Oleh :
BAB I PENDAHULUAN
di Pengadilan ………………………………………. 7
BAB IV PEMBAHASAN
2. Kewenangan Pengawasan
3. Kewenangan Pengawasan
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan ……………………………………………... 24
2. Saran ……………………………………………………. 24
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan, bebas dari campur tangan pihak
kekuasaan ekstra yudisial, kecuali dalam hal-hal yang diatur dalam Undang-
Undang Dasar 1945, dan hakim dalam menjalankan tugas dan fungsinya wajib
Tugas dan fungsi Hakim diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang No. 48
Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman yang mengatur tugas pokok hakim
jawab atas penetapan dan putusan yang dibuatnya serta didalam membuat
pertimbangan hukum Hakim harus berdasarkan pada alasan dan dasar hukum
kepada Hakim dituntut tanggung jawab yang tinggi dalam melaksanakan tugas
sehingga Hakim patut menjunjung tinggi kode etik dan pedoman perilaku sebagai
sebagai seorang penegak hukum. Untuk itu, perlu adanya tugas pengawasan
secara internal dan eksternal oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia dan
Dan Pedoman Perilaku Hakim, yang kemudian prinsip-prinsip dasar Kode Etik
aturan perilaku, antara lain: (1) Berperilaku Adil, (2) Berperilaku jujur, (3)
Berperilaku Arif dan Bijaksana, (4) Bersikap Mandiri, (5) Berintegrasi Tinggi, (6)
Bertanggung Jawab, (7) Menjunjung Tinggi Harga Diri, (8) Berdisiplin Tinggi,
dengan judul tugas ini, Penulis cukup hanya akan menyoroti tentang bagaimana
B. Rumusan Masalah
Hakim?
1. Tujuan Penelitian
Republik Indonesia.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah yang penulis lakukan
1) Manfaat Teoritis
ilmiah.
2) Manfaat Praktis
Agar penelitian yang dilakukan ini dapat berguna bagi para pihak yang
D. Sistematika Penulisan
Di dalam penulisan karya tulis ilmiah ini ada 5 (lima) bab, yang terdiri
dari:
kode etik dan pedoman perilaku Hakim serta pengawasan Hakim oleh
Bab III Metode Penelitian, didalamnya berisi tentang tipe penelitian yang
digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, baik secara normatif
Bab IV Pembahasan, didalam bab ini berisi hasil analisa data yang menguraikan
Komisi Yudisial.
Bab V Penutup, adalah bab terakhir dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, yang
intisari.
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum Tentang Putusan Hakim
a) Pengertian Hakim
putusan terhadap suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas
bahwa pengadilan dalam melakukan tugasnya sehari-hari selalu secara positif dan
menerapkan apa in concreto ada oleh seorang terdakwa dilakukan suatu perbuatan
melanggar hukum pidana. Untuk menetapkan ini oleh hakim harus dinyatakan
secara tepat Hukum Pidana yang mana telah dilanggar ( Wirjono Prodjodikoro,
1974: 26-27).
hakim adalah pejabat yang melakukan kekuasaan kehakiman yang diatur dalam
undang-undang.
Dalam pemeriksaan di sidang pengadilan, hakim yang memimpin jalannya
persidangan harus aktif bertanya dan memberi kesempatan kepada pihak terdakwa
yang diwakili oleh penasihat hukumnya untuk bertanya kepada saksi-saksi, begitu
akan terungkap, dan hakimlah yang bertanggung jawab atas segala yang
diputuskannya.
Tugas pokok dari pada hakim adalah menerima, memeriksa dan mengadili
perdata, Hakim harus membantu para pencari keadilan dan berusaha sekeras-
peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan. Hakim juga tidak boleh
menolak untuk memeriksa dan mengadili sesuatu perkara dengan dalih bahwa
hukum tidak atau kurang jelas, melainkan ia wajib untuk memeriksa dan
mengadilinya.
pihak, kalau ia beranggapan bahwa hal tersebut tidak diperlukan. Hasil putusan
Kode Etik Profesi Hakim ialah aturan tertulis yang harus dijadikan
pedoman oleh setiap Hakim Indonesia dalam melaksanakan tugas profesi scbagai
Hakim.
Pedoman Tingkah laku (Code of Conduct) Hakim ialah penjabaran dari
kode etik profesi Hakim yang menjadi pedoman bagi Hakim Indonesia, baik
memberikan contoh dan suri tauladan dalam kepatuhan dan ketaatan kepada
hukum.
Pedoman Perilaku Hakim, yang kemudian prinsip-prinsip dasar Kode Etik dan
yang menjadi haknya, yang didasarkan pada suatu prinsip bahwa semua orang
yang sama (equality and fairness) terhadap setiap orang. Oleh karenanya,
memikul tanggung jawab menegakkan hukum yang adil dan benar harus selalu
adalah benar dan yang salah adalah salah. Kejujuran mendorong terbentuknya
pribadi yang kuat dan membangkitkan kesadaran akan hakekat yang hak dan yang
batil. Dengan demikian, akan terwujud sikap pribadi yang tidak berpihak terhadap
dan kondisi pada saat itu, serta mampu memperhitungkan akibat dari tindakannya.
berwawasan luas, mempunyai tenggang rasa yang tinggi, bersikap hati-hati, sabar
dan santun.
bebas dari campur tangan siapapun dan bebas dari pengaruh apapun. Sikap
pada prinsip dan keyakinan atas kebenaran sesuai tuntutan moral dan ketentuan
dan tidak tergoyahkan. Integritas tinggi pada hakekatnya terwujud pada sikap setia
dan tangguh berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dalam
melaksanakan tugas. Integritas tinggi akan mendorong terbentuknya pribadi yang
tuntutan hati nurani untuk menegakkan kebenaran dan keadilan serta selalu
terbaik.
baiknya segala sesuatu yang menjadi wewenang dan tugasnya, serta memiliki
tugasnya tersebut.
Harga diri bermakna bahwa pada diri manusia melekat martabat dan
kehormatan yang harus dipertahankan dan dijunjung tinggi oleh setiap orang.
Prinsip menjunjung tinggi harga diri, khususnya Hakim, akan mendorong dan
membentuk pribadi yang kuat dan tangguh, sehingga terbentuk pribadi yang
pribadi yang tertib di dalam melaksanakan tugas, ikhlas dalam pengabdian dan
dari kesempurnaan dan terhindar dari setiap bentuk keangkuhan. Rendah hati akan
mendorong terbentuknya sikap realistis, mau membuka diri untuk terus belajar,
mengemban tugas.
Profesional bermakna suatu sikap moral yang dilandasi oleh tekad untuk
oleh keahlian atas dasar pengetahuan, keterampilan dan wawasan luas. Sikap
Yudisial
kesalahan yang akan dapat diperbaiki dan yang terpenting jangan sampai
Keberadaan pengawas eksternal ini penting agar proses pengawasan dapat benar-
harus tetap terjaga, dipertahankan dan dihormati oleh semua lembaga Negara,
termasuk Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial. (Titik Triwulan Tutik, 2007 :
168)
BAB III
Metode Penelitian
A. Tipe Penelitian
Ditinjau dari sudut tujuan penelitian hukum, terdapat dua tipe metode
hukum sosiologis atau empiris. Penelitian hukum normatif yang diteliti hanya
bahan pustaka atau data sekunder. ”Pada penelitian hukum sosiologis atau empiris
maka yang diteliti adalah data sekunder, untuk kemudian dilanjutkan dengan
1. Jenis Data
Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu:
1) Data Primer
Kekuasaan Kehakiman.
Yudisial.
Hakim.
2) Data Sekunder
hukum sekunder sebagai pendukung dari data yang digunakan dalam penelitian
ini ini yaitu buku-buku teks yang ditulis para ahli hukum, jurnal hukum, artikel,
internet, dan sumber lainnya yang memiliki korelasi untuk mendukung penelitian
ini
2. Sumber Data
diperoleh dari hasil penelaahan beberapa literatur dan sumber bacaan lainnya
Teknik pengumpulan data dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
dengan judul karya tulis ilmiah ini serta penelaahan beberapa literatur seperti:
buku-buku teks yang ditulis para ahli hukum, jurnal hukum, artikel, internet, dan
D. Analisis Data
Data yang telah diperoleh dari hasil penelitian ini disusun dan dianalisis
guna memperoleh gambaran yang dapat dipahami secara jelas dan terarah untuk
BAB IV
Pembahasan
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman pasal 41 ayat (3),
yang menyebutkan: “Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim ditetapkan oleh
Yudisial tersebut salah satunya dapat kita lihat dari data Hukuman Disiplin Hakim
yaitu:
pengawasan oleh Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial. Hal ini akan membuat
efek jera (determinasi) bagi Hakim-hakim lain sehingga akan berpikir dua kali
untuk berbuat hal-hal yang menyalahi daripada kode etik dan pedoman perilaku
Komisi Yudisial
Komisi Yudisial dimana pengawasan secara internal oleh Mahkamah Agung dan
pengawasan secara eksternal oleh Komisi Yudisial seperti yang telah diatur dalam
ayat (3) dan pasal 40 ayat (1), yang menyebutkan: “Pengawasan internal atas
tingkah laku hakim dilakukan oleh Mahkamah Agung” dan “Dalam rangka
1. Obyek Pengawasan
Ada tiga hal yang menjadi obyek pengawasan terhadap kinerja hakim
menyelesaikan perkara yang diajukan kepadanya. Dalam kaitan ini termasuk pula
peradilan disini harus dipisahkan dengan administrasi umum yang tidak ada
internal maupun atas laporan masyarakat media massa, dan lain-lain pengawasan
internal.
kekuasaan kehakiman yaitu dalam Bab VI Pasal 39 ayat (1) yang menyebutkan:
berikut :
bersangkutan dengan teknis peradilan dari semua badan peradilan yang berada
di bawahnya.
ketentuan diatas maka terlihat bahwa yang harus diawasi oleh Mahkamah Agung
sewajarnya.
pengadilan tingkat banding berdasarkan asas sederhana, cepat dan biaya ringan.
peradilan.
berakar pada keyakinan bahwa kekuasaan negara harus dijalankan atas dasar
hukum yang baik dan adil. Salah satu lembaga yang memiliki peranan yang
sangat urgent dan mutlak diperlukan dalam struktur negara modern dan mewadahi
salah satu komponen dalam negara hukum adalah kekuasaan kehakiman yang
suatu lembaga kekuasaan kehakiman yang tidak hanya sekedar ada, memiliki
tetapi lebih dari itu juga harus bersyaratkan sebuah predikat yang bersih dan
sebagai sebuah cita-cita yang harus dijunjung tinggi dalam negara hukum
menyatakan:
dan
hakim.
rekruitmen hakim agung yang disamping hakim karier, juga berasal dari non-
hakim seperti praktisi, akademisi dan lain-lain asal memenuhi syarat yang
Indonesia juga didasari pemikiran bahwa hakim agung yang duduk di Mahkamah
Agung merupakan figur yang sangat menentukan dalam penegakan hukum dan
keadilan.
bertitik tolak pada fakta bahwa diantara para penegak hukum yang lain, posisi
hakim adalah istimewa. Hakim adalah konkretisasi hukum dan keadilan yang
abstrak. Hal ini berkaitan dengan tugas hakim seperti yang digariskan dalam
sebagai berikut:
Pertama, tugas peradilan (teknis yustisial) diantaranya:
Ketiga, tugas akademis ilmiah dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu hakim
hakim. Jadi Komisi Yudisial merupakan lembaga pengawas ekstern dan bersifat
terhadap hakim.
Selain pengawasan internal dan eksternal, dalam masyarakat juga
dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh hakim memiliki peran yang sangat
penting karena masyarakat adalah pihak yang berinteraksi langsung dengan hakim
hakim juga harus ditindaklanjuti dengan cara yang sama seperti halnya jika
masyarakat.
BAB V
Penutup
1. Kesimpulan
Wewenang Mahkamah Agung dalam pengawasan Hakim secara internal
dan Komisi Yudisial dalam pengawasan Hakim secara eksternal adalah bertujuan
perilaku hakim. Salah satu faktor rendahnya mentalitas dan moralitas haikm
karena para hakim terbebas dari pengawasan yang efektif. Dengan kata lain
Supaya hakim bisa menjalankan tugas fungsinya secara efektif, terutama dalam
hal mengambil keputusan dan memberi jalan kepada orang-orang yang mencari
keadilan.
2. Saran
Saran-saran yang akan penulis sampaikan melalui karya tulis ilmiah ini,
b. Masyarakat agar tidak bersikap pasif, tetapi ikut aktif dalam pengawasan
perilaku hakim sehingga tidak ada lagi pelanggaran hak seperti yang sering
terjadi di peradilan.
DAFTAR PUSTAKA
Kekuasaan Kehakiman
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2011 Tentang Komisi
Yudisial
Hakim
http://www.google.com
http://www.google.com
http://www.google.com