PROPOSAL TESIS
M. FAISAL SIREGAR
NIM. P2 B121049
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
JAMBI
2022
1
2
UNIVERSITAS JAMBI
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM
Telah disetujui oleh Pembimbing pada tanggal seperti tertera di bawah ini untuk
diseminarkan di hadapan Tim Penguji Proposal Tesis Program Studi Magister
Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Jambi
Pasal 2
Pasal 3
1
Penyelenggaraan Perkebunan bertujuan untuk:
a. meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat;
b. meningkatkan sumber devisa negara;
c. menyediakan lapangan kerja dan kesempatan usaha;
d. meningkatkan produksi, produktivitas, kualitas, nilai tambah, daya saing,
dan pangsa pasar;
e. meningkatkan dan memenuhi kebutuhan konsumsi serta bahan baku
industri dalam negeri;
f. memberikan pelindungan kepada Pelaku Usaha Perkebunan dan
masyarakat;
g. mengelola dan mengembangkan sumber daya Perkebunan secara optimal,
bertanggung jawab, dan lestari; dan
h. meningkatkan pemanfaatan jasa Perkebunan.
memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri, serta
2
3
holding company;
pengembalian tanah eks HGU yang berasal dari tanah ulayat kepada
berdasarkan UU asset.
tanah didasarkan pada sewa tanah. Ini bertentangan dengan UUPA dan
e. Kebijakan inti-plasma/kemitraan:
5
berpeluang menjadi suatu konflik. Menurut Andiko dan Norman Jiwan, yang
mengemukakan:
baik milik negara maupun swasta. Situasi tersebut dapat dijelaskan secara
2
Data jumlah konflik akibat operasi perkebunan kelapa sawit ini diolah dari database
konflik Sawit Watch, sebuah jaringan organisasi non-pemerintah dan individu, didirikan tahun
1998, yang prihatin dengan makin meluasnya dampak pembangunan perkebunan kelapa sawit
terhadap ketidakadilan sosial dan penurunan kualitas lingkungan hidup di Indonesia. Kegiatan
utama Sawit Watch adalah melakukan investigasi kasus dan riset kebijakan; memantau kebijakan,
program dan keuangan nasional dan internasional pada sektor kelapa sawit; kampanye penyadaran
publik; fasilitasi dan pendampingan masyarakat.
6
perkebunan kelapa sawit sangat memerlukan tanah dalam skala mega hektar
sebagai faktor produksi utama, sementara di sisi lain apa yang disebut sebagai
3
Tanah yang langsung dikuasai negara adalah tanah-tanah yang bebas dari penguasan dan
atau pemilikan perorangan maupun badan hukum. Hanya tanah dengan status tanah yang langsung
dikuasai oleh negera itulah yang dapat dijadikan objek dari pemberian hak guna usaha untuk usaha
perkebunan sawit.
4
Dalam aturan hukum pertanahan Indonesia modern (paska terbitnya UUPA), tanah-tanah
yang berada dalam penguasaan masyarakat dan belum dimohonkan sertifikat hak atas tanah, masih
dikatagorikan sebagai tanah negara. Meski demikian, tanah Negara dalam penguasaan masyarakat
ini mendapatkan perlindungan hukum dan previlege dengan cara diprioritaskan mendapatkan
sertfikat hak atas tanah (tanah milik) bila diajukan oleh masyarakat yang menguasainya.
Perlindungan lain adalah tanah-tanah katagori ini dihargai 80% dari harga tanah berstatus milik,
bila diperlukan oleh Negara untuk kepentingan pembangunan, melalui mekanisme ganti rugi.
7
melalui pengadilan, ajudikasi, atau litigasi saja, tetapi dapat juga diselesaikan
bersama para pihak, baik itu dengan cara konsultasi (consultation), negosiasi
5
Andiko dan Norman Jiwan, Panduan Dasar bagi Aktifis dan Masyarakat
Memahami Dan Memantau Pelaksanaan Peraturan Dan Hukum Oleh Perusahaan
Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia, Sawit Watch, Januari 2012, diakses tanggal 07
September 2022.
8
dapat digunakan oleh para pihak di luar pengadilan. Cara ini memberikan
pihak yang terlibat sengketa merasakan tidak adanya pihak menang dan pihak
sistem hukum yang ada di Indonesia, yaitu sistem hukum syariah, sistem
hukum adat, dan sistem hukum nasional. Ketiga sistem hukum ini menegaskan
untuk hal ini dirasakan tidak sinkron dengan asas-asas hukum perjanjian,
sebagaimana diatur dalam Buku III KUHPerdata yang dikenal 4 (empat) asas
yang bersifat universal, yaitu asas kebebasan berkontrak, asas pacta sunt
servanda, asas itikad baik dan asas konsensualisme. Tiga asas yang pertama,
yakni kebebasan berkontrak, pacta sunt servanda, dan itikad baik dapat
Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu “supaya terjadi perjanjian yang sah, perlu
suatu sebab yang tidak terlarang”. Dengan demikian perjanjian yang timbul
pada dasarnya sudah sah apabila sudah sepakat mengenai hal-hal yang pokok
mediasi, konsiliasi, dan arbitrase dan di dalam peradilan negeri yang berada
memiliki keuntungan:
sengketa dapat lebih luas dan lebih baik karena mengutamakan perdamaian.
pendapat Grotius, bahwa Grotius mencari dasar konsensus itu dalam Hukum
Kodrat dengan mengatakan bahwa: janji itu mengikat (pacta sunt servanda)
antar negara dimana dalam Pasal 26 Konvensi Wina 23 Mei 1969, bahwa:
“every treaty in force is binding upon the parties to it and must be performed
12
by them in good faith”. Artinya bahwa setiap perjanjian mengikat para pihak
mediasi, konsiliasi, dan arbitrase dan di dalam peradilan negeri yang berada
di atas, maka penulis tertarik untuk dikaji dalam sebuah penelitian yang
B. Perumusan Masalah
13
di Indonesia?
Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
perundang-undangan di Indonesia.
perundang-undangan di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
produk hukum dan fungsi dari kelembagaan mediasi dan mediator dalam
penyelesaian melalui mediasi oleh mediator bagi para pihak yang terkait
E. Kerangka Konseptual
tentang beberapa istilah yang terkandung dalam penulisan proposal tesis ini,
maka penulis akan menjelaskan beberapa konsepsi yang terdapat dalam judul
1. Pengaturan
pengaturannya”.10
8
http://kbbi.web.id//atur, tanggal akses 07 September 2022.
9
Sukamto Satoto, Pengaturan dan Fungsi Badan Kepegawaian Negara, Hanggar Kreator,
Jogjakarta, 2004, hlm.2.
10
Ibid.
15
2. Mediasi
bersengketa untuk mencapai hasil akhir yang adil tanpa membuang biaya
yang terlalu besar akan tetapi tetap efektif dan diterima sepenuhnya oleh
mencapai kesepakatan tanpa merasa ada pihak yang menang atau kalah
(win-win solution)”.12
3. Penyelesaian Sengketa
yang menyebabkan perbedaan pendapat antara dua pihak atau lebih yang
11
Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, PT..Fikahi
Aneska, Jakarta, 2002, hlm.34.
12
Achmad Saifudin, “Efektifitas Peraturan Mahkamah Agung Tentang Prosedur Mediasi
Terhadap Peran Mediator Di Pengadilan Agama Sidoarjo”, AL-HUKAMA The Indonesian Journal
of Islamic Family Law Volume 07, Nomor 02, Desember 2017; ISSN:2089-7480, hlm. 413.
13
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdiknas, Jakarta, 2008, hlm. 1252.
14
Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hlm. 433.
16
mengemukakan:
15
Sophar Maru Hutagalung, Praktik Peradilan Perdata dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 312.
16
Supriadi, Op. Cit., hlm. 544.
17
Ibid.,
17
antara 2 (dua) pihak atau lebih yang bersengketa untuk mencapai hasil akhir
F. Landasan Teoretis
prediksi, hipotesis, dan penjelasan tentang realitas faktual atau fenomena hukum
yang diteliti.18 Kerangka teoritis juga berfungsi sebagai jawaban konseptual untuk
(masyarakat) dalam masalah hukum dan makna hubungan tersebut. Makna ini
partisipan atau partisipan yang terungkap melalui data mining. Semua penelitian
18
Periksa, Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Pustaka Setia, Bandung, 2002,
hlm. 64.
19
Periksa, Ana Nadia Abrar, Terampil Menulis Proposal Penelitian Komunikasi, Gajah
Mada University Press, Yogyakarta, 2005, halaman 40.
18
sebagai berikut:
1. Grand Theori
rechsstaat muncul pada abad ke-19, yang diusung oleh Freidrich Julius
itu;
hukum (rule of law) dari A.V. Dicey, yang lahir dalam naungan sistem
22
Periksa, Philipus M. Hadjon, “Ide Negara Hukum Dalam Sistem Ketatanegaraan
Republik Indonesia”, makalah pada Simposium Politik, Hak Asasi Manusia, dan Pembangunan,
dalam Rangka Dies natalis Universitas Airlangga, Surabaya, 1994, hlm. 6.
23
Periksa, Ridwan HR, Hukum Administasi Negara …. Loc. Cit.
24
Periksa, Muhammad Tahir Azhary, Negara Hukum; Suatu Studi tentang
PrinsipPrinsipnya Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara
Madinah dan Masa Kini, Cet-I, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1992, hlm. 63.
25
Periksa, Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia, 1982, hlm.
57-58. Lihat pula Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Surabaya,
Bina Ilmu, 1987, hlm. 76-82.
20
sebagai berikut:26
khas Indonesia. Karena Pancasila harus diangkat sebagai dasar pokok dan
Negara Hukum Pancasila. Salah satu ciri pokok dalam Negara Hukum
Pancasila selalu dalam konotasi yang positif, artinya tiada tempat bagi
dalam arti negatif, sebagaimana dirumuskan oleh Sir Alfred Denning yang
dikutip Seno Adji sebagai berikut, “Freedom of religion means that we are
26
Ibid. hlm.58
27
Lukman Santoso, Negara Hukum dan Demokrasi: Pasang Surut Negara Hukum
Indonesia Pasca Reformasi, Ponorogo, IAIN Po Press, 2016, hlm. 10-14.
21
ialah tiada pemisahan yang rigid dan mutlak antara agama dan negara.
bertitik pangkal dari asas kekeluargaan yang tercantum dalam UUD 1945.
namun harkat dan martabat manusia tetap dihargai”. Pasal 33 UUD 1945
mencerminkan secara khas asas kekeluargaan ini. Dalam pasal ini ada
sejauh tidak mencederai hajat hidup orang banyak. Maka konsep Negara
Hukum Pancasila harus dilihat dari sudut asas kekeluargaan itu. Artinya,
28
Periksa, Oemar Seno Adji, Peradilan Bebas Negara Hukum, Jakarta: Erlangga, 1980,
hlm. 35-37.
22
secara jelas dan logis, maka tidak akan menimbulkan keraguan karena adanya
norma. Menurut Hans Kelsen, hukum adalah sebuah Sistem Norma. Norma
Undang yang berisi aturan-aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi
29
Periksa, Padmo Wahyono, “Konsep Yuridis Negara Hukum Indonesia”, Makalah,
September 1988, halaman 4.
23
perbuatan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, dan kedua berupa
dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa
saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu. 31
2. Midle Teori
of law), substansi hukum (substance of the law) dan budaya hukum (legal
sub-sistem struktur, substansi, dan kultur hukum itu tidak lain adalah
bahwa basis semua aspek dalam sistem hukum itu adalah budaya hukum.
legal sytem has the structure of a legal system consist of elements of this
kind: the number and size of courts; their jurisdiction …Strukture also
of the legal system…a kind of still photograph, with freezes the action.”33
Struktur dari sistem hukum terdiri atas unsur berikut ini, jumlah dan
mereka periksa), dan tata cara naik banding dari pengadilan ke pengadilan
aspect of the legal system is its substance. By this is meant the actual
rules, norm, and behavioral patterns of people inside the system …the
manusia yang berada dalam sistem itu. Jadi substansi hukum menyangkut
legal culture. By this we mean people’s attitudes toward law and legal
system their belief …in other word, is the climinate of social thought and
aturan hukum yang ditetapkan dan sebaik apapun kualitas substansi hukum
yang dibuat tanpa didukung budaya hukum oleh orang-orang yang terlibat
dalam sistem dan masyarakat maka penegakan hukum tidak akan berjalan
secara efektif.
35
Ibid.
36
Periksa, Zaenuddin Ali, Hukum Islam, Sinar Grafika, Bandung, 2017, hlm. 46
26
hukum tidak lahir di ruang hampa. Ia lahir berpijak pada arus komunikasi
Oleh karena itu, hukum harus ditaati walaupun jelek dan tidak adil.
Hukum bisa saja salah, tetapi sepanjang masih berlaku, hukum itu
‘yang dianggap tidak adil’. Itu menjadi lebih baik dengan merusak hukum
pada hukum dan aturan itu sendiri. Kemanfaatan hukum perlu diperhatikan
terkadang aturan itu tidak sempurna adanya dan tidak aspiratif dengan
kehidupan masyarakat.
memang salah satu nilai utama, tetapi tetap di samping yang lain-lain,
mineral dan batu bara sebagai kekayaan alam yang terkandung dl dalam
yang lebih tinggi atau lebih luas daripada pemilikan dalam konsepsi
doktrin “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Dalam pengertian
28
oleh rakyat secara kolektif. Bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang
dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
3. Teori Aplikasi
manfaat atau faedah bagi setiap orang dalam masyarakat. Pada hakikatnya,
ini.
artinya memberikan kepada setiap orang atas apa yang sudah menjadi
tentang kemerdekaan.
lingkungan masyarakat.
manusia agar kepentingan itu tidak dapat diganggu, selain itu untuk
hukum bertujuan untuk menjaga dan mencegah agar setiap orang dalam
suatu masyarakat tidak bisa utama sendiri, karena segala perkara telah ada
38
Periksa, L.J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, terj. OetaridSadino, Pradnya
Paramita, Jakarta, 1993, hlm. 11
31
seseorang belum tentu adil bagi yang lainnya. Tujuan hukum adalah
berdasarkan peraturan yang telah dibuat itu, perbuatan apa saja yang boleh
dan tidak boleh dilakukan yaitu substantif. Namun juga harus dikeluarkan
peraturan yang mengatur tata cara dan tata tertib untuk melaksanakan
(prosedural).39
dan memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya, yang
39
Periksa, Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hlm.
77-78
32
Resolution (ADR).
41
M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian
Sengketa, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hlm. 280-281.
42
Mas Achmad Santosa, Alternative Dispute Resolution (ADR) di Bidang Lingkungan
Hidup, Departemen Kehakiman dan The Asia Foundation, Jakarta, 1995, hlm.1.
34
dan sudah bisa diselesaikan dalam tempo tidak lebih dari 140 hari.
43
Munir Fuady, Arbitrase Nasional, Alternatif Penyelesaian sengketa Bisnis, PT.Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 3.
35
di pengadilan.
G. Metode Penelitian
penelitian khas ilmu hukum yang disebut Penelitian yuridis normatif, dengan
1. Tipe Penelitian.
sejauh mana hukum positif tertulis yang ada serasi dan apakah perundang-
undangan yang berlaku bagi suatu bidang kehidupan tertentu tidak saling
sawit telah cukup jelas dan tegaskah diatur mengenai kaukus dan sifat
44
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2006, hlm. 17.
36
2. Pendekatan Penelitian
yang perlu penulis jelaskan dan uraikan dalam penulisan Tesis ini, yakni
undangan di Indonesia.
H. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
sistematika penulisannya.
kelapa sawit.
perundang-undangan di Indonesia.
40