Manometer
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
1.3
NO GAMBAR KETERANGAN