Batas dibedakan dalam dua hal utama, yaitu fungsi batas, dan bentuk batas
(fisik). Batas secara fungsional merupakan manifestasi daripada suatu sistem yang
berkaitan dengan adanya diferensiasi antara hak dan kewajiban dalam suatu tatanan
lingkungan. Diferensiasi hak dan kewajiban tersebut dapat bersumber dari adanya
berbagai pengelompokan sosial seperti kultur, demografi, bahasa, agama, hukum,
politik, adat, tradisi, administrasi, yurisdiksi, dan seterusnya. Pada dasarnya yang
menjadi objek dalam tatanan lingkungan yang menimbulkan perbedaan hak dan
kewajiban adalah wilayah. Secara fungsional, pada umumnya garis batas dimaksudkan
untuk memisahkan beberapa hak dan kewajiban masyarakat, anggota masyarakat
ataupun negara atas suatu wilayah. Garis batas merupakan identifikasi adanya hak dan
kewajiban itu.
Dalam kehidupan sehari-hari, pemberian batas dapat terjadi untuk hal-hal yang
elementer, seperti pemberian batas yang dapat dilakukan sendiri, tanpa bantuan subjek
hukum lain, sampai penetapan batas yang harus dilakukan bersama-sama dengan pihak
lain, melalui kesepakatan karena batas tersebut merupakan batas yang menimbulkan
akibat hukum bagi kedua belah pihak. Batas yang memerlukan kesepakatan dari pihak
lain, mempunyai fungsi sebagai milik bersama atau “res communis”. Negara merupakan
suatu entitas politik yang diakui keberadaannya oleh hukum internasional. Diluar
wilayah suatu negara, dapat berupa wilayah negara lain, ataupun wilayah entitas
lembaga masyarakat internasional.
Mengapa negara wajib memiliki wilayah yang jelas dan wajib memenuhi
kepentingan internasional. Pengertian “negara” secara umum, pada awalnya terdapat
dalam Konvensi Montevideo tahun 1933 mengenai hak dan kewajiban negara, yang
menyebutkan beberapa unsur daripada suatu negara sebagai subjek hukum
Internasional (characteristic of State as a person of International Law) :
a. permanent population;
b. a defined territory;
c. a Government; and
d. a capacity to enter into relations with other States.
B. Penjelasan
b. Hukum Internasional
Sumber hukum mengenai prinsip-prinsip hukum yang terkait dengan
fungsi institusional dan berbagai bentuk persoalan tehnis garis batas yang
menimbulkan hak dan kewajiban dalam pemanfaatan, pengelolaan dan
pembinaan, wilayah, perairan atau udara diatasnya juga terdapat dalam
berbagai produk Hukum Internasional seperti :
Putusan Mahkamah Internasional tentang sengketa perikanan
antara Inggris dan Norwegia Tahun 1951 : “International Court of
Justice, Norwegian Fisheries Case : Judgement of 18 December
1951”
Konvensi Geneva Tahun 1958 : “Convention on the Territorial Sea
and the Contiguous Zone”.
Konvensi PBB tentang Hukum laut Tahun 1982 : “United Nations
Convention on the law of the sea” serta Referensi mengenai
pelaksanaan ketentuan tentang Baselines yang disiapkan oleh PBB,
dalam pertemuan para experts on Baselines dari 20 Negara :
“Baselines : An Examination of The Relevant Provisions of the
United Nations Convention on the Law of the Sea”.
Perjanjian-perjanjian perbatasan wilayah teritorial antara Indonesia
dengan Malaysia di Kalimantan, dan Selat Malaka, dengan
Singapura di Selat Singapura, dan dengan Papua New Guinea.
C. Kesimpulan